DOSEN PEMBIMBING :
Pranita Siska Utami, SE. M.Sc
Sistem Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam (M.A Manan). Ekonomi syariah
atau sistem ekonomi koperasi berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara
kesejahteraan (Welfare State). Berbeda dari sistem kapitalisme, sistem ekonomi Islam
menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin, dan melarang
penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kacamata Islam merupakan tuntutan
kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah yang teraplikasi dalam etika dan
moral syariah islam.
Krisis ekonomi yang sering terjadi ditengarai adalah ulah sistem ekonomi konvensional,
yang mengedepankan sistem bunga sebagai instrumen profitnya. Berbeda dengan apa yang
ditawarkan sistem ekonomi syariah, dengan instrumen profitnya, yaitu sistem bagi hasil.
Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun
komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada di tengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu.
Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang
memberikan hampir semua tanggung jawab kepada warganya serta komunis yang ekstrem,
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh
ditransaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan di atas, ekonomi dalam Islam harus mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi
syariah menekankan empat sifat, antara lain:
1) Kesatuan (unity)
2) Keseimbangan (equilibrium)
3) Kebebasan (free will)
4) Tanggung jawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik,
karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah
kepercayaan-Nya di bumi. Di dalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat
mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti "kelebihan". Dalam Al Qur'an surat
Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
Adapun mengutip pemaparan dalam buku Konsep Ilmu Ekonomi (2020) terbitan
Kemdikbud, ada 4 tujuan ekonomi Islam (ekonomi syariah), yakni sebagai berikut:
a. Ekonomi yang baik dalam kerangka kerja norma-norma moral islam
b. Persaudaraan dan kesejahteraan universal
c. Distribusi pendapatan yang merata
d. Kemerdekaan dari individu dalam konteks kesejahteraan sosial.
Sistem Ekonomi Islam dapat menjadi sistem yang terbaik dikarenakan dalam
implementasinya mengedepankan kepentingan dan tanggung jawab bersama, memperluas
ukhuwah dengan perjanjian yang adil, pembagian hasil yang merata, memberikan kebebasan
individu dalam mencapai kesejahteraan sosial dengan menerapkan prinsip-prinsip Ekonomi
Islam. Dibanding dengan Sistem Ekonomi Konvensional yang mengedepankan bunga sehingga
hanya satu belah pihak yang diuntungkan, dengan Sistem Ekonomi Islam yang mengedepankan
bagi hasil sehingga kedua belah pihak mampu dalam mengelola Manajemen resiko secara
bersama dan teliti agar dapat meminimalisir dampak kerugian.
Referensi
1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah
2. https://tirto.id/apa-itu-ekonomi-islam-dan-tujuannya-pengertian-menurut-para-ahli-gik3
3. https://dsnmui.or.id/ilmu-ekonomi-islam-rasionel-suatu-disiplin-baru/