Anda di halaman 1dari 15

1

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

Disusun Oleh:

NAMA : NOVITA SARI

NIM : 1917029

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2021/2022
2

LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS

1. PENGERTIAN ABORTUS
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus adalah berakhirnya kehamilan
sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi
baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai lebih daripada
500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu (Sastrawinata, 2005).

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan
dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan
tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram
dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum
janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo S, 2009).

2. Etiologi
Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat juga disebut factor ovovetral.
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin
dan kelainan pada plasenta. Kelainan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin atau cacat.kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada
hamil muda.faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah
sebagai berikut.
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering digunakan pada abortus spontan
ialah risomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan diendometrium disekitar
tempat implantasi kurang sempurna sehingga penberian zat-zat makanan pada
hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar.Radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam
uterus.Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
3

2. Kelainan pada plasenta


Endarteritis dapat terjadi dalam viliporeales dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu ,sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin.keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.

3. Penyakit ibu

Penyakit mendadak,seperti pmeumonea,typis abdominalis, pielonefritis, malaria dan


lain-lain yang menyebabkan abortus.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat
melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan
kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracuanan, laparotomi, peritonitis umum
dan penyakit menahun seperti bruselosis, mononucleosis infeksiosa, toksosplamosis
juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.

4. Kelainan traktus genitalis


Retriversio uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan
abortus.tetapi, harus di ingat bahwa hanya retroversion uteri gravidi inkarserata atau
mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam
trimester II ialah serviksin kompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan
pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas
yang tidak dijahit.
Secara umum abortus disebabkan oleh :

1. Infeksi akut : virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri, misalnya
streptokokus. Parasit, misalnya malaria. Infeksi kronis : Sifilis, biasanya menyebabkan
abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis paru, aktif, pneumonia.
2. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,air raksa, dan lain-lain.
3. Penyakit kronis, misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat
penyakit jantung : toxemia gravidarum.
4. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dan lain-lain.
5. Trauma fisik. Penyebab yang bersifat lokal: Fibroid, inkompetensia serviks. Radang
pelvis kronis, endometrtis. Retroversi kronis. Hubungan seksual yang berlebihan
sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus.
4

6. Kelainan alat kandungan.


7. Gangguan kelenjar tiroid.
8. Penyebab dari segi Janin / Plasenta Kematian janin akibat kelainan bawaan.
9. Kelainan kromosom. Linkungan yang kurang sempurna.
10. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi.

3. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi
atau fetus papiraseus.
5

4. Pathway

Factor kromosom Factor endometrium Pendeknya jarak Radiasi, rokok, Kehamilan usia dini Kehamilan usia tua
(genetik) kehamilan alcohol, obat-obatan (<20th) (>30th)

Endometrium belum Belum matur


Rahim belum Fungssi organ
siap menerima hasil
pulih dengan baik menurun
konsepsi
System transfer
plasenta belum efisien

Kelainan pertumbuhan Penyakit kronik Factor ibu: anemia berat, infeksi


hasil konsepsi toxoplasmosis, diabetes

Gg. pembentukan pembuluh


darah pada plasenta

Kelainan plasenta

Perdarahan dalam desidua basalis (plasenta) dan nekrosis jaringan sekitar

Hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya terlepas


6

Uterus berkontraksi
Nyeri akut

Isi rahim keluar

Abortus Ansietas

Abortus iminens Abortus insipien Abortus inkomplet Abortus komplet

Hasil konsepsi masih Hasil konsepsi masih Pengeluaran sebagian Semua hasil konsepsi
di dalam uterus tanpa di dalam uterus disertai hasil konsepsi dikeluarkan
dilatasi serviks dilatasi serviks

Perdarahan per vaginam

Kekurangan volume cairan


7

5. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus.

6. Jenis-Jenis Abortus
1. Abortus Provokatus : Disengaja, digugurkan.
a. Abortus Provokatus artifisial atau abortus therapeutic : Pengguran
kehamilan biasanya menggunakan alat-alat dengan alasan, bahwa
kehamilan membahayakan bagi ibunya sebelum usia kandungan 28
minggu.
b. Abortus provocatus criminalis : Pengguran kehamilan tanpa adanya
alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
2. Abortus Spontan : Terjadi dengan sendirinya, keguguran. Biasanya
abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel
sperma.
Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 8, yaitu:
a. Abortus Iminens. Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama
sekali. Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di
dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi serviks)
b. Abortus Insipiens. Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis
ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di
dalam rahim.
c. Abortus Inkomplet. Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih
8

berada di dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan,


jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol
dari os uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa
hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d. Abortus komplet. Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi
dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal
kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit
dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami
abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika
datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa
jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis. Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis
servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan
dindingnya menipis.
f. Missed Abortion. Keguguran tertunda. Ialah keadaan dimana janin telah
mati sebelum minggu ke-22, tetapi bertahan di dalam rahim selama 2
bulan atau lebih setelah janin mati.
g. Abortus Habitualis. Keguguran berulang-ulang. Ialah abortus yang
telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x
berturut-turut.
h. Abortus Mengancam. Gejalanya adalah perdarahan ringan yang terjadi
beberapa hari hingga beberapa minggu di awal kehamilan, namun mulut
rahim masih menutup.  Jika perdarahan berhenti biasanya kehamilan
akan dapat terus berlanjut, walaupun ada risiko terjadi kelahiran
prematur, atau berat lahir bayi rendah.  Namun perdarahan seperti ini
tidak menyebabkan kecacatan pada janin.
9

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data
laboratorium tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
1) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
2) Adakah disertai bekuan darah
3) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
4) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
1) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
2) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
3) Apakah tampak jaringan keluar ostium
4) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
1) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
2) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
3) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia
kehamilan
4) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
5) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
6) Adakah terasa tumor atau tidak
7) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak.
10

8. PENATALAKSANAAN
1.Abortus iminens.
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak
panas dan tiap 4 jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin jaringan
sudah mati.
d. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens
belum pada persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak
menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui bahwa harus ditentukan
dahulu adanya kekurangan hormone progesteron. Apabila difikirkan
bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil konsepsi
dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak factor, maka
pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
e. Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk menentukan
apakah masih janin hidup.
f. Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan
preprat hematinik misalnya, sulfas ferosus 600-1000 mg.
g. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
h. Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik.
1. Abortus insipiens.
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan
tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, ditangani dengan penosongan uterus memakai kuret
vacum atau cunam abortus disusul kerokan memakai kuret tajam.
Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU
dalam dekstrose 5%, 500ml dimulai 8 per menit dan naikan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
d. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan
11

pengeluaran plasenta secara manual.


2. Abortus incomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus NaCl fisiologis
atau Ringer Laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, dikerok dengan kuret tajam lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg IM.
c. Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotic.
3. Abortus komplit
a. Bila pasien baik, berikan ergometri 3 x 1 tablet selama 3-5 hari.
b. Pasien anemi, berikan sufas ferosus atau transfusi darah.
c. Berikan antibiotik.
d. Diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.
4. Missed abortion
a. Bila keadaan fibrinogen normal segera keluarkan jaringan kinsepsi
dengan cunam ovum lalu kuret tajam.
b. Bila fibrinogen rendah berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum mengeluarkan konsepsi.
c. Kehamilan kurang dari 12 minggu, pembukaan serviks dengan
gagang laminaria selama 12 jam lalu dilatasi serviks dengan dilatator
hegar kemudian ambil hasil konsepsi dengan cunam ovum dan kuret
tajam.
d. Kehamilan lebih dari 12 minggu berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg
infus oksitosin 10 IU dalam Dekstrose 5%sebanyak 500 ml dan 20
tetes permenit kemudian naikkan dosis sampai uterus berkontrasi
e. Bila tinggi fundus uteri ebih dari 2 dari bawah pusat, hasil konsepsi
keluarkan dengan menyuntikkan larutan garam 20% dalam cavum
uteri dinding perut.
12

5. Abortus serfikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan
untuk mengeluarkan hasi konsepsi dari kanalis servikalis.
6. Abortus habitualis
penangannya terdiri atas; memperbaiki keadaan umum, pemberian
makanan yang sempurna, anjuran istirahat sangat banyak, larangan koitus
dan olah raga, terapi dengan hormone progesteron, vitamin, hormone
tiroid dan lainnya mungkin mempunyai pengaruh psikologis karena
penderita mendapat kesan bahwa ia diobati.
7. Abortus infeksiosus (Septik)
a. Kepada penderita dengan abortus infeksiosus yang telah mengalami
banyak perdarahan hendaknya diberikan infuse dan tranfusi darah.
b. Pasien segera diberi antibiotika
c. Kuretase dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian dapat
dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus
mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan yang nekrotis.
Yang bertindak sebagai medium pembiakan bagi jasad renik.
Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris tidak ada lagi selama
2 hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam 2 hari.
d. Pada abortus septic diperlukan pemberian antibiotika dalam dosis
yang lebih tinggi.

9. KOMPLIKASI
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke
rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh
sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada
awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan
berlebihan.
13

Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke


luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi
ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga
terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan
mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya
hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada
tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan
segera.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada
ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan
yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat
jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium
jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya
perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan
bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan
transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus
dan vagina.
14

5. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh
peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang
ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur.
Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga
peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala
konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau
hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada
pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.
15

DAFTAR PUSTAKA

Anonym (2011). Kejadian abortus spontan dengan usia ibu di ambil di

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/chapter%20ii.pdf pada

tanggal 21 maret 2013 jam 16.00 wita

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Penerbit yayasan bina pustaka sarwono


prawirohardjo: jakarta.

Ralph c, benson (2009) buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Egc: jakarta

Sastrawinata, s (2005). Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. 2nd ed. Egc :
jakarta

Anda mungkin juga menyukai