Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Derajat kesehatan seseorang sangat ditentukan oleh gaya hidup dan
pola aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Maka dalam melakukan aktivitas
sehari-hari manusia membutuhkan tubuh yang kuat dan kokoh. Namun ada
kalanya gangguan dalam beraktivitas dan dapat mempengaruhi struktur tubuh
manusia. Salah satu struktur tubuh yang dapat berubah karena adanya
gangguan adalah kanker payudara. Dimana biasanya kanker payudara terjadi
pada wanita. Namun pada pria juga dapat terjadi yang disebut Gynecomastia.
Gynecomastia atau perkembangan berlebih jaringan payudara pada pria
merupakan kelainan payudara yang umum yang dapat terjadi pada kaum pria.
Biasanya sering terjadi pada remaja pria (pubertas) akibat hormonnya
disekresi oleh testis. Dan juga dapat terjadi pada pria usia lebih tua. Dan
biasanya unilateral dan timbul sebagai massa keras, lunak di bawah areola.
Kanker payudara pada pria berjumlah 1% dari semua kanker payudara.
Usia rata-rata pada saat diagnosis adalah 60 tahun. Pengobatannya sama
dengan yang digunakan pada wanita.
Sebagai seorang pria yang mengalami perubahan struktur tubuh juga
dapat mengganggu dan membutuhkan dukungan serta perawatan yang sama.
Maka dari itu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat
diperlukan sebagai motivasi kepada klien itu sendiri.
Dengan persentase kecil kejadian kanker payudara pada pria ini penulis
tertarik untuk mengangkat dan menyusun makalah ini mengenai
Gynecomastia.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan
pada klien dengan Gynecomastia.
2. Memperoleh perbandingan antara teori yang telah didapat dengan kasus
nyata yang ada di lapangan.

1
3. Memenuhi penugasan pembuatan makalah DKA 400 Keperawatan Medikal
Bedah V.

C. Metode Penulisan
1. Pengamatan kasus
Pengamatan langsung pada klien dengan Gynecomastia di unit Lukas RS
Sint Carolus.
2. Studi kepustakaan
Dengan mengambil dan mempelajari beberapa literatur yang berhubungan
dengan Gynecomastia dan tindakan yang harus dilakukan dan asuhan
keperawatannya.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini diawali dengan kata pengantar
dilanjutkan dengan daftar isi dan Bab I Pendahuluan mengenai latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II
membahas mengenai konsep medik yang berisi definisi, anatomi fisiologi,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, terapi dan pengelolaan
medik, komplikasi dilanjutkan dengan konsep asuhan keperawatan yang berisi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan discharge planning. Bab
III membahas mengenai pengamatan kasus. Bab IV mengenai pembahasan
kasus dan Bab V mengenai kesimpulan dan diakhiri dengan daftar pustaka.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
 Ginekomastia merupakan perkembangan berlebih jaringan payudara
pada pria yang biasanya dialami oleh remaja pria dan pria dewasa
(Brunner and Suddarth, edisi 8, vol, 2002).
 Ginekomastia adalah hipertrofi payudara dan dapat bersifat unilateral
maupun bilateral yang terjadi pada anak laki-laki selama pubertas dan
pada pria berusia di atas 50 tahun.
(Sylvia A. Price, edisi 4, buku 2, 1995).

2. Anatomi Fisiologi
Pada pria dan wanita payudara adalah sama sampai masa pubertas,
sampai estrogen dan hormon-hormon lainnya mempengaruhi
perkembangan payudara pada wanita dan pria.
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar fibrosa, dan lemak. Jaringan-
jaringan ini terpisah dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus
anterior oleh jaringan ikat. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa
terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh
areola. putting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa
lubang kecil-kecil, apertura duktus laktiferosa. Tuberkel-tuberkel
montgomery adalah kelenjar lemak pada permukaan areola.
Jaringan kelenjar membentuk 15-25 lobus yang tersusun radier di
sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi
jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus-lobus.
Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak
menyerang lobus lainnya. Drainase atau lobus menuju ke dalam sinus
laktiferosa, yang kemudian bermuara ke puting. Di banyak tempat jaringan
ikat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap
substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada
kulit. Pita ini, yaitu ligamentum cooper, merupakan ligamentum
suspensorium dari payudara.

3
(Sumber: Patofisiologi, Sylvia A. Price, buku 2).

3. Etiologi
- Ketidakseimbangan hormon estrogen/testosterone
- Obat-obatan seperti digitalis, cimetidine, spironolactone, reserpine,
thiazide, isoniazid.
- Kerusakan sistemik seperti sirosis hati, infeksi hepatitis, CRF,
hipertiroid, TBC, malnutrisi kronis.
- Trauma psikologi
- Neoplasma
- Tumor
- Penggunaan terapi estrogen dalam frekuensi waktu sering.

4. Patofisiologi
Ginekomastia dapat terjadi pada pubertas dan usia lebih tua dan
penyebabnya ialah pengaruh estrogen yang berlebihan, biasanya dari
kelenjar adrenal. Ginekomastia terjadi karena adanya hiperestrinisme, yaitu
bila:
- Penghancuran estrogen terganggu
Pada penderita sirosis hepatis fungsi hati berkurang sehingga terjadi
peninggian kadar estrogen dalam darah.
- Fungsi androgen berkurang

4
Karena fungsi androgen testis berkurang maka secara relatif estrogen
bertambah. Ditemukan pada usia lanjut dan pada sindrom klinefelter.
- Tumor testis
Pada kronik karsinoma testis juga dapat ditemukan ginekomastia.
Jadi kelainan ini dapat digolongkan dalam displasi: dapat unilateral
biasanya dialami oleh pria berusia di atas 50 tahun dan bilateral terjadi
pada anak laki-laki selama masa pubertas.
Kelainan ini mula-mula dapat diraba sebagai jaringan keras seperti
kancing pada daerah subareola, dan bila telah lanjut maka payudara
menyerupai payudara wanita. Kelainan ini dalam gambaran mikroskopik
menunjukkan proliferasi serabut kolagen, degenerasi hialin dan hiperplasi
epitel duktus. Epitel duktus menjadi hiperplastik dan bertumpuk-tumpuk
tampak disorientasi, tetapi tidak tampak anaplasi dan membran basalis
masih utuh. Kelainan ini tidak berhubungan dengan karsinoma.

5. Tanda dan Gejala


- Nyeri, nyeri tekan
- Timbul sebagai massa lunak di bawah areola
- Retraksi puting
- Ulserasi kulit Bila sudah menjadi kanker
- Benjolan tidak nyeri di bawah areola.

6. Test Diagnostik
 Mammografi
Mendeteksi adanya tumor sebelum tumor tersebut secara klinik dapat
teraba.
 Galaktografi
Mammogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat
kontras ke dalam aliran duktus, dilakukan ketika terdapat rabas,
mengandung darah/ketika ditemukan duktus soliter yang mengalami
dilatasi saat mammografi yang merupakan gejala/indikatif adanya lesi
jinak atau kanker.
 Ultrasonografi
Untuk membedakan kista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.

5
 Aspirasi jarum halus
Dilakukan ketika lesi dideteksi melalui mammografi atau palpasi.
 Biopsi bedah
Mencakup eksisi lesi dan mengirimnya ke lab untuk dilakukan
pemeriksaan patologis.
 Lokalisasi jarum kabel
Teknik yang digunakan ketika mammografi mendeteksi lesi kalsifikasi
seujung jarum yang sangat kecil atau yang menandakan potensial
malignansi atau lesi yang tidak dapat teraba.

7. Terapi dan Pengelolaan Medik


a. Mastektomi radikal
Yang dilakukan adanya keterlibatan dari otot pektoralis.
b. Terapi radiasi
Mungkin digunakan setelah operasi.
c. Reseksi jaringan payudara yang berlebihan dilakukan untuk alasan
psikologik
d. Biopsi dilakukan untuk menyingkirkan keganasan
e. Obat-obatan antara lain seperti anti estrogen: tamoxifen atau androgen
sintetik: dan azol

8. Komplikasi
- Kanker payudara
- Pemanjanan terhadap radiasi
- Sindrom klinefelter (kondisi kromosom yang mencerminkan penurunan
kadar testosteron).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola nutrisi metabolik
- Kehilangan nafsu makan
- Adanya penurunan berat badan
b. Pola aktivitas dan latihan
- Aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan
c. Pola tidur dan istirahat

6
- Pola tidur (contohnya: tidur tengkurap)
d. Pola persepsi kognitif
- Nyeri pada penyakit yang luas/metastatik
e. Pola persepsi dan konsep diri
- Stres akut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang
- Ketidaknyamanan atau perasaan “lucu” pada jaringan payudara
f. Pola reproduksi-seksualitas
- Perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara
- Perubahan pada warna kulit payudara atau rabas puting yang tidak
biasanya, gatal, rasa terbakar, atau puting meregang
- Masalah tentang seksualitas/keintiman

2. Diagnosa Keperawatan
a. Sebelum Operasi/Pre Operasi
1) Kecemasan b.d. diagnosis kanker payudara, pengobatan dan
prognosisnya.
2) Gangguan konsep diri b.d. sifat pembedahan dan efek samping
radiasi dan/atau kemoterapi.
b. Setelah Operasi/Post Operasi
1) Kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan jaringan, perubahan
sirkulasi, adanya drainase.
2) Nyeri b.d. trauma insisi.
3) Kurang perawatan diri b.d. imobilitas parsial ekstremitas atas pada
sisi yang dilakukan pembedahan payudara.
4) Gangguan harga diri b.d. prosedur bedah yang mengubah gambaran
tubuh.

3. Rencana Keperawatan
Pre Operasi
DP.1. Kecemasan b.d. diagnosis kanker payudara, pengobatan dan
prognosisnya.
HYD: Kecemasan, stress emosional dan ketakutan berkurang.
Intervensi:
1. Kaji perasaan pasien mengenai diagnosis penyakitnya.

7
R/ Faktor ini sangat mempengaruhi perilaku dan kemampuan pasien
menghadapi diagnosis pembedahan, dan pengobatan tindak lanjut.
2. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan
cemas dan takutnya.
R/ Memberi kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperjelas
kesalahan konsep dan menawarkan dukungan emosi.
3. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya mengenai penyakitnya.
R/ Ketakutan akan ketidaktahuan menurun.
4. Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan, penerimaan juga privasi
untuk pasien atau orang terdekat.
R/ Waktu dan privasi diperlukan untuk memberikan dukungan, diskusi
perasaan tentang antisipasi kehilangan dan masalah.

DP.2. Gangguan konsep diri b.d. sifat pembedahan dan efek samping
radiasi dan/atau kemoterapi.
HYD: Adaptasi realistik terhadap perubahan yang akan terjadi relatif
terhadap modalitas pengobatan.
Intervensi:
1. Anjurkan kepada keluarga untuk orang terdekat untuk dapat memahami
perasaan pasien dan untuk mengunjungi pasien.
R/ Sistem pendukung yang bermakna bagi pasien akan lebih langgeng
dibanding dukungan dari orang lain.
2. Jelaskan kepada pasien bahwa adanya rasa berduka ketika mengalami
kehilangan bagian tub uh adalah normal.
R/ Dengan pengertian ini, pasien dapat dengan bebas beralih pada
tingkat koping selanjutnya.
3. Diskusikan bersama pasien penggunaan protesis.
R/ Meningkatkan penerimaan positif terhadap rencana pengobatan.

Post Operasi
DP.1. Kerusakan integritas kulit b.d. pengangkatan jaringan, perubahan
sirkulasi, adanya drainase.
HYD: Meningkatkan waktu penyembuhan luka, bebas drainase purulen.
Intervensi:
1. Kaji balutan/luka untuk karakteristik drainase. Awasi kemerahan, nyeri
pada insisi dan lengan.

8
R/ Drainase terjadi karena trauma prosedur dan manipulasi banyak
pembuluh darah dan limfatik pada area tersebut. Pengenalan dini
terjadi infeksi dapat memampukan pengobatan dengan cepat.
2. Berikan posisi semi fowler pada punggung atau sisi yang tak sakit
dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal.
R/ Membantu drainase cairan melalui gravitasi.
3. Jangan melakukan pengukuran TD, menginjeksikan obat, pada lengan
yang sakit.
R/ Meningkatkan potensial konstriksi, infeksi, dan limfedema pada
sistem yang sakit.
4. Kosongkan drain luka, secara periodik catat jumlah dan karakteristik
drainase.
R/ Akumulasi cairan drainase meningkatkan penyembuhan dan
menurunkan kerentanan terhadap infeksi.
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R/ Untuk mengobati infeksi khusus dan meningkatkan penyembuhan.

DP.2. Nyeri b.d. trauma insisi.


HYD: - Mengekspresikan penurunan nyeri/ketidaknyamanan
- Tampak rileks, mampu tidur dengan tepat
Intervensi:
1. Kaji intensitas, sifat dan letak nyeri.
R/ Memberikan dasar untuk mengkaji keefektifan tindakan pereda
nyeri.
2. Berikan posisi yang nyaman.
R/ Peninggian lengan, ukuran baju, dan adanya drain mempengaruhi
kemampuan pasien untuk rileks dan istirahat secara efektif.
3. Ajarkan untuk menekan dada saat latihan batuk dan nafas dalam.
R/ Memudahkan partisipasi pada aktivitas tanpa timbul
ketidaknyamanan.
4. Berikan obat nyeri tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat.
R/ Mempertahankan tingkat kenyamanan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik sesuai indikasi.
R/ Memberikan penghilangan rasa nyeri dan memfasilitasi tidur,
partisipasi pada terapi pasca operasi.

9
DP.3. Kurang perawatan diri b.d. imobilitas parsial ekstremitas atas pada
sisi yang dilakukan pembedahan payudara.
HYD: Menghindari kerusakan mobilitas dan pencapaian perawatan diri
hingga tingkat yang paling tinggi.
Intervensi:
1. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam perawatan
pasca operatif.
R/ Keterlibatan pasien meningkatkan dan memfasilitasi proses
penyembuhan.
2. Buat modifikasi progresif dalam program latihan pasien sesuai tingkat
kenyamanan dan toleransi.
R/ Menurunkan ketegangan pada jaringan, perbaikannya konsisten.
3. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
R/ Menghemat energi.
4. Motivasi pasien untuk menggunakan lengan untuk kebersihan diri,
seperti makan, menyisir rambut, mencuci muka.
R/ Peningkatan sirkulasi, membantu meminimalkan edema dan
mempertahankan kekuatan dan fungsi lengan dan tangan.

DP.4. Gangguan harga diri b.d. prosedur bedah yang mengubah gambaran
tubuh.
HYD: - Menunjukkan gerakan ke arah penerimaan diri dalam situasi.
- Pengenalan dan ketidaktepatan perubahan dalam konsep diri
tanpa mengaktifkan harga diri.
Intervensi:
1. Motivasi pertanyaan mengenai situasi saat ini dan harapan yang akan
datang.
R/ Kehilangan payudara menyebabkan reaksi perubahan gambaran diri,
takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan
tubuh.
2. Motivasi pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
R/ Kehilangan bagian tubuh suatu proses kehilangan yang
membutuhkan penerimaan sehingga pasien dapat membuat rencana
untuk masa depan.

10
3. Berikan penguatan positif untuk peningkatan/perbaikan dan partisipasi
perawatan diri/program pengobatan.
R/ Mendorong kelanjutan perilaku sehat.

4. Discharge Planning
- Pasien dapat menerima situasi dan kondisinya secara nyata.
- Mencegah atau meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi.
- Program latihan dilakukan secara rutin.
- Proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan program terapi
medik dilakukan di rumah.

11
12
BAB III
PENGAMATAN KASUS

Pengamatan kasus dilakukan pada Tn. J usia 38 tahun, agama Islam.


Pengamatan dilakukan pada tanggal 9 Desember 2004 di unit Lukas RS Sint
Carolus, Jakarta dengan diagnosa “Gynecomastia Dextra.”
Pada saat dilakukan pengkajian keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran compos mentis T: 120/80 mmHg, S: 36 oC, N: 68 x/mnt. Klien
mengeluh nyeri dan terasa nyut-nyutan pada payudara sebelah kanan bila ditekan.
Hasil rontgen tanggal 8 Desember 2004, Foto Vert Lumbo-Sakral AP/Lat
Alignment, bentuk dan struktur tulang Vert. Lumbo Sakral dalam batas normal.
Sela antar ruas dipertahankan baik. Pedikels intak facet jants tidak tampak
kelainan. Pembenukan spurs anterior kecil di beberapa tempat. Sela sendi sakro-
iliaka bilateral baik Psoas lines simetris, intak, kesan: Tidak tampak listesis/kolaps
vertebra penyempitan sela antar ruas sepanjang lumbal spurs anterior kecil di
beberapa tempat.
Klien akan dilakukan tindakan operasi mastectomy pada tanggal 9
Desember 2004 pukul 12.00 siang oleh dokter Wawolumanja, klien sudah dicukur
dan diberi microlax 1 tab dan sudah dipuasakan.

13
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan pengkajian terhadap Tn. J belum diketahui penyebab dari


Gynecomastianya. Namun ada kebiasaan yang dilakukan oleh Tn. J yaitu biasa
meminum jamu-jamuan, sehingga kemungkinan besar penyebab karena jamu-
jamuan. Tanda dan gejala yang timbul adalah: nyeri, nyeri tekan, dan timbul
massa, lunak di bawah areola. sesuai dengan teori.
Pada saat pengkajian klien sudah dipersiapkan untuk tindakan operasi
maka diagnosa yang ditemukan 3 diagnosa pre operasi, antara lain: kecemasan
b.d. akan dilakukan tindakan operasi; Nyeri b.d. proses penyakit; Gangguan diri
b.d. pembesaran payudara sebelah kanan.
Perencanaan yang disusun disesuaikan dengan keadaan klien. Saat
pelaksanaan tindakan tidak ada hambatan karena klien kooperatif. Hal yang
dilakukan mengobservasi tanda vital, mempersiapkan klien untuk tindakan
operasi, mengkaji keadaan umum klien.
Pada saat evaluasi klien masih ada rasa cemas dan takut akan tindakan
yang dilakukan tetapi klien siap untuk dilakukan tindakan operasi.

40
BAB V
KESIMPULAN

Gynecomastia hanya terjadi pada pria, biasanya terjadi pada usia pria
pubertas dan usia lanjut/lebih tua. Biasanya disebabkan karena ketidakseimbangan
hormon estrogen/testosterone, obat-obatan seperti: INH, digitalis, cimetidine,
kerusakan sistemik seperti sirosis, CRF, hipertiroid. Pada klien kemungkinan
karena kebiasaan minum jamu-jamuan. Dan klien merasakan payudara membesar
1 tahun lalu dan baru timbul nyeri ½ tahun kemudian dan klien merasakan badan
panas dingin.
Untuk menangani masalah tersebut klien akan dilakukan tindakan operasi
mastectomy pada tanggal 9 Desember 2004 jam 12.00. Pasien sudah dipersiapkan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta EGC.

Doengoes, Marilyn & Friends (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta EGC.

Price, Sylvia Anderson and Lorraine Mc. Carty Wilson (1999). Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4, Buku 2, Jakarta EGC.

Lewis, Sharon M. (2002). Medical Surgical Nursing. Volume 2. Jakarta. EGC.

Black, Joyce M. (1993). Luckman and Sorensen’s. Medical Surgical Nursing,


Assessment and Management of Clinical Problems. Third Edition. Mosby
Inc.

Anda mungkin juga menyukai