Anda di halaman 1dari 23

KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP

ADAT KEWARISAN MASYARAKAT DESA MANGKUNG


KECAMATAN PRAYA BARAT
KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Lalu Junaidi

Abstrak
Hukum waris merupakan salah satu bagian hukum kekeluargaan,
karena ruang lingkup pembahasannya menyangkut tentang proses
pelaksanaan pengalihan harta benda orang yang sudah meninggal
kepada anggota keluarga yang masih hidup. Dalam pembagian
harta warisan banyak bentuk hukum yang mengaturnya, seperti
halnya hukum Islam, hukum positif dan hukum adat yang
berkembang di kalangan kehidupan masyarakat. Hukum yang
digunakan masyarakat Desa Mangkung lebih dominan memilih
hukum adat ketimbang hukum-hukum lainnya.
Adapun yang menjadi pokok pembahasan dalam skripsi ini adalah
bagaimana proses pelaksanaan adat kewarisan masyarakat Desa
Mangkung Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah, dan
mengapa masyarakat Desa Mangkung lebih memilih menggunakan
hukum adat dalam melakukan pembagian harta warisan. Penelitian
ini termasuk penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian
yang secara langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan sebuah
pengamatan tentang fenomena-fenomena yang diteliti di lokasi
penelitian didukung dengan wawacanra dengan pihak-pihak yang
terkait. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh pelaku di lokasi penelitian baik dari segi
prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa.
Hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa, pembagian
harta warisan yang sifatnya terbagia hanya diberikan kepad ahli
waris anak laki-laki, dan harta warisan yang sifatnya tidak terbagi
hanya diberikan kepada ahli waris laki-laki paling kecil untuk dimiliki
secara pribadi. Sedangkan anak perempuan hanya diperbolehkan
membawa harta yang ada di anggota badan, seperti kalung, cincin dan
giwang yang tidak termasuk dalam harta bersama dalam keluarga,
melainkan hak milik pribadi secara sah.

66 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


Ada beberapa alasan masyarakat Desa Mangkung menggunakan
hukum adat dalam melakukan pembagian harta warisan diantaranya,
karena masyarakat setempat hanya bisa mengikuti kebiasaan
masyarakat sebelumnya, dan masyarakat Desa Mangkung lebih
memilih untuk menempuh jalan penyelesian yang lebih cepat
dengan cara musyawarah dan mufakat untuk memperoleh
kesepakatan anatar sesama ahli waris demi kebaikan dalam upaya
menghindari perselisihan dalam hubungan keluarga.
Kata kunci: Adat Kewarisan Desa Mangkung.

A. Pendahuluan hukum Islam. Al-Qur’an mengatur


Hukum waris atau yang dengan jelas dan terprinci, karena
lazimnya disebut ilmu fara’id. Dalam kematian pasti akan dialami oleh
literatur hukum Islam adalah salah setiap orang, dan dari kematian
satu bagian dari keseluruhan hukum seseorang akan menimbulkan sebab
Islam yang mengatur tentang berlakunya aturan hukum kewarisan
peralihan harta dari orang yang terhadap keluarga dan harta benda
telah meninggal kepada keluarganya yang ditinggalkanya.3
yang masih hidup.1 Sebab itu Islam mengatur cara
Dan hukum waris merupakan pembagian masing-masing ahli waris
salah satu bagian terkecil dari hukum baik itu laki-laki maupun perempuan
keluarga, karena sangat erat kaitannya yang sudah ada ketentuannya dalam
dengan ruang lingkup kehidupan Al-Qur’an, sebagaimana yang tertera
manusia, sebab setiap manusia pasti dalam Firman Allah SWT.
akan mengalami pristiwa hukum Ayat di atas menjelaskan
yang dinamakan kematian. Hal ini bahwa ahli waris pihak laki-laki
yang akan mengakibatkan masalah dan perempuan mempunyai hak
tentang bagaimana penyelesaian atas harta peninggalan ibu bapak
hak-hak dan kewajiban terhadap dan kerabatnya yang meninggal, dan
anggota keluarga yang ditinggalkan.2 manusia sebagai hamba Allah SWT
Hukum waris menduduki wajib mematuhi serta menjalankan
tempat yang sangat penting dalam ketentuan hukum yang sudah
ditetapkan.
1
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan
Islam ( Jakarta: Prenada Media, 2014), h. 16. 3
Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum
2
Keluarga Besar Peradilan Agama (KBPA), Kewarisan Islam di Pengadilan Agama dan
“Hukum Kewarisan Menurut Hukum Perdata Kewarisan Menurut Undang-Undang Hukum
(BW) dan KHI”, http://www.uinjkt.blogspot.com. Perdata (BW) di Pengadilan Negeri ( Jakarta:
(Diakses, 11 April 2006). Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h . 6.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 67


Walaupun hukum kewarisan peninggalan. Hal ini dapat dilihat
sudah diatur dalam Islam dengan dari realitas pembagian harta warisan
jelas, namun dalam kenyataannya yang dilakukan oleh masyarakat
di masyarakat masih belum Desa Mangkung yang mempunyai
tersosialisasi dengan baik. Hal ini cara tersendiri dalam menyelesaikan
tidak bisa lepas dari pengaruh masalah hukum yang berkaitan
Indonesia yang penduduknya dengan harta seseorang yang
memiliki beraneka ragam bentuk meninggal dunia dengan anggota
kebudayaan yang mencakup keluarganya.5
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, Anak laki-laki yang tertua
moral, dan adat-istiadat. Dari sebagai pengganti orang tua yang
bergam bentuk kebudayaan inilah telah meninggal bukanlah pemilik
yang mengakibatkan masyarakat harta secara perorangan, melainkan
tidak memiliki satu bentuk hukum, hanya berkedudukan sebagai
melainkan banyak bentuk hukum pemegang mandat orang tua yang
yang berkembang dan sifatnya punya kewajiban mengurus anggota
mengikat dan merubah masyarakat. keluarga yang ditinggalkan. Ahli
Salah satunya adalah hukum waris anak laki-laki tertua yang
adat, yang dimana merupakan salah mengatur sekaligus membagikan
satu bentuk hukum yang sifatnya tidak harta warisan kepada ahli waris
tertulis, melainkan bentuk hukum pihak laki-laki setelah menjalani
yang timbul akibat suatu kebiasaan wasiat dan hutang yang berkaitan
yang dilakukan oleh masyarakat dengan muwaris, sedangkan ahli
yang sulit untuk ditinggalkan, dan warisa anak perempuan tidak akan
dari kebiasaan tersebut akan timbul diberikana harta warisan Masyarakat
satu bentuk hukum yang akan Desa Mangkung bisa dikatakan
mempengaruhi dan mengatur dalam secara keseluruhan memiliki satu
kehidupan masyarakat itu sendiri.4 keyakinan dalam beragama yakni
Hukum adat yang banyak agama Islam yang memiliki hukum
berkembang di masyarakat adalah syara’ sebagai pedoman utama dalam
cara pembagian harta warisan, yang menjalani kehidupan, namun dalam
dimana kebanyakan dari masyarakat kenyataannya masyarakat Desa
lebih memilih untuk menggunakan Mangkung lebih dominan untuk
hukum adat dalam menyelesaikan memilih menggunakan hukum adat
masalah terkait dengan harta yang telah diwariskan oleh nenek
moyang mereka, khususnya hukum
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahan, (Bandung: PT Sygma Examedia 5
Observasi di Desa Mangkung, Tanggal
Arkanleema, 2009), h. 45. 12 Agustus 2016

68 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


adat yang menyangkut persoalan Desa Mangkung Kecamatan Praya
tentang pembagian harta warisan.6 Barat Kabupaten Lombok Tengah”.
Walaupun dalam Islam telah B. Kerangka Teori
dijelaskan hukum yang secara khusus
mengatur tentang pembagian harta 1. Pengertian Sosiologi Hukum
warisan, namun hal tersebut tidak Sosiologi berasal dari
bisa mempengaruhi kebiasaan yang pemaduan antara dua istilah yang
dilakukan oleh masyarakat Desa awalnya digunakan secara terpisah,
Mangkung. Karena pembagian harta yakni sosiologi dan hukum. Secara
warisan yang dilakukan masyarakat terminologis yang dimaksud dengan
Desa Mangkung merupakan salah hukum di sini bukan ilmu hukum,
satu bentuk kebiasaan masyarakat melainkan berbagai bentuk kaidah
setempat yang sifatnya turun- sosial atau norma, etika, prilaku
temurun dari zaman nenek moyang dan sebagainya yang berfungsi
mereka. Dan kebiasaan tersebut mengatur kehidupan manusia dalam
sudah mengakar dan menjadi salah bermasyarakat. Dengan demikian,
satu bagian terkecil dari sekian sosiologi hukum lebih tepat kajian
banyak hukum adat yang berlaku di ilmu sosial terhadap hukum yang
Desa Mangkung. berlaku di masyarakat dan prilaku serta
Berdasarkan uraian dari konteks gejala sosial yang menjadi penyebab
penelitian di atas maka penyusun lahirnya hukum di masyarakat.7
merasa tertarik untuk melakukan Menurut Soerjono Soekanto
sebuah penelitian dan mengkaji sosiologi hukum adalah suatu cabang
lebih mendalam tentang fenomena ilmu pengetahuan yang secara analitis
hukum adat kewarisan yang berlaku dan emperis dalam menganilisa atau
di Desa Mangkung serta alasan mempelajari hubungan timbal balik
mendasar sehingga masyarakat antara hukum dengan gejala gejala
Desa Mangkung lebih memilih sosial. Sedangkan menurut Satjipto
untuk menggunakan hukum adat Rahardjo sosiologi hukum adalah
ketimbang hukum Islam. pengetahuan hukum terhadap pola
Adapun penelittian ini akan prilaku masyarakat dalam konteks
diimplemintasikan dalam bentuk sosial.8
karya ilmiah yakni skripsi dengan
judul: “Kajian Sosiologi Hukum
Terhadap Adat Kewarisan Masyarakat
7
Beni Ahmad Saebani, Sosiologi Hukum
6
Burhanudin Tokoh Masyarakat Desa (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2007), h. 16.
Mangkung, Wawancara Di Desa Mangkung. 8
Zainuddin, Sosiologi Hukum, ( Jakarta:
Tanggal 12 Agustus 2016 Sinar Grafika, 2015), h. 1.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 69


2. Pendekatan Sosiologi Hukum instrument perasaan tentang
Ada tiga pendekatan yang yang keindahan, kesenangan dan
digunakan dalam soiologi hukum penilaian baik dan buruk.
untuk memahami hukum yang 4. Kebenaran ilmiah, yaitu
berlaku, hukum yang diterapkan, dan kebenaran yang obyektif
hukum yang dilaksanakan dalam karena adanya relevansi
kehidupan bermasyarakat. Adapun antara pernyataan dan
uraian dari ketiga pendekatan kenyataan.
sosiologi hukum adalah sebagai c. Pendekatan aksiologis, yaitu
berikut: pendekatan filosofis yang dapat
a. Pendekatan ontologis, yaitu diterapkan ke dalam sosiologi
pendekatan yang mengkaji hukum untuk mengkaji gejala
secara mendalam tentang sosial dan eksistensi hukum
hakikat kehidupan sosial dan dan berbagai kaidah normatif
hukum yang diterapkan dan di masyarakat dalam perspektif
berlaku di masyarakat. fungsi bagi masyarakat.9
b. Pendekatan epistemologis Dari ketiga pendekatan di
yakni pendekatan yang atas semuanya mereduksi dari
menggunakan pilsafat ilmu yang filsapat hukum, namun dari
mempersoalkan kebenaran ketiga pendekatan tersebut dapat
pengetahuan. Kebenaran dikembangkan menjadi lima
epeistemilogis dirinci ke dalam pendekatan yang berbeda-beda
empat hal di antaranya: dengan rincian sebagai berikut:
1. Kebenaran religius, yaitu a. Pendekatan sosiologis-
kebenaran yang dibangun eksplanatif yaitu:
oleh kadiah kaidah agama Pendekatan yang
dan keyakinan tertentu menjelaskan makna-makna
yang bersifat mutlak dan hukum yang terdapat
tidak dapat diubah. dalam kitab-kitab hukum
2. Kebenaran filosofis, yaitu dan kaidah-kaidah hukum
kebenaran dari hasil yang bersifat dogmatis
perenungan dan pemikiran dengan mengutarakan
fefleksi filosof yang makna-makna terkstualnya
kontemplatif dan spekulatif. dan menutupi makna
3. Kebenaran estetis, yaitu kontekstualnya.
kebenaran yang didasarkan
pada unsur seni dan
9
Beni, Sosiologi Hukum, h. 25-26.

70 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


b. Pendekatan ini merupakan pendekatan ini menolak
linguisitas pemahaman ahli paradigm hukum yang
hukum dan soisolog dalam bersifat teritorialis.10
menerjemahkan pasal- Berdasarkan macam-macam
pasal hukum yang tertulis bentuk urain pendekatan di atas,
maupun ugeran-ugeran makan penyusun lebih memilih
normatif yang tidak tertulis. untuk menggunakan pendekatan
c. Pendekatan sosiologis ontologis, karena dengan pendekatan
normatif yaitu: Pendekatan ini maka penyusun dapat memahami
yang tidak sekedar hakikat kehidupan masyarakat
menerjemahkan kaidah Desa Mangkung, khusunya cara
hukum yang dogmatis berpikir masyarakat setempat yang
dan pasal-pasal yang melatarbelakangi sehingga hukum
tertuang dalam kitab-kitab adat kewarisan tersebut masih
hukum dan ugeran adat- mampu bertahan di tengah-tengah
istiadat sosial, namun juga masyarakat Desa Mangkung hingga
melakukan pengkajian saat ini.
terhadap berbagai latar
belakang lahirnya kaidah 3. Hukum Kewarisan Islam
hukum dan norma sosial a. Pengertian Hukum Kewarisan
yang berlaku di masyarakat. Islam
d. Pendekatan sosiologis- Dalam beberapa literatur hukum
institusionalistik yakni: Islam ditemui beberapa istilah untuk
Pendekatan yang menamakan hukum waris Islam,
memandang lembaga seperti Fiqih Mawaris, Ilmu Fara’id,
hukum atau institusi sosial dan Hukum Kewarisan. Adapun
yang berada bersama pengertian Hukum Waris Islam adalah
masyarakat atau jauh dari suatu disiplin ilmu yang membahas
jangkuan kehidupan sosial tentang harta peninggalan, tentang
dan karakteristik hukum bagaimana proses pemindahan, siapa
yang berlaku. saja yang berhak menerima bagian
e. Pendekatan sosiologis harta peninggalan, serta berapa
pluralistik yaitu: Pendekatan bagian masing-masing yang akan
yang memahami hukum diperoleh.
sebagai kaidah social yang Hukum waris Islam juga disebut
kebenarannya universal, dengan istilah fara’id yang bentuk
tidak dibatasi oleh wilayah jamak dari kata fardh, yang berarti
atau lokalitas sosial. Dan 10
Ibid., h. 27-28.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 71


kewajiban atau bagian tertentu. yang ia buat dan sesudah dibayar
Apabila dihubungkan dengan hutangnya. Tentang orang tuamu
ilmu, maka menjadi ilmu fara’id dan anak-anakmu, kamu tidak
yang mengandung arti ilmu untuk mengetahui siapa di antara mereka
mengetahui cara membagi harta yang lebih dekat banyak manfaatnya
warisan orang yang telah meninggal bagimu. Ini adalah ketetapan dari
dunia kepada orang yang berhak Allah. Sesungguhnya Allah Maha
menerimanya menurut hukum mengetahui lagi Maha Bijaksana.12
Islam yang sudah tertera dalam Al- Penjelasan dari ayat di atas
Qur’an.11 adalah, bahwa anak perempuan akan
Sebagaiman yang tertera dalam memperoleh harta warisan 2/3 jika
firman ALLAH SWT yang artinya: lebih dari seorang, jika seorang saja
Allah mensyari’atkan bagimu tentang maka harta yang diperolehnya1/2.
pembagian pusaka untuk anak- Sedangkan bagian ibu dan bapak
anakmu, yaitu: Bagian seorang anak adalah satu perenam 1/6 jika
laki-laki sama dengan bagian dua pewaris meninggalkan anak dan
orang anak perempuan, dan jika beberapa saudara, tetapi jika pewaris
anak itu semuanya perempuan lebih tidak meninggalkan anak maka ibu
dari dua, maka bagi mereka dua dan bapak akan memperoleh harta
pertiga dari harta yang ditinggalkan; warisan 1/3 sesudah dipenuhi
Jika anak perempuan itu seorang saja, wasiat, hutang, yang ditinggalkan
maka ia memperoleh separuh harta. oleh pewaris.
Dan untuk dua orang ibu-bapak, b. Asas-Asas Hukum Kewarisan
bagi masing-masingnya seperenam Islam
dari harta yang ditinggalkan, jika
Dalam pembahasan kewarisan
yang meninggal itu mempunyai
ada lima asas yang berkaitan dengan
anak, jika orang yang meninggal
sifat peralihan harta kepada ahli waris
tidak mempunyai anak dan ia
antara lain:
diwarisi oleh ibu-bapaknya saja, maka
ibunya mendapat sepertiga, jika yang 1) Asas Ijbari
meninggal itu mempunyai beberapa Asas ijbari yang dijalankan
saudara,maka ibunya mendapat dalam hukum Islam
seperenam. Pembagian-pembagian mengandung arti, bahwa
tersebut sesudah dipenuhi wasiat peralihan harta dari seseorang
yang telah meninggal kepada
11
Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum
Kewrisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum 12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Positif Di Indonesia ( Jakarta: Sinar Grafika, Terjemahan (Semarang: Ahmad Tohaputra,
2011), h. 15-16. 2000), h. 62.

72 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


ahli warisnya yang berlaku Asas semata akibat kematian
dengan sendirinya menurut mengandung arti bahwa harta
kehendak Allah SWT tanpa seseorang tidak dapat beralih
tergantung kepada kehendak kepada orang lain dengan nama
atau permintaan dari ahli waris. warisan selama yang mempunyai
2. Asas Bilateral harta masih hidup.13
Asas bilateral mengandung arti c. Rukun Kewarisan Islam
bahwa harta warisan akan Rukun merupakan bagian dari
beralih melalui dua arah. Hal ini permasalahan yang akan menjadi
berarti bahwa setiap orang yang pembahasan, tanpa adanya rukun
akan menerima hak kewarisan pembahasan warisan tidak akan
dari kedua belah pihak garis sempurna. Dalam masalah kewarisan
kerabat, yakni pihak kerabat mempunyai tiga rukun yaitu:
garis keturunan laki-laki dan 1) Maurus atau harta peninggalan
garis keturunan perempuan. yang ditinggalkan oleh si
3) Asas Individual mayit setelah diambil biaya
Asas individual merupakan pemakaman, menjalankan
aturan hukum Islam yang wasiat, dan pelunasan hutang
dimana harta warisan dapat piutang yang berkaitan dengan
dibagi untuk dimiliki secara orang lain ketika si mayit
perorangan. Masing-masing masih hidup. 14
ahli waris menerima bagiannya 2) Muwaris atau orang yang
secara tersendiri yang sudah telah meninggal dunia yang
ditetapkan dalam Al-Qur’an, meninggalkan harta benda
tanpa terikat oleh ahli waris yang akan dibagikan kepada
yang lain. keluarganya.
4) Asas Keadilan Berimbang 3) Ahli waris atau keluarga yang
Asas keadilan secara mendasar akan menerima harta warisan
dapat dikatakan bahwa dari harta peninggalan si mayit
perbedaan gender tidak dengan terlebih dahulu dipotong
menentukan hak kewarisan oleh biaya pemakaman, hutang,
dalam hukum Islam. Artinya wasiat.
sebagaimana laki-laki,
perempuan juga mendaptakan
hak yang sama kuat untuk
13
Amir, Hukum Kewarisan, h. 17.
mendapatkan harta warisan. 14
Otje Salman, Mustofa Haffas, Hukum
5. Asas Semata Akibat Kematian Waris Islam (Bandung: PT Refika Aditama,
2002), h. 4.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 73


d. Syarat-Syarat Kewarisan Islam mafqud, anak dalam kandungan,
Syarat-syarat yang harus dan mati bersama.
dipenuhi dalam waris-mewarisi a) Mafqud adalah hal
adalah sebagai berikut: keberadaan seseorang
1) Matinya pewaris yang mutlak. ahli waris yang tidak
Dalam artian seseorang baru diketahui secara pasti
bisa disebut muwaris, jika keberadaannya, apakah
muwarisnya telah meninggal masih hidup atau sudah
dunia. Kematian muwaris mati ketika muwaris
menurut ulama dibedakan meninggal dunia.
menjadi tiga macam yaitu: b) Masalah anak dalam
a) Mati haqiqy (mati sejati) kandungan terjadi pada
adalah kematian yang istri muwaris yang dalam
mutlak kebenarannya keadaan mengandung
dan dapat disaksikan oleh ketika muwaris meninggal
panca indra. dunia.
b) Mati hukmy (menurut Dalam hal kasus seperti
putusan hakim) adalah ini maka pembagian ahli
kematian yang disebabkan waris dapat ditangguhkan
adanya putusan dari pihak sampai anak tersebut
hakim, baik orangnya dilahirkan.
masih dalam keadaan hidup c) Masalah mati bersama
maupun sudah mati. terjadi dalam hal, ketika
c) Mati taqdiry (menurut dua orang atau lebih yang
dugaan) adalah kematian bisa saling mewarisi namun
yang didasarkan pada dalam keadaan waktu yang
dugaan yang kuat bahwa sama mereka mati secara
orang yang bersangkutan bebarengan. Dalam hal
telah mati.15 kasus seperti ini maka
penetapan keberadaan
2) Hidupnya ahli waris mutlak
mereka akan dilakukan
harus dipenuhi. Seseorang ahli
dengan memperhatikan
waris hanya akan mewarisi jika
kepentingan ahli waris lain
dia masih hidup ketika pewaris
yang masih hidup.16
meninggal dunia. Masalah yang
boleh jadi muncul berkaitan 3) Tidak ada penghalang dalam
dengan hal ini antara lain waris-mewarisi, ahli waris

15
Ibid., h. 5 16
Ibid., h. 6.

74 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


baru dapat mewarisi harta f. Halangan Dalam Waris-
peninggalan pewaris jika tidak Mewarisi
ada penghalang baginya, seperti Dalam pembahasan sebelumnya
karena pembunuhan, dan beda telah dijelaskan sebab-sebab adanya
agama.17 hak kewarisan, yaitu hubungan
e. Sebab-Sebab Timbulnya Waris- kekerabatan, perkawinan atau
Mewarisi perwalian (wala’). Tetapi kewarisan
Harta orang yang telah tidak serta merta dapat terwujud,
meninggal dengan sendirinya akan karena boleh jadi ada penghalang
beralih kepada orang yang masih dalam waris-mewarisi. Ada dua
hidup yang memiliki hubungan penghalang dalam mewarisi yaitu:
dengan orang yang telah meninggal. 1) Perbedaan agama yang
Dalam literatur hukum Islam menghalangi non-muslim
dinyatakan ada empat hubungan untuk mewarisi seseorang yang
yang menyebabkan seseorang muslim. Dan sebaliknya muslim
bisa menerima harta warisan dari tidak bisa mewaris orang non-
seseorang yang telah mati, yaitu: muslim.
1) Adanya hubungan kerkerabatan 2) Pembunuhan yang menghalangi
antara pihak-pihak pewaris seseorang untuk memperoleh
dan ahli waris yang memiliki warisan dari orang yang
hubungan dekat dengan dibunuhnya, baik pembunuhan
seseorang karena hubungan secara perencanaan maupun
darah atau hubungan nasab. pembunuhan secara tidak
2) Adanya hubungan perkawinan. berencana.19
Suami istri saling mewarisi g. Golongan Ahli Waris
jika salah seorang dari mereka Berdasarkan besarnya hak yang
meninggal dunia dengan ikatan akan diterima oleh para ahli waris,
perkawainan masih berlangsung maka hukum waris Islam membagi
dan perkawinan yang sah dua golongan ahli waris, yaitu
menurut hukum Islam. golongan ashabul furud dan golongan
c) Hubungan wala’ (perwalian) ashabah.
akan bisa menerima harta 1) Ashabul furud, yaitu golongan-
warisan jika orang yang golongan ahli waris yang bagian
memerdekakannya tidak haknya yang sudah ditentukan
mempunyai kerabat. 18
oleh Al-Qur’an yaitu: 1/2, 1/3,
1/4, 1/6, 1/8, 2/3.
17
Ibid., h. 7.
18
Amir, Hukum Kewarisan, h. 174. 19
Ibid., h. 193.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 75


2) Ashabah, yaitu golongan ahli a) Anak perempuan jika
waris yang bagian haknya tidak sendiri.
tertentu, tetapi mendapatkan b) Suami jika tidak bersama
sisa dari ashabul furud atau anak.
mendapatkan semuanya jika 2) Golongan ahli waris dengan
tidak ada golongan ashabul furudul muqaddaroh 1/3
furud. Dalam hal ini para ahli adalah sebagai berikut:
fara’id membedakan ashabah
a) Ibu jika tidak bersama anak.
ke dalam tiga macam, yaitu
ashabah binnafsi, ashabah bil- b) Nenek jika tidak bersama
ghairi, dan ashabah ma’al- anak.
ghairi. 3) Ahli waris dengan bagian
a) Ashabah binnafsi adalah furudul muqaddaroh 1/4
kerabat laki-laki yang adalah sebagai berikut:
dipertalikan dengan si a) Suami jika mewarisi bersama
pewaris tanpa diselilingi anak.
oleh ahli waris perempuan. b) Istri jika tidak mewarisi
b) Ashabah bil-ghairi adalah bersama anak.
kerabat perempuan yang 4) Ahli waris dengan furudul
memerlukan orang lain muqaddaroh 1/6 adalah sebagai
untuk menjadi ashabah berikut:
dan untuk bersama-sama a) Bapak jika bersama anak.
menerima ashabah b) Ibu dan nenek jika bersama
c) Ashabah ma’al-ghairi adalah anak.
kerabat perempuan yang 5) Ahli waris dengan furudul
memerlukan orang lain muqaddaroh 1/8 adalah sebagai
untuk menjadi ashabah, berikut:
tetapi orang lain tersebut
a) Istri jika bersama anak.
tidak berserikat dalam
menerima ashabah.20 6) Ahli waris dengan furudul
muqaddaroh 2/3 adalah sebagai
h. Bagian Ahli Waris
berikut:
1) Golongan ahli waris yang
a) Anak perempuan jika lebih
mendapatkan harta warisan
dari seorang.
dengan cara ashabul furud
dengan furudul muqaddaroh b) Saudara perempuan jika
1/2 adalah sebagai berikut: lebih dari seorang.

20
Otje, Mustofa, Hukum Waris, h. 51.

76 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


c) Cucu perempuan jika lebih Menurut L. J. Van Apeldoorn
dari seorang.21 sebagaimana yang dikutip oleh
Ahmad Tholabi Kharlie dalam
C. Analisis Tentang Proses
bukunya, “hukum bertujuan untuk
Pelaksanaan Adat Kewarisan
mengatur pergaualan hidup secara
Masyarakat Desa Mangkung.
damai. Eksistensi hukum sebagai
Pada hakekatnya hukum alat yang mendamaikan ini karena
merupakan suatu realitas sosial, dalam setiap individu selalu ada
karena mempunyai karakteristik kepentingan pribadi, sehingga jika
yang selalu merujuk pada realitas kepentingan ini diberikan justru
sosial. Pertama, hukum menghendaki akan menyebabkan perselisihan dan
adanya stabilitas dalam masyarakat. konflik. Sedangkan menurut William
Kedua, hukum sebagai kaedah-kaedah Even sebagaimana yang dikutip
yang mengatur hubungan antar oleh Ahmad Tholabi Kharlie dalam
manusia. Ketiga, hukum cenderung bukunya, “tujuan hukum untuk
untuk mementingkan ketertiban.22 mengubah tingkah laku, moral,
Dan merupakan suatu kenyataan dan kebiasaan masyarakat tertentu.
bahwa dalam hidup bermasyarakat Hukum yang mengodifikasikan
diperlukan aturan-aturan yang bersifat moral, kebiasaan atau tingkah laku
umum. Karena setiap kepentingan adalah fungsi pasif dari hukum”.
yang ada di dalam masyarakat
Di sisi yang lain, terdapat fungsi
dipertimbangkan untuk dituangkan
aktif dari hukum yaitu sebagai alat
dalam aturan yang bersifat umum
atau unsur utama dalam perubahan
agar kepentingan-kepentingan
sosial, untuk mengodifikasikan
tersebut dapat dilindungi. Aturan
tingkah laku masyarakat dan
hukum, baik berupa undang-undang
keyakinan mereka, dapat
maupun hukum tidak tertulis,
dikategorikan sebagai fungsi aktif
berisi aturan-aturan yang bersifat
dari hukum. Dengan peristilahan
umum yang menjadi pedoman
lain dikenal dengan hukum sebagai
bagi individu bertingkah laku dalam
kontrol sosial atau rekayasa sosial.24
hidup bermasyarakat, baik dalam
hubungan dengan sesama individu Hukum sebagai alat rekayasa
maupun dalam hubungannya dengan sosial dimaksudkan bahwa hukum
masyarakat.23 digunakan sebagai sarana atau
agen untuk mengubah kondisi
21
Ibid., h. 58. masyarakat. Agen ini dapat berupa
22
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar
Ilmu Hukum, ( Jakarta: Prenadamedia Group. 24
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga
2008), h. 136 Indonesia ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.
23
Ibid.,h. 138. 58.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 77


perorangan atau sekelompok orang Istilah hukum adat
yang mendapatkan kepercayaan dari diperkenalkan di kalangan banyak
masyarakat sebagai pemimpin atau orang yang lazimnya mereka sebut
lembaga kemasyarakatan. Hukum “adat” saja. Kata adat berasal dari
akan memimpin masyarakat dalam bahasa arab yang berarti kebiasaan.
mengubah sistem sosial dan dalam Berdasarkan hal ini, dapat dilihat
pelaksanaannya yang terkait dengan dari perkembangan hidup manusia
tekanan-tekanan untuk mengadakan yang diberi akal pikiran oleh Tuhan
perubahan, atau bahkan mungkin dalam berprilaku. Dan dengan prilaku
juga menyebabkan perubahan pada yang secara terus menerus dilakukan
lembaga-lembaga sosial. Kontrol sosial perorangan menimbulkan kebiasaan
ini dibutuhkan untuk memelihara pribadi. Karena dalam diri manusia
peradaban manusia, mulai dari telah melekat sebuah behavior yang
fungsi utamanya mengatur hubungan dapat dilihat dari gerak motoris,
manusia hingga urusan internal persepsi, maupun fungsi kognitifnya
manusia (alamiah) yang menjadi yang membentuk sebuah totalitas
kebutuhan dasar mereka.25 diri sebagai individu. Dari prilaku
Namun seiring dengan proses yang terus-menerus dilakukan
reformasi dewasa ini, bangsa perorangan akan menimbulkan
Indonesia tengah dihadapkan pada kebiasaan pribadi. Adanya aksi
suatu potret realita bahwa sistem dan reaksi yang terpolarisasi dari
hukum nasional tidak berlaku hubungan timbal balik antara individu
efektif di tengah masyarakat. Hal yang satu dan yang lainnya, akan
ini tidak bisa lepas dari pengaruh membentuk sebuah interaksi sosial.
kondisi masyarakat yang begitu Tata alur inilah yang menunjukan
pluralistis dengan hukum adat proses lahirnya adat-istiadat yang
merupakan akibat rendahnya mutu menjadi hukum dalam masyarakat.27
dan penetrasi pendidikan hukum Hukum adat memiliki ciri khas,
itu sendiri. Selain itu, masyarakat yang dimana hukum adat cendrung
yang cendrung tumbuh dengan bersifat tradisional dalam arti bahwa
paradigma hukum adatnya secara hukum adat berakar dari kehendak
tradisional, lebih banyak menerima nenek moyang yang diagungkan.
informasi dan komunikasi yang Pada sisi lain hukum adatpun dapat
intens daripada pengetahuan hukum berubah dan menyesuaikan diri
nasionalanya.26 dengan kondisi-kondisi tertentu
25
Ibid., h. 59.
26 27
Juhaya S. Praja, Teori Hukum Dan Suriyaman Mustari, Hukum Adat Dahulu,
Aplikasinya, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), Kini, Dan Akan Datang, ( Jakarta: Preniadamedia
h.55. Group, 2014), h. 2.

78 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


dari perkembangan masyarakat. sudah dapat dimulai semasa pemilik
Perubahan ini biasanya terjadi bukan harta (muwaris) masih hidup serta
karena adanya penghapusan secara proses tersebut dapat berlanjut
resmi, melainkan karena adanya terus-menerus hingga keturunannya
perubahan kondisi, tempat dan masing masing.30
waktu.28 Bila ditilik tentang sifat hukum
Pada hakekatnya hukum waris adat ini, terlihat bahwa
adat mengutamakan adanya sifat hukum waris adat bercorak
musyawarah dan mufakat, baik komunal dari alam pikiran tradisional
di dalam keluarga, hubungan Indonesia. Oleh karena itu, hukum
kekerabatan, ketetanggaan memulai waris adat memiliki perbedaan
suatu pekerjaan maupun dalam dengan hukum-hukum waris barat
mengakhiri pekerjaan antara yang dan hukum waris Islam. Hukum
satu dan yang lainnya, diutamakan waris adat dapat meletakan dasar
jalan penyelesaiannya secara rukun kerukunan pada proses pelaksanaan
dan damai dengan musyawarah dan pembagiannya. Dan hukum
mufakat, dengan saling memaafkan waris adat dalam pelaksanaan
tanpa harus terburu pertingkaian pembagiannya dapat ditunda untuk
langsung dibawa atau disampaikan waktu yang cukup lama atau hanya
ke pengadilan negara. Dan corak sebagian yang dibagi. Maka dapat
musyawarah dan mufakat ini dalam diketahui bahwa hukum waris
penyelesaian perselisihan biasanya adat sangat erat hubungannya
didahului oleh adanya semangat dengan sifat-sifat kekeluargaan dari
i’tikad baik, adil, dan bijaksana masyarakat yang bersangkutan
dari orang yang dipercaya sebagai beserta pengaruhnya pada harta
penengah perkara atau semangat dari kekayaan yang ditinggalkan yang
majelis permusyawaratan adat.29 berada dalam masyarakat itu.31
Salah satunya perkara warisan Seperti halnya hukum waris adat
yang dimana aturan-aturan atau masyarakat Desa Mangkung. Kalau
norma hukum yang mengatur dianalisa perkembangan hukum
atau menetapkan bagaimana harta adat kewarisannya sampai saat ini
peninggalan atau warisan diteruskan masihdipertahankan oleh masyarakat
atau dibagi-bagi kepada ahli waris setempat. Karena masyarakat
dari generasi ke generasi. Proses setempat masih tergolong sangat
peralihan harta ini sesungguhnya kental dalam menerapkan hal-hal
yang menyangkut persoalan tentang
28
Ibid,. h. 16.
30
29
Dewi Wulansari, Hukum Adat Indonesia, Ibid,. h. 71.
31
(Bandung: PT Rafika Aditama, 2014), h. 21. Ibid,. h. 73

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 79


adat-istiadat. Hal tersebut tidak kewarisan tersebutpun secara tidak
bisa lepas dari pengaruh tatanan langsung akan tetap diterapkan dari
lingkungannya yang merupakan generasi ke genarasi berikutnya.
komunitas masyarakat lokal yang “Masyarakat Desa Mangkung
memiliki ciri khas masih memegang bisa dikatakan rata-rata dalam
erat kebiasaan-kebiasaan lama menyelesaikan masalah harta
tanpa harus mempertimbangkan peninggalan (warisan) lebih
apakah kebiasaan-kebiasaan dominan untuk memeilih jalan
tersebut dapat menyesuaikan penyelesaian yang lebih cepat. Dan
dengan keadaan masyarakat yang hal tersebut dapat diperoleh dengan
mengalami perubahan kehidupan cara menggunakan hukum adat,
dan aktifitas yang lebih maju. Dan karena sudah menjadi corak dari
bisa dikatakan bahwa hal tersebut masyarakat Desa Mangkung, yang
yang menyebabkan adat-istiadat apabila akan menyelesaikan suatu
masyarakat Desa Mangkung belum persoalan lebih-lebih persoalan
mampu untuk dimanimalisirkan, yang menyangkut tentang adat-
karena adat atau norma-norma istiadat musyawarah dan mufakat
tersebut merupakan sesuatu yang merupakan jalan pertama yang harus
sudah melekat dalam kehidupan ditempuhnya. Karena masyarakat
masyarakatnya. Khsususnya tentang setempat berpandangan bahwa
adat pembagian harta warisan yang cara musyawarah dan mufakat
sampai saat ini masih diterapkan oleh merupakan cara utama untuk
masyarakat setempat. menghindari terjadinya perselisihan
Adat kewarisan ini mampu antara keluarga.
bertahan dalam tatanan kehidupan Kesepakatan dari para ahli
masyarakat Desa Mangkung, waris harus benar benar tulus dan
karena adat-istiadat tersebut sampai ikhlas dari hati nurani. Karena
saat ini masih dipertahankan oleh dengan adanya kesepakatan dari
masyarakat setempat, dan bisa masing-masing para ahli waris, maka
dikatakan bahwa secara tidak langsung keutuhan dan kerukunan dalam
penerapan dari adat kewarisan yang berkeluarga akan tetap terjaga tanpa
dilakukan oleh masyarakat mampu harus ada perselisihan. Karena pada
memberikan suatu pemahaman, dasarnya masyarakat setempat
pelajaran kepada individual lainnya berpandangan bahwa kerukunan
yang akan mengakibatkan terjadinya dalam kekeluargaan yang paling
peniruan dalam tatanan kehidupan diutamakan. Hal tersebut yang
bermasyarakat yang berada dalam menyebabkan masyarakat setempat
satu komunitas. Sehingga adat lebih dominan untuk menggunakan

80 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


hukum adat untuk menyelesaikan hidup secara atomistis dan soliter.
sengketa menyangkut tentang Tidak dapat disangkal bahwa secara
pembagian harta warisan”.32
kodrati manusia memang makhluk
Pada umumnya masyarakat bermasyarakat. Mengingat manusia
Desa Mangkung akan melakukan kodratnya sebagai makhluk sosial,
pembagian apabila salah satu untuk dapat melangsungkan hidupnya
dari golongan ahli waris laki-laki dan eksetensinya sebagai manusia,
menuntut agar harta warisan tersebut dan manusia mengembangkan
untuk dibagikan karena kebutuhan sarana yang bersifat imaterial yang
dari ahli waris tersebut. Dalam dapat menjadi perekat dalam hidup
pelaksanaannya jika sebagian ahli bermasyarakat. Oleh karena adanya
waris ada yang belum dewasa dan pranata-pranata yang timbul karena
belum mapan maka hak bagiannya adanya moral dalam masyarakat.34
menjadi harta warisan gantungan Dalam masyarakat primitif,
yang akan dikuasai oleh ibunya atau prilaku anggota masyarakat
saudaranya yang diserahkan untuk memanifestasikan keteraturan
mengurus/mengelolanya untuk lahiriah tertentu, terutama dalam
sementara waktu sampai ahli hubungannya dengan sesamanya.
waris tersebut dewasa dan mapan Keteraturan tersebut tampaknya
untuk memanfaatkan harta warisan dikondisikan secara organisasi dan
tersebut.33 merupakan ciri manusia yang paling
primer. Dari merekalah berasal
D. Analisis Tentang Alasan ide tentang suatu norma yang
Masyarakat Desa Mangkung seharusnya ditaati. Hal tersebut
Menggunakan Hukum Adat menunjukkan bahwa dalam
Dalam Melakukan Pembagian berinteraksi dengan sesamanya,
Harta Warisan prilaku seseorang itu dipengaruhi
1. Kolektifitas Sosial oleh nilai atau norma tertentu yang
berlaku dalam masyarakatnya serta
Hidup bermasyarakat
kebudayaannya.35
merupakan modus survival bagi
manusia, artinya hanya dengan Nilai dan norma (adat-
hidup bermasyarakat manusia dapat istiadat, kebiasaan, kaidah) sangat
melangsungkan hidupnya. Hal ini erat kaitannya satu sama lain.
berarti manusia tidak mungkin Norma sebagai petunjuk arah untuk
menentukan antara prilaku yang
32
Darmawan Tokoh Adat, Wawancara di
Desa Mangkung, Rabu, Tanggal 27 Juli 2016. 34
Peter Mahmud, Pengantar Ilmu, h. 41.
Darmawan Tokoh Adat, Wawancara di
33 35
Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Pengantar
Desa Mangkung, Rabu, Tanggal 27 Juli 2016. Sosiologi, (Bandung: Premedia Group, 2010), 41.

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 81


boleh dilakukan dan yang dilarang. Sebagaimana halnya yang
Sedangkan nilai merupakan terjadi di kalangan masyarakat
merupakan cita-cita kehdupan Desa Mangkung, yang dimana
kelompok itu sendiri, sebab nilai masyarakatnya dalam bertingkah
merupakan konsep tentang sesuatu laku tidak akan menyimpang dari
yang baik, layak, patut, pantas, keadaan yang sudah ada yang
yang menjadi cita-cita bersama. timbul akibat dari prilaku orang-
Namun kebutuhan tersebut tidak orang terdahulu. Maka dapat
akan terpenuhi jika manusia hidup dikatakan bahwa masyarakat Desa
berkelompok. Sebab tidak ada bayi Mangkung sudah menyatu dengan
baru lahir yang langsung memiliki keadaan yang ada di dalam tatanan
kemampuan mempertahankan lingkungannya. Lebih-lebih hal yang
hidup tanpa peran orang tua dan menyangkut tentang persoalan adat-
lingkungan. Karena hal yang tidak istiadat yang merupakan landasan
bisa dihindari oleh setiap individ utama masyarakat setempat dalam
adalah tidak ada satupun individu bertingkah laku dalam kehidupan
yang memiliki kemampua untuk bermasyarakat. Prilaku dari
memenuhi kebutuhan hidupnya Masyarakat Desa Mangkung inipun
tanpa hidup dalam kelompok.36 dapat mencerminkan, bahwa
Adat-istiadat atau kebiasaan yang masyarakat setempat masih
ada di masyarakat dapat dikatakan menanam sifat-sifat kebersamaan
sebagai ruh dalam interaksi sosial. Hal dalam upaya untuk tetap menerapkan
ini dikarenakan kebiasaan yang ada di adat-istiadat yang diwariskan nenek-
masyarakat menjadi sebuah identitas moyang mereka. Karena masyarakat
dari kelompok sosial tertentu atau ciri setempat lebih mengutamakan
dari masyarakat tertentu. Kebiasaan kepentingan bersama dari pada
pada dasarnya menunjukkan suatu kepentingan pribadi. Kepentingan
gejala dalam perilaku seseorang bersama dalam artian bahwa
untuk bertindak secara teratur. masyarakat setempat berusaha
Dari kebiasaan-kebiasaan seseorang untuk tetap menjalankan adat-
ini dapat berpengaruh pula pada istiadat secara bersama-sama, tanpa
kehidupan seseorang lainnya dan mempertimbangkan terlebih dahulu
dapat menjadi norma atau patokan apakah adat-istiadat tersebut sudah
dalam kehidupan bermasyarakat.37 memenuhi rasa keadilan dalam
penerapannya. Karena masyarakat
36
Ibid., h. 43. setempat meyakini bahwa adat-
37
Kajian Sosiologi Hukum Dalam istiadat tersebut sudah sejalan
Penegakan Hukum Perkawinan Pada Perkawinan
Anak Anak http://astriboy.blogspot.co.id (Diakses, dengan moral dan kebiasaan dari
7 Juli 2016).

82 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


masyarakat setempat. Khususnya dengan norma atau hukum adat.
adat-istiadat tentang pembagian harta Dengan demikian, norma hukum
warisan. adat merupakan bagian dari norma-
norma masyarakat (norma sosial).39
2. Menjaga Peninggalan Le­
luhur Berbicara masalah budaya,
tidak akan bisa terlepas dari
Manusia dengan kebudayaan
persoalan persoalan nilai kearifan
merupakan kesatuan yang tidak
lokal karena nilai-nilai kearifan lokal
terpisahkan, sementara itu
mengandung nilai-nilai adi luhung
pendukung kebudayaan adalah
peninggalan orang terdahulu yang
makhluk manusia itu sendiri. Dan
memuat tentang aturan-aturan dan
sekalipun makhluk manusia akan
norma-norma sebagai pijakan dalam
mati, tetapi kebudayaan yang
bertingkah laku dan bertutur sapa.
dimilikinya akan diwariskan pada
Dan kearifan budaya adalah suatu
keturunannya, demikian seterusnya.
terminilogi yang diberikan bagi
Pewarisan kebudayaan tidak selalu
keseluruhan nilai-nilai maupun
terjadi secara vertikal atau kepada
sistem kehidupan masyarakat leluhur
anak cucu mereka, melainkan dapat
di masa lampau hal ini terbukti
pula secara horizontal yaitu manusia
secara signifikan masih terus hidup
yang satu dapat belajar kebudayaan
memberikan roh dan nilai-nilai baru di
dari manusia lainnya. Kebudayaan
era globalisasi, asalkan diaplikasikan
juga merupakan keseluruhan yang
dalam kehidupan bermasyarakat
kompleks yang di dalamnya terdapat
secara teguq (kuat dan utuh), lurus
pengetahuan, kepercayaan, kesenian
dan jujur, bersungguh sungguh, dan
moral, hukum, adat-istiadat.38
penuh rasa kasih sayang.40
Maka dapat dikatakan
Seperti halnya yang dilakukan
bahwasanya, tidak ada suatu
oleh masyarakat Desa Mangkung
masyarakat yang tanpa kebudayaan,
dalam menghadapi pola pikir dan
karena setiap masyarakat betapaun
kehidupan yang lebih maju upaya untuk
sederhananya pasti memiliki nilai-
mempertahankan adat-istiadat yang
nilai dan norma-norma atau kaidah-
diwariskan nenek-moyang mereka.
kaidah. Salah satu norma yang ada
Yang dimana masyarakat setempat
dalam masyarakat yang terwujud
melakukan suatu pengajaran tentang
dari perikelakuan masyarakat yang
dilakukan secara berulang-ulang 39
Dewi Wulansari, Hukum Adat, h. 12.
dalam pola yang sama, yang disebut 40
Warni Djuwita, Psikologi Perkembangan
Stimulasi Aspek Perkembangan Anak Dan Nilai
38
Hari Poerwanto, Kebudayaan Dan Kearifan Lokal Melaui Permainan Tradisional
Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi, Sasak, (Mataram : LKIM Lembaga Kajian Islam
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), h. 50. Dan Masyarakat, 2011), h.119

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 83


begitu pentingnya adat-istiadat membuatnya tunduk dan patuh
dalam kehidupan bermasyarakat. dengan peraturan-peraturan yang
Sehingga masyarakat setempat dapat diwariskan nenek moyang mereka
menyadari dan merasa bersama- tanpa harus mempertimbangkan
sama bertanggung jawab untuk terlebih dahulu apakah kaidah-
menjaga warisan nenek-moyang kaidah yang terdapat dalam adat-
mereka dalam kehidupan bersosial. istiadat/kebiasaan-kebiasaan tersebut
Khususnya adat-istiadat tentang sudah bisa memenuhi rasa keadilan
pembagian harta warisan. dalam menerapkannya. Karena
Di satu sisi masyarakat bagaimanapun yang diutamakan
setempat masih menjaga pola oleh masyarakat setempat adalah
pikir dan paradigma yang sifatnya kebersamaan dalam mempertahankan
mengutamakan kebersamaan keutuhan adat-istiadat tersebut.
untuk sama-sama mewujudkan 3. Menghindari Perselisihan
agar kebiasaan-kebiasaan tersebut
Peranan hukum adat berfungsi
untuk tetap diterapkan dan dijaga
sebagai pengendalian sosial yang pada
kearifannya. Pola pikir tersebut tidak
dasarnya merupakan pengekangan
bisa lepas dari pengaruh lingkungan
atau pembatasan terhadap satu
yang didiaminya semenjak dilahirkan,
tingkah laku dan pembetulan tingkah
dan yang didiami oleh orang tuanya,
laku dari individu maupun kelompok
sampai nenek moyang mereka.
yang pada dasarnya sebagai bentuk
Maka dapat dikatakan masyarakat
usaha untuk satu tata nilai atau
Desa Mangkung untuk meninggalkan
kaidah kaidah agar tercipta satu
tanah kelahairannya tidak akan mudah
kedamaian atau ketentraman di
untuk dilakukannya, termasuk untuk
dalam masyarakat. Oleh kaena itu,
meninggalkan aturan-aturan/norma-
pengendalian sosial juga merupakan
norma yang berlaku di dalam
usaha untuk menilai tingkah laku
tatanan lingkungan hidupnya.
karena perbaikan itu berangkat dari
Masyarakat Desa Mangkung penilaian yang diberikan oleh satu
juga masih merasa terikat dalam suatu kelompok kepada individu atau
ketertiban berdasarkan kepercayaan sebaliknya.
bahwa mereka berasal dari satu
Penilaian inilah kemudian
keturunan yang sama. Dalam artian
disebut sesuai atau tidak sesuai
masyarakat setempat tergolong dalam
dengan nilai nilai atau kaidah-kaidah
satu komunitas yang bersangkutan,
yang ada dan menjadi panutan
karena meyakini bahwa mereka
bersama.41 Dalam masyarakat
berasal dari satu keturunan (nenek-
moyang) yang sama yang harus 41
Dewi Wulansari, Hukum Adat, h. 160.

84 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


terdapat norma-norma yang norma yang berlaku dalam tatanan
mengatur kehidupannya, dengan kehiduapnnya. Karena masyarakat
adanya norma-norma masyarakat setempat meyakini bahwa norma-
bertindak laku sesuai aturan yang noram tersebut merupakan suatu
telah ada, sehingga tidak serta- landasan atau motivasi dalam
merta akan bertindak laku sesuai bertindak, sehingga bisa dikatakan
kehendak dirinya. Dalam masyarakat bahwa prilaku masyarakat Desa
apabila ingin menjaga hubungan Mangkung merupakan suatu
antar manusia di dalam suatu pencerminan dari nilai-nilai adat-
masyarakat terlaksana sebagaimana istiadat tersebut. Khususnya cara
yang diharapkan. Maka dirumuskan berprilaku dalam menyelesaikan
norma-norma masyarakat. Mula- persoalan pembagian harta warisan.
mula norma tersebut terbentuk Masyarakat Desa Mangkung
secara tidak sengaja. Namun lama selain meyakini bahwa norma
kelamaan norma-norma tersebut norma/adat-istiadat tersebut
tersebut dibuat secara sadar. merupakan suatu pedoman dalam
Norma-norma yang ada di berprilaku, masyarakat setempat juga
dalam masyarakat mempunyai meyakini bahwa adat-istiadat tersebut
kekuatan mengikat yang berbeda- memiliki nilai-nilai luhur yang bisa
beda. Ada norma yang lemah, yang memberikan kebaikan, kedamaian,
sedang sampai yang kuat daya dan kesejahteraan bagi kehidupan
ikatnya. Pada yang terakhir, umumya masyarakat setempat. Seperti halnya
anggota-anggota masyarakat pada dalam menyelesaikan persoalan
tidak berani melanggarnya.42 yang menyangkut tentang harta
Sebagaimana adat-istiadat peninggalan, yang dimana landasan
yang ada di kalangan masyarakat utama dalam penyelesaiannya
Desa Mangkung, yang diaman yakni dengan cara bermusyawarah
masyarakat Desa Mangkung dan mufakat, karena dengan cara
apabila akan menyelesaikan suatu musyawarah dan mufakat maka
persoalan, khususnya menyangkut perselisihan dalam kekeluargaan akan
persoalan pembagian harta warisan. dapat terhindari.
Masyarakat setempat tidak akan E. PENUTUP
keluar dari kaidah-kaidah/norma-
a. Kesimpulan
42
Makalah Suhartini, Kajian Kearifan Berdasarkan dari uraian bab-bab
Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan sebelumnya, maka penyusun dapat
Sumber Daya Alam Dan Lingkungan. menyimpulkan sebagai berikut:
Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta. h. 8

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 85


1. Pelaksanaan pembagian harta masyarakat Desa Mangkung
warisan di kalangan masyarakat menggunakan adat kewarisan
Desa Mangkung rata-rata lebih diantaranya adalah sebagai
dominan menggunakan hukum berikut:
adat, yang dimana pembagiannya 1. Kolektifitas Sosial: Pada
dilakukan apabila salah satu umunya masyarakat
dari ahli waris menuntut untuk Desa Mangkung dalam
harta warisaanya dibagikan. menggunakan adat
Sedangkan Dalam proses kewarisan hanya mengikuti
pembagiannya masyarakat harus dan menjalani keadaan yang
menempuh jalan musyawarah sudah berlaku di tatanan
mufakat, karena prinsip dasar lingkungannya, tanpa
masyarakat setempat kedamaian harus mempertimbangkan
harus tetap diutamakan selama terlebih dahulu apakah adat
proses pembagiannya sampai kewarisan terebut sudah
selesai, dan masyarakat memenuhi rasa keadilan
setempat meyakini hal tersebut dalam menerapkannya.
hanya bisa didapatkan dengan Karena masyarakat
cara musyawarah mufakat. setempat meyakini bahwa
Sedangkan dalam adat-istiadat tersebut sudah
pembagiannya, harta warisan sejalan dengan moral dan
yang sifatnya terbagi hanya kebiasaan dari masyarakat
diberikan kepad ahli waris setempat. Khususnya adat
anak laki-laki, dan harta tentang pembagian harta
warisan yang sifatnya tidak warisan.
terbagi hanya diberikan kepada 2. Menjaga Peninggalan
ahli waris laki-laki paling kecil Leluhur: Rata-rata
untuk dimiliki secara pribadi. dari masyarakat Desa
Sedangkan anak perempuan Mangkung masih memiliki
hanya diperbolehkan membawa pola pikir dan paradigm
harta yang ada di anggota yang sangat kental dalam
badan, seperti kalung, cincin mempertahankan hal-
dan giwang yang tidak hal yang menyangkut
termasuk dalam harta bersama persoalan tentang adat
dalam keluarga, melainkan hak istiadat, khususnya tentang
milik pribadi secara sah. adat kewarisan. Karena
2. Berdasarkan hasil penelitian masyarakat setempat
sebelumnya. Ada tiga alasan berpandangan bahwa

86 | Al -Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah


adat-istiadat tersebut hukum yang berlaku di
merupakan warisan dari masyarakat. Khususnya adat
nenek moyang yang harus tentang pembagian harta
tetap dipertahankan. Dan warisan, sehingga tokoh agama
hal tersebut sudah menjadi dapat menyampaikan kepada
ciri khas dari masyarakat masyarakat hukum yang
Desa Mangkung yang berkaitan dengan pembagian
merupakan masyarakat harta warisan yang sudah
lokal yang masih memegang dijelaskan dalam kaidah hukum
kebiasaan-kebiasaan lama. Islam.
3. Menghindari Terjadinya 2. Bagi Tokoh Adat:
Perselisihan: Masayrakat Hendaklah adat-istiadat
Desa Mangkung pada tersebut diusahakan untuk
umumnya berpandangan dimanimalisirkan, khususnya
bahwa, aturan-aturan tentang adat kewarisan. Karena
atau norma-norma yang bagaimanapun hukum Islam
terkandung dalam adat haruslah didahulukan daripada
kewarisan tersebut memiliki hukum adat, terlebih-terlebih
nilai-nilai luhur yang bisa masyarakat Desa Mangkung
memberikan kebaikan, yang dimana rata-rata memiliki
kedamaian, kesejahteraan satu keyakinan dalam beragama,
bagi masyarakatnya. yakni agama Islam.
Karena dalam proses 3. Bagi Masyarakat: Apabila
penyelesaiannya musya­ akan menyelesaikan persoalan
warah dan mufakat menyangkut tentang harta
merupakan jalan utama peninggalan hendaklah harta
yang ditempuhnya. warisan tersebut terlebih
Musyawarah dan mufakat dahulu dibagikan sesuai dengan
ini dilakukan untuk kaidah yang sudah dijelaskan
mendapatkan kesepakatan dalam hukum Islam, dan setelah
dari para ahli waris untuk melakukan pembagian sesuai
menghindari terjadinya dengan kaidah yang sudah
silang sengketa dalam dijelakskan dalam hukum
kerukunan berkeluarga. Islam, dan kalau memang ada
b. Saran-Saran sebagian dari para ahli waris
yang merelakan hak bagiannya,
1. Bagi Tokoh Agama: Bagi tokoh
maka hendaklah memilih
agama hendaklah untuk lebih
dengan cara menghibahkan hak
memperhatikan perkembangan

Volume IX, Nomor 1, Juni 2017 | 87


bagiannya tersebut. Tanpa harus Menurut Hukum Perdata (BW)
mendahului hukum adat dan dan KHI”,ttp://www.uinjkt.
membelakangi kaidah hukum blogspot.com. (Diakses, 11 April
Islam. 2006
Kajian Sosiologi Hukum Dalam
DAFTAR PUSTAKA Penegakan Hukum Perkawinan
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Pada Perkawinan Anak Anak
Islam ( Jakarta: Prenada Media, http://astriboy.blogspot.co.id
2014) (Diakses, 7 Juli 2016).
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Muhibbin dan Abdul Wahid,
Keluarga Indonesia ( Jakarta: Hukum Kewrisan Islam
Sinar Grafika, 2013) Sebagai Pembaruan Hukum
Beni Ahmad Saebani, Sosiologi Positif Di Indonesia ( Jakarta:
Hukum (Bandung: Cv Pustaka Sinar Grafika, 2011
Setia, 2007) Otje Salman, Mustofa Haffas,
Dewi Wulansari, Hukum Adat Hukum Waris Islam (Bandung:
Indonesia, (Bandung: PT Rafika PT Refika Aditama, 2002
Aditama, 2014), Peter Mahmud Marzuki, Pengantar
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Ilmu Hukum, ( Jakarta:
dan Terjemahan (Semarang: Prenadamedia Group
Ahmad Tohaputra, 2000 Suriyaman Mustari, Hukum Adat
Elly M. Setiadi, Usman Kolip, Dahulu, Kini, Dan Akan
Pengantar Sosiologi, (Bandung: Datang, ( Jakarta: Preniadamedia
Premedia Group, 2010 Group, 2002
Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Warni Djuwita, Psikologi
Kewarisan Islam di Pengadilan Perkembangan Stimulasi Aspek
Agama dan Kewarisan Menurut Perkembangan Anak Dan
ndang-Undang Hukum Perdata Nilai Kearifan Lokal Melaui
(BW) di Pengadilan Negeri Permainan Tradisional Sasak,
( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, (Mataram : LKIM Lembaga
1992 Kajian Islam Dan Masyarakat,
2011
Juhaya S. Praja, Teori Hukum Dan
Aplikasinya, (Bandung: CV Zainuddin, Sosiologi Hukum,
Pustaka Setia, 2011 ( Jakarta: Sinar Grafika, 2012
Keluarga Besar Peradilan Agama
(KBPA), “Hukum Kewarisan

88 | Al - Ihkam Jurnal Ahwal Al-Syakhshiyah

Anda mungkin juga menyukai