Anggakrishna, 1-6 Junaidi DKK 2019
Anggakrishna, 1-6 Junaidi DKK 2019
Diterima 08 Oktober 2018 Cara merujuk artikel ini: Junaidi (et al). 2019. Laporan
Disetujui 09 Februari 2019 kasus: penanganan status epilepticus refrakter pada
Publikasi 28 Maret 2019 anak dengan meningoensefalitis di rumah sakit tipe D.
Korespondensi: fab0w@yahoo.com Callosum Neurology Journal 2(1): 1-6.
DOI: 10.29342/cnj.v2i1.46
ABSTRAK
Latar Belakang: Meningoensefalitis merupakan penyakit Diskusi: Penanganan status epileptikus harus
pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh berbagai dilakukan dengan cepat dan tepat sesuai dengan
patogen. Manifestasi klinis dapat berupa kejang yang sulit algoritma tatalaksana kejang akut dan status
diatasi sehingga dapat menjadi status epileptikus epileptikus.
refrakter. Simpulan: Status epileptikus harus mendapatkan
Kasus: Anak laki-laki berusia 1 tahun dengan penanganan yang cepat. Penyediaan obat –
meningoensefalitis disertai status epileptikus refrakter obatan antikonvulsan secara lengkap dari lini
yang tidak membaik dengan pemberian terapi kejang lini pertama sampai lini ketiga penting termasuk di
pertama dan lini kedua. Kejang akhirnya berhasil rumah sakit di daerah perifer.
dihentikan dengan pemberian Midazolam yang Kata Kunci: Neuropediatrik, meningoensefalitis,
merupakan terapi lini ketiga. status epileptikus refrakter
ABSTRACT
Background: Meningoencephalitis is an infectious disease quickly and precisely in according to the algorithm
involving central nervous system as a result of multiple for managing acute seizures and status
pathogens. Seizures are sometimes difficult to overcome epilepticus. Emergency doctors must know the
thus may become refractory status epilepticus. initial treatment of acute seizures and status
Case: A 1-year-old boy with meningoencephalitis epilepticus.
accompanied by refractory status epilepticus was not Conclusion: Status epilepticus must be treated
successfully treated by first and second line seizure quickly. The availability of anticonvulsant dr ugs
therapies. Seizure was stopped after given Midazolam from the first to the third line is important,
which is the third line seizure therapies. especially in remote hospitals.
Discussion: Treatment of status epilepticus must be Keywords: Neuropediatrics, meningoencephalitis,
carried out refractory status epilepticus
Pada saat pemberian obat kejang lini ketiga ini, syndrome) sehingga butuh pemantauan ketat
dianjurkan untuk melakukan pemantauan dengan selama pemberiannya.10
menggunakan Elektroensefalografi secara
kontinu.9 Kejang Akut dan Status Epileptikus
Pada kasus ini, pasien sudah diberikan penanganan Pada kasus ini, setelah pemberian obat kejang lini
awal berupa pemberian oksigen, pemasangan jalur kedua pun pasien masih tetap mengalami kejang.
intravena, dan pemberian obat kejang lini Oleh sebab itu, pasien diberikan obat kejang
pertama, yaitu diazepam IV sebanyak 2 kali. tambahan. Bila mengacu pada algoritma, maka
Namun, pasien tetap mengalami kejang sehingga pilihan terapi selanjutnya adalah fenobarbital 20
diberikan terapi kejang lini kedua, yaitu fenitoin IV. mg/kgBB IV bolus. Namun, pada pasien ini tidak
Di Rumah Sakit Karitas, injeksi fenitoin masih diberikan fenobarbital, melainkan langsung
merupakan pilihan terapi lini kedua karena diberikan terapi kejang lini ketiga yaitu bolus
sediaannya yang intravena sehingga respon lebih midazolam 0,15 mg/kgBB IV. Hal ini disebabkan
cepat dibandingkan sediaan fenobarbital yang karena sediaan obat fenobarbital yang ada di RS
intramuscular (tidak tersedia obat fenobarbital IV). Karitas adalah hanya sediaan intramuskular.
Pemberian obat fenitoin IV harus dilakukan secara Selain itu, pada suatu penelitian menunjukkan
hati-hati dan sesuai dengan ketentuannya. bahwa hanya 5% kasus status epileptikus yang
Fenitoin memiliki efek samping berupa hipotensi, berespons dengan pemberian fenobarbital setelah
aritmia, alergi, dan kemungkinan ekstravasasi yang sebelumnya gagal dengan terapi benzodiazepin
menyebabkan kerusakan jaringan (purple glove dan fenitoin.6