Anda di halaman 1dari 19

PERCOBAAN 1

PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT

Nama anggota :
1. Aisah Nur Fitri : 2008010091
2. Risma Hadisti Aningrum : 2008020092
3. Agista Amalia Firdaus : 2008010093
4. Nur Siti Istiqomah : 2008010094
5. Inca Dwi Lidia Kristiana : 2008010097
6. Erla Meidina Yulfi : 2008010098
7. Rifat Saufi : 2008010099
8. Nellyta Dwi Afrilia : 2008010100
9. Asri Wahyuni Natawiria : 2008010101
10. Nikmah Aulia Madani : 2008010102
PERCOBAAN 1 PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT

A. Tujuan
• Mengenal, mempraktekkan, membandingkan metode pemberian obat terhadap
kecepatan absorpsi, menggunakan data farmakologi sebagai tolok ukurnya.
B. Pendahuluan
• Untuk mencapai efek farmakologis dari obat seperti yang diinginkan, obat tersebut dapat
diberikan dengan berbagai cara. Diantaranya melalui oral, sub kutan, intra muscular,
intra peritoneal, per rektal dan intra vena. Masing-masing cara pemberian ini memiliki
keuntungan dan manfaat tertentu. Suatu senyawa atau obat mungkin efektif jika
diberikan melalui salah satu cara pemberian, tetapi tidak atau kurang efektif jika
diberikan melalui cara lain.
C. Cara percobaan
Bahan
Diazepam 5 mg/ml.
Alkohol 70 %.
Alat
Spuit injeksi dan jarum (1-2 ml).
Jarum berujung tumpul (untuk per oral)
Sarung tangan
Stopwatch
Hewan uji
Mencit

Cara kerja
Tiap kelas dibagi menjadi 5 kelompok.Masing-masing kelompok mendapat 3 mencit. Mencit
ditimbang, dan dilakukan perhitungan dosis obat yang harus diberikan pada hewan uji .Diazepam
diberikan pada hewan uji dengan cara pemberian sesuai dengan masing-masing kelompok.Oral,
Subkutan,Intra muskular,Intra peritoneal, dan Intra Vena.
1. Perhitungan Dosis dan Volume Pemberian
a. Diketahui
Dosis Diazepam pada Manusia: 0,5 mg/kgBB
Berat Mencit :
1. 21,6 gram
2. 22,1 gram
3. 20,7 gram
Konsentrasi Diazepam yang disediakan 5 mg/Ml
b. Ditanyakan:
Dosis pada mencit :
1. Dosis mencit = 0,5 mg/kg BB manusia x 12,3= 6,15 mg
BB mencit = 21,6 gram = 0,0216 kg
BB mencit = 6,15 mg/kg BB manusia x 0,0216 kg BB mencit= 0,133 mg
2. Dosis mencit = 0,5 mg/kg BB manusia x 12,3
= 6,15 mg
BB mencit = 22,1 gram = 0,0221 kg BB mencit
= 6,15 mg/kg BB manusia x 0,0221 kg BB mencit
= 0,136 mg
3. Dosis mencit = 0,5 mg/kg BB manusia x 12,3
= 6,15 mg
BB mencit = 20,7 gram = 0,0207 kg BB mencit
= 6,15 mg/kg BB manusia x 0,0207 kg BB mencit
= 0,127 mg
Volume yang diberikan :
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡 0,133 𝑚𝑔
1. x 1ml = x 1ml = 0,027 ml
𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 5 𝑚𝑔

𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡 0,136 𝑚𝑔


2. x 1ml = x 1ml = 0,027 ml
𝑆𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 5 𝑚𝑔

𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡 0,127 𝑚𝑔


3. x 1ml = x 1ml = 0,025 ml
𝑆𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 5 𝑚𝑔
Pengumpulan Data

Setelah hewan uji mendapat perlakuan, amati dan catat waktu hilangnya
refleks balik badan serta waktu kembalinya refleks balik badan.
Hilangnya refleks balik badan ditandai dengan hilangnya kemampuan
hewan uji untuk membalikan badannya Jika ia ditelentangkan (30 detik).
Kembalinya refleks balik badan ditandai dengan kembalinya
kemampuan untuk membalikkan badan dari keadaan telentang. Hitung
onset dan durasi waktu tidur – diazepam -- dari masing-masing
kelompok percobaan, dan bandingkan hasilnya menggunakan uji
statistik "analisa varian pola searah" dengan taraf kepercayaan 95 %.
No. Cara Jam Reflek Balik Badan Onset Durasi
Hewan Pemberian Pemberian Hilang Kembali (menit) (menit)
1 Per Oral 13.15 13.45 15.00 30 75
2 13.17 13.47 15.01 30 74
3 13.19 13.49 15.05 30 76
4 13.10 13.25 15.00 15 95
5 Subkutan 13.11 13.26 15.05 15 99
6 13.12 13.27 15.06 15 99
7 13.05 13.12 15.00 7 108
8 Intramuskular 13.06 13.13 15.03 7 110
9 13.07 13.15 15.04 8 109
10 13.12 13.20 15.00 8 100
11 Intraperitoneal 13.14 13.21 15.03 7 102
12 13.15 13.22 15.04 7 102
13 13.00 13.05 15.00 5 115
Intravena
14 13.01 13.06 15.01 5 115
15 13.02 13.07 15.02 5 115

Analisis Data : Bandingkan hasilnya menggunakan uji statistik "analisa


varian pola searah" dengan taraf kepercayaan 95 %.
Onset
X PO X SK X IM X IP X IV X PO 2 X SK 2 X IM 2 X IP2 X IV2
1 30 15 7 8 5 900 225 49 64 25
2 30 15 7 7 5 900 225 49 49 25
3 30 15 8 7 5 900 225 64 49 25
TC 90 45 22 22 15 (?X) 194
NC 3 3 3 3 3 N 15
JUMLAH 2.700 675 162 162 75 (?X) 2 3.774
KUADRAT

Jumlah Kuarat Perlakuan (SST)


𝟗𝟎² 𝟒𝟓² 𝟐𝟐² 𝟐𝟐² 𝟏𝟓² 𝟏𝟗𝟒2
SST = ∑[ + + + + ]−[ ]
𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟏𝟓
𝟖𝟏𝟎𝟎 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝟒𝟖𝟒 𝟒𝟖𝟒 𝟐𝟐𝟓
=[ + + + + ] − 𝟐. 𝟓𝟎𝟗, 𝟎𝟔𝟕)
𝟑 𝟑 𝟑 𝟑 𝟑
= ( 2.700 + 675 + 161,33 + 161,33 + 75)-
(2.509,066)
= ( 3.772,666 )-(2.509,067)
= 1.263,6
Jumlah kuadrat kesalahan (SSE)

𝑻𝑪²
SSE = Ʃ(X)²−Ʃ [ 𝑵𝑪 ]
𝟗𝟎² 𝟒𝟓² 𝟐𝟐² 𝟐𝟐² 𝟏𝟓²
= (3.774) – ∑[ + 𝟑 + 𝟑 + 𝟑 + 𝟑]
𝟑
𝟖𝟏𝟎𝟎 𝟐𝟎𝟐𝟓 𝟒𝟖𝟒 𝟒𝟖𝟒 𝟐𝟐𝟓
= (3.774)−[ 𝟑 + 𝟑 + 𝟑 + 𝟑 + 𝟑 ]
= (3.774) – ( 2700 + 675 + 161,33 + 161,33 + 75 )
= (3.774) – ( 3.772,666 )
= 1,334

Keseragaman total (SS Total)


SS Total = SST + SSE
SS Total = 1.263,6 + 1,334
= 1.264,934
Masukkan dalam tabel

F table pada α=0,05 DK1=4 dan DK2= 10 adalah


3,478
Fhitung < Ftabel untuk α = 0,05 maka Ho diterima
Fhitung > Ftabel untuk α = 0,05 maka Ho ditolak
(Ho: rata-rata onset dengan rute pemberian PO,
SK, IM, IP, IV tidak berbeda / sama. H1: rata-rata
onset dengan rute pemberian PO, SK, IM, IP, IV
berbeda / tidak sama)
Kesimpulan analisis : Fhitung > Ftabel untuk α =
0,05 maka Ho ditolak
Durasi
X PO X SK X IM X IP X X X X X X IV2
IV PO2 SK2 IM2 IP2
1 75 95 108 100 115 5.625 9.025 11.66 10.0 13.22
4 00 5
2 74 99 110 102 115 5.476 9.801 12.10 10.4 13.22
0 04 5
3 76 99 109 102 115 5.776 9.801 11.88 10.4 13.22
1 04 5
TC 225 293 327 304 345 (ΣX) 1.494

NC 3 3 3 3 3 N 15

JUMLAH 16.87 28.62 35.64 30.8 39.67 (ΣX)2 151.6


KUADRAT
7 7 5 08 5 32
Jumlah kuadrat perlakuan (SST) Jumlah kuadrat kesalahan (SSE)

SSE= 151.632 – 151.614,666


(225)2 (293)2 (327)2 (304)2 345 2 SSE= 17,334
SST= + + + + -
3 3 3 3 3
(1.494)2 )
15 Keseragaman total (SS Total)
50.625 85.849 106.929 92.416 119.025 SS Total = SST + SSE
SST= + + + + -
3 3 3 3 3
2.232.036 SS Total = 2.812,266 + 17,334
15 SS Total = 2.829,6
454.844 2.232.036
SST= –
3 15
2.274.220 2.232.036
SST= -
15 15
SST= 151.614,666 – 148.802,4
SST= 2.812,266
Keseragaman total (SS Total)
SS Total = SST + SSE
SS Total = 2.812,266 + 17,334 703,066
SS Total = 2.829,6 F Hitung = MSTR/MSE= =
1,7334
Masukkan dalam tabel 405, 599
Sumber Jumlah Derajat bebas Kuadrat F table pada α=0,05
DK1=4 dan DK2= 10 adalah 3,478
Keragaman derajat tengah
Fhitung < Ftabel untuk α = 0,05
Antar perlakuan SST= DK1= K-1 MSTR=
maka Ho diterima
= 5-1 SST/DK1
2.812,266 Fhitung > Ftabel untuk α = 0,05
=4 MSTR= maka Ho ditolak
2.812,266 (Ho: rata-rata durasi dengan rute
4

MSTR= 703,066
pemberian PO, SK, IM, IP, IV tidak
berbeda/ sama. H1: rata-rata
Kesalahan SSE= 17,334 DK2= N-K MSE= SSE/DK2
durasidengan rute pemberian PO,
(dalam = 15-5 17,334
MSE=
10 SK, IM, IP, IV berbeda/ tidak
perlakuan) = 10
MSE= 1,7334 sama)
SS Total 2.829,6 Kesimpulan: Ho ditolak
Abrobsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah. Faktor –
faktor absorbsi obat dalam tubuh antara lain:
a. Kelarutan obat
b. Kemampuan difusi melewati sel membran
c. Konsentrasi obat
d. Sirkulasi pada letak absorbsi
e. Luas permukaan kontak obat
f. Bentuk sediaan obat
g. Rute pemberian obat
Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam tubuh,
sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek yang
merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan parenteral (Priyanto, 2008)
a) Enteral
Enteral adalah rute pemberian obat yang nantinya akan melalui saluran cerna.
1) Oral: pemberikan suatu obat melalui mulut.
2) Sublingual: penempatan obat di bawah lidah.
3) Rektal : pemberian obat melalui dubur.
b) Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran
cerna.
1) Intravena (IV).
2) Intramuskular (IM).
3) Subkutan.
Pada praktikum kali ini hanya menggunakan rute pemberian
intraperitonial,intramuskular, subkutan, intravena dan per oral.
1) Injeksi intra peritoneal diberikan pada daerah perut mencit.
2) Injeksi intra muscular diberikan pada daerah paha.
3) Injeksi subcutan adalah injeksi yang diberikan dibawah kulit yaitu daerah leher mencit.
4) Injeksi intravena diberikan pada ekor mencit dilakukan dengan cara memasukan hewan
uji kedalam holder /sangkar.
5) Per oral dilakukan dengan menggunakn jarum oral yang khas (kateter untuk kelinci).
Dari hasil pengamatan kelompok-kelompok, diperoleh onset dan durasi yang berbeda.
Onset merupakan waktu mulai timbulnya efek setelah pemberian obat. Durasi adalah waktu
lamanya efek sampai efek obat tersebut hilang. Dari data-data diatas dapat kita ketahui
bahwa cara intravena merupakan cara pemberian obat yang reaksinya paling cepat dan
yang paling lambat adalah cara oral. Cara intravena yaitu cara pemberian obat langsung
masuk ke pembuluh darah, sehingga cara ini tentu saja lebih cepat memberikan efek karena
tidak melalui proses absorbsi dulu untuk masuk ke sistem sistemik dari pada cara-cara
injeksi yang lain. Sedangkan cara oral merupakan cara pemberian obat melalui pencernaan
sehingga prosesnya berjalan lambat. Untuk durasinya, hasil pengamatan kelompok efek
obat yang paling cepat hilang yaitu cara intravena dan yang efeknya lama yaitu cara peroral
Kesimpulan
1) Abrobsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah.
Rute pemberian obat dibagi menjadi 2 yaitu enteral(oral, sublingual, rektal) dan
parenteral (intravena, intramuskular, subkutan)
2) Onset merupakan waktu mulai timbulnya efek setelah pemberian obat.Durasi adalah
waktu lamanya efek sampai efek obat tersebut hilang Waktu .
3) Berdasarkan hasil percobaan, teori onset yang paling cepat adalah pemberian obat
intraperitonial, sedangkan yang paling lambat sesuai dengan teori yakni pemberian obat per
oral. durasi yang diperoleh yang paling cepat
adalah pemberian obat intraperitonial , sedangkan yang paling lambat adalah pemberian
obat sub cutan

Anda mungkin juga menyukai