sangat tahan terhadap perubahan – perubahan yang terjadi dilingkungan, sehingga ce pat menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Adapula golongan mikroorganisme sama sekali tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan (Waluyo, 2004). Tetapi, kehidupan mikroba tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri termogenesis menim bulkan panas didalam medium tempat tumbuhnya. Beberapa mikroba dapat dapat pula mengubah pH dari medium tempat hidupnya, perubahan ini dinamakan perubahan seca ra kimia (Waluyo, 2004). Beberapa mikroorgnisme, yaitu bakteri dan sianobakteri ternyata tidak memperliha tkan satuan struktur yang terbungkus membran didalam sitoplasmanya. Kelompok ini disebut sel – sel prokariotik (Michael, 2006). Tempat terdapatnya mikroorganisme Mikroorganisme dijumpai dimana – mana, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka a da dalam tanah, dilingkungan akuatik, berkisar dari aliran air sampai pada lauta n dan atmosfer. Keadaan lingkungan setempat menentukan ciri – ciri populasi mmikro ba. Mereka dapat ada dalam jumlah yang luar biasanya besarnya dan dlam keragaman yang luas (Michael, 2006). Adapun faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi mikroba dibagi atas fakt or – faktor abiotik (faktor – faktor alam dan faktor – faktor kimia) dan faktor – faktor biotik (faktor – faktor biologi). Faktor abiotik yang mempengaruhi mikroba a) Pengaruh temperatur Temperatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting didalam kehidupan. Be berapa jenis mikroba dapat hidup pada daerah temperatur yang luas sedang jenis l ainnya paa daerah yang terbatas. Pada umumnya batas daerah temperatur bagi kehid upan mikroba terletak antara 0 oC - 90 oC, dan kiita kenal ada temperatur minim um, optimum dan maksimum (Waluyo, 2004). Cara menentukan daya tahan temperatur terhadap suatu spesies ialah dengan memper hatikan syarat – syarat berikut ini : Berapa tinggi temperatur Berapa lama spesies itu berada dalam temperatur tersebut Apakah pemanasan bakteri itu dilakukan dalam keadaan kering atau dalam keadaan b asah Berapa pH dari medium tempat mikroba dipanasi Untuk menentukan temperatur maut bagi mikroba, ada beberapa pedoman seperti beri kut ini : Temperatur maut / titik kematian termal adalah temperatur serendah – rendahnya yan g dapat membunuh mikroba yang berada dimedium standar selama 10 menit pada kondi si tertentu. Laju kematatian termal adalah kecepatan kematian mikroba akibat pemberian temper atur. Hal ini karena bahwa tidak semua spesies mati bersama – sama ada semua tempe ratur tertentu. Biasanya spesies satu lebih tahan daripada spesies yang lain teh adap suatu pemanasan, oleh arena itu masing – masing spesies itu ada angka kematia n pada suatu temperatur. Waktu kematan termal merupakan waktu yang dipelukan untuk memunuh suatu jenis mi kroba pada suatu temperatur yang tetap. Pengaruh kebasahan dan kekeringan Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85%, sedangkan untuk jamur dan aktinomisetes memerlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%. c) Pengaruh perubahan nilai osmotik Pada umumnya larutan hipertonik menghambat pertumbuhan mikroba karena dapat meny ebabkan plasmolosisi. Medium yang paling cocok bagi kehidupan mikroba adalah med ium yang isotonik terhadap isi sel mikroba. larytan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah menyebabkan plasmolisis. d) Pengaruh sinar Pada umumnya sel mikroorgnisme rusak akibat cahaya, terutama pada mikroba yang t idak mempunyai pigmen fotosintetik (Waluyo, 2004). A. Faktor – faktor kimia Dialam jarang mikroorganisme yang mati karena terkena zat – zat kimia. Hanya manus ia dan usahanya untuk memebebaskan diri dari kegiatan mikroba meramu zat – zat yan g dapat meracuni mikroorganisme, tetapi tidak merauni dirinya sendiri atau merac uni makanan. Zat – zat yang hanya menghambat pembiakan mikroorganisme tanpa membun uhnya dinamakan zat antiseptik atau dengan kata lain disinfektan. Antiseptik dan disinfektan dapat merupakan zat yang sama tetapi berbeda dalam cara penggunaany a, antiseptik dipakai terhadap jaringan hidup sedangkan disinfektan dipakai untu k bahan – bahan tidak bernyawa. Beberpa disinfektan dan antiseptik a) Logam – logam berat b) Fenol dan senyawa – senyawa sejenis c) Alkohol d) Aldehid e) Yodium f) Klor an senyawa klor g) Peroksida h) Zat warna i) Deterjen j) Sulfonamida k) Antibiotika B. Faktor – faktor biotik Dialam bebas banyak mikroba dari berbagai genus maupun dari berbagai spesies hid up berkumpul didalam siatu medium yng sama, misalnya didalam tanah, didalam koto ran hewan, didalam sasmpah – sampah, didalam kubangan, didalam limbah – limbah atau selokan – selokan dan lain sebagainya (Waluyo, 2004).