kesahihannya hingga saat ini. Hal ini telah sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang
kami bacakan di awal tadi, yang artinya adalah ”Shalatlah kalian sebagaimana kalian
melihatku melaksanakan/mempraktikkannya.” (HR Bukhari-Muslim)
ْ َوالَّ ِذيْ ن َْس تَ ِِْْه ِديْ فِ ْي ُك لِّ ْاألُ ُم وْ ِر َو ْال َم، الص الِح َوالطَّا َع ِة ْ
، ظلَ َم ِة ِ َّ صالَ ِة َويَأ ُم ُرنَا بِ ْال َع َم ِل َّ ضلَنَا بِال َ أَ ْل َح ْم ُد هّلِل ِ أَ ْل َح ْم ُد هّلِل ِ الَّ ِذيْ أَ ْف
َق تُقَاتِ ِه َوال َّ يَ ا أَيُّها َ الَّ ِذ ْينَ َءا َمنُ وا اتَّقُ وا هللاَ َح،.ُك لَهُ َوأَ ْش هَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُه ِ أَ ْشهَ ُد أَ َّن الَ إِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ ش
َ َر ْي Menurut sejarahnya, perintah shalat diterima oleh Rasululah SAW ketika menunaikan Isra’
َِّق هللا
ِ ُص د َ َو َم ْن ي، يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذيْ َخلَقَ ُك ْم َويُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِ رْ لَ ُك ْم ُذنُ وْ بَ ُك ْم، َتَ ُموْ تُ َّن إِالَّ َوأَنتُ ْم ُّم ْسلِ ُموْ ن mi’raj. Bahwa Nabi Muhammad naik menuju Sidratul Muntaha dan bertemu secara
ان إِلَى يَ وْ ِم ْال ِم ْي َع ا ِد
ِ ص حْ بِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِ ِح َس َ اَللَّهُ َّم، َظ ْي ًم ا
َ ص لِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو ِ َو َر ُس وْ لَهُ فَقَ ْد فَ ا َز فَ وْ ًزا ع langsung (yaqodhoh) dengan Allah SWT. Pada saat inilah Rasulullah mendapat perintah
baginya beserta seluruh ummat yang mempercayai keterutusannya, berupa shalat 50 kali
فَقَ ْد قَ ا َل هللاُ تَ َع الَى فِ ْي ِكتَابِ ِه، ص لَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم ُ ي هَ ْد
َ ي ُم َح َّم ٍد ِ َو َخ ْي َر الهَ ْد، َث ِكتَابُ هللا ِ ق ْال َح ِدي
َ فَإِ َّن أَصْ َد: أَ َّما بَ ْع ُد sehari yang kemudian dikurangkan hingga lima kali.
صى الَّ ِذي بَا َر ْكنَا َحوْ لَهُ لِنُ ِريَهُ ِم ْن آيَاتِنَ ا إِنَّهُ هُ َوَ ْج ِد األَ ْق
ِ ْج ِد ْال َح َر ِام إِلَى ْال َمس
ِ ُس ْب َحانَ الَّ ِذي أَ ْس َرى بِ َع ْب ِد ِه لَ ْيالً ِّمنَ ْال َمس: ْال َك ِري ِْم
ص لِّ ْي َ ُص ُّلوْ ا َك َم ا َرأَ ْيتُ ُم وْ نِ ْي أ َ : ص لَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم َ ِ َوقَ ا َل َر ُس وْ ُل هللا، ص ي ُر ِ َالس ِمي ُع الب َّ Pewahyuannya yang secara langsung ini menjadikan shalat diyakini oleh para ulama
sebagai sebuah ibadah yang memiliki keistimewaan-keistimewaan tertentu. Shalat adalah
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan oleh Allah ibadah yang pertama kali akan ditimbang kelak dihari pembalasan. Jika seorang hamba
Marilah pada hari yang cerah ini, kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada baik shalatnya maka tentu menjadi baik pulalah seluruh amal perbuatannya. Sebaliknya,
Allah SWT. Karena hanya dengan taqwalah kita dapat selamat menjalani kehidupan dunia jika seorang hamba jelek shalatnya, maka berarti buruk pulalah seluruh hidupnya.
dan akhirat.
Bukan hanya di akhirat Allah menjanjikan kebahagiaan bagi hambanya yang mendirikan
Turun-temurun hingga sekarang, maka begitulah kita dapat melihat orang-orang
mendirikan shalat. Demikian pula kita mendirikan shalat sesuai ajaran yang kita yakini
shalat dengan segenap jiwa dan raganya. Semenjak di dunia pun Allah telah memberi kabar "Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
gembira kepada umat Islam, sebagaimana firman Allah: dalam mengerjakannya." (QS. Thaha, 20:132)
ِ َْما ِء َواألَر
ض َّ َت ِّمن
الس ٍ ا ا َعلَ ْي ِهم بَ َر َك ْ
َوا لَفَتَحْ ن ْ
َوا َواتَّق َُرى آ َمن َُل ْالق وْ أَ َّن أَ ْه ََول Shalat sangat bermanfaat bagi kehidupan umat Islam, baik secara individual maupun secara
kemasyarakatan. Dalam hal ini Allah menjanjikan bahwa Shalat dapat menjauhkan
"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan manusia dari perbuatan-perbuatan yang tidak manusiawi. Firman Allah :
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…" (QS. al-A'raf, 7:96)
َنَعُون ْ ات
َص ُر َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َم َِذ ْك ُر هَّللا ِ أَ ْكب َِر َول اء َو ْال ُمن َك اَل ةَ تَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ َش َّ اَل ةَ إِ َّن
الص َّ َوأَقِ ِم
الص
Meskipun ketaqwaan tidak dapat hanya diukur dari sisi lahiriah berupa shalat saja, namun
shalat jelas-jelas merupakan pintu masuk bagi setiap Muslim untuk memulai pengabdian "Dan dirikanlah shalat, karena sesungguhnya Shalat dapat mencegah dari (perbuatan-
kepada Allah dan Rasulullah. perbuatan) keji dan munkar" (QS. Al-Ankabut, 29:45)
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah Ayat ini merupakan peringatan dari Allah bahwa shalat merupakan elemen terpenting
dalam pembentukan pribadi Muslim. Termasuk dalam pembentukan karakter bangsa.
Shalat merupakan sebesar-besarnya tanda iman dan seagung-agungnya syiar agama. Shalat
merupakan tanda syukur para hamba atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Jika saja seluruh penduduk bangsa rajin melaksanakan Shalat dengan semestinya, tentu
Allah akan mencurahkan karunianya kepada kita. Bukan besar kecil atau indah dan
Peristiwa Isra’ mi’raj merupakan bukti bahwa Shalat merupakan simpul terpenting dalam gemerlapnya sebuah masjid yang menjadi tolok ukur religiusitas sebuah masyarakat,
tatanan Islam, baik bagi setiap individu maupun masyarakat, dalam skala yang terkecil melainkan banyak atau sedikitnya jamaah yang mendirikan shalat ketika waktu-waktu
hingga level bangsa. Sebegitu pentingnya, maka layaklah Allah mewahyukannya langsung adzan dikumandangkan.
kepada Rasulullah tanpa melalui perantara.
Sementara Shalat sebagai sebuah keharusan bagi setiap individu Muslim merupakan salah
Shalat mempunyai kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh ibadah-ibadah yang lain. Ada satu pertanda paling mudah dijadikan standar untuk mengukur sejauh mana seseorang
banyak kutipan ayat-ayat al-Qur'an mengenai keutamaan Shalat. Beberapa di antaranya memiliki ketaqwaan kepada Allah. Pribadi yang bertaqwa adalah pribadi yang senantiasa
adalah : hatinya terikat dengan batas-batas waktu Shalat.
Tentu saja dalam hal ini, shalat adalah sebuah sarana spiritual yang cukup penting untuk
meredam kekejian atau kemungkaran yang akan dijalaninya. Shalat dapat berfungsi sebagai
kontrol diri setiap saat bagi setiap perilaku individu muslim.
Maka demikian pun shalat dapat berfungsi sebagai kontrol sosiologi masyarakat. Jika
sebuah komunitas masyarakat memiliki Masjid yang selalu penuh oleh Jamaah di setiap
waktu-waktu shalat, tentu ini mencerminkan kondisi lingkungan yang religius. Biasanya
secara otomastis, kegiatan-kegiatan massal yang berbau kemungkaran akan berkurang.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan lingkungan masyarakat yang Masjidnya-masjidnya
hanya penuh ketika hari raya saja. Tentu kegiatan-kegiatan yang bersifat foya-foya lebih
sering diselenggarakan dalam masyarakat. Dari sini shalat dapat kita jadikan sebuah pola
dalam memperjuangkan peningkatan moral masyarakat.
Memakmurkan Masjid dengan shalat berjamaah merupakan program yang efektif untuk
meredam gejolak negatif masyarakat. Jika kita mampu memakmurkan masjid dengan
shalat berjamaah, kedamaian dan linkungan kondusif pasti terkondisikan dengan
sendirinya.