Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI KLINIS

OLEH :

HILDAY NOVITA

NIM P20631220015

TINGKAT II

PROGRAM STUDI D-III GIZI CIREBON

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TASIKMALAYA

Jalan Ks. Tubun No. 58 Kota Cirebon Telp/fax (0231) 8800122

2021
PENDAHULUAN

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4

penilaian,yaitu antropometri, Klinis, Biokimia Dan Biofisik.

(Amirullah, Aris, at al 2020). Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

penunjang. Diagnosis klinis merupakan diagnosis yang

didapatkan dari anamnesis dan hasil pemeriksaan klinis.

(Anadza, G.F.2012)

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting

untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel

(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini

umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical

surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat

tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih

zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat

status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu

tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

(Wulansari, M. A. 2010).

Mahasiswa yang melakukan praktikum harus sehat,

dengan suhu tubuh < 37,3oC dan selama praktikum mahasiswa

tidak diperkenankan membuka masker.

1. Tujuan praktikum

Mahasiswa mampu menentukan dan mengklasifikasi secara klinis

masalah gizi pada individu


2. Alat dan bahan

a. Alat tulis
b. Lembar pemeriksaan
c. Hand sanitezer

1. MARASMUS

GAMBAR GEJALA
1. Kelainan pada
kulit tubuh.

2. Mata tampak
besar dan dalam.

3. Lemak
pipi menghilang.

4. Kelainan pada
rambut kepala.

5. Wajah seperti
orang tua
6. Anak terlihat kurus,
karena hilangnya
sebahagian besar lemak
dan otot.
PELAPORAN DAN PENILAIAN

Nama mahasiswa : HILDAY NOVITA


Tanggal praktikum : 06 OKTOBER 2021
Tanggal mengumpulkan laporan : 11 OKTOBER 2021

Hasil Pengamatan
NO Gejala
Ya Tidak
1 Kelainan pada kulit tubuh. 

2 Mata tampak besar dan 


dalam.
3 Lemak pipi menghilang. 

4 Kelainan pada rambut 


kepala.
5 Wajah seperti orang tua 

6 Anak terlihat kurus, 


karena hilangnya
sebahagian besar lemak
dan otot

KESIMPULAN :
Setelah melakukan pengamatan Pada balita yang saya temui
disekitar rumah saya tidak ada gejala atau tanda-tanda mengenai
penyakit kurang gizi yaitu marasmus.

Mengetahui : Paraf PLP

Dosen pengampu:
2. KWASHIORKOR

Sebelum dilakukan penimbangan balita periksa gejala


kwashiorkor yang dialami.

HASIL PENGAMATAN
Kekurangan Energi Protein pada
Balita

GAMBAR GEJALA

1. Odema ringan
sampai berat.
2. Gejala
Gastrointerstinal
(anoreksia dan
diare)

3. Rambut mudah
dicabut, kusam,
kering ,halus, jara-
ng dan berubah
warna.
4. Kulit kering garis-
garis kulit yang
mendalam dan
lebar adanya
persisikan dan
hiperpikmentasi.

5. Pembesaran hati.

 Klasifikasi Odema
PELAPORAN DAN PENILAIAN

Nama mahasiswa : HILDAY NOVITA


Tanggal praktikum : 06 OKTOBER 2021
Tanggal mengumpulkan laporan : 11 OKTOBER 2021

Hasil Pengamatan
NO Gejala
Ya Tidak
1 Odema ringan sampai berat. 

2 Gejala 
Gastrointerstinal
(anoreksia dan
diare)
3 Rambut mudah dicabut, 
kusam, kering halus jarang
dan berubah warna.

4 Kulit kering garis-garis kulit 


yang mendalam dan lebar
adanya persisikan dan
hiperpikmentasi.
5 Pembesaran hati. 

6 Odema ringan sampai berat. 

KESIMPULAN :
Setelah melakukan pengamatan Pada balita yang saya temui
disekitar rumah saya tidak ada gejala atau tanda-tanda mengenai
penyakit kurang kwashiorkor. Karena pada saat pengecekan
odema di kaki juga tidak terlihat.

Mengetahui : Paraf PLP

Dosen pengampu:

3. KEKURANGAN VITAMIN A
Kekurangan vitamin A pada balita dicurigai pada anak-anak yang tidak mendapatkan kapsul
vitamin A dosis tinggi di posyandu. Pertama-tama menanyakan gejala buta senja. Jika ada
gejala tersebut dilanjutkan dengan pengamatan Bercak Bitot, Xerosis Conjunctiva, .

Gambar Gejala
1. Buta
Senja
(XN)

2. Bercak
Bitot(XI
B)

3. Xerosis
Conjunctiv
a (XIA)
Gambar Gejal
a
4. Cornea
Xerosis
(X2)

5. Cornea
Ulceratio
n

6.
Karatomalas
ia (X3B)
7.
Xeroftalm
ia Scar

PELAPORAN DAN PENILAIAN

Nama mahasiswa : HILDAY NOVITA


Tanggal praktikum : 06 OKTOBER 2021
Tanggal mengumpulkan laporan : 11 OKTOBER 2021

Hasil Pengamatan

NO Gejala
Ya Tidak
1 Buta Senja (XN) 

2 Bercak Bitot(XIB) 

3 Xerosis Conjunctiva (XIA) 

4 Cornea Xerosis (X2) 

5 Cornea Ulceration 

6 Karatomalasia (X3B) 
7 Xeroftalmia Scar 

KESIMPULAN :

Berdasarkan hasil tabel diatas mengenai gejala kekurangan vitamin A pada


bayi,setelah saya teliti dan wawancara ternyata tidak ada gejala mengenai
kekurangan vitamin A, selain itu juga menurut pengalaman orang tua bayi beliau
mengatakan bahwa anaknya rajin pergi ke posyandu dan selalu mendapatkan tablet
vitamin A di bulan pemberian tablet vitamin A,dengan ini saya simpulkan bahwa
anak ini tidak mengalami kekurangan vitami A.

Mengetahui : Paraf PLP

Dosen pengampu:

4. KEKURANGAN MINERAL (ANEMIA)

Gejala klinis adalah perubahan- perubahan fungsi yang dapat


dilihat atau dinilai secara objektif. Gangguan atau keluhan yang
dirasakan oleh penderita suatu penyakit. Keluhan yang biasa
menyertai, Lemah, Letih, Lesuh, lelah dan lunglai, Kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis.

Gambar Ya/Tidak
Bagian dalam
kelopak mata
Bawah pucat
= sedikit pucat
Membandingkan
telapak tangan
orang sehat,
telapak Tangan
terlihat nampak
pucat
= tidak pucat
Atropi papil lidah
hilangnya papila
filiformis.
= tidak

Kuku sendok
pada penderita
anemia.
= kuku terlihat
sehat

KESIMPULAN :

Bedasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap salah satu wanita dewasa
yang ada disekitar rumah, pada wanita ini terdapat tanda tanda anemia yaitu
ditandai dengan bagian dalam kelopak bawah mata berwarna sedikit pucat,ini
menandakan bahwa wanita ini beresiko anemia.

Mengetahui : Paraf PLP

Dosen pengampu:
5. KEKURANGAN MINERAL (AKIBAT KEKURANGAN YODIUM)

Hormon tiroid mempunyai peran penting pada perkembangan


otak meliputi percepatan myelinisasi, peningkatan migrasi,
diferensiasi dan maturasi sel, serta berperan jaga dalam
plastisitas sinap dan memori pada otak.
Merupakan ukuran kelanjar tiroid yang berubah sesuai dengan
asupan iodium. Dikatakan goiter jika masing-masing lobus
kelenjar tiroid mempunyai volume lebih besar dari normal.
 KLASIFIKASI PEMERIKSAAN

Deraja Gambara
t n
0 Tidak terlihat dan tidak teraba

1 Teraba tapi tidak terlihat, leher


pada posisi normal
2 Terlihat pembesaran di leher
meskipun leher dalam
posisi normal
Cara Pemeriksaan
1. Penderita dan pemeriksa berhadapan.
2. Perhatikan bagian kelenjar tyroid apakah ada pembesaran.
3. Pemeriksa kemudian berdiri dibelakang penderita kemudian meraba
bagian kelenjar tyriod apakah kelenjar tersebut lebih besar dari ibu jari
penderita.
4. Jika nampak normal penderita diberikan permen untuk merangsang
pengeluaran saliva dan disuruh menengadakan kepala.
5. Dalam keadaan menegakkan kepala penderita disuruh menelan saliva
(air liur) awasi jangan sampai permen juga tertelan.
6. Perhatikan apakah ada pembesaran kelenjar tyroid.
7. Catat hasilnya.

Gambar Ya/Tidak
Normal

YA

Terlihat pada
saat
menengadah
TIDAK
Terlihat
pada jarak
2 meter

TIDAK

KESIMPULAN :

Dari hasil pengamata dan penelitian yang telah saya lakukan pada salah satu anak SD 7
tahun,didapat kesimpulan tidak ada gejala ata resiko penyakit tyroid seperti nampak pada gambar di
tabel,tidak ada pembesaran kelenjar tyroidnya (normal) dan pada saat disuruh menengadahkan
kepala lalu menelan salivanya juga tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroidnya. Dapat kesimpulan
bahwa anak sekolah yang saya telliti ini keadannya normal

Mengetahui : Paraf PLP

Dosen pengampu:

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai