Najib
Najib
Abstract
Sand and Gravel mining activity in Cepogo District come out pro and contra in that society. This research
aims to figure out the impact of mining from physical aspect. Parameters used in this research such as
condition and mining activity, hydrology, erosion, land exchanged, infrastructure condition, mass wasting,
land use and reclamation effort. From those parameters are counted mining properness in those locations.
According with data analysis, mining activity in eight villages in Cepogo District has improper mining
(e.g. Gedangan, Sumbung, Paras, Mliwis, Sukabumi, Cepogo and Cabean Kunthi) and in one location is
very improper mining (Wonodoyo). This condition due to mining didn’t follow good mining practice
(GMP).
Keywords: Mining, Sand and Gravel, improper mining, Good Mining Practice
Pendahuluan
Kecamatan Cepogo merupakan bagian wilayah bagai salah satuterbitnya SIPD. Hal ini menga-
Kabupaten Boyolali yang menghampar pada lereng kibatkan laju kerusakan lingkungan semakin tidak
bagian Timur Laut – Timur Gunung Merapi dan terkendali.
Timur – Tenggara lereng Gunung Merbabu.
Dalam penanganan permasalahan yang banyak mun-
Kondisi geologis wilayah Kecamatan Cepogo de- cul sebagai dampak adanya kegiatan penambangan
ngan morfologi berupa dataran tinggi – pegunungan bahan galian golongan C di wilayah Kecamatan
dengan litologi berupa pasir dan andesit/ batuan beku Cepogo, perlu segera dilakukan kebijakan dalam
produk kegiatan vulkanik yang memiliki porositas membangun dasar-dasar yang kuat untuk menyusun
tinggi, sangat mendukung wilayah Keca-matan regulasi yang efektif dan aplikatif serta mampu
Cepogo berfungsi sebagai Catchment Area. mewujudkan keseimbangan optimal antara ekonomi,
sosial dan lingkungan fisik dari kegiatan penam-
Kekayaan potensi bahan galian golongan C berupa bangan dan bahan galian golongan C.
material pasir dan batu yang merupakan produk
vulkanik Gunung Merapi dan Gunung Merbabu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan
mengakibatkan maraknya kegiatan penambangan Cepogo dengan pertimbangan untuk efisiensi kerja
pasir dan batu di wilayah Kecamatan Cepogo. dan biaya mengingat kegiatan penambangan bahan
galian golongan C di Kabupaten Boyolali sebagian
Hal ini juga didukung dengan ditutupnya Kabupaten besar berada di wilayah Kecamatan Cepogo dengan
Magelang untuk kegiatan penambangan pasir dan kondisi lingkungan fisik dan sosial yang komplek
batu, sehingga banyak pengusaha tambang beralih ke serta dianggap mewakili kondisi di wilayah Keca-
wilayah Kabupaten Boyolali, khususnya Keca-matan matan Musuk dan Kecamatan Selo. Dalam tulisan ini
Cepogo. yang akan diuraikan adalah kondisi fisik penam-
bangan, sedangkan sisi ekonomi dan sosial budaya
Kegiatan penambangan pasir dan batu di wilayah tidak dibahas.
Kecamatan Cepogo memang memberikan keuntu-
ngan berupa lapangan kerja dan kontribusi kepada Metodologi Penelitian
beberapa pihak tertentu. Tetapi di lain hal kenya- Kajian komponen fisik dilakukan di delapan desa,
manan masyarakat sekitar menjadi terganggu, antar yaitu Desa Sukabumi, Desa Sumbung, Desa Mliwis,
lain oleh lalu lintas angkutan bermuatan pasir yang Desa Cabean Kunthi, Desa Wonodoyo, Desa
melebihi ketentuan batas maksimal muatan sehingga Gedangan, Desa Cepogo dan Desa Paras. Parameter
mempercepat proses kerusakan jalan, kebisingan, yang akan digunakan untuk mengkaji komponen fisik
debu dan perubahan topografi yang berpengaruh juga adalah kondisi dan aktivitas pertambangan, hidrologi,
dengan kondisi keselamatan lingkungan. Hal ini erosi, perubahan bentang alam, kondisi infrastruktur,
menimbulkan sikap pro dan kontra di kalangan gerakan tanah, tata guna lahan dan upaya reklamasi.
masyarakat.
Aspek yang dikaji
Meskipun para penambang memiliki SIPD dan Aspek komponen fisik yang akan dikaji meliputi:
dokumen UKL/UPL, pada prakteknya seringkali ti- 1. Kondisi dan Aktivitas Pertambangan
dak sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam SIPD Pertambangan yang berlangsung saat ini akan
dan isi dokumen UKL / UPL yang telah disusun se- memunculkan dampak terhadap kondisi fisik
lahan yang ditambang. Aktivitas yang ada bisa
*) Staf Pengajar Jurusan T.Geologi FT Undip memunculkan kerusakan dari skala kecil- skala
**) Staf Pengajar Jurusan T.Lingkungan FT Undip besar.
Keterangan:
1. Kerusakan fisik lingkungan (1 = sangat kecil, 2 = 3. Kalau aspek komponen lingkungan fisik tersebut
kecil, 3 = sedang, 4 = besar, 5 = sangat besar) terganggu maka akan dapat menyebabkan dam-
2. Jumlah penambangan (1 = sangat sedikit, 2 = pak negatif seperti tanah longsor, banjir,
sedikit, 3 = sedang, 4 = banyak, 5 = sangat kekeringan dan dapat mengganggu fungsi keca-
banyak) matan Cepogo sebagai daerah resapan (pe-
3. Jarak penambangan dengan pemukiman, fasilitas nyangga).
umum dan fasilitas sosial (1 = sangat jauh, 2 = 4. Ketidaklayakan secara fisik kegiatan penam-
jauh, 3 = sedang, 4 = dekat, 5 = sangat dekat) bangan ini sebenarnya lebih karena tata cara
4. Pemanfatan fasilitas umum oleh penambang penambangan yang belum mengikuti metode pe-
(jalan desa) (1 = sangat kecil, 2 = kecil, 3 = nambangan yang benar (Good Mining Pra-
sedang, 4 = besar, 5 = sangat besar) ctice/GMP). Sehingga bila metodenya benar
5. Upaya reklamasi (1 = sangat bagus, 2 = bagus, 3 maka potensi kerusakan tersebut dapat dihindari
= sedang, 4 = jelek, 5 = sangat jelek) dan penambangan dapat terus berlangsung.
6. Jumlah skor: 1 – 5= sangat layak, 6 – 10= layak,
11 – 15= sedang, 16 – 20= tidak layak dan 21 – Ucapan terima kasih
25= sangat tidak layak. Skor maksimum adalah Kepada Ir. Dwiyanto J.S (Ketua Program Studi
25 (5 x 5) Teknik geologi Undip) yang telah memberikan ijin
diterbitkannya hasil penelitian ini.
Dari tabel di atas dapat dilihat dari aspek komponen
fisik maka kegiatan penambangan dapat dikatakan Daftar Pustaka
tidak layak. Ketidaklayakan ini lebih diakibatkan 1. .…….., 1987, Kompilasi Bahan Galian Go-
pada tata laksana metode penambangan. Metode longan C di Propinsi Derah Tingkat I
penambangan yang dilakukan tidak memenuhi kaidah Jawa Tengah, Sub. Direktorat Eksplorasi
Good Mining Practice(GMP). Contoh dari GMP Mineral Industri dan Batuan, Direktorat
adalah pucuk tanah atau top soil disimpan dan Sumberdaya Mineral, Bandung
dikembalikan saat penambangan selesai, penamba- 2. Dhadar, J.R., 1983, Eksplorasi Endapan Bahan
ngan tidak dilakukan pada daerah recharge area dan Galian, Penerbit G.S.B, bandung.
penambangan tetap memperhatikan keselamatan 3. Hartman, L., 1986, Introductory to Mining Engi-
kerja.Apabila penambangan mengikuti kaidah yang neering, John Willey and Sons, New
benar, penambangan masih bisa dilakukan. York.
4. Keller, E.A., 1976, Environmental Geology,
Kesimpulan Charles E. Merrill, Publishing Company,
1. Penambangan yang ada di delapan desa, di tujuh A.Bell and Howell Co.
desa sudah tidak layak(desa Gedangan, Sum- 5. Perda Propinsi Jawa Tengah No.22 Tahun 2003,
bung, Paras, Mliwis, Sukabumi, Cepogo dan Pengelolaan Kawasan Lindung di Propinsi
Cabean Kunti) dan di satu desa sangat tidak Jawa Tengah.
layak (Desa Wonodoyo). 6. Prodjosumarto, P., 1965, Konsep Pola Penam-
2. Penambangan yang tidak layak tersebut dika- bangan Berwawasan Lingkungan, Warta
watirkan akan dapat merusak komponen lingku- PERHAPI Edisi Mei, Jakarta.
ngan fisik yang meliputi aspek: hidrologi, erosi, 7. Taryat, R.,1996, Usaha Penambangan Berwa-
perubahan Bentang Alam, kondisi infrastruktur, wasan Lingkungan, Warta PERHAPI
gerakan tanah dan tata guna lahan. Edisi Mei, Jakarta.