Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tahun 2020 menjadi tahun yang berat bagi kita semua, hingga saat ini Indonesia masih

dilanda pandemic Covid19. COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (serever acute resipiratory syndrome coronavirus 2 atau

SARS CoV-2). Virus ini merupakan keluarga Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika

menyerang manusia, Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan,

seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan SARS (Serever Acute Resipiratory

Syndrome). COVID-19 sendiri merupakan coronavirus jenis baru yang ditemukan di Wuhan,

Hubei, China pada tahun 2019 (Ilmiyah, 2020; Hui, et al., 2020). Kasus Covid-19 diIndonesia

terdeteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga

negara jepang. Hingga saat ini, 4 Maret 2021, Indonesia telah melaporkan 1.300.294 kasus

positif dengan angka kematian mencapai 36.721 kasus, sehingga menempati peringkat kedua

terbanyak di Asia Tenggara setelah Singapura dan sebelum Filipina (Bangkok Post,2021).

Covid-19 banyak membawa dampak baik maupun buruk bagi semua mahkluk hidup dan alam

semesta. Segala daya dan upaya sudah dilakukan pemerintah guna memperkecil kasus penularan

Covid-19.Tak terpungkiri salah satu nya adalah kebijakan belajar online, atau dalam jaringan

(daring) untuk seluruh peserta didik/i hingga mahapeserta didik/i karena adanya pembatasan

sosial.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran

Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat

1
Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) poin ke 2 yaitu proses belajar dari rumah

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan

pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani tuntutan

menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan

b. Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai

pandemic Covid-19

c. Aktivitas dan tugas pembeljaran belajar dari rumah dapat bervariasi antarpeserta didik,

sesuai minat dan kondisi masing-masng, termasuk mempertimbangkan kesenjangan

akses/fasilitas belajar dirumah

d. Bukti atau prosuk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif fan

berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.

Pemaduan penggunaan sumber belajar tradisional (offline) dan online adalah suatu

keputusan demokratis untuk menjembatani derasnya arus penyebaan sumber belajar elektronik

(e-learning) dan kesulitan melepaskan diri dari pemanfaatan sumber-sumber belajar yang

digunakan dalam ruang kelas. Artinya, e-learning bagaimanapun canggihnya teknologi yang

digunakan belum mampu menggantikan pelaksanaan pembelajaran tatap muka karena metode

interaksi tatap muka konvensional masih jauh lebihefektif dibandingkan pembelajaran online

atau e-learning. Selain itu, keterbatasan dalam aksesibilitas Internet, perangkat keras (hardware)

dan perangkat lunak (software), serta pembiayaan sering menjadi habatan dalam

memaksimalkan sumber-sumber belajar online (Yaumi, 2018).

Namun dari kebijakan yang dikeluarkan tentunya tidak dapat memastikan semuanya

akan berjalan sebagaimana mestinya disemua kalangan, khusus nya sekolah didesa-desa yang

2
kekurangan fasilitas berupa teknologi terpadu guna menunjang proses pembelajaran belajar

online. Kurangnya biaya dan fasilitas yang memadai antara guru dengan peserta didiknya

membuat proses pembelajaran online tidaklah seefektif yang diharapkan. Tujuan dari penulisan

makalah ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai keefktifan dari sistem pembelajaran

online dimasa pandemic Covid-19 di SMPN 2 Cintapuri Darussalam

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era Industri 4.0 telah memiliki

pengaruh yang besar terhadap proses pengajaran dan pembelajaran. Kemudahan akses teknologi

telah digunakan oleh para pengajar untuk memudahkan proses pembelajaran. Akses teknologi

juga mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Sejak ditemukannya teknologi internet, hampir

segalanya menjadi mungkin dalam dunia pendidikan. Saat ini peserta didik dapat belajar tidak

hanya dimana saja tetapi sekaligus kapan saja dengan fasilitas sistem electronic learning yang

ada. E-learningkini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah

pendidikan dan pelatihan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang

berkembang, khususnya Indonesia. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda

untuk e-learning namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan

jasa elektronik sebagai alat bantunya.

Seperti yang telah disampaikan oleh Keengwe & Georgina dalam penulisannya telah

menyatakan bahwa perkembangan teknologi memberikan perubahan terhadap pelaksanaan

pengajaran dan pembelajaran (Keengwe & Georgina, 2012). Teknologi informasi dapat diterima

sebagai media dalam melakukan proses pendidikan, termasuk membantu proses belajar

mengajar, yang juga melibatkan pencarian referensi dan sumber informasi (Wekke & Hamid,

2013).

3
Penyampaian materi melalui daring dapat bersifat interaktif sehingga peserta belajar

mampu berinteraksi dengan komputer sebagai media belajarnya. Sebagai salah satu contoh

peserta didik yang menggunakan pembelajaran media elektronik atau menjalin hubungan

(browsing, chatting, vidiocall) melalui media elektronik, dalam hal ini komputer dan internet

nantinya akan memperoleh hasil belajar yang lebih efektif dan baik dari pada pembelajaran

konvensional.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu

upaya untuk meningkatkan efektivitas serta kualitas proses pembelajaran yang pada akhirnya

dapat meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik. Penggunaan media pembelajaran dalam

proses belajar mengajar memiliki beberapa manfaat diantaranya: (1) Pengajaran akan lebih

menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik,

(2) Bahan pengajaran akan lebih jelas sehingga peserta didik dapat memahami dan menguasai

tujuan pengajaran dengan baik, (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, (4) Peserta didik

akan lebih banyak melakukan interaksi dalam kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan

penjelasan guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, mendemonstrasikan dan lain – lain.

B. Pembatasan Masalah

Agar penulisan ini lebih efektif dan efisien maka dalam penulisan ini permasalahan

perlu dibatasi. Adapun pembatasan masalah sebagai berikut :

a. Subjek Masalah

Subjek penulisan adalah seluruh peserta didik SMPN 2 Cintapuri Darussalam

dengan Semester Genap Tahun Pelajaran 2020/2021

b. Objek Masalah

4
Objek dari penulisan adalah Efektifitas Pembelajaran Berbasis Daring/ e-

Learning di Masa Pandemi Covid-19 SMPN 2 Cintapuri Darussalam Semester Genap

Tahun Pelajaran 2020/2021

C. Rumusan Masalah

1. Apakah pembelajaran berbasis daring terbukti efektif bagi peserta didik?

2. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis daring bagi peserta didik?

3. Bagaimana suasana penerapan daring dalam proses pembelajaran?

4. Perbaikan apa saja yang peserta didik harapkan agar penerapan daring menjadi lebih

baik?   

D. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan yang dilakukan oleh penulis ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui efektifitas daring bagi peserta didik

2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis  daring bagi peserta didik

3. Mengetahui suasana pembelajaran berbasis daring bagi peserta didik.

4. Mengetahui harapan peserta didik mengenai hal yang harus diperbaiki agar penerapan

daring menjadi lebih baik

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian Efektivitas

Menurut Hidayat (1986) efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase

target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Sedangkan Handoko (1997:7) menjelaskan

bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan

yang tepat untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan. Efektivitas tingkat kemampuan untuk

mencapai tujuan dengan tepat dan baik (Devung, 1988:25).

Steers (1985:87) menjelaskan bahwa efektivitas adalah jangkauan usaha suatu

program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi

tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi

tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya. Dalam pembelajaran diperlukan

perencanaan yang matang, pembuatan perangkat pembelajaran, pemilihan strategi, media,

teknik, model pembelajaran, hingga evaluasi pembelajaran yang semua itu saling

berkesinambungan. Perlunya penggunaan model – model pembelajaran yang efektif dan

inovatif agar dalam pembelajaran yang dilakukan dapat lebih variatif dan berjalan lancar.

Penggunaan model pembelajaran tersebut juga disesuaikan dengan materi yang akan

diajarkan sehingga kesesuaian antara keduanya dan semua komponen menjadi tepat guna.

Salah satu indikator efektivitas belajar adalah tercapainya sebuah tujuan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal maka dapat dikatakan

pembelajaran mencapai efektivitasnya. Di samping itu, keterlibatan peserta didik secara

6
aktif menunjukkan efisiensi pembelajaran. Proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila

pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan serta peserta didik dapat

menyerap materi pelajaran dan mempraktekkannya.

Metode dan strategi pembelajaran kini mengalami pergeseran dengan mengarah

pada perubahan paradigma pendidikan. Hal itu berpengaruh pada fungsi pendidik sebagai

fasilitator, mediator dan motivator dalam proses pembelajaran. Guru selalu dianggap

sebagai pusat pembelajaran, tapi sekarang telah berubah menjadi peserta didik sebagai

pembelajaran itu sendiri. Salah satu penyebabnya antara lain adalah faktor pesatnya

kemajuan teknologi informasi mengharuskan terjadinya perubahan paradigma proses

pembelajaran yang dilaksanakan seluruh peserta didik.

2. Pengertian E- Learning/ Daring

Menurut Koran (2002) E-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran

yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan

isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Hartley (2001) menjelaskan bahwae E-

learningmerupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya

bahan ajar ke peserta didik dengan menggunakan media internet, intranet atau media

jaringan komputer lain. Rosenberg (2001) menekankan bahwa E-learningmerujuk pada

penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

E-learning telah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih

ekonomis. E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau

materi pelajaran, peserta didik dengan guru atau instruktur maupun sesama peserta didik.

Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan – bahan belajar

7
setiap saat dan berulang – ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih

memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran. Di dalam E-learning, yang

mengambil peran guru adalah komputer dan panduan – panduan elektronik yang dirancang

oleh “contents writer”, designer E-learning dan pemrogram komputer.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. E-Learning sebagai Sebuah Metode Pembelajaran

E-Learning merupakan sebuah metode pembelajaran berbasis internet atau belajar online

yang harus dijalani semua peserta didik-siswi hingga mahapeserta didik-mahapeserta didik di

Indonesia bahkan seluruh wilayah didunia yang terpapar pandemic Covid-19 guna menyambung

proses belajar tatap muka yang terkendala karena social distancing atau tidak berkerumun untuk

membantu mencegah penyebaran Covid-19.Di Indonesia, sistem e-learning bukan lagi sesuatu

yang asing, hanya saja tidak semua sekolah pernah menerapkan sistem ini, terutama sekolah-

sekolah yang berada didaerah terpencil atau didesa-desa.

Pada dasarnya, e-learning memiliki dua tipe yaitu synchronous dan asynchronous.

Synchronous berarti pada waktu yang sama. Proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama

antara pendidik dan peserta didik. Hal ini memungkinkan interaksi langsung antara pendidik dan

peserta didik secara online. Dalam pelaksanaan, synchronous training mengharuskan pendidik

dan peserta didik mengakses internet secara bersamaan. Pendidik memberikan materi

pembelajaran dalam bentuk makalah atau slide presentasi dan peserta didik dapat mendengarkan

presentasi secara langsung melalui internet.

Peserta didik juga dapat mengajukan pertanyaan atau komentar secara langsung ataupun

melalui chat window. Synchronous training merupakan gambaran dari kelas nyata, namun

bersifat maya (virtual) dan semua peserta didik terhubung melaluiinternet. Synchronous training

sering juga disebut sebagai virtual classroom (Hartanto, 2016). Proses belajar berbasis e-learning

peserta didik-siswi membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung agar pembelajaran

9
dapat berlangsung dan memiliki kualitas pembelajaran yang lebih baik (Rustiani,dkk., 2019).

Sarana dan prasarana tersebut diantaranya adalah smartphone (handphone pintar),

komputer/laptop, aplikasi, serta jaringan internet yang digunakan sebagai media dalam

berlangsungnya pembelajaran berbasis e-learning.

Namun, tidak semua keluarga/orang tua mampu memenuhi sarana dan prasana tersebut

mengingat status perekonomian yang tidak merata. Sehingga proses pemberlajaran berbasis e-

learning tidak tersampaikan dengan sempurna. Seperti yang dialami oleh sebagian orang tua

peserta didik di SD Banyuajuh 6 Kamal, kurangnya fasilitas membuat anak mereka tidak bisa

mengikuti pembelajaran dengan sebagaimana mestinya. Pemaduan penggunaan sumber belajar

tradisional (offline) dan online adalah suatu keputusan demokratis untuk menjembatani derasnya

arus penyebaan sumber belajar elektronik (e-learning) dan kesulitan melepaskan diri dari

pemanfaatan sumber-sumber belajar yang digunakan dalam ruang kelas. Artinya, e-learning

bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan belum mampu menggantikan pelaksanaan

pembelajaran tatap muka karena metode interaksi tatap muka konvensional masih jauh

lebihefektif dibandingkan pembelajaran online atau elearning.

Selain itu, keterbatasan dalam aksesibilitas Internet, perangkat keras (hardware) dan

perangkat lunak (software), serta pembiayaan sering menjadi hambatan dalam memaksimalkan

sumber-sumber belajar online (Yaumi, 2018).

Keefektifan Pembelajaran Online Salma, dkk (2013 :105) menjelaskan persiapan sebelum

memberikan layanan belajar merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan belajar,

terutama pada online learning di mana adanya jarak antara pebelajar dan pemelajar. Pada

pemberlajaran ini pemelajar harus mengetahui prinsipprinsip belajar dan bagaimana pebelajar

10
belajar. Rovai (Mahardika:2002) menyatakan bahwa alat penyampaian bukanlah faktor penentu

kualitas belajar, melainkan disain mata pelajarn menentukan keefektifan belajar.

Salah satu alasan memilih strategi pembelajaran adalah untuk mengangkat pembelajaran

bermakna.Sehingga efektif atau tidaknya pembelajaran dapat diidentifikasi melalui perilaku-

perilaku antara pemelajar dan pembelajar. Bagaimana respon pebelajar terhadap apa yang

disampaikan oleh pemelajar. Keefektifan dalam KBBI adalah keadaan berpengaruh, hal

berkesan, keberhasilan tentang usaha atau tindakan, hal mulai berlakunya tentang undang-udang

atau peraturan.Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat

Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat

Penyebaran Coronavirus Disease (Covid19) yang berlaku untuk seluruh masyarakat yang

mengenyam pendidikan di Indonesia.

Disamping keharusan belajar dalam jaringan yang menjadi kendala lainnya

adalahkurangnya fasilitas penunjang pembelajaran online seperti yang dialami oleh beberapa

peserta didik di SD Banyuajuh 6 kamal memang dapat dikatakan sebagai sebuah kendala dalam

proses berlangsungnya pembelajaran, namun usaha tetap harus dilakukan semaksimal mungkin,

mengingat, sebagai orang tua wajib memberikan yang terbaik untuk anakanaknya termasuk harta

berupa pendidikan. Disisi lain, tingkat semangat belajar peserta didik juga memicu akan efektif

atau tidaknya pembelajaran online ini mengingat budaya belajar tatap muka yang masih melekat

dalam diri sehingga, selama kegiatan belajar online ini tidak jarang banyak peserta didik yang

merasa jenuh atau bosan, sehingga membuat hasil belajar yang diharapkan tidaklah efektif.

11
B. Analisis Pembahasan

a. Efektifitas Daring Bagi Peserta didik

Penulis melakukan wawancara kepada subjek penulisan terkait pengalaman mereka

tentang efektifitas daring dalam pembelajaran. Hasilnya 2 dari 5 responden merasakan 

bahwa pembelajaran daring lebih efektif dan 3 responden menyatakan bahwa pembelajaran

face to face dirasa lebih efektif. Mereka merasakan bahwa pengaplikasian pembelajaran

daring yang mereka peroleh hanya berpusat pada pemberian tugas,rasio pemberian materi

sangatlah kecil. Selain itu akses bertanya juga tidak seluas pada saat pembelajaran face to

face, baik bertanya terhadap guru maupun teman.

b. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring bagi Peserta didik

Penulis melakukan wawancara kepada subjek penulisan terkait pengalaman

mereka tentang kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis daring. Pengalaman yang

dirasakan peserta didik mengenai kelebihan dan kekurangan daring sangat variatif,

diantaranya:

Kelebihan:

1. Peserta didik merasa lebih santai dan senang

2. Peserta didik merasa punya lebih banyak waktu dirumah bersama keluarganya

3. Peserta didik merasa punya lebih banyak waktu beristirahat dan bersantai

4. Peserta didik merasa lebih rileks dan tidak tegang

Kekurangan:

1. Peserta didik merasa boros dikarenakan kuota jadi cepat habis

2. Peserta didik merasa lebih sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru

3. Peserta didik merasa sedih karena uang jajan yang didapatkan berkurang

12
4. Peserta didik merasa kegiatan sosial dengan teman-temanya terhambat

c. Suasana Pembelajaran Berbasis Daring Bagi peserta didik

Penulis melakukan wawancara kepada subjek penulisan terkait pengalaman mereka

tentang suasana yang mereka rasakan pada saat pembelajaran berbasis daring. Hasilnya 2

responden menyatakan bahwa pembelajaran daring dirasa tidak menyenangkan, mereka

merasakan beberapa kendala seperti adanya gangguan sinyal pada saat pembelajaran

berlangsung. Sedangkan 3 responden lainya menyatakan bahwa pembelajaran daring dirasa

lebih menyenangkan, mereka merasakan bahwa pembelajaran daring lebih efisien untuk

dilaksanakan.

d. Harapan Peserta didik Mengenai Hal-Hal Yang Harus Diperbaiki Pada Penerapan

Daring

Penulis melakukan wawancara kepada subjek penulisan terkait pengalaman mereka

mengenai perbaikan yang harusnya dilakukan pada saat penerapan daring agar pembelajaran

berbasis daring bisa menjadi lebih baik. Saran yang responden berikan sangat variatif,

seperti:

1. Penjelasan materi pembelajaran: Peserta didik berharap para guru tetap memberikan

penjelasan mengenai materi pembelajaran. Peserta didik merekomendasikan penjelasan

materi melalui video, mereka merasa materi mudah diterima dan dipahami.

2. Mengikuti tren kemajuan teknologi: Peserta didik berharap para guru mampu mengikuti

tren kemajuan teknologi yaitu dengan memanfaatkan aplikasi/ sosial media yang sedang

disukai para peserta didik, dengan begitu peserta didik merasa lebih antusias, semangat,

dan tidak mudah bosan. Peserta didik merekomendasikan sesekali pembelajaran bisa

13
dilakukan dengan Zoom meeting atau Google Meet, mereka merasa senang dan ketika

melakukan sesi tanya jawab merasa dipermudah.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran e-learning akan terus harus dilakukan mengingat belum tuntas nya

wabah Covid-19 di Indonesia dan membantu pencegahan penyebaran Covid-19 sehingga

sampai saat ini masih belum ditentukan kapan akan masuk sekolah kembali untuk

pembelajaran tatap muka. Kurang nya sarana dan prasarana yang dipengaruhi oleh faktor

ekonomi dan ketidaksiapan teknologi juga menjadi suatu hambatan dalam berlangsungnya

kegiatan belajar online.Sehingga hasil belajar yang diberikan oleh pemelajar tidak 100%

lancar atau efektif.

Kemajuan teknologi memberikan dampak besar terhadap perkembangan pendidikan,

para pendidik memanfaatkanya untuk mempermudah proses belajar mengajar serta

meningkatkan kualitas pendidikan. Berikut pandangan peserta didik tehadap efektifitas

pembelajaran berbasis daring:

1. Mayoritas peserta didik merasa pembelajaran daring dirasa tidak efektif, karena dalam

praktiknya guru lebih dominan dalam pemberian tugas bukan penjelasan materi.

2. Peserta didik merasa ada kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan daring, seperti:

Kelebihan:

 Peserta didik merasa lebih santai dan senang

 Peserta didik merasa punya lebih banyak waktu dirumah bersama keluarganya

 Peserta didik merasa punya lebih banyak waktu beristirahat dan bersantai

 Peserta didik merasa lebih rileks dan tidak tegang

15
Kekurangan:

 Peserta didik merasa boros dikarenakan kuota jadi cepat habis

 Peserta didik merasa lebih sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru

 Peserta didik merasa sedih karena uang jajan yang didapatkan berkurang

 Peserta didik merasa kegiatan sosial dengan teman-temanya terhambat

3. Mayoritas peserta didik merasa pembelajaran daring lebih menyenangkan, karena dirasa

lebih santai dan efisien.

B. Saran

Peserta didik berharap penerapan daring bisa diperbaiki, seperti rekomendasi

peserta didik yaitu penjelasan materi pembelajaran melalui video dan pemanfaatan

kemajuan teknologi (pembelajaran melalui Zoom Meeting atau Google Meet).

16
DAFTAR PUSTAKA

Maudiarti, S. (2018). PENERAPAN E-LEARNING DI PERGURUAN TINGGI . Jalan IKPN

Bintaro, Tanah Kusir, Bintaro, Jakarta-Selatan 12330. https://doi.org/10.21009/PIP.321.7

Hakim, L., & Khusniya, I. L. (2019) . EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BERBASIS

DARING:SEBUAH BUKTI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS .

Universitas Islam Negeri Mataram: Jurnal Tatsqif.

Setyosari, P. (2008) . Pembelajaran Sistem Online: Tantangan dan Rangsangan. Dosen Jurusan

TEP Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri.

Miarso,Y. (2005). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Kencana.

Arikunto. 2006. Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Fuad,

Zainul, dkk. 2019. Metode Penulisan Kelautan dan Perikanan.Malang : UB Press.

Hartanto, W. (2016). Penggunaan ELearning sebagai Media Pembelajaran. Jurnal Pendidikan

Ekonomi, 10(1), 1–18. "Indonesia confirms first cases of coronavirus". Bangkok Post

(dalam bahasa Inggris). Reuters. 2 Maret 2020.Diakses tanggal 2 Maret 2020.

Prawiradilaga, Salma, dkk. 2016. MOZAIK TEKNOLOGI PENDIDIKAN :

ELEARNING.Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP. Ratcliffe, Rebecca (2 Maret 2020).

"First coronavirus cases confirmed in Indonesia amid fearsnation is ill-prepared for an

outbreak". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2 Maret 2020.

Rustiani, R., Djafar, S., Rusnim, R., Nadar, N., Arwan, A., & Elihami, E. (2019, October).

Measuring Usable Knowledge: Teacher’s Analyses of Mathematics for Teaching Quality

and Student Learning. In International Conference on Natural and Social Sciences

(ICONSS) Proceeding Series (pp. 239-245).

17
Sugiyono. 2011. Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Utarini,

Adi. 2020. Tak Kenal Maka Tak Sayang: Penulisan Kualitatif Dalam pelayanan

Kesehatan.Yigyakarta : Gadjah Mada University Press.

Yaumi, Muhammad. 2018. MEDIA DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN. Jakarta :

PRENADAMEDIA GROUP. Yusuf, Muri. 2017. Metode Penulisan Kuantitatif,

Kualitatif dam Penulisan Gabungan. Jakarta: KENCANA

18

Anda mungkin juga menyukai