Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang


membentuk jaringan memanjang yang utuh. Manusia menggunakan serat dalam
banyak hal yaitu untuk membuat tali, kain, benang atau kertas. Berdasarkan
sumbernya serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alam dan serat
sintetis (Noerati, 2013).

Serat alam merupakan salah satu potensi bahan baku tekstil yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Potensi ini dapat berkembang dengan baik apabila ada
usaha untuk terus berinovasi dan berkreasi. Serat alam sebagai bahan baku tekstil
memiliki keunggulan dibandingkan dengan serat sintetis. Sebagai komponen
penguat di dalam material komposit, serat alam mempunyai keunggulan antara
lain sifatnya yang dapat diperbarui, dapat didaur ulang serta dapat terbiodegradasi
di lingkungan (Zimmermann et al. 2004). Selain itu, serat alam mempunyai sifat
mekanik yang baik dan lebih murah jika dibandingkan dengan serat sintetis.

Serat alam telah banyak digunakan sebagai bahan baku tekstil di


Indonesia, bahkan negara luarpun juga telah memanfaatkan serat alam ini.
Kegunaan serat alam tidak hanya sebagai bahan baku tekstil, serat alam juga dapat
dimanfaatkan dalam bidang industri, misalnya sebagai bahan peredam suara,
isolator panas, dan pengisi logam pintu kereta api. Serat alam dapat diperoleh dari
berbagai macam tanaman seperti rumput gajah, alang-alang air dan pisang raja,
yang bisa digunakan untuk memperkuat beton bangunan (Balaguru dan Shah,
1992).

1.2. Maksud dan Tujuan

Agar praktikan mengetahui bentuk penampang melintang dan membujur


dari serat alam, serat buatan, dan serat campuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar


Serat seperti yang telah diketahui sangat berhubungan erat dengan tekstil.
Serat dalam dunia tekstil didefinisikan sebagai material yang sangat halus yang
memiliki perbandingan panjang dan lebar yang sangat lebar. Sejak abad sebelum
Masehi hingga sekarang, sudah banyak jenis-jenis serat yang memiliki
karakteristik yang beranekaragam. Salah satu cara mengetahui sifat suatu serat
tekstil adalah dengan mengidentifikasi bentuk fisiknya.
Karena ukuran serat yang sangat halus, maka pengamatan dilakukan
dengan bantuan mikroskop. Berikut ini kita akan membahas tata cara
menggunakan mikroskop yang baik dan benar.

2.1.1. Mikroskop
Uji mikroskop dilakukan untuk memeriksa morfologi serat. Pada
pemeriksaannya dibutuhkan suatu mikroskop. Dengan alat ini dapat dilakukan
untuk memeriksa serat dimana terdapat campuran serat yang berbeda jenisnya.
Oleh karena itu, pemeriksaan dengan mikroskop adalah cara yang penting dan
banyak digunakan untuk identifikasi serat.
Sebelum itu, marilah kita mengenal mikroskop dan bagian-bagiannya.
Mikroskop merupakan alat bantu yang dapat ditemukan hampir diseluruh
laboratorium untuk dapat mengamati organisme berukuran kecil (mikroskopis).
Gambar 1.1. Mikroskop dan Bagiannya
Berikut ini adalah bagian-bagian mikroskop
 Lensa okuler, berfungsi untuk memperbesar bayangan dari lensa
obyektif dimana memiliki perbesaran 6, 10 dan 12 kali. Lensa ini terletak
di bagian atas dan sebagai tempat pengamat melihat obyek.
 Tabung mikroskop, berfungsi untuk menghubungkan lensa obyektif dan
lensa okuler pada mikroskop.
 Revolver, berfungsi untuk menentukan perbesaran lensa obyektif yang
ingin digunakan.
 Lensa obyektif, berfungsi untuk memperbesar bayangan objek, lensa ini
berada di dekat objek yang diamati, lensa obyektif dapat diperbesar 10, 40,
hingga 100 kali.
 Meja mikroskop, meja mikroskop berfungsi untuk menempatkan objek
yang diamati, dimana objek tersebut diletakkan di dalam kaca preparat.
 Kondensor, kondensor dapat diputar naik dan turun yang mana berfungsi
untuk mengatur posisi agar dapat mengumpulkan cahaya yang dipantulkan
dari cermin.
 Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk dan
mengenai kaca preparat.
 Cermin, berfungsi untuk menangkap cahaya yang kemudian akan
dipantulkan pada kaca preparat. Cahaya yang dipantulkan sangat
mempengaruhi jelas tidaknya objek yang terlihat.
 Pengatur fokus kasar, berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan
tabung secara cepat untuk mengatur kejelasan dari objek yang diamati.
 Pengatur fokus halus, berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan
tabung secara lambat untuk mengatur kejelasan dari objek yang diamati.
 Pegangan mikroskop, berfungsi sebagai tempat pengamat memegang
mikroskop.
 Klip/penjepit, berfungsi untuk menjepit kaca preparat agar tidak mudah
bergeser dari meja mikroskop.
 Sendi inklinasi, berfungsi untuk mengatur sudut mikroskop.
 Kaki mikroskop, berfungsi sebagai penyangga atau penopang mikroskop.
2.1.2. Identifikasi Serat

Identifikasi serat didasarkan pada beberapa sifat khusus dari suatu serat,
yaitu morfologi, sifat kimia atapun sifat fisikanya. Pada uji mikroskop kali ini,
akan diteliti mengenai morfologi dari beberapa serat.

Pada serat alam, morfologi seratnya menunjukkan suatu bentuk dengan


perbedaan yang besar antara satu dengan yang lainnya, karena serat-serat tersebut
ditentukan oleh jenis tanaman dan jenis hewannya. Dalam batas tertentu
morfologi mempunyai bentuk yang tetap, oleh karena itu morfologi serat dari
serat alam sangat menentukan dalam identifikasi seratnya.

Pada serat buatan, morfologi serat kurang penting untuk identifikasi serat,
karena morfologi serat ditentukan terutama oleh cara pembuatan dan penarikan
seratnya, dan bukan oleh jenis seratnya. Pada dasarnya identifikasi serat tekstil
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: cara mikroskopi, cara
pelarutan, pewarnaan, pengukuran berat jenis, pembakaran, dan pengukuran titik
leleh. Dari beberapa cara tersebut, cara yang digunakan pada percobaan ini adalah
dengan cara mikroskop.

Identifikasi serat-serat tekstil dengan cara mikroskop dimaksudkan untuk


mengetahui jenis serat dari pandangan melintang dan pandangan membujur,
dengan demikian dapat diketahui ciri-ciri suatu serat contohnya wool dimana
seratnya bersisik dilihat dari penampang membujur atau serat sutera mempunyai
penampang melintang yang berbentuk menyerupai segitiga.

Uji identifikasi dengan mikroskop merupakan cara yang baik, karena kita
dapat mengetahui dengan jelas terutama untuk jenis serat campuran, dalam
pengujian dengan mikroskop ini dilakukan dengan 2 cara melintang dan
membujur, dengan percobaan mikroskop ini denagan jelas mengetahui perbedaan
serat yang satu dengan serat yang lain.

Bentuk penampang melintang dan membujur serat bermacam-macam dari


yang berbentuk bulat beraneka ragam sampai pipih. Untuk pengamatan
pandangan membujur serat, serat diletakkan sejajar diatas kaca objek dan
dipisahkan satu dari yang lainnya dengan jarum supaya tidak menumpuk,
kemudian ditutup dengan kaca penutup, dan dari salah satu sisi kaca penutup
ditetesi medium. Jumlah air atau medium tidak boleh terlalu banyak, tetapi tidak
boleh terlalu sedikit. Kelebihan medium dapat dikurangi dengan kertas saring.
Untuk pengamatan penampang melintang serat, dilakukan hal yang sama seperti
pada pengamatan membujur, tetapi sebelumnya serat harus dipotong membentuk
irisan lintang.
Suatu hal yang juga penting dalam persiapan ialah mencegah adanya
gelembung udara yang terlalu banyak. Gelembung udara hampir selalu ada,
meskipun persiapan telah dilakukan sebaik-baiknya. Dibawah mikroskop,
gelembung udara tersebut akan nampak sebagai bulatan-bulatan dengan garis tepi
gelap dan bagian tengah terang.

Serat alam memiliki penampang lintang yang sangat bervariasi, misalnya


pada serat kapas, penampang lintangnya berbentuk seperti ginjal sampai pipih.
Sedangkan serat buatan untuk jenis yang sama mempunyi penampang lintang
yang hampir sama. Serat-serat buatan yang dipintal dari suatu lelehan penampang
lintangnya berbentuk bulat, misalnya nylon dan poliester, sedangkan yang dipintal
dari larutan-larutan berbentuk tulang anjing atau berlekuk-lekuk misalnya pada
asetat selulosa, orlon, dan rayon. Penampang membujur serat pun bermacam-
macam mulai dari bentuk pipih seperti pita terpuntir sampai yang berbentuk
silinder untuk sebagian besar serat buatan.

Pada umumnya serat-serat dengan penampang lintang yang pipih


memberikan kilap yang tinggi dan daya penutup yang baik tetapi pegangannya
kasar. Penampang lintang yang bulat akan memberikan pegangan dan arsa yang
enak, tapi daya menutupnya rendah. Makin luas permukan serat, daya hisap zat
warna makin baik. Terhadap serat buatan telah diushakan untuk membuat
penampang lintang yang tidak bulat, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
daya penutup yang lebih besar, kilau yang lebih baik atau pegangan seperti sutera.

Berikut ini gambar dari penampang serat baik itu membujur atau
melintang menurut literatur (diambil dari internet):

1. Serat Kapas

Melintang Membujur

Gambar 1.2. Penampang Serat Kapas


2. Serat Rayon Viskosa

Melintang Membujur

Gambar 1.3. Penampang Serat Rayon Viskosa

3. Serat Rami

Melintang Membujur

Gambar 1.4. Penampang Serat Rami

4. Serat Wool
Melintang Membujur

Gambar 1.5. Penampang Serat Wool

5. Serat Sutera

Melintang Membujur

Gambar 1.6. Penampang Serat Sutera

6. Serat Poliester

Melintang Membujur

Gambar 1.7. Penampang Serat Poliester


7. Serat Poliakrilat

Melintang Membujur

Gambar 1.8. Penampang Serat Poliakrilat

8. Serat Poliamida/Nylon

Melintang Membujur

Gambar 1.9. Penampang Serat Poliamida/Nylon

9. Serat Asetat Rayon

Melintang Membujur

Gambar 1.10. Penampang Serat Asetat Rayon


10. Serat Cupro Amonium

Melintang Membujur

Gambar 1.11. Penampang Serat Cupro Amonium

11. Poliester : Kapas

Poliester : Kapas adalah serat campuran, penampang melintangnya


berbentuk bulat kosong seperti ginjal yang mempunyai garis tengah
silinder berbintik, Jika pada penampang membujur adalah seperti pita
berpilin ada garis lumen.

12. Poliester : Rayon


Bentuk dari penampang serat Poliester : Rayon secara literatur, jika
pada penampang melintang berbentuk bulat kosong dan bergerigi.
Namun jika dilihat dari penampang membujur adalah silinder
berbintik, pipih bergaris sejajar dengan sumbu serat.
13. Poliester : Wool
Bentuk dari penampat serat Poliester : Wool secara literaturnya
berbentuk bulat kosong dan bulat tidak sempurna pada penampang
melintang. Jika pada penampang membujur berbentuk silinder
bergerigi
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan sebagai berikut:

 Benang
 Gabus
 Jarum Mesin Jahit
 Kaca Preparat
 Mikroskop
 Pipet Tetes
 Silet
 Slide Glass

Bahan yang digunakan sebagai berikut:

 Air Suling
 Lem (Lak Merah)
 Serat Alam (Kapas, Rami, Wool, Sutera)
 Serat Buatan (Poliester, Poliakrilat, Poliamida, Rayon Viskosa, Asetat
Rayon, Cupro Amonium)
 Serat Campuran (Poliester-Kapas, Poliester-Rayon Viskosa, Poliester-
Wool)

3.2. Cara Kerja

3.1.1. Cara Kerja Uji Penampang Membujur


1. Serat diletakkan sejajar di atas kaca objek (slide glass) dan
dipisahkan satu sama lain dengan menggunakan jarum.
2. Kumpulan serat yang berada di atas slide glass diatur supaya rata dan
renggang (jangan terlalu menumpuk atau rapat).
3. Serat yang berada di atas slide glass ditutup dengan cover glass.
4. Angkat satu sisi dari cover glass lalu ditetesi dengan air.
5. Kelebihan air pada preparat dihisap oleh kertas hisap.
6. Preparat yang sudah jadi diletakkan di atas mikroskop.
7. Amati contoh serat dibawah mikroskop.
8. Untuk mempermudah penggunaan mikroskop, pengamatan dimulai
dengan menggunakan lensa objektif terkecil terlebih dahulu dengan
tidak menggeser objek di meja mikroskop. Citra objek diperbesar
dengan mengubah lensa objektifnya dan fokuskan citra objeknya
(dari pembesaran 10x diubah ke 40x).
9. Gambarkan bentuk penampangnya.

3.1.2. Cara Kerja Uji Penampang Melintang


1. Jarum mesin jahit yang panjang dimasukkan oleh benang.
2. Setelah benang masuk, tusukkan jarum tersebut ke dalam gabus.
3. Dorong jarum tersebut keluar lalu tarik benangnya hingga lepas
dari jarum tersebut.
4. Sejajarkan serat-serat yang akan diuji lalu diberi lem.
5. Keringkan lemnya agar tidak basah saat melalukan percobaan.
6. Letakkan serat tersebut ke dalam lengkungan benang dan dengan
hati-hati ditarik masuk ke dalam gabus dengan cara menarik ujung
benang. Jumlah serat yang ditarik harus cukup tertekan sehingga
serat akan terpegang oleh gabus dengan baik, tanpa terjadi
perubahan serat.
7. Permukaan gabus yang mempuyai ujung serat yang menonjol
dipotong rata dengan silet.
8. Iris tipis gabus dengan silet untuk mendapatkan penampang serat.
9. Tempelkan irisan yang mengandung serat ke slide glass dengan
ditetesi air sebagai medium selanjutnya ditutup oleh cover glass.
10. Letakkan serat di atas mikroskop kemudian amati.
11. Untuk mempermudah penggunaan mikroskop, pengamatan dimulai
dengan menggunakan lensa objektif terkecil terlebih dahulu
dengan tidak menggeser objek di meja mikroskop. Citra objek
diperbesar dengan mengubah lensa objektifnya dan fokuskan citra
objeknya (dari pembesaran 10x diubah ke 40x).
12. Gambarkan bentuk penampangnya.
BAB V

PEMBAHASA

5.1. Diskusi

Pada praktikum uji mikroskop dilakukan dua percobaan, yakni uji


penampang melintang dan penampang membujur. Setiap percobaan memerlukan
persiapan yang berbeda. Pada percobaan penampang membujur persiapan
percobaan lebih mudah daripada persiapan percobaan uji penampang melintang.
Sebelum masuk ke percobaan uji melintang dan membujur ini, maka
diharuskan mengerti bagaimana cara menggunakan mikroskop, karena kedua
percobaan ini menggunakan mikroskop sebagai alat utama.
Pada persiapan uji penampang membujur yang diperlukan adalah jarum
mesin jahit untuk mengurai benang-benang menjadi serat, air sebagai medium,
slide glass dan cover glass untuk mengamati penampang-penampang dari serat
yang akan diuji. Jika yang akan diuji sudah dalam bentuk serat contohnya kapas,
wool, rayon viskosa, dan sutera, maka serat dapat langsung diamati dengan
menggunakan mikroskop. Serat hanya perlu diletakkan di atas slide glass dan
diberi medium air yang kemudian ditutup oleh cover glass. Hal yang perlu
diamati adalah serat yang akan diamati tidak boleh terlalu tebal dan banyak,
melainkan hanya sedikit atau bahkan dapat terbang jika tertiup oleh nafas kita.
Hal ini sangat harus diperhatikan agar mendapatkan bentuk penampang membujur
yang jelas dan tidak menumpuk.
Lain halnya dengan serat yang sudah menjadi benang. Jika kita ingin
mengamati penampangnya melalui mikroskop, maka benang tersebut harus kita
urai terlebih dahulu agar menjadi serat. Contohnya adalah poliester, poliamida,
dan poliakrilat. Fungsi benang diurai adalah agar penampang serat dapat terlihat
melalui mikroskop. Setelah benang terurai, maka benang yang telah menjadi serat
dapat diletakkan di atas slide glass dan diberi medium air. Setelah itu barulah
ditutup oleh cover glass dan diamati melalui mikroskop.
Dari hasil praktikum didapatkan bahwa kita dapat langsung membedakan
serat-serat alam karena bentuknya berbeda-beda. Seperti wool yang
permukaannya bersisik, kapas yang berbentuk seperti pita berpilin, dan sutera
yang terlihat fibroin dan serisinnya. Berbeda dengan serat buatan yang bentuknya
hampir sama dan sulit dibedakan, yaitu berbentuk silinder panjang polos ataupun
bergaris. Maka dari itu, serat buatan harus dilakukan uji yang paling akurat, yaitu
uji pelarutan.
Pada uji penampang melintang, persiapan yang harus disiapkan lebih
banyak dan sedikit rumit. Pada uji ini, dibutuhkan gabus sebagai media untuk
melihat penampang serat, jarum mesin jahit untuk memasukkan serat ke dalam
gabus, lem untuk merekatkan serat dan membuat serat kaku dan tidak akan
bergerak di dalam gabus.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan benang jahit ke
jarum mesin, lalu ditusukkan ke dalam gabus. Setelah masuk ke dalam gabus,
keluarkan jarum tersebut. Kemudian, serat yang akan di lihat penampangnya
harus diberi lem terlebih dahulu agar serat tersebut kaku dan tidak mudah bergeser
saat gabus dipotong. Untuk yang berbentuk serat, maka serat harus diputar-putar
(twist) agar mendapatkan serat yang panjang dan tipis. Setelah serat telah diberi
lem secara keseluruhan, maka keringkan serat tersebut di dalam oven ±5 menit.
Pada saat serat sudah semi mongering, maka gantung serat di dalam benang yang
sudah tertanam di dalam gabus. Kemudian, tarik secara perlahan agar serat benar-
benar tertanam di dalam gabus tersebut. Setelah serat tertanam, keringkan lagi
serat tersebut ±10 menit agar serat benar-benar dalam keadaan kaku.
Ketika serat sudah tertanam dengan kaku di dalam gabus, maka hal yang
harus dilakukan selanjutnya adalah memotong gabus secara tipis dan halus. Hal
ini dimaksudkan agar mendapatkan penmpang melintang serat yang sempurna.
Hati-hati saat memotong gabus, karena gabus yang dibutuhkan sangat tipis, maka
tangan bisa tergores oleh silet. Setelah mendapatkan potongan gabus yang sangat
tipis dan halus, selanjutnya gabus yang tertanam serat diletakkan di atas slide
glass dengan diberi medium air dan ditutupi oleh cover glass. Barulah diamati
penampang melintang seratnya.
Hasil dari penampang melintang serat didapatkan bahwa hanya serat alam
lah yang mudah dibedakan. Sama seperti penampang membujur, bahwa serat
buatan sulit dibedakan, karena serat buatan dapat dimodifikasi oleh yang
membuat serat tersebut. Seperti bentuk bulat, bentuk segitiga, atau bahkan
persegi. Maka dari itu, serat buatan harus diuji dengan melarutkan serat tersebut di
bahan kimia tertentu.

Perbandingan bentuk penampang antara literatur dengan hasil pengamatan


yaitu sebagai berikut:

1. Kapas

Literatur:
 Bentuk penampang membujur serat kapas, pipih seperti pita yang terpuntir.
 Bentuk penampang melintang serat kapas sangat bervariasi dari pipih sampai
bulat tatapi pada umunya berbentuk seperti ginjal.

Hasil Pengamatan:
Bentuk penampang membujur seperti pita yang terpuntir. Bentuk penampang
melintang seperti ginjal dan terdapat garis di tengahnya.

2. Rayon Viskosa

Literatur:
Bentuk penampang membujurnya adalah pipih bergaris sejajar dengan sumbu
serat. Serat ini penampang lintangnya tidak simetri, yaitu lekukan lekukan atau
bentuk gerigi terdapat pada sebagian filament dengan “kulit” yang lebih tipis
dibanding dengan sebagian yang lain yang hampir tidak rata.

Hasil Pengamatan:
Bentuk penampang melintangnya sisi-sisinya bergerigi, penampang membujur
pipih bergaris sejajar dengan sumbu serat.

3. Rami

Literatur:
Bentuk membujur seperti silinder dengan permukaan bergaris-garis. Penampang
lintangnya berbentuk lonjong memanjang dengan dinding sel yang tebal dan
lumen lumayan pipih. Ujung sel tumpul dan tidak berlumen.
Hasil Pengamatan:
Bentuk membujur seperti silinder dengan permukaan bergaris-garis dan berkerut
membentuk benjolan-benjolan kecil. Bentuk melintang lonjong dan terdapat garis
ditengahnya.

4. Sutera

Literatur:
Penampang lintang serat sutera Bombyix Mori berbentuk segitiga dengan sudut
sudut yang membulat. Penampang lintang serat sutera tussah berbentuk pasak, dan
penampang lintang sutera Anaphe berbentuk segitiga yang melengkung. Dan
membujurnya berbentuk pipih bening.

Hasil Pengamatan:
Bentuk membujur pipih bening, dan mempunyai penampang melintang segitiga.

5. Wool

Literatur:
Penampang lintang serat wool bervariasi dari bulat sampai lonjong.
Penyimpangan dan bentuk bulat biasanya dinyatakan dengan perbandingan antara
sumbu panjang dan sumbu pendek. Perbandingan tersebut untuk bermacam-
macam wool mempunyai harga tetap. Membujurnya silinder seperti batang
terdapat seperti sisik.

Hasil Pengamatan:
Bentuk membujur silinder seperti batang terdapat seperti sisik. Pada penampang
melintang bulat tidak sempurna.

6. Poliester

Literatur: Poliester berbentuk silinder dengan penampang lintang bulat dan


membujurnya bulat berbentuk pipih ada bintik-bintik.
 Dacron 62 » penampang lintang segitiga.
 Kodel » penampang lintang bulat.
 Vycron » penampang lintang agak bulat tetapi tidak seteratur Dacron.
 Grilene » penampang lintang trilobal.

Hasil Pengamatan:
Bentuk membujur bulat, berbentuk pipih ada bintik-bintik. Dan pada penampang
melintang bulat kosong.
7. Poliakrilat

Literatur: Bentuk membujur seperti pipa ada garis tipis terputus. Pada penampang
melintang seperti kacang.
Orlon » Pandangan membujurnya bergaris garis sedikit. Beberapa jenis filament
memiliki struktur penampang lintangnya menyerupai trilobal. Bentuk ini
diharapkan dapat mengurangi terjadinya “shiner” pada kain.
Acrilan » Seperti silinder dengan penampang lintang hampir bulat dengan tepi
agak berlekuk lekuk karena dipintal dengan cara pemintalan basah.
Darvan » Penampang lintangnya agak pipih, karena pemintalan kedalam larutan
kurang tepat.
Hasil Pengamatan:
Bentuk membujur seperti pipa ada garis tipis terputus. Pada penampang melintang
seperti kacang.

8. Poliamida/Nylon

Literatur:
Membujur seperti silinder yang rata dan penampang melintangnya hampir bulat.

Hasil Pengamatan:
Bentuk membujur seperti pipa ada bintik-bintiknya. Dan bentuk melintang bulat
beraturan.

9. Poliester : Kapas

Literatur:
Bentuk membujur silinder berbintik, seperti pita berpilin ada garis lumen.

Poliester berbentuk silinder dengan penampang lintang bulat kosong seperti ginjal
yang mempunyai garis tengah.

Vycron ternyata dimaksudkan untuk campuran dengan kapas, wol atau rayon.

penampang lintang agak bulat tetapi tidak seteratur Dacron.

Hasil Pengamatan:
Bentuk membujur silinder berbintik, seperti pita berpilin ada garis lumen.

Bentuk melintang bulat kosong seperti ginjal yang mempunyai garis tengah.
10. Poliester : Rayon

Literatur:
Poliester berbentuk silinder dengan penampang lintang bulat.
Vycron ternyata dimaksudkan untuk campuran dengan kapas, wol atau rayon.
penampang lintang agak bulat tetapi tidak seteratur Dacron.
Hasil Pengamatan:
Bentuk membujur silinder berbintik, pipih bergaris sejajar sumbu serat. Bentuk
melintang bulat kosong dan bergerigi.

11. Poliester : Wool

Literatur:

Poliester berbentuk silinder dengan penampang lintang bulat.

Vycron ternyata dimaksudkan untuk campuran dengan kapas, wol atau rayon.

penampang lintang agak bulat tetapi tidak seteratur Dacron.

Hasil Pengamatan:
Bentuk membujur: Silinder bergerigi. Dan bentuk melintang bulat kosong dan
bulat tidak sempurna.

12. Rayon Asetat

Literatur: Penampang melintang berlekuk-lekuk dan membujurnya silinder


dengan garis-garis sedikit

Hasil Pengamatan:

Bentuk membujur: silinder dengan garis-garis sedikit, dan bentuk melintang


berlekuk-lekuk seperti daun semanggi.

13. Cupro Amonium

Literatur: Penampang melintang berbentuk bulat dan membujurnya silinder

Hasil Pengamatan:

Bentuk membujur: berbentuk silinder, dan penampang melintangnya berbentuk


bulat.
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Setelah melalukan praktikum ini, didapatkan kesimpulan bahwa serat alam


dapat dibedakan lebih mudah dibandingkan dengan serat buatan, baik itu dari uji
penampang membujur maupun penampang melintang.
Setelah didapatkan data pengamatan uji membujur bentuk bentuk dari
serat alam adalah sebagai berikut:
 Kapas : seperti pita berpilin mempunyai lumen
 Wool : permukaannya terdapat sisik
 Sutera : terlihat serisin dan fibroin pada seratnya
 Rami : berbentuk silinder dengan permukaan bergaris
Berbeda dengan serat-serat buatan yang umumnya berbentuk silinder
polos ataupun bergaris.
 Rayon Viskosa : pipih bergaris, sejajar dengan sumbu serat
 Poliester : bulat, berbentuk pipih ada bintik-bintik
 Poliakrilat : seperti pipa ada garis tipis terputus
 Poliamida/Nylon : seperti ada pipa bintik-bintiknya
 Poliester : Kapas : silinder berbintik, seperti pita berpilin ada garis
lumen
 Poliester : Rayon : silinder berbintik, pipih bergaris sejajar dengan
sumbu serat
 Poliester : Wool : silinder bergerigi
 Rayon Asetat : silinder dengan garis-garis sedikit
 Cupro Amonium : seperti silinder
Setelah didapatkan data pengamatan uji melintang bentuk bentuk dari serat
alam adalah sebagai berikut:
 Kapas: seperti ginjal
 Wool: bentuknya bulat sampai bulat (tidak beraturan)
 Sutera: bentuknya trilobal atau segitiga
 Rami: bentuk lonjong memanjang dengan dinding sel tebal dan lumen
yang pipih
Untuk serat buatan, bentuk yang terlihat hampir sama dan sulit dibedakan,
karena saat pembuatannya orang yang membuat serat tersebut dapat mengatur
bentuk serat tersebut.
 Rayon Viskosa : bergerigi
 Poliester : bulat kosong
 Poliakrilat : seperti kacang
 Poliamida/Nylon : bulat beraturan
 Poliester : Kapas : bulat kosong seperti ginjal yang
mempunyai garis tengah
 Poliester : Rayon : bulat kosong dan bergerigi
 Poliester : Wool : bulat kosong dan bulat tidak sempurna
 Rayon Asetat : berlekuk-lekuk seperti daun semanggi
 Cupro Amonium : berbentuk bulat
DAFTAR PUSTAKA

(Noerati, 2013)

(Zimmermann et al. 2004)

(Balaguru dan Shah, 1992)

Pedoman Praktikum Identifikasi Serat Tekstil, Politeknik STTT Bandung


Juhana, Juju AT, Diktat Praktikum Serat Tekstil STTT Bandung
Moerdoko, Wibowo, S.Teks. dkk. EVALUASI TEKSTIL Bagian Kimia. 1975, IT
T Bandung

Evaluasi Serat Tekstil, Politeknik STTTekstil, Bandung

http://sagaara301.blogspot.co.id/2012/06/serat-poliakrilat.html

http://tribudi16.blogspot.co.id/2014/11/serat-alam-dan-serat-buatan_81.html

Anda mungkin juga menyukai