Anda di halaman 1dari 17

USM

PENULISAN KARYA ILMIAH

Dra. Rati Riana, M.Pd.


NIDN 0631016102

UNIVERSITAS SEMARANG
September 2021

1
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH
1. Pengantar
Ada anggapan sebagian mahasiswa, terutama calon sarjana, bahwa menyusun
karangan ilmiah dengan bahasa yang baik dan benar itu rumit dan menyusahkan. Sebagian
mereka itu mengeluh setelah diberi tugas menyusun makalah atau skripsi/laporan tugas akhir
oleh dosen pembimbing atau oleh lembaga pendidikan tingginya. Mereka seakan-akan
“menyerah” sebelum “bertempur”.
Anggapan dan perasaan seperti itu terlalu berlebihan karena, sebetulnya, menyusun
karangan ilmiah tidak jauh berbeda dengan menyusun karangan yang lain, seperti karangan
jurnalistik atau laporan perjalanan. Perbedaannya, penyusunan karangan ilmiah mengikuti
metode ilmiah (scientific method) yang terdiri atas langkah-langkah untuk mengorganisasi
dan mengatur gagasan melalui garis pemikiran yang konseptual dan prosedural yang
disepakati oleh para ilmuwan. Jadi, siapa pun, seperti mahasiswa (D3, S1, S2, S3),
masyarakat, bahkan pelajar SMA, akan mampu menyusun karangan ilmiah asalkan mereka
mau mempelajari cara-caranya atau diberi arahan oleh dosen pembimbing yang
berpengalaman.

2. Pengertian Karya Ilmiah


Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan yang ingin
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seninya yang diperolehnya melalui
kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.
Karya ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekedar
pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumberdaya (uang, alat, bahan) yang
digunakan dalam penelitian.
Tujuan karya ilmiah adalah agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu
didukung atau ditolak oleh pembaca (orang lain). Ini adalah konsekuensi sifat keterbukaan
ilmu pengetahuan. Karena itu, karya ilmiah harus memenuhi sistematika yang sudah
dibakukan, supaya tidak sulit dalam mempelajarinya. Sifat penting karya ilmiah adalah karena
awet (tertulis), sehingga dapat dibaca oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Karena itu
harus ditulis sebaik-baiknya, hampir tanpa kesalahan.

2
3. Fungsi Karya Ilmiah
Karya ilmiah berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Hal ini sesuai dengan hakikat karya ilmiah, yaitu memperlihatkan
kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten. Oleh karena itu,
jika dihubungkan dengan hakikat ilmu, karya ilmiah mempunyai fungsi sebagai berikut.
a) Explanation (penjelasan)
Karya ilmiah dapat menjelaskan sesuatu hal yang sebelumnya tidak diketahui, tidak jelas,
dan tidak pasti, menjadi sebaliknya.
b) Prediction (ramalan)
Karya ilmiah akan membantu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi di masa mendatang.
c) Control (kontrol)
Karya ilmiah dapat berfungsi untuk mengontrol, mengawasi dan/atau mengoreksi benar-
tidaknya suatu pernyataan.
Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa fungsi karya ilmiah
sangatlah penting, sehingga dalam membuat karya ilmiah perlu diperhatikan kualitasnya.

4. Syarat Menulis Karya Ilmiah


Menulis karya ilmiah memerlukan sekurang-kurangnya empat syarat sebagai berikut.
a) Motivasi dan disiplin yang tinggi.
b) Kemampuan mengolah data.
c) Kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis).
d) Kemampuan berbahasa.
Banyak mahasiswa atau pun dosen (peneliti) yang mampu membuat usulan penelitian
dan mengumpulkan data, tetapi ternyata lama sekali dalam menyusun skripsi/laporan tugas
akhir, atau tesis, bahkan disetasi atau pun laporan penelitian. Salah satu penyebab adalah
kurangnya motivasi, karena memang membuat laporan amat tergantung pada kerja individual
yang mandiri. Pembatasan waktu di perguruan tinggi, kebosanan penasihat, pemborosan biaya
dan waktu karena tidak selesai kuliah, kesempatan kerja yang semakin lama semakin terbatas,
seharusnya mendorong mahasiswa agar segera menyelesaikan skripsi/laporan tugas akhir,
tesis, disertasi, atau pun laporan penelitiannya.

3
Selain itu, ada kecenderungan mahasiswa atau pun dosen (peneliti) yang tidak
membuat usulan penelitian dengan seksama, akan menghadapi kesulitan dalam menyusun
skripsi. Dalam usulan penelitian terdapat teori hasil tinjauan pustaka dan metode penelitian.
Bagian ini dapat dipakai kembali di dalam penyusunan skripsi, laporan tugas akhir. Karena itu,
usulan penelitian seyogyanya dibuat dengan seksama. Dalam usulan penelitian juga terdapat
jadwal. Pelaksanaan jadwal ini tergantung kepada disiplin mahasiswa.
Kemampuan mengolah data, tidak akan menjadi masalah sepanjang mahasiswa
menguasai teknik analisis data. Konsultasi dengan pembimbing, diskusi dengan teman, dan
partisipasi dalam seminar, serta jasa program analisis data dengan komputer kiranya dapat
membantu. Selanjutnya, kemampuan berpikir logis, sistematik dan kemampuan berbahasa,
dapat diperoleh dengan mempraktikkan menulis, membaca, dan memberi komentar (kritik)
terhadap suatu karya ilmiah.

5. Sifat Karya Ilmiah


Berbeda dengan tulisan fiksi (novel, puisi, cerpen), karya ilmiah bersifat formal,
sehingga harus memenuhi syarat. Beberapa syarat tersebut adalah sebagai berikut.
a) Lugas dan tidak emosional
Artinya, karya ilmiah hanya mempunyai satu arti, tidak memakai kata kiasan, sehingga
pembaca tidak membuat penafsiran (interpretasi) sendiri-sendiri. Karena itu, perlu ada
batasan (definisi) operasional pengertian suatu istilah, konsep, atau variabel.
b) Logis
Kalimat, alinea, subbab, subsubbab, disusun berdasarkan suatu urutan yang konsisten.
Urutan di sini meliputi urutan pengertian, klasifikasi, waktu (kronologis), ruang, sebab-
akibat, umum-khusus, khusus-umum, atau proses dan peristiwa.
c) Efektif
Baik alinea atau subbab harus menunjukkan adanya satu kebulatan pikiran, ada penekanan,
dan ada pengembangan.
d) Efisien
Artinya, hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami.
e) Pengunaan bahasa Indonesia baku.

4
6. Jenis-jenis Karya Ilmiah
Ada berbagai definisi yang ditulis para ilmuwan tentang karangan atau karya ilmiah.
Salah satu di antaranya dikemukakan oleh Brotowidjojo (1985), “Karangan ilmiah adalah
karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan
yang baik dan benar.” Dalam hal ciri khusus karya ilmiah, dikatakannya pula, karangan ilmiah
harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibatnya.
Kebenaran dalam karangan ilmiah itu adalah kebenaran yang objektif-positif, sesuai dengan
data dan fakta di lapangan, dan bukan kebenaran yang normatif.
Ada banyak karya ilmiah yang ditulis orang, tergantung pada penggunaannya. Ada
karya ilmiah berupa skripsi/laporan tugas akhir, tesis, disertasi, atau berupa laporan penelitian
(research report) bagi lembaga yang membiayai penelitian tersebut. Ada juga karya ilmiah
berupa karangan ilmiah untuk diterbitkan di majalah ilmiah, jurnal, atau makalah untuk
seminar. Akan tetapi, pada umumnya karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003),
dibedakan sebagai berikut.
a. Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah menyajikan masalah
dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif. Makalah disusun biasanya untuk
melengkapi tugas-tugas ujian mata kuliah tertentu atau memberikan saran pemecahan
tentang masalah secara ilmiah. Makalah menggunakan bahasa yang lugas dan tegas. Jika
dilihat bentuknya, makalah adalah bentuk yang paling sederhana di antara karya tulis
ilmiah yang lain.
b. Kertas kerja, seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan
sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas
kerja lebih serius daripada analisis dalam makalah. Kertas kerja ditulis, misalnya, untuk
disajikan dalam suatu seminar atau lokakarya.
c. Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan
pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-
objektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan, atau percobaan di
laboratorium) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan). Di samping tertib
dan cermat di dalam segi metodologisnya, juga diperlukan sumbangan material berupa
penemuan-penemuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang

5
salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya. Skripsi biasanya ditulis untuk
melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana (S1) dan penyusunannya dibimbing
oleh seorang dosen atau tim yang ditunjuk oleh lembaga pendidikan tinggi.
d. Tesis, adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan
skripsi. Tesis akan mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian
sendiri. Karya tulis ini akan mem-perbincangkan pengujian terhadap satu atau lebih
hipotesis dan ditulis oleh mahasiswa program pascasarjana, untuk melengkapi syarat guna
memperoleh gelar magister (S2).
e. Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang me-ngemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang
terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-
sanggahan senat guru besar/penguji suatu lembaga pendidikan tinggi. Disertasi ini berisi
suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat
dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, maka penulisnya berhak
menyandang gelar doktor (S3).
Semua jenis karya ilmiah tersebut hendaknya ditulis dengan padat serta disusun secara
logis dan cermat. Selain itu, penggunaan bahasanya pun dengan bahasa Indonesia yang baku.

7. Manfaat Penyusunan Karya Ilmiah


Penyusunan karya ilmiah memberikan manfaat yang besar sekali, baik bagi penulis
maupun bagi masyarakat pada umumnya. Ada enam manfaat. Penulis akan terlatih
mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia
mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang akan dibahas.
a) Penulis akan terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil
sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
b) Penulis akan berkenalan dengan kegiatan per-pustakaan, seperti mencari bahan bacaan
dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.
c) Penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan
data dan fakta secara jelas dan sistematis.
d) Penulis akan memperoleh kepuasan intelektual.
e) Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

6
TAHAP PENYUSUNAN KARYA ILMIAH
1. Pengantar
Pada dasarnya, dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap, yaitu (a) per-
siapan, (b) pengumpulan data, (c) pengorganisasian dan pengonsepan, (d) pemeriksaaan/
penyuntingan konsep, dan (e) penyajian/ pengetikan (Arifin, 2003).
Yang termasuk dalam tahap persiapan adalah (1) pemilihan topik/masalah, (2)
penentuan judul, dan (3) pembuatan kerangka karangan. Yang termasuk dalam tahap
pengumpulan data adalah (1) pencarian keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, majalah,
dan surat kabar, (2) pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang
akan ditulis, (3) pengamatan langsung ke objek yang akan diteliti, dan (4) percobaan dan
pengujian di lapangan atau di laboratorium. Yang termasuk tahap pengorganisasian dan
pengonsepan adalah (1) pengelompokan bahan, yaitu bagian-bagian mana yang akan
didahulukan dan bagian mana yang akan dikemudiankan, dan (2) pengonsepan. Yang
termasuk tahap pemeriksaaan atau penyuntingan konsep adalah pembacaan dan pengecekan
kembali masalah; yang kurang lengkap dilengkapi, yang kurang relevan dibuang. Tentu
terdapat penyajian yang berulang-ulang atau tumpang tindih, pemakaian bahasa yang kurang
efektif, baik dari segi penulisan dan pemilihan kata, penyusunan kalimat, penyusunan
paragraf, maupun segi penerapan kaidah ejaan. Yang termasuk tahap penyajian adalah
pengetikan hasil penelitian atau studi pustaka.
Berikut adalah rincian tahap atau kegiatan-kegiatan dimaksud.
2. Tahap Persiapan
Ada tiga hal pokok dalam melakukan persiapan menulis, yaitu (a) pemilihan
topik/masalah, (b) penentuan judul, dan (c) pembuatan kerangka karangan (outline).

2.1 Pemilihan Topik/Masalah


Topik/masalah adalah pokok pembicaraan (Widyamartaya dan Sudiati, 1997;
Sudarmoyo, 2000; Arifin, 2003). Topik banyak tersedia dan melimpah di sekitar kita,
misalnya persoalan kemasyarakatan, pertanian, manajemen, akuntansi, sumberdaya manusia,
kedokteran, teknik, industri, hukum, pariwisata, perhotelan, lingkungan hidup, dan
sebagainya.

7
Dalam hubungan dengan pemilihan topik yang akan diangkat ke dalam karya ilmiah,
Keraf (2008: 23) mengatakan bahwa penyusun karangan ilmiah lebih baik menulis sesuatu
yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang benar-benar diketahui daripada menulis
pokok-pokok yang tidak menarik atau tidak diketahui sama sekali. Sehubungan dengan isi
pernyataan itu, Arifin (2003: 21) menyampaikan hal-hal berikut yang patut dipertimbangkan
dengan seksama oleh penyusun karangan ilmiah.
(1) Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita maupun di
sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh jauh dari diri kita karena hal itu akan
menyulitkan kita ketika menggarapnya.
(2) Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
(3) Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari
pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam.
(4) Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik yang bersifat
subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
(5) Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya –walaupun serba sedikit.
Artinya, topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
(6) Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan yang akan
memberikan informasi tentang pokok masalah yang akan ditulis. Sumber kepustakaan
dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web, atau
undang-undang.

2.2 Pembatasan Topik dan Penentuan Judul


Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk, kita tinggal
menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup sempit danterbatas ataukah masih
terlalu umum dan mengambang.
Jika sudah dilakukan pembatasan topik, judul karangan ilmiah bukanlah hal yang sulit
ditentukan, karena pada dasarnya, langkah-langkah yang ditempuh dalam pembatasan topik
sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul. Perbedaannya, pembatasan topik
harus dilakukan sebelum penulisan karangan ilmiah, sedangkan penentuan judul dapat
dilakukan sebelum atau sesudah penulisan karya ilmiah. Jika sudah ada topik yang terbatas,
karangan ilmiah sudah dapat dimulai digarap walaupun judul belum ada.

8
Selain dengan pembatasan topik, menurut Arifin (2003: 24) penentuan judul karangan
ilmiah dapat pula ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa,
mengapa, bagaimana, di mana, dan kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus
dijawab pada penentuan judul. Perhatikan contoh penentuan judul dengan cara bertanya
sebagai berikut.
Pertama-tama, kita bertanya dengan masalah apa. Jawaban yang kita temukan
bermacam-macam. Kita tentu memilih masalah yang terdekat dengan kita, yang paling
menarik perhatian kita. Contoh masalah itu adalah,
a. industri mebel;
b. greeter hotel;
c. gas karbon monooksida (CO);
Setelah masalahnya ditentukan, kita dapat bertanya dengan mengapa. Jawaban yang
dapat timbul untuk pertanyaan ini adalah,
a. mengembang;
b. melayani;
c. mencemari.
Judul karangan haruslah berbentuk frasa, bukan berbentuk kalimat. Oleh karena itu,
kata-kata di atas dapat kita jadikan kata benda agar dapat dijadikan judul karangan, seperti
a. mengembang menjadi pengembangan;
b. melayani menjadi pelayanan;
c. mencemari menjadi pencemaran.
Dapat pula kata-kata tersebut tetap kata kerja asalkan judul yang dibuat berupa
kalimat. Dengan dua pertanyaan itu, kita memiliki judul sebagai berikut:
a. Pengembangan Industri Mebel atau Mengembangkan Industri Mebel;
b. Pelayanan Greeter Hotel;
c. Pencemaran Gas Karbon Monooksida.
Agar karangan ilmiah dapat berpijak pada suatu masalah yang terbatas dan ruang
lingkup yang tidak terlalu mengambang, judul karangan ilmiah tersebut harus dibatasi lagi,
misalnya dengan menyebut suatu tempat. Pertanyaan di mana akan memberikan jawaban
mengenai tempat objek yang sedang diteliti, misalnya
a. di Kabupaten Jepara;

9
b. di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta;
c. di Kota Semarang.
Kalau dengan pertanyaan di mana diperoleh jawaban yang masih dirasakan terlalu
luas, pertanyaan kapan dapat mempersempit suatu judul karangan ilmiah. Pertanyaan kapan
akan memberikan jawaban, antara lain
a. Tahun 2004;
b. Trimester I/2004;
c. Dewasa Ini.
Setelah menggunakan pertanyaan masalah apa, mengapa, di mana, dan kapan, kini
kita memiliki judul karangan ilmiah sebagai berikut.
a. “Pengembangan Industri Mebel di Kabupaten Jepara Tahun 2004”;
b. “Pelayanan Greeter di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Trimester I/2004”;
c. “Pencemaran Gas Karbon Monooksida di Kota Semarang Dewasa Ini”.
Adakalanya pertanyaan di mana tidaklah diperlukan, tetapi pertanyaan kapan
diperlukan, atau sebaliknya. Contoh judul berikut merupakan jawaban pertanyaan masalah
apa, mengapa, dan di mana, tanpa pertanyaan kapan.
“Inseminasi Buatan di Peternakan Sapi ‘Budi Mix Farming’ Grobogan, Jawa Tengah”.

Contoh judul di bawah ini merupakan jawaban pertanyaan masalah apa, mengapa, dan
kapan, tanpa pertanyaan di mana.
“Persaingan Bisnis Tradisional dengan Bisnis Moderen Saat Ini”.
Contoh judul berikut ini sudah cukup sempit walaupun tanpa menjawab pertanyaan di
mana dan kapan.
1) “Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah”;
2) “Pembudidayaan Suplir sebagai Tanaman Hias”.

1. Pengumpulan Data
Jika judul karangan ilmiah dan ragangannya sudah disetujui oleh pembimbing atau
oleh pimpinan lembaga pendidikan tinggi yang bersangkutan, penyusun sudah dapat mulai
mengumpulkan data.
Langkah pertama yang harus ditempuh dalam pengumpulan data adalah mencari
informasi dari kepustakaan mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan judul tulisan.

10
Informasi yang relevan diambil sarinya dan dicatat pada kartu informasi. Di samping
pencarian informasi dari kepustakaan, penyusun juga dapat memulai terjun ke lapangan. Akan
tetapi, sebelum terjun ke lapangan, penyusun minta izin kepada pemerintah setempat atau
kepada pimpinan perusahaan yang perusahaannya akan diteliti. Data di lapangan dapat
dikumpulkan melalui pengamatan (observasi), wawancara, atau eksperimen (percobaan).

2. Pengorganisasian/Pengonsepan
Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data tersebut.
Penyusun harus menggolong-golongkan data menurut jenis, sifat, atau bentuk. Penyusun
menentukan data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun harus mengolah dan
menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya, jika penelitian
bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistik. Selanjutnya, penyusun
dapat mulai mengonsep karangan ilmiah itu dengan urutan dalam ragangan yang ditetapkan.

3. Pemeriksaan/Penyuntingan
Sebelum mengetik konsep, penyusun memeriksa dahulu konsep. Tentu ada bagian
yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang
tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan.
Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup pemeriksaan isi karangan dan cara
penyajian karangan, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakannya.

4. Pengetikan/Penyajian
Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian dan
kebersihan. Penyusun memperhatikan tata letak unsur-unsur dalam karangan ilmiah. Misalnya,
penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar, unsur-unsur dalam halaman
judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka.

11
SISTEMATIKA KARANGAN ILMIAH
1. Pengantar
Sistematika karangan ilmiah adalah aturan meletakkan bagian-bagian karangan ilmiah,
bagian mana yang harus didahulukan dan bagian mana pula yang harus dikemudian-kan.
Secara garis besar, bagian yang diletakkan di bagian depan lazim disebut dengan bagian awal,
bagian selanjutnya disebut bagian inti karangan ilmiah, dan bagian penutup.
Berikut akan dijelaskan sistematika karangan ilmiah untuk a) skripsi, tesis, dan
disertasi, dan b) artikel, makalah, dan laporan penelitian. Penjelasan di bawah ini sekurang-
kurangnya memberikan gambaran kepada kita mengenai sistematika karangan ilmiah itu,
walaupun dalam beberapa hal kita harus mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh lembaga
pendidikan tinggi yang bersangkutan.
Sesuai dengan topik kajian ini, berikut hanya disajikan bahasan mengenai sistematika
artikel ilmiah dan makalah.

2. Artikel Hasil Penelitian


Hasil-hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel untuk kemudian diterbitkan
dalam majalah ilmiah atau jurnal memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan yang
ditulis dalam bentuk laporan teknis resmi. Laporan teknis resmi memang dituntut untuk berisi
hal-hal yang menyeluruh dan lengkap sehingga naskahnya cenderung tebal dan direproduksi
dalam jumlah sangat terbatas, dan akibatnya hanya kalangan yang sangat terbatas saja yang
membacanya. Sebaliknya, hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel biasanya dituntut
untuk berisi hal-hal yang penting-penting saja. Lagi pula, setiap kali terbit sebuah jurnal dapat
memuat beberapa artikel meskipun ruang yang tersedia untuk sebuah artikel sangat terbatas.
Jurnal yang diterbitkan oleh suatu fakulas misalnya, dibaca sedikitnya oleh para dosen (dan
karyawan) serta mahasiswa di fakultas tersebut sehingga hasil penelitian yang ditulis dalam
bentuk artikel di jurnal memiliki pembaca yang jauh lebih banyak daripada laporan hasil
penelitian teknis resmi. Singkatnya, hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel dalam
jurnal dapat memberikan dampak akademik yang lebih cepat dan luas daripada laporan teknis
resmi.

12
2.1 Ciri Pokok
Laporan dalam bentuk artikel ilmiah dibedakan dengan laporan teknis resmi dalam tiga
segi, yaitu bahan, sistematika, dan prosedur penulisan. Ciri pokok pertama adalah bahan.
Artikel hasil penelitian untuk jurnal hanya berisi hal-hal atau bahan-bahan yang penting saja.
Bagian yang dianggap paling penting adalah temuan hasil penelitian, pembahasan
hasil/temuan, dan simpulan. Hal-hal lain cukup disajikan dalam bentuk yang serba singkat
dan seperlunya. Kajian pustaka lazim disajikan untuk mengawali artikel dan sekaligus
merupakan pembahasan mengenai rasional pentingnya masalah yang diteliti. Bagian awal ini
berfungsi sebagai latar belakang penelitian.
Ciri pokok kedua adalah sistematika penulisan. Artikel hasil penelitian terdiri atas
bagian dan subbagian. Bagian dan subbagian tersebut dapat diberi judul atau tanpa judul.
Dalam laporan penelitian teknis resmi, kajian pustaka lazimnya disajikan pada bagian kedua
(Bab II), yakni setelah bagian yang membahas masalah, pentingnya penelitian, hipotesis (jika
ada), dan tujuan penelitian. Dalam bagian artikel hasil penelitian, kajian pustaka merupakan
bagian awal artikel (tanpa judul subbagian kajian pustaka) yang berfungsi sebagai bagian
penting dari latar belakang penelitian. Kajian pustaka yang sekaligus berfungsi sebagai latar
belakang penelitian ditutup dengan rumusan tujuan penelitian (tanpa judul subbagian tujuan
penelitian). Selanjutnya, berturut-turut disajikan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur
penelitian, hasil dan temuan penelitian, pembahasan hasil, simpulan, dan saran.
Ciri pokok ketiga adalah prosedur penulisan. Secara garis besar, ada tiga kemungkinan
prosedur penulisan artikel hasil penelitian. Pertama, artikel hasil penelitian ditulis sebelum
laporan penelitian teknis resmi secara lengkap dibuat. Tujuannya untuk menjaring masukan
dari para pembaca (masyarakat akademik) sebelum peneliti menyelesaikan tulisan lengkapnya.
Kedua, artikel hasil penelitian untuk jurnal ditulis setelah laporan penelitian teknis resmi
selesai disusun. Prosedur yang kedua ini berlaku karena umumnya menulis laporan penelitian
teknis resmi merupakan kewajiban, sedangkan penulisan artikelnya hanya bersifat anjuran.
Alternatif ketiga, artikel hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal merupakan satu-satunya
tulisan yang dibuat oleh peneliti. Alternatif ketiga ini lazim dilakukan oleh peneliti yang
mendanai penelitiannya sendiri. Bagi penelitian swadana, artikel hasil penelitian dalam jurnal
merupakan forum komunikasi yang paling efektif dan efisien.

13
2.2 Isi dan Sistematika
Penulisan artikel menggunakan sistematika tanpa angka maupun abjad. Berikut ini
disajikan uraian tentang isi artikel hasil penelitian secara umum yang berlaku untuk hasil
penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
Judul
Judul hendaknya informatif, lengkap, tidak terlalu panjang ataupun terlalu pendek,
yaitu antara 5 – 15 buah kata. Judul artikel memuat variabel-variabel yang diteliti atau kata
kunci yang menggambarkan masalah yang diteliti.

Nama (-Nama) Penulis


Nama (-nama) penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar lain apa
pun. Ada beberapa model yang dapat diikuti untuk menuliskan nama lembaga tempat penulis
bekerja. Model pertama ditulis sebagai catatan kaki di halaman pertama. Jika lebih dari dua
penulis, hanya nama penulis utama saja yang dicantumkan di bawah judul; nama penulis lain
ditulis dalam catatan kaki. Ada juga model dengan menuliskan nama lembaga langsung di
bawah nama (-nama) penulis, dan ada pula penulisannya (semua nama-nama lembaga penulis)
sebagai catatan kaki.

Abstrak dan Kata Kunci


Abstrak berisi pernyataan ringkas dan padat tentang ide-ide yang paling penting.
Abstrak memuat masalah dan tujuan penelitian, prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif
termasuk deskripsi tentang subjek yang diteliti) dan ringkasan hasil penelitian (bila dianggap
perlu, juga simpulan dan implikasi). Tekanan diberikan pada hasil penelitian. Hal-hal lain
seperti hipotesis, pembahasan, dan saran, tidak perlu disajikan. Abstrak hendaknya ditulis
dalam bahasa Inggris. Terjemahan judul artikel berbahasa Indonesia dimuat pada baris
pertama abstrak berbahasa Inggris. Panjang abstrak 75-100 kata dan ditulis dalam satu
paragraf. Abstrak diketik dengan spasi tunggal dengan menggunakan format yang lebih sempit
dari teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk 1,2 cm).
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang diteliti atau
istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran gagasan dalam karangan asli dan berupa kata
tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci sekitar 3 - 5 buah kata. Kata kunci diperlukan

14
untuk kepentingan komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata kunci dapat ditemukan
dengan mudah judul-judul penelitian beserta abstraknya.

Pendahuluan
Pendahuluan ditulis langsung setelah abstrak dan kata kunci. Bagian ini berisi kajian
pustaka yang mencakupi sedikitnya tiga gagasan yaitu (1) latar belakang atau rasional
penelitian, (2) masalah dan wawasan rencana pemecahan masalah, dan (3) rumusan tujuan
penelitian (dan harapan tentang manfaat hasil penelitian).
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai dengan rujukan yang bisa dijamin
otoritas penulisnya. Jumlah rujukan harus proporsional (tidak terlalu sedikit atau terlalu
banyak). Penyajiannya ringkas, padat, dan langsung mengenai masalah yang diteliti. Aspek
yang dibahas dapat mencakupi landasan teorinya, segi historisnya, atau segi lainnya. Penyajian
latar belakang atau rasional penelitian hendaknya sedemikian rupa sehingga mengarahkan
pembaca ke rumusan masalah penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan masalah
dan akhirnya ke rumusan tujuan. Untuk penelitian kualitatif, pada bagian ini dijelaskan juga
fokus penelitian dan uraian konsep yang berkaitan dengan fokus penelitian.

Metode
Pada prinsipnya, bagian ini berisi bagaimana penelitian itu dilakukan. Uraian disajikan
dalam beberapa paragraf tanpa subbagian atau dipilah-pilah menjadi beberapa subbagian.
Hanya hal-hal pokok saja yang disajikan. Uraian rinci tentang rancangan penelitian tidak perlu
diberikan.
Materi pokok dalam bagian ini adalah bagaimana data dikumpulkan, siapa/apa sumber
data, dan bagaimana data dianalisis. Apabila uraian ini disajikan dalam subbagian, subbagian
itu antara lain berisi keterangan tentang populasi dan sampel (atau subjek), instrumen
pengumpulan data, rancangan penelitian (terutama jika digunakan rancangan yang cukup
kompleks seperti rancangan eksperimental), dan teknik analisis data.
Penelitian yang menggunakan alat dan bahan perlu ditulis spesifikasinya. Spesifikasi
alat menggambarkan kecanggihan alat yang dipakai, sedangkan spesifikasi bahan juga perlu
diberikan karena penelitian ulang dapat berbeda dari penelitian sebelummya jika spesifikasi
bahan yang digunakan juga berbeda.

15
Untuk penelitian kualitatif perlu ditambahkan kehadiran peneliti, subjek penelitian dan
informan beserta cara-cara menggali data penelitian, lokasi penelitian, dan lama penelitian.
Selain itu perlu juga diberikan uraian mengenai pengecekan keabsahan hasil penelitian.

Hasil
Bagian ini merupakan bagian utama artikel ilmiah, dan sebab itu biasanya merupakan
bagian terpanjang. Hal-hal yang disajikan adalah hasil analisis data dan hasil pengujian
hipotesis (yang dilaporkan hasil bersih). Proses analisis data, pengujian hipotesis, dan
pembandingan koefisien yang ditemukan tidak perlu disajikan.
Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik. Tabel ataupun grafik harus
diberi komentar atau dibahas. Pembahasan tidak harus dilakukan per tabel atau per grafik.
Tabel atau grafik dipakai untuk memperjelas penyajian hasil penelitian.
Apabila hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian bisa dipilih-pilah menjadi
subbagian-subbagian sesuai dengan penjabaran masalah penelitian. Jika pendek, bagian ini
dapat digabung dengan bagian pembahasan. Untuk penelitian kualitatif, bagian hasil memuat
bagian-bagian rinci dalam bentuk subtopik-subtopik yang berkaitan langsung dengan fokus
penelitian.

Pembahasan
Bagian ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Tujuan
pembahasan adalah (1) menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan
penelitian itu dicapai, (2) menafsirkan temuan-temuan, (3) mengintegrasi temuan penelitian ke
dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, dan (4) menyusun teori baru atau
memodifikasi teori yang ada.
Dalam menjawab masalah penelitian atau tujuan penelitian, harus disimpulkan hasil-
hasil penelitian secara eksplisit. Misalnya dinyatakan bahwa penelitian bertujuan mengetahui
pertumbuhan kognitif anak sampai umur 5 tahun, maka dalam bagian ini pembahasan haruslah
diuraikan pertumbuhan kognitif anak itu sesuai dengan hasil penelitian.
Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori
yang ada. Misalnya ditemukan adanya korelasi antara kematangan berpikir dan lingkungan
anak. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa lingkungan dapat memberikan masukan untuk

16
mematangkan proses kognitif anak. Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar
anak, termasuk sekolah sebagai tempat belajar.
Temuan diintegrasi ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan
membandingkan temuan itu dengan temuan penelitian sebelumnya, atau dengan teori yang
ada, atau dengan kenyataan di lapangan. Pembandingan harus disertai dengan rujukan.
Jika penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang lama bisa dikonfirmasi
atau ditolak, sebagian atau seluruhnya. Penolakan sebagian dari teori haruslah disertai dengan
modifikasi teori, dan penolakan terhadap seluruh teori haruslah disertai dengan rumusan teori
baru.
Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat ide-ide peneliti, keterkaitan
antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi temuan atau penelitian terhadap
temuan dan teori sebelumnya.

Simpulan dan Saran


Simpulan menyajikan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan
pembahasan. Berdasarkan uraian pada kedua bagain itu, dikembangkan pokok-pokok pikiran
yang merupakan esensi dari uraian tersebut. Simpulan disajikan dalam bentuk esei, bukan
dalam bentuk numerikal.
Saran disusun berdasarkan simpulan yang ditarik. Saran dapat mengacu kepada
tindakan praktis, pengembangan teoretis, atau penelitian lanjutan. Bagian saran dapat berdiri
sendiri. Bagian simpulan dan saran dapat pula sebagai bagian penutup.

Daftar Rujukan
Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang disajikan dalam batang
tubuh artikel ilmiah. Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah
disebutkan dalam batang tubuh artikel. Semua rujukan yang disebutkan dalam batang tubuh
juga harus disajikan dalam daftar rujukan.

17

Anda mungkin juga menyukai