PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang
sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja
dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Pemikiran tentang hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai zaman modern
sekarang ini juga belum berakhir dan mungkin tak akan pernah berakhir. Ternyata orang
menyelidiki manusia itu dari berbagai sudut pandang. Ada yang menyelidiki manusia dari
segi fisik yaitu antropologi fisik, adapula yang menyelidiki dengan sudut pandang budaya
yaitu antropologi budaya. Sedangkan yang menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut
antropologi filsafat.
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara
sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.
Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal
dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam
hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di
muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Memikirkan dan membicarakan hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak
henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang
mendasar tentang manusia itu sendiri, yaitu apa dari mana dan mau kemana manusia itu.
Oleh karena itu pada makalah ini kami akan membahas tentang hakikat manusia dalam
islam. Semoga dengan pembahasan ini dapat menambah wawasan bagi kita dalam
memahami hakikat diri kita sebagai manusia di muka bumi ini.
1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan siapakah manusia itu?
2. Jelaskan asal mula Manusia
3. Jelaskan tujuan penciptaan manusia?
4. Jelaskan fungsi dan peran manusia?
C. Tujuan Penulisan
1. Kita dapat mengetahui siapakah manusia itu sebenarnya
2. Kita dapat mengetahui asal mula manusia
3. Kita dapat mengetahui tujuan penciptaan manusia
4. Kita dapat mengetahui fungsi dan peran manusia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
1. Pandangan Umum tentang Manusia
Berbicara tentang hakekat manusia membawa kita berhadapan dengan pertanyaan
sentral dan mendasar tentang manusia, yakni apakah dan siapakah manusia itu? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut telah banyak upaya dilakukan, namun rupa-rupanya
jawaban-jawaban itu secara dialektis melahirkan pertanyaan baru, sehingga upaya
pemahaman manusia masih merupkan pokok yang problematis. Dengan ungkapan lain,
manusia masih merupakan misteri bagi dirinya sendiri.1
Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan
antara mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam
karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.2
Manusia merupakan satu bagian dari alam semesta yang bersama-sama dengan
makhluk hidup lainnya mengisi kehidupan di alam semesta ini. Dibandingkan dengan
binatang, manusia memiliki fungsi tubuh dan fisiologis yang tidak berbeda. Namun,
dalam hal yang lain manusia tidak dapat disamakan dengan binatang, terutama dengan
kelebihan yang dimilikinya, yakni akal, yang tidak dimiliki oleh binatang. Para ahli ilmu
pengetahuan tidak memiliki kesamaan pendapat mengenai manusia.
Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh adanya kekuatan dan peran multidimensional
yang diperankan oleh manusia. Mereka melihat manusia hanya dari satu aspek saja,
padahal aspek yang ada cukup banyak. Karena itulah hasil pengamatan mereka tentang
manusia berbeda-beda antar satu dengan lainnya. Perbedaan aspek ini pula yang
kemudian melahirkan berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan manusia. Para ahli juga
memberikan sebutan yang berbeda-beda untuk manusia. Ada yang menyebut manusia
sebagai homo sapiens (binatang yang berpikir), homo volens (binatang yang
1
Achmad Dardiri, “Urgensi Memahami Hakekat Manusia”, diakses dari
http://eprints.uny.ac.id/285/1/URGENSI_MEMAHAMI_HAKEKAT_MANUSIA.pdf, pada tanggal 28 Agustus
2018 pukul 17.30
2
IndahF, “Pengertian dan Definisi Manusia Menurut Para Ahli”, diakses dari
https://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html, pada tanggal 29 Agustus
2018 pukul 17.03
3
berkeinginan), homo mechanicus (binatang yang mekanis), dan homo ludens (binatang
yang bermain). Sebutan-sebutan seperti ini dapat dipelajari dalam ilmu psikologi dalam
berbagai aliran yang ada. Tentu saja dalam disiplin ilmu yang lain, seperti sosiologi,
antropologi, dan biologi, sebutan atau pensifatan yang diberikan kepada manusia juga
berbeda-beda.3
3
Dr. Marzuki, M.Ag., “Buku PAI UNY, BAB II Konsep Manusia dan Agama”, diakses dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132001803/pendidikan/Dr.+Marzuki,+M.Ag_.++Buku+PAI+UNY+
+BAB+2.+Konsep+Manusia+dan+Agama.pdf, pada tanggal 28 Agustus 2018 pukul 17.30, halm. 12
4
Nama Pengarang, “Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi”, (Kota Penerbit: Nama Penerbit,
Tahun, Penerbitan), hlm. 13
4
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S. Al-A’raaf, 7:31)
2. Dari aspek biologis manusia disebut dengan basyar yang mencerminkan sifat-
sifat fisik – kimia – biologisnya:
Manusia dinamakan al-Basyar karena manusia makhluk yang secara
quadrati memerlukan aspek – aspek biologis seperti makan, minum, berkembang
biak, tidur, istirahat , bekerja dan lain sebagainya, fitrah manusia memang
bergerak dan dinamis untuk memenuhi aspek – aspek kebutuhan biologis ini
Allah SWT memberikan aturan syariah yang benar agar manusia senantiasa
mendapat ridha Allah dan menjadi manusia yang sempurna (insan kamil).5
5
Nurul Hasanah, “MANUSIA DALAM AL-QURAN AL-BASYAR, AL-INS, DAN AL-INSAN”, diakses
dari http://hasanahnurul194.blogspot.com/p/manusia-dalam-al-quran-al-basyaral-ins.html, pada tanggal 30 Agustus
2018 pukul 19.20
5
3. Dari aspek kecerdasaan manusia disebut dengan insan yakni makhluk terbaik
yang diberi akal sehingga mampu menyerap pengetahuan.
Dengan karakter insaninya manusia bisa menyadari dan mengembangkan
kemanusiaannya. manusia memiliki nalar untuk berpikir. Melalui kegiatan
nalarnya manusia menciptakan teknologi yang dapat membantu meningkatkan
kualitas hidupnya.6
Dan manusia memiliki rasa seni. Tidak ada sesuatu pun di alam ini yang
indah pada dirinya sendiri. Hanya manusia dengan rasa senilah yang bisa
mempersepsi dan menghargai keindahan alam. Jadi nalar dan rasa seni adalah dua
ciri yang menandai manusia sebagai mahluk insani. Akan tetapi yang seringkali
terjadi adalah, bahwa nalar manusia mengabdi kepada insting hewaninya. Jika itu
terjadi maka dunia akan hancur. Teknologi bukannya digunakan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan alam, tetapi justru untuk
mengeksploitasi alam habis-habisan. Nalar memang merupakan sebuah potensi
besar yang dimiliki manusia untuk mengembangkan dirinya sendiri dan alam
sekitarnya. Namun jika disalah gunakan, nalar bisa menjadi senjata yang sangat
mematikan. Senjata nuklir dan senjata biologis misalnya, kedua senjata itu bisa
dengan mudah membunuh jutaan manusia, dan menghancurkan lingkungan
sekitarnya.7
6
Reza A.A Wattimena, “Filsafat, Manusi, dan Sifat Dasar Manusia”, diakses dari
https://rumahfilsafat.com/2011/04/10/manusia/, pada tanggal 30 Agustus 2018 pukul 19.30
7
Ibid.
6
4. Dari aspek sosiologinya disebut annas yang menunjukkan manusia sebagai
makhluk social.
Konsep an-Nas mengacu pada manusia sebagi makhluk sosial. Manusia
dalam arti an-nas paling banyak disebut al-Quran yaitu sebanyak 240 kali.8
Kata nas ( )سُ _َّ__ اmerupakan bentuk jamak dari kata insan yang tentau
saja memiliki makna yang sama. Penyebutan manusia dengan nas lebih
menonjolkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup
tanpa bantuan dan bersama-sama manusia lainnya. Al-Quran menginformasikan
bahwa penciptaan manusia menjadi berbagai suku dan bangsa bertujuan untuk
bergaul dan berhubungan antar sesamanya (ta’aruf) (QS. al-hujurat [49]: 13),
saling membantu dalam melaksanakan kebajikan (QS. al-Maidah [5]: 2), saling
menasihati agar selalu dalam kebenaran dan kesabaran (QS. al-‘Ashr [103]: 3),
dan menanamkan kesadaran bahwa kebahagiaan manusia hanya mungkin
terwujud bila mereka mampu membina hubungan antar sesamanya (QS. Ali
Imran [3]: 112).9 Di antara ayat al-Quran yang menyebut manusia dengan kata
nas misalnya QS. al-Hujurat (49):13
8
Yaya Rosiah Hayati, “Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an”, diakses dari
http://yayarosiahhayati.blogspot.com/2016/04/manusia-al-basyar-al-insan-dan-nas.html, pada tanggal 30 Agustus
2018 pukul 19.35
9
Marzuki, “Konsep Manusia dan Agama”, diakses dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132001803/pendidikan/Dr.+Marzuki,+M.Ag_.+
+Buku+PAI+UNY+BAB+2.+Konse+Manusia+dan+Agama.pdf, pada tanggal 28 Agustus 2018 pukul 17.35, hal.13-
14
7
5. Dari aspek posisinya disebut ‘abdun (hamba) yang menunjukkan kedudukannya
sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya:
“Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan
dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan
mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan
Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya).” (Q.S. Saba’, 34:9)
Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran dan
kedudukan yang sangat mulia. Kedudukan manusia yang paling utama adalah
sebagai Abdullah yang artinya sebagai Hamba Allah. Oleh karena itu, sebagai
hamba Allah maka manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh
membangkan kepada-Nya.10
Sebagai bentuk implementasi manusia sebagai ‘abdun ,allah mewajibkan
manusia untuk menjalankan ritual (ibadah). Ibadah adalah merupakan bentuk
pengabdian seorang hamba kepada tuhannya.Penghambaan itu lebih didasari pada
perasaan syukur atas semua nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah padanya
serta untuk memperoleh keridhaanNya dengan menjalankan titah-Nya sebagai
Rabbul ‘Alamin.11
2) Manusia yang lain (selain Adam atau keturunan Adam) diciptakan oleh Allah dari
saripati tanah, yang berproses menjadi sperma (nuthfah), segumpal darah (‘alaqah),
segumpal daging (mudghah), tulang belulang (‘izham), hingga menjadi janin
(khalqan akhar). Firman Allah Swt. dalam surat al-Mu’minun (23): 12-14:
12
Marzuki, “Konsep Manusia dan Agama”, diakses dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132001803/pendidikan/Dr.+Marzuki,+M.Ag_.+
+Buku+PAI+UNY+BAB+2.+Konse+Manusia+dan+Agama.pdf, pada tanggal 28 Agustus 2018 pukul 17.35, hal.16
9
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Q.S. Al-Mu’minum 23:12-14)
3) Proses manusia selanjutnya dijelaskan, mulai dalam kandungan manusia dibekali ruh
kemudian potensi pendengaran, penglihatan, dan hati13. Dalam al- Quran surat as-
Sajdah (32): 9 Allah Swt. berfirman:
13
Marzuki. Loc.cit
10
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara
kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui
lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu
dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah.”. (Q.S. Al-Hajj 22:5)
Inong Satriadi, “Tujuan Penciptaan Manusia dan Nilai Edukasinya (Kajian Tafsir Tematis)”, Ta’dib
14
2. Al-Khilafa
15
Inong Satriadi, loc.cit
12
Ayat 30 dari surat al-Baqarah adalah informasi bagi para malaikat bahwa
Allah menciptakan khalifah (Adam dan keturunannya) di muka bumi. Ayat ini
Khalifah adalah pengganti Allah yang mengatur urusan-Nya di tengah-tengah
kehidupan manusia. Di samping itu khalifah juga dapat dipahami sebagai “suatu
regenerasi yang silih berganti dimana mereka bertugas untuk memakmurkan dan
mensejahterakan bumi” (Hasan al-Himshi, t.th: 6). Dengan demikian khalifah adalah
hamba Allah yang ditugaskan untuk menjaga kemaslahatan dan kesejahteraan dunia
Adanya “protes” Malaikat kepada Tuhan tentang pengukuhan Adam sebagai khalifah
adalah sebuah isyarat dan gambaran bahwa Adam dan keturunannya memiliki
keistimewaan yang khas Namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa
diantara keturunan adam terdapat segolongan umat yang lari dari fitrahnya, dimana
mereka menyalahi kemaslahatan dan kebijaksanaan serta berbuat kerusakan dan onar
dimuka bumi. Namun demikian, Allah akan mengirimkan ilham (wahyu) agar mereka
tunduk dan berserah kepada-Nya. Sehingga dengan ikhtiar-nya, mereka mampu
mengendalikan dan meminimalisir kecendrungan negatif untuk berbuat kerusakan.
Semua itu mengandung hikmah yang sangat tinggi tentang keagungan dan
kemahakuasan Sang Khaliq. Pada ayat ini ditegaskan bahwa Allah akan menobatkan
manusia sebagai khalifah di muka bumi.16
3. Al-Amanah
16
Inong Satriadi, loc.cit
13
ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Adapun kaitan (munasabah) yang signifikan
antara ayat ini dengan kedua ayat sebelumnya adalah bahwa pada dua ayat
sebelumnya Allah SWT menerangkan betapa mulia dan agungnya ketaqwaan dan
ketaatan kepada-Nya, lalu pada ayat ini Allah jelaskan bagaimana susahnya
mengemban amanah yang diberikan kepada makhluq-Nya hingga langit, bumi dan
gunung-gunung yang begitu gagah dan kekar menolak untuk mengemban amanah
tersebut.17
ض َخلِيفَةً قَالُوا أَتَجْ َع ُل ِفيهَا ِ ْاع ٌل فِي اأْل َر ِ ال َرب َُّك لِ ْل َماَل ئِ َك ِة إِنِّي َج
َ ََوإِ ْذ ق
ال إِنِّي
َ َك قَ َك َونُقَ ِّدسُ ل ُ َِم ْن يُ ْف ِس ُد ِفيهَا َويَ ْسف
َ ك ال ِّد َما َء َونَحْ ُن نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد
َ أَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُم
ون
30) Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah)(a) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui”.
17
Inong Satriadi, loc.cit
14
ت ْال َعلِي ُم ْال َح ِكي ُم
َ ك أَ ْن
َ َّك اَل ِع ْل َم لَنَا إِاَّل َما َعلَّ ْمتَنَا إِن
َ َقَالُوا ُسب َْحان
32) Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
15
ان َع ْنهَا فَأ َ ْخ َر َجهُ َما ِم َّما َكانَا فِي ِه َوقُ ْلنَا ا ْهبِطُوا
Šُ َفَأ َ َزلَّهُ َما ال َّش ْيط
ٍ ع إِلَ ٰى ِح
ين ِ ْْض َع ُد ٌّو َولَ ُك ْم فِي اأْل َر
ٌ ض ُم ْستَقَرٌّ َو َمتَا ٍ ض ُك ْم لِبَع
ُ بَ ْع
36) Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga(e) itu dan dikeluarkan
dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh
bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai
waktu yang ditentukan”.
Maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor
dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi
pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya,
baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar (Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq
adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
ŠِبŠاŠَ بŠ ْلŠَ أْلŠ اŠ يŠِلŠ وŠُ أِلŠىŠٰ Š َرŠ ْكŠ ِذŠ َوŠ ىŠ ًدŠُه
”untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir“
2. Mengajarkan ilmu Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk
mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al
Quran dan juga Al Bayan
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
16
ŠاŠً تŠ ْقŠ َمŠ َرŠُ بŠ َكŠۖ Š ْمŠُهŠاŠَتŠَ أŠ ٍنŠ اŠط
َ Š ْلŠ ُسŠ ِرŠ ْيŠ َغŠِ بŠِ هَّللاŠت ِ ŠاŠَيŠ آŠ يŠِ فŠنŠَ ŠوŠُ لŠ ِدŠ اŠ َجŠُ يŠنŠَ Š يŠ ِذŠَّلŠا
Šِ بŠ ْلŠَِّل قŠ Š ُكŠىŠٰ Šَ لŠ َعŠُ هَّللاŠ ُعŠَ بŠط ْ Šَ يŠكَ Šِ لŠ َذŠٰ Š َكŠۚ ŠاŠوŠُ نŠ َمŠ آŠنŠَ Š يŠ ِذŠَّلŠ اŠ َدŠ ْنŠعŠِ Š َوŠِ هَّللاŠ َدŠ ْنŠِع
ŠٍرŠاŠَّ بŠ َجŠٍِّرŠ بŠ َكŠَ تŠُم
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada
manusia.
1. Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi
kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi
kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau
melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah
Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum
dalam QS Az Dzariyat : 56
2. Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah
bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di
hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi
orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam.
Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172
17
Š ْمŠُ هŠ َدŠَ هŠ ْشŠَ أŠ َوŠ ْمŠُهŠَتŠَِّّر يŠ Š ُذŠ ْمŠ ِهŠ ِرŠوŠُ هŠُ ظŠنŠْ Š ِمŠ َمŠ َدŠ آŠ يŠِنŠَ بŠنŠْ Š ِمŠك َ ُّŠ بŠ َرŠ َذŠ َخŠَ أŠ ْذŠِ إŠَو
Š َمŠوŠْ Šَ يŠاŠوŠُلŠوŠُقŠَ تŠنŠْ Šَ أŠۛ ŠاŠَ نŠ ْدŠ ِهŠ َشŠۛ ŠىŠٰ ŠَلŠَ بŠاŠوŠُلŠاŠَ قŠۖ Š ْمŠِّ ُكŠ بŠ َرŠِ بŠت
Šُ Š ْسŠَلŠَ أŠ ْمŠ ِهŠسŠِ Šُ فŠ ْنŠَ أŠىŠٰ Šَ لŠَع
ŠنŠَ Š يŠِ لŠِفŠ اŠ َغŠ اŠ َذŠَهŠٰ ŠنŠْ Š َعŠاŠَّ نŠ ُكŠاŠَّنŠِ إŠ ِةŠ َمŠاŠَ يŠِ قŠ ْلŠا
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami),
kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
3. Khalifah Allah. Sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan
misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk
memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai
Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang
pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah
diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang
mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang
mempusakai dunia ini.
Kebahagian manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridho allah.
Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat
mencapainya. Maka untuk mencapainya kebahagian dunia dan akhirat itu dengan
sendirinya kita harus mengikuti ketentuan-ketentuan dari allah SWT.
Setiap gerak-gerik kehidupan di dunia ini harus senantiasa ada
pertanggungjawaban. Orang yang diberi amanah (mandat) harus
mempertanggungjawabkan amanahnya kepada orang yang memberikan amanah
kepadanya. Seorang karyawan harus mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada
atasannya. Buruh akan mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada majikannya.
Lurah mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Camat, dan Camat
mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Bupati, dan seterusnya sampai
18
kepada Presiden yang harus mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada rakyat
melalui MPR. Fenomena ini sudah lazim bagi kita di dunia ini. Bahkan, akan tetap
lazim dan up to date bagi kita sampai memasuki alam yang baru nanti, yaitu alam
akhirat. Semua manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatan dan amalnya
kepada Allah SWT besok di hari akhirat karena manusia adalah makhluk ciptaan-Nya
serta menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini.
Dalam hal ini setidaknya ada empat hal yang harus kita pertanggung jawabkan
kepada Allah SWT kelak di hari kiamat. Nabi saw bersabda dalam sebuah hadisnya:
"Dari Abu Barazah A-Islami berkata, Rasulullah saw bersabda, "Kedua kakinya seorang
hamba besok di hari kiamat tidak akan terpeleset sehingga dia ditanyai tentang empat hal:
1. Tentang umur, untuk apa umur itu dihabiskan.
2. Tentang ilmu, untuk apa ilmu itu difungsikan.
3. Tentang harta benda, dari mana harta benda itu diperoleh.
4. Tentang kondisi tubuh, untuk apa kenikmatan itu digunakan." (HR Tirmidzi dan
berkata: hadis tersebut Hasan-Sahih)
Keempat hal tersebut mari kita rinci dan uraikan satu per satu.
1. Mengenai Umur
Allah SWT memberikan umur kepada manusia sesuai dengan kehendak-Nya, ada
yang panjang, ada yang pendek, dan ada yang sedang-sedang saja. Yang jelas umur
yang diberikan kepada manusia itu ada batasnya, dan pada waktunya, manusia akan
diwafatkan oleh Allah SWT. Allah berfirman dalam Alquran, " Tiap-tiap umat
mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (Al-
A'raaf: 34)
Berkaitan dengan umur ini umat Muhammad adalah umat yang paling pendek
umurnya dibandingkan dengan umat-umat yang terdahulu. Nabi saw sendiri
umurnya hanya 63 tahun, sebuah umur yang relatif pendek bila dibandingkan dengan
para Nabi sebelumnya. Secara umum umat Muhammad berumur dalam kisaran 60
sampai 70 tahun, sebagaimana yang pernah beliau tegaskan dalam hadisnya, "Rata-
rata umur umatku antara 60 sampai 70 tahun."
19
Dengan umur sependek itu, pertanyaan yang perlu dikedepankan adalah untuk apa
umur yang begitu singkat itu kita habiskan? Realitas sosial menunjukkan bahwa
kebanyakan manusia selalu menunda-nunda melakukan amal saleh padahal tidak
jarang manusia yang masih muda, bahkan masih kecil, secara mendadak di wafatkan
oleh Allah SWT, Bagaimana menghadap kepada Allah SWT sedangkan mereka ini
dalam keadaan tidak siap mati karena semasa hidupnya belum membekali dirinya
dengan bekal-bekal kehidupan akhirat. Mereka menunda-nunda di sisa umurnya, tapi
di tengah perjalanan ke sana mereka terlebih dahulu sudah diwafatkan oleh Allah
SWT. Kalau memang begini jadinaya, siapa yang rugi?
Oleh karena itu, kita memang harus selalu stand by dan siap dalam menghadapi
yang namanya maut itu. Kapan pun, di mana pun, dan saat apa pun kita harus siap
merespon panggilan yang terakhir dari Allah di dunia ini. Dengan demikian, bekal
taqwa dan ibadah yang selalu menyertai kita di mana pun kita berada adalah yang
terbaik bagi kita.
2. Mengenai Ilmu
Ciri yang membedakan antara manusia dan binatang adalah adanya akal. Dengan
akal manusia mampu mengakses kebaikan-kebaikan, informasi-informasi, dan lain-
lain. Dengan akal pula manusia mampu menghasilkan ilmu. Berbekal ilmulah
manusia mencari kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan di akhirat. 18 Semakin
banyak ilmunya, semakin dekat pula dia kepada Sang Pencipta (apabila digunakan
sebagaimana mestinya). Rasulullah saw telah bersabda, "Apabila datang kepadaku
suatu hari, di mana pada hari itu aku tidak bisa menambah ilmu, maka tidak ada
keberkahan bagiku pada hari itu."
Dengan ilmu yang dimiliki, manusia diharapkan akan menjadi orang yang baik
dalam semua lini kehidupannya, terutama ilmu agama.19
3. Mengenai Harta Benda
Dalam hal harta benda, ada dua pertanyaan yang akan ditanyakan Allah kepada
kita. Pertama, dari mana harta itu dihasilkan? Kedua, untuk apa harta itu
dibelanjakan? Harta yang ada pada kita itu semata-mata titipan Allah SWT, karena
Madropi, “Peran dan Tugas Manusia di Muka Bumi”, diaskes dari https://tafsirq.com/, pada tanggal 4
18
Š ْمŠ ِهŠ ْيŠَ لŠَع Šَ Š َوŠاŠَ هŠِ بŠ ْمŠ ِهŠ يŠِّ كŠزŠَ Šُ تŠ َوŠ ْمŠُ هŠِّ ُرŠ هŠط
Š ِّلŠ ص Šَ Š ْمŠ ِهŠِلŠ اŠوŠَ Š ْمŠَ أŠنŠْ Š ِمŠ ْذŠُخ
َ Šُ تŠًةŠَ قŠ َدŠص
Š ٌمŠيŠِ لŠ َعŠ ٌعŠ يŠ ِمŠ َسŠُ هَّللاŠ َوŠۗ Š ْمŠُهŠَ لŠنŠٌ Š َكŠ َسŠك َ Šَ اَل تŠص َ ŠنŠَّ Šِ إŠۖ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
4. Mengenai Kesehatan dan Kondisi Tubuh
Kebanyakan manusia ketika sehat dan bugar sering lupa akan kewajibannyan
kepada Yang Maha Kuasa dan selalu lupa untuk melakukan hal-hal yang dapat
mendekatkan diri kepada-Nya. Demikian pula ketika terbuka kesempatan yang luas
dihadapannya, yaitu ketika mereka sedang menjadi orang yang penting, mereka lupa
akan hal-hal tersebut. Namun, ketika semuanya itu sudah sirna di hadapannya, yang
sibuk sudah menjadi tidak sibuk, yang pegawai (karyawan) menjadi pensiun dan
yang militer sudah menjadi purnawirawan, mereka semua ini baru sadar akan
pentingnya hal-hal tersebut. Orang-orang semacam ini masih beruntung karena
penundaan mereka masih membuahkan hasil dan tidak sia-sia. 20 Akan tetapi,
20
Madropi, “Peran dan Tugas Manusia di Muka Bumi”, diaskes dari https://tafsirq.com/, pada tanggal 4 September
2018 pukul 09.20
21
alangkah ruginya bagi orang-orang yang suka menunda-nunda amal saleh, akan
tetapi maut segera menjemputnya dengan tiba-tiba. Alangkah sia-sianya penundaan
mereka. Oleh karena itu, Rasul saw mengingatkan kepada kita dalam sabdanya,
"Ada dua kenikmatan, kebanyakan manusia terlena dengan keduanya (sehingga
mereka tidak diberkahi Allah), yaitu kesehatan dan kesempatan." (HR Al-Bukhari)
Dalam riwayat yang lain Rasul saw pernah memberi nasihat kepada Ibnu Umar,
"… dan (manfaatkanlah) kesehatanmu sebelum datang waktu sakitkanmu…."
Akhirnya, kita memohon kepada Allah agar diberi-Nya kekutan untuk
mempersiapkan bekal selama hidup di dunia ini dengan mengabdi kepada-Nya,
sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan keempat hal tersebut di hadapannya
dengan benar dan penuh kemudahan, amin.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara
mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena
manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.
Manusia telah berupaya memahami dirinya selama beribu-ribu tahun. Tetapi gambaran
yang pasti dan meyakinkan tak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya
nalarnya yang subyektif. Oleh karena itu mereka memerlukan pengetahuan dari pihak lain
yang dapat memandang dirinya secara lebih utuh. Allah Sang Pencipta telah menurunkan
Kitab Suci Alquran yang di antara ayat-ayat-Nya adalah gambaran-gambaran konkret tentang
manusia. Penyebutan nama manusia dalam Alquran tidak hanya satu macam. Berbagai istilah
digunakan menunjukkan berbagai aspek kehidupan manusia. Dari aspek historis penciptaan
manusia disebut dengan bani Adam, dari aspek biologis manusia disebut dengan basyar yang
mencerminkan sifat- sifat fisik – kimia – biologisnya, dari aspek kecerdasaan manusia
disebut dengan insan yakni makhluk terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap
pengetahuan, dari aspek sosiologinya disebut annas yang menunjukkan manusia sebagai
makhluk social, dari aspek posisinya disebut ‘abdun (hamba) yang menunjukkan
kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya.
Manusia dalam islam memiliki peran dan fungsi yaitu sebagai khalifah serta tanggung
jawab sebagai hamba Allah yang harus selalu tunduk kepadaNya dan tanggung jawab
sebagai khalifah.
Manusia ialah makhluk ciptaan Allah yang luar biasa. Pada hakekatnya, manusia adalah
makhluk Allah yang paling sempurna di bumi dengan segala kelebihan akal, hati nurani dan
daya pikir serta memiliki kemampuan untuk mengelola segala macam karunia dari Allah di
bumi ini. Akan tetapi manusia juga sebagai makhluk social yang tidak di pungkiri dalam
menjalankan kehidupannya pasti memerlukan bantuan orang lain.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah tentunya harus tunduk dan patuh terhadap segala
peraturan Allah, menjalankan perintahNya dan menjahui segala laranganNya. Karena pada
23
dasarnya semua peraturan yang Allah ciptakan untuk mengatur segala kehidupan bertujuan
untuk menciptakkan kehidupan yang damai, tentram dan membahagiakan.
Manusia dalam islam memiliki peran dan fungsi yaitu sebagai khalifah serta tanggung
jawab sebagai hamba Allah yang harus selalu tunduk kepadaNya dan tanggung jawab
sebagai khalifah.
24