Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH BERDAYA


PADA TANGGAL 15-21 FEBRUARI 2021

OLEH:

NI PUTU SANYA DEWI


C1118043
VB KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

1. Konsep Dasar Penyakit


a. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.( Yosep,2010).
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahandalam segi
kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif
dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan
konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa
seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa ( Keliat,
2011 ).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah.Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat,
2011).
b. Etiologi
Faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor
predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut :
1. Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri. Meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua tidak realistis, kegagalanyang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang
tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran. Dimasyarakat umunya peran seseorang
disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap
kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria
dianggap kurang sensitive, kuranghangat, kurang ekspresif dibandingkan
wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak
sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan
sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri. Meliputi ketidak percayaan, tekanan
dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga
pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan
sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan
perasaan benci kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang
berpengaruh pada identitas.Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh
kelompoknya.
d. Faktor biologis. Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter diotak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.
2. Faktor presipitasi
Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh,
perubahan penampilan atau bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang
menurun.Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara,
termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan
karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum
sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat
saat dirawat ( Yosep, 2010).
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif,
disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal.
3. Mekanisme koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
a. Jangka pendek :
- Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis :Pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
- Kegiatan mengganti identitas sementara: Ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik.
- Kegiatan yang memberi dukungan sementara :Kompetisi olah raga kontes
popularitas.
- Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas
sementara :Penyalahgunaanobat-obatan.
b. Jangka Panjang :
- Menutup identitas :Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi
dariorang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau
potensidiri sendiri.
- Identitas negatif :Asumsi yang pertentangan dengan nilai dan
harapanmasyarakat.

c. Proses Terjadinya Masalah (Respon Adaktif dan Maladaktif)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan Depolarisasi


Diri Rendah Identitas
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
- Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
- Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya.
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu
lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
- Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
- Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
- Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain
secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan
baik dengan orang lain (Eko P,2014).

d. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.

e. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : Malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
f. Pohon Masalah
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

Trauma Tumbuh Kembang

g. Penatalaksanaan
1. Psikofarmako.
a. Cloppromazine (CPZ)
Indikasi untuk sindrom psikologis yaitu berat dalam kemampuan menilai
realistis, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan
perilaku aneh.Efek samping sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
b. Haloperidol (HPL)
Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realistis dalam fungsi
netral serta fungsi kehidupan sehari-hari. Efek samping : Gangguan otonomik
dan endokrin.
c. Trihexypheridyl (THP)
Indikasi : Segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca enchepalitis dan
idiopatik. Efek samping : Hipersensitive terhadap trihexy phenidyl, psinosis
berat, psikoneurosis, dan obstruksi saluran cerna.
2. Psikoterapi.
a. Terapi okupasi/ rehabilitasi
Terapi terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan
aktivitas terpilih sebagai media.Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang
direncanakan sesuai tujuan.
b. Terapi psikososial
Rencana pengobatan harus ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
pasien. Selain itu sebagai strategi penurunan stress dan mengenal masalah dan
perlibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.
c. Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan
individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis.
3. Manipulasi lingkungan.
a. Bersikap menerima psien dan negatifismenya.
b. Melibatkan pasien dalam aktivitas kelompok dan aktivitas di ruangan.
c. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya sendiri. Misalnya menata tempat tidur, membersihkan alat makan,
dan minum obat.
d. Memberikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang dilakukan secara
mandiri.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Data-data
tersebut dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, presipitasi, penilaian, terhadap
stresor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien.Data-data yang
diperoleh selama pengkajian juga dapat dikelompokkan menjadi data subjektif dan
objektif. Data subjektif merupakan data yang disampaikan secara lisan oleh klien maupun
keluarga klien melalui proses wawancara. Sedangkan data objektif adalah data yang
ditemukan secara nyata pada klien melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat. Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
a. Keluhan utama / alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang atau dirawat di RS, apakah
sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah ini.
b. Faktor predisposisi
Terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
c. Faktor presipitasi
Terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,
berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan serta
menurunnya produktivitas.
d. Konsep diri
- Gambaran diri :Pasien merasa anggota tubunya tidak lagi berguna, dan merasa
dirinya tidak cantik.
- Ideal diri : Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
- Harga diri :Pasien tidak mau berkomunikasi dengan teman-teman nya, pasien
lebih banyak diamdan sulit memulai pembicaraan kecuali di ajak atau ditanya
oleh perawat.
- Identitas : Prinsip perorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, kosentrasi dan keunikan individu.
- Peran : Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.
e. Hubungan Sosial
Pasien jarang berinteraksi dengan teman-temannya , pasien kurang bicara dengan
oranglain.
f. Spiritual
- Nilai keyakinan : Pasien mengatakan dia beragama Islam, bisa berdoa.
- Kegiatan ibadah : Waktu di rumah pasien rajin beribadah (solat lima waktu),
tetapi selama masuk RStidak pernah solat hanya pasien selalu berdoa sebelum
dan sesudah makan.
g. Status Mental
- Penampilan
Penampilan pasien sehari-hari bersih dan rapi.
- Pembicaraan
Pasien tidak mampu memulai pembicaraan kecuali di ajak atau di tanya,
danpembicaraan pasien kadang nyambung, kadang tidak serta mampu
menjawabpertanyaan yang di ajukan.
- Suasana perasaan (emosi afek)
Ekpresi pasien terlihat sedih dan murung.
- Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang, terkadang mengalihkan perhatian.
- Proses pikir
Kemampuan berfikir pada saat menjawab pertanyaan dari perawat dapat di
jawab dengan baik

b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
c. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tindakan Pertemuan


1. Harga Pasien 1 2 3 4 5 s.d 12
1. Identifikasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi kegiatan
Diri
kemampuan melakukan kegiatan pertama kegiatan pertama kegiatan pertama, latihan dan berikan
Rendah
kegiatan dan aspek positif yang dipilih dan dan kedua yang kedua, dan ketiga pujian.
pasien (buat daftar berikan pujian. telah dilatih dan yang telah dilatih 2. Latih
kegiatan) 2. Bantu pasien berikan pujian. dan berikan pujian. kegiatan
2. Bantu pasien menilai memilih kegiatan 2. Bantu pasien 2. Bantu pasien dilanjutkan sampai
kegiatan yang dapat kedua yang akan memilih kegiatan memilih kegiatan tak terhingga.
dilakukan saat ini (pilih dilatih. ketiga yang akan keempat yang akan 3. Nilai
dari daftar kegiatan) : buat 3. Latih kegiatan dilatih dilatih kemampuan yang
daftar kegiatan yang dapat kedua (alat dan 3. Latih 3. Latih telah mandiri.
dilakukan saat ini cara) kegiatan ketiga kegiatan keempat 4. Nilai apakah
3. Bantu pasien 4. Masukkan (alat dan cara) (alat dan cara) harga diri pasien
memilih salah satu pada jadual 4. Masukkan 4. Masukkan
kegiatan yang dapat kegiatan untuk pada jadual pada jadual
dilakukan saat ini untuk latihan: dua kegiatan untuk kegiatan untuk
dilatih kegiatan masing- latihan: tiga latihan: empat
4. Latih kegiatan yang masing dua kali kegiatan, masing- kegiatan, masing-
dipilih (alat dan cara per hari masing dua kali masing dua kali
melakukannya) perhari per hari
5. Masukkan pada
jadual kegiatan untuk
latihan dua kali per hari
Keluarga 1. Diskusikan masalah 2. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi
yang dirasakan dalam keluarga dalam kegiatan keluarga kegiatan keluarga kegiatan keluarga
merawat klien. membimbing dalam dalam dalam
2. Jelaskan pengertian, pasien membimbing membimbing membimbing
tanda dan gejala, dan melaksanakan pasien pasien pasien melakukan
proses terjadinya harga kegiatan melaksanakan melaksanakan kegiatan yang
diri rendah (gunakan kebersihan diri, kegiatan yang telah kegiatan, beri dipilih oleh pasien,
booklet). beri pujian. dilatih, beri pujian. pujian. beri pujian.
3. Jelaskan cara 3. Bersama keluarga 2. Bersama 2. Bersama 2. Nilai
merawat harga diri rendah melatih pasien keluarga melatih keluarga melatih kemampuan
terutama memberikan dalam melakukan pasien dalam pasien dalam keluarga
pujian semua hal yang kegiatan kedua melakukan melakukan membimbing
positif pada pasien. yang dipilih pasien kegiatan ketiga kegiatan keempat pasien.
4. Latih keluarga yang dipilih pasien yang dipilih pasien 3. Nilai
memberi tanggung jawab 4. Anjurkan 3. Jelaskan follow kemampuan
kegiatan yang dipilih membantu pasien 3. Anjurkan up ke PKM, tanda keluarga
pasien: bimbing dan beri sesuai jadual dan membantu pasien kambuh, rujukan, melakukan kontrol
pujian. memberi pujian. sesuai jadual dan 4. Anjurkan ke PKM.
5. Anjurkan membantu memberi pujian. membantu pasien
pasien sesuai jadual dan sesuai jadual dan
cara memberikan pujian. memberikan
pujian.
d. Evaluasi
1. Kemampuan yang diharapkan dari pasien ;
a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan.
c. Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan.
d. Pasien dapat membuat jadwal kegiatan harian.
e. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian.
2. Kemampuan yang diharapkan keluarga :
a. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
b. Menyediakan fasilitas untuk pasien dapat melakukan kegiatan.
c. Mendorong pasien melakukan kegiatan.
d. Memuji pasien saat pasien dapat melakukan kegiatan.
e. Membantu melatih pasien.
f. Membantu penyusunan jadwal kegiatan pasien.
g. Membantu perkembangan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Deden Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta : Gosyan Publising.

Fitria N. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penelitian Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.

Kliat. 2011. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Prabowo Eko. 2014. Konsep Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.

Yoseph. I. 2010. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai