JURUSAN AKUNTANSI
2020/2021
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
3.1 Kesimpulan..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1
Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai
digemborkan kembali pada awal era reformasi di tahun 1998. Tuntutan
masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas
tidak mampu diterapkan secara konsisten di setiap lini kepemerintahan yang
pada akhirnya menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi
pemicu munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam
pengelolaan keuangan dan administrasi negara di Indonesia. Era reformasi
telah memberi harapan baru dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia.
Apalagi kondisi tersebut didukung oleh banyaknya tuntutan negara-negara
pemberi donor dan hibah yang menekan pemerintah Indonesia untuk
membenahi sistem birokrasi agar terwujudnya good governance.
1.2Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akuntabilitas dalam Pelayanan Publik?
2. Bagaimana hubungan antara akuntabilitas publik dengan Good
Governance?
3. Bagaimana konsep akuntabilitas publik yang diterapkan di Indonesia?
4. Apa saja dimensi-dimensi akuntabilitas publik?
5. Apa saja yang menjadi indikator kineja keberhasilan dari pencapaian
akuntabilitas publik?
2
1.3Manfaat Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang
dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi
penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
4
1. Partisipasi Masyarakat (Participation)
5
3. Transparansi (Transparency)
6
Praktek good governance menjadi kemudian guidence atau panduan untuk
operasional perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan internal
maupun eksternal perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional
perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal
lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder
lainnya, termasuk didalamnya publik.
6. Kesetaraan (Equity)
7
Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah
dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di
dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi adalah
suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif
memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang
disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah daerah perlu
mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui brosur, leaflet,
pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah
perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi
8
8. Akuntabilitas (Accountability)
9
2.3Konsep Akuntabilitas Publik
10
2.4Dimensi Akuntabilitas Publik
2. Akuntabilitas Proses
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem
informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur
administrasi.Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian
pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya. Pengawasan dan
pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses dapat dilakukan,
misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan
lain di luar yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi dan
pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan
kelambanan dalam pelayanan.Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas
proses juga terkait dengan pemeriksaan terhadap proses tender untuk
melaksanakan proyek-proyek publik.
11
Yang harus dicermati dalam kontrak tender adalah apakah proses tender
telah dilakukan secara fair melalui Compulsory Competitive
Tendering (CCT), ataukah dilakukan melalui korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN).
3. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan
alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang
minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah,
baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil
pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
12
Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang dapat
diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban
dan berupa laporan akuntailitas yang disusun secara periodik.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah atau
disingkatdengan SAKIP tertuang dalam “Peraturan Presiden Nomor 29
Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah” yang
mana didalamnya menyebutkan SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari
berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan
dan pengukuran, pengumpulan data, pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan
pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka
pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Tujuan SAKIP adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya
pemerintah yang baik dan terpercaya. Sedangkan sasaran dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah:
1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat
beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi
masyarakat dan lingkungannya.
2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah.
3. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.
4. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
13
Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan
sebuah laporan kinerja yang berkualitas serta selaras dan sesuai dengan
tahapan-tahapanyang meliputi:
1. Rencana Strategis
Rencana strategis merupakan dokumen perencanaan instansi pemerintah
dalam periode 5 (lima) tahunan. Rencana strategis ini menjadi dokemen
perencanaan untuk arah pelaksanaan program dan kegiatan dan menjadi
landasan dalam penyelenggaraan SAKIP.
2. Perjanjian Kinerja
3. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan langkah untuk membandingkan realisasi
kinerja dengan sasaran (target) kinerja yang dicantumkan dalam
lembar/dokumen perjanjian kinerja dalam rangka pelaksanaan
APBN/APBD tahun berjalan. Pengukuran kinerja dilakukan oleh
penerima tugas atau penerima amanah pada seluruh instansi pemerintah.
4. Pengelolaan Kinerja
14
Pengelolaan kinerja merupakan proses pencatatan/registrasi,
penatausahaan dan penyimpanan data kinerja serta melaporkan data
kinerja. Pengelolaan data kinerja mempertimbangkan kebutuhan instansi
pemerintah sebagai kebutuhan manajerial, data atau laporan keuangan
yang dihasilkan dari sistem akuntansi dan statistik pemerintah.
5. Pelaporan Kinerja
15
1. Harus merupakan sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-
sumber daya yang konsisten dengan asas-asas umum penyelenggaraan
Negara serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staff instansi yang
bersangkutan.
3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang
diperoleh.
5. Harus jujur, obyektif, transparan, akurat, dan inovatif sebagai katalisator
perubahan manajemen instansi pemerintah.
16
Penentuan IKU pada organisasi profit dan non-profit tidaklah sama. Pada
organisasi profit, penentuan IKU disusun berorientasi pada perspektif
financial, perspektif pelanggan, dan perspektif bisnis, dan masing-masing
perspektif mempunyai alat ukur; Key Performance Outcome (Lag Indicator)
dan Key Performance Driver (Lead Indicator). Lag Indicator dapat disebut
sebagai indikator hasil, sedangkan Lead Indicator disebut dengan indikator
pendorong kinerja atau prosesnya.
17
Semua jenis indikator ini, dapat dikategorikan menggunakan pendekatan
sistem. Setiap sub sistem indikator saling berkaitan satu sama lain dan setiap
indikator berfungsi memberikan tekanan pada kinerja organisasi yang akan
dicapai pada saat sekarang dan masa yang akan datang.
18
(4) Keterbukaan;
(5) Pemanfaatan sumber daya secara optimal dan
(6) Upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas.
1) Apakah para elit berkuasa telah dipilih melalui suatu pemilihan yang
jujur, adil dan dengan melibatkan partisipasi publik secara optimal?
2) Apakah kualitas moral dan tingkah laku keterbukaan elit berkuasa cukup
memadai?
3) Apakah elit yang berkuasa memiliki kepekaan yang tinggi atas aspirasi
yang berkembang di masyarakat luas?
4) Apakah dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan sudah
dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2016. Strategi Manajemen Sektor Publik. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat
https://pemerintah.net/sistem-akuntabilitas-kinerja-instansi-pemerintah/
21