Anda di halaman 1dari 4

A.

HAKIKAT PEMBELAJARAN PKN KELAS 3 JENJANG SEKOLAH DASAR ( SD )

Menurut Carter v.Good(1997) bahwa pendidikan adalah proses perkembangan


kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam
masyarakatnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
mengandung tujuan yang ingin dicapai dengan membentuk kemampuan individu
mengembangkan dirinya, serta kemampuan-kemampuan itu berkembang sehingga
bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, maupun sebagai warga
negara dan warga masyarakat. Hakekat PKn di SD adalah memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter seperti yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
Hakikat pembelajaran PKn pada jenjang Sekolah Dasar ( SD ) kelas 3 adalah
memfokuskan pada pembentukan siswa yang memahami kandungan moral pancasila dan
makna simbol pancasila serta mampu merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari dengan
cara menerima dan menjalankan sesuai ajaran agama yang dianutnya, menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.

B. HAKIKAT KONSTRUKTIVISME

Menurut Jean Piaget dalam Utami (2016:2) menyatakan bahwa teori konstruktivisme
yakni belajar adalah proses penemuan sendiri, yaitu sebuah proses yang dialami
seseorang karena berinteraksi dan melakukan pengamatan terhadap lingkungan. Dengan
kata lain, pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan
pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu
sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu
aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses
renungan dan pengabstrakan. Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan
pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan. Untuk membantu
peserta didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan
struktur kognitif yang ada pada peserta didik. Menurut Pribadi & Sjarif (2010:122)
Tujuan penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah untuk
membantu meningkatkan pemahaman siswa. Siswa belajar dan membangun pengetahuan
ketika terlibat aktif dalam kegiatan merumuskan pertanyaan secara kolaboratif,
menjelaskan fenomena, berfikir kritis tentang isu-isu yang kompleks, mengatasi masalah
yang dihadapi. Menurut Rangkuti (2014:66) teori belajar yang mendukung pndekatan
konstruktivisme antara lain:
a. Teori Belajar Konsep
Teori belajar konsep menjelaskan mengapa seorang siswa bisa salah mengerti dalam
menangkap suatu konsep yang dipelajari. Seorang pendidik dibantu untuk
mengarahkan siswa dalam pembentukan pengetahuan yang lebih tepat. Teori ini
sangat mendorong pendidik agar menciptakan suasana dan keadaan yang
memungkinkan perubahan konsep yang kuat pada murid sehingga pemahaman lebih
sesuai dengan ilmuan. Konstruktivisme dan teori perubahan konsep memberikan
pengertian bahwa setiap orang dapat membentuk pengertian yang berbeda bukanlah
akhir pengembangan.
b. Teori Bermakna Ausubel
Seseorang belajar dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat
mengubahnya. Teori belajar ausubel sangat dekat dengan konstruktivisme
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-
fakta kedalam system, pengertian yang telah dipunya.
c. Teori Skema
Teori ini menunjukkan bahwa pengetahuan tersusun dalam suatu skema yang
terletak dalam ingatan. Pengetahuan disimpan dalam suatu paket informasi atau
skema yang terdiri dari konstruksi mental gagasan.
Teori pembelajaran Konstruktivisme dalam dunia pendidikan memberikan
pandangan bahwa belajar harus aktif dan siswa mengalami secara langsung proses
tersebut. Pengetahuan dikonstruksi sendiri oleh siswa, sehingga cara siswa belajar adalah
paham bukan hafal. Teori pembelajaran ini menempatkan guru sebagai
fasilitator.Komponen pendidikan sesuai dengan teori pembelajaran konstruktivisme :

1. Komponen kurikulum
Kurikulum dirancang dengan menitikberatkan atau memfokuskan pada siswa
aktif, terutama dalam kaitannya dengan pembelajaran.
2. Komponen tujuan
Tujuan dalam pendidikan yang menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah
berusaha untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk bisa membangun
konsep dari materi yang telah didapat.
3. Komponen metode
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih
menekankan pada penggunaan metode inquiry (menemukan) dan dibantu dengan
metode lain yang dilaksanakan secara integratif. Metode-metode tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Tanya jawab
Merupakan metode pembelajaran yang berguna untuk mengukur sejauh mana
siswa dapat memahami dan mengenali konsep materi yang diajarkan atau
dipelajari. Selain itu, tanya jawab juga berfungsi untuk menggali informasi,
mengetahui hal-hal yang belum diketahui oleh siswa dan yang sudah
diketahui siswa, serta membangkitkan respon siswa.  Peran guru disini adalah
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir  siswa.
b. Penyelidikan/ menemukan
Pengetahuan yang diperoleh siswa merupakan hasil penyelidikan sampai
kepada menemukan sendiri, jadi bukan mengingat suatu fakta atau materi
yang diberikan.Jadi guru harus menyusun dan merancang kegiatan
pembelajarannya yang berfungsi agar siswa mampu menemukan berbagai
materi yang diajarkan. Guru berperan sebagai pembimbing, dan menyiapkan
situasi yang dapat membimbing anak didiknya untuk mengamati, menemukan
fakta ataupun konsep, menganalisis data, dan mengusahakan kemungkinan
jawaban dari suatu masalah.
c.  Belajar Kelompok
Pembelajaran dalam kelompok dapat melatih kedisiplinan siswa dan
kesepakatan siswa dalam bekerjasama dengan anggota kelompoknya.Melalui
kegiatan berkelompok dapat meningkatkan jiwa kompetisi antar kelompok
dan dapat meningkatkan motivasi belajar anggota kelompok.
4. Komponen guru
Dalam teori konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh
dari hasil konstruksi kognitif siswa melalui pengalaman yang diterima lewat
panca indra, maka dari itu  peran atau posisi guru adalah sebagai fasilitator dalam
pembelajarannya.
5. Komponen siswa
Pusat kegiatan pembelajaran konstruktivisme adalah siswa.  Dalam pembelajaran
sesuai aliran konstrukstivisme siswa menginterpretasikan dan membangun suatu
kenyataan berdasarkan pada interaksi dan pengalamannya dengan lingkungan
DAFTAR RUJUKAN

Pribadi, B.A, & Sjarif, E. 2010. Pendekatan Konstruktivistik dan pengembangan bahan ajar
pada system pendidikan jarak jauh:Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh,
11(2), 117-128. Dari http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jptjj/article/view/461.
Rangkuti, A. N. 2014. Kontruktivisme dan Pembelajaran Matematika. Jurnal Darul Ilmi,
2(2). Dari http://194.31.53.129/index.php/DI/article/view/416.
Utami, I.G.A.L.P . 2016. Teori Konstruktivisme dan Teori Sosiokultural: Aplikasi Dalam
Pengajaranbahasa Inggris. Ejournal.undiksha.ac.id, 11(1). Dari
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/view/10964.

Anda mungkin juga menyukai