Anda di halaman 1dari 5

Ketentuan Penting Dalam Kontrak

Definisi Kontrak:
Kontrak merupakan dasar yang mengatur hak dan kewajiban para pihak dalam aktivitas
bisnis. Ia merupakan jembatan yang menghubungkan hak dan kewajiban dari masing-masing
pelaku usaha dengan tujuan untuk membangun kepastian hukum di antara keduanya. Oleh
karena itu, proses penyusunan sebuah kontrak harus memperhatikan kaidah-kaidah hukum
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta norma dan praktik hukum secara
universal. Dengan demikian keabsahan kontrak yang telah disepakati oleh para pihak dapat
terlindungi oleh hukum.

Asas-asas Hukum Perjanjian:


Menurut Maris Feriyadi (2007) ada 5 (lima) asas dalam membuat perjanjian, yaitu:
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada
para pihak untuk:
a. membuat atau tidak membuat perjanjian;
b. mengadakan perjanjian dengan siapapun;
c. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
d. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme berhubungan dengan saat lahirnya suatu perjanjian yang
mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat
antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian, mengenai saat terjadinya kesepakatan
dalam suatu perjanjian, yaitu antara lain:
a. Teori Pernyataan (Utingstheorie), kesepakatan (toesteming) terjadi pada saat yang
menerima penawaran menyatakan bahwa ia menerima penawaran itu. Jadi dilihat dari
pihak yang menerima, yaitu pada saat menjatuhkan ballpoint untuk menyatakan
menerima, kesepakatan sudah terjadi. Kelemahan teori ini adalah sangat teoritis
karena dianggap kesepakatan terjadi secara otomatis.
b. Teori Pengiriman (Verzendtheorie), kesepakatan terjadi apabila pihak yang
menerima penawaran mengirimkan telegram.
c. Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie), kesepakatan terjadi apabila yang
menawarkan itu mengetahui adanya penerimaan, tetapi penerimaan itu belum
diterimanya (tidak diketahui secara langsung).
d. Teori Penerimaan (Ontvangstheorie), kesepakatan terjadi pada saat pihak yang
menawarkan menerima langsung jawaban dari pihak lawan.
3. Asas Pancta Sunt Servanda
Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Artinya bahwa kedua belah pihak wajib mentaati dan melaksanakan
perjanjian yang telah disepakati sebagaimana mentaati undang-undang. Oleh karena
itu, akibat dari asas pacta sunt servanda adalah perjanjian itu tidak dapat ditarik
kembali tanpa persetujuan dari pihak lain. Hal ini disebutkan dalam Pasal 1338 ayat
(2) KUHPerdata yaitu suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan
sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang
dinyatakan cukup untuk itu.
4. Asas Itikad Baik
Di dalam hukum perjanjian itikad baik itu mempunyai 2 (dua) pengertian yaitu:
itikad baik dalam arti subyektif, yaitu Kejujuran seseorang dalam melakukan suatu
perbuatan hukum yaitu apa yang terletak pada sikap batin seseorang pada waktu
diadakan perbuatan hukum. Itikad baik dalam arti subyektif ini diatur dalam Pasal
531 Buku II KUHPerdata.
itikad baik dalam arti obyektif, yaitu Pelaksanaan suatu perjanjian harus didasarkan
pada norma kepatutan dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1338
ayat (3) KUHPerdata, dimana hakim diberikan suatu kekuasaan untuk mengawasi
pelaksanaan perjanjian agar jangan sampai pelaksanaannya tersebut melanggar
norma-norma kepatutan dan keadilan. Kepatutan dimaksudkan agar jangan sampai
pemenuhan kepentingan salah satu pihak terdesak, harus adanya keseimbangan.
Keadilan artinya bahwa kepastian untuk mendapatkan apa yang telah diperjanjikan
dengan memperhatikan norma-norma yang berlaku.
5. Asas Kepribadian
Asas ini berhubungan dengan subjek yang terikat dalam suatu perjanjian. Asas
kepribadian dalam KUHPerdata diatur dalam pasal 1340 ayat (1) yang menyatakan
bahwa suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya. Pernyataan
ini mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi
mereka yang membuatnya. Ketentuan mengenai hal ini ada pengecualiannya,
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1337 KUHPerdata yaitu, dapat pula perjanjian
diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian dibuat untuk diri
sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam
itu. Pasal ini memberi pengertian bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian
untuk kepentingan pihak ketiga dengan suatu syarat yang telah ditentukan.
Sedangkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata, tidak hanya mengatur perjanjian untuk
diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang
yang memperoleh hak dari padanya.

Isi Kontrak:
1. Judul Kontrak
Judul Kontrak perlu mengindahkan gambaran hukum yang tegas dan formal, selaras
dengan hubungan hukum yang diatur dalam Kontrak Bisnis, serta konsisten dengan
seluruh isi bangunan kontrak.

2. Pembukaan: Tempat dan Waktu Pembuatan Kontrak


Tempat dan waktu dibuatnya kontrak memang bukan merupakan syarat sahnya kontrak,
sehingga ketiadaan penyebutan tempat dan waktu tidak membuat kontrak itu menjadi
tidak sah. Akan tetapi, karena fungsinya untuk mengatur hubungan sekaligus sebagai alat
bukti, maka sebaiknya kontrak juga menerangkan tempat dan waktu dibuatnya kontrak
itu.

3. Subjek Hukum Kontrak


Subjek hukum kontrak merupakan penyebutan para pihak yang terlibat dalam kontrak
tersebut. Biasanya penyebutan para pihak akan diganti dengan istilah PIHAK PERTAMA
dan PIHAK KEDUA (komparisi) yang saling berjanji. Kedua pihak jika bersama-sama
maka akan disebut PARA PIHAK.

4. Latar Belakang Kontrak


Pada bagian ini dijelaskan secara resmi hal yang melatarbelakangi diadakannya kontrak.
Sebagai contoh pada suatu kontak hutang-piutang bisa saja muncul dari transaksi jual-beli
mobil yang cicilannya macet. Pada bagian ini dapat juga diisi dengan klaim-klaim yang
menjelaskan keadaan hukum sebelum terjadinya kontrak, sehingga keadaan tersebut
bermuara pada kontrak yang akan ditandatangani.

5. Bentuk Hubungan Hukum


Pasal ini menegaskan inti dari bentuk hubungan hukum PARA PIHAK, apakah
bentuknya hubungan jual-beli, sewa menyewa, atau hanya pinjam meminjam biasa.

6. Hak dan Kewajiban Para Pihak


Pada bagian ini pada prinsipnya merinci lebih lanjut tentang hak dan kewajiban utama
PARA PIHAK yang muncul dari pasal tentang Bentuk Hubungan Hukum. Pada bagian
ini kembali menegaskan hak dan kewajiban utama yang menjadi substansi kontrak.

7. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban


Pada bagian ini, mengatur bagaimana teknis pelaksanaan Bentuk Hubungan Hukum yang
telah ditegaskan dalam pasal-pasal sebelumnya dan bagaimana tata cara penyerahan
prestasi.

8. Force Majeur
Force Majeur atau keadaan memaksa merupakan keadaan dimana seorang yang
berkewajiban memenuhi prestasi terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena
keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak. Keadaan tersebut
tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak yang berkewajiban memenuhi prestasi
tersebut, dikarenakan hal tersebut terjadi bukan karena itikad buruk.

9. Addendum
Addendum merupakan perubahan atau tambahan ketentuan dari kontrak ketika kontrak
tersebut telah ditandatangani. Secara hukum, perubahan suatu kontrak yang sedang
berjalan masih dapat dilakukan jika para pihak menyepakatinya. Umumnya Addendum
lahir karena adanya kebutuhan dari PARA PIHAK dalam melaksanakan kontrak. Secara
fisik addendum terpisah dari kontrak utama, namun secara hukum addendum melekat dan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kontak utama.

10. Penyelesaian Perselisihan


Pada bagian ini, PARA PIHAK dapat mempertegas tata acara penyelesaian perselisihan
jika terjadi hal-hal yang dianggap wanprestasi atau perbuatan melawan hukum terjadi
dalam hubungan hukum antara PARA PIHAK. PARA PIHAK dapat menentukan pihak
mana yang berwenang menyelesaikan sengketa jika terjadi sengketa di antara PARA
PIHAK.
11. Tanda Tangan
Dengan dibubuhinya tanda tangan, maka PARA PIHAK telah dianggap memberikan
kesepakatannya tentang isi kontrak sehingga PARA PIHAK telah terikat secara hukum
satu sama lain untuk melaksanakan hak dan kewajiban di antara PARA PIHAK.

Anda mungkin juga menyukai