Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KELOMPOK

ANTROPOLOGI SOSIAL

TENTANG

MENGANALISA BAHASA SUWAWA DAN ATINGGOLA

DI SUSUN :

 RUSLI DJAFAR
 MOH.SANDI LAIYA
 MIRLAN HUSAIN
 WINDI HUSIN
 CLARA ARISTY RAUF
 AGUSTIN BUSRA
 HELMI S. PARIASI
 SRI NURHAYATI HARAPA
 NUR APRIYANI AKUBA
 CINDRAWATI ANTULA
 KARMILA N. GANI
 ISRA DEHI
 ELZAN ZULFIKAR A. KARIEM

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GORONTALO

2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dimana yang sudah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga kami dapat berhasil menyelesaikan laporan ini
tepat pada waktunya ini. Saya menyadari jika laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karenanya, kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini mulai dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala bentuk usaha kita. Amin

GORONTALO, 20 September 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 Tujuan Penelitian
1.3 Waktu Dan Lokasi

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hasil Analisis Bahasa Suwawa Dan Atinggola
2.1.1 Penetapan kata yang Identik
2.1.2 Kata yang memiliki satu fonem berbeda
2.2 Dokumentasi Penelitian
2.2.1 Dokumentasi Penelitian Bahasa Atau Kosakata kecamatan Atinggola
2.2.2 Dokumentasi Penelitian Bahasa Atau Kosakata kecamatan Suwawa

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Gorontalo sebagai salah satu Provinsi yang ada di wilayah Indonesia memiliki
beraneka ragam budaya dan bahasa daerah yang masih hidup dan digunakan oleh
masyarakat sebagai pemiliknya dalam berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa dan
manusia mempunyai hubungan yang sangat erat. Tidak akan ada bahasa jika tidak ada
manusia sebagai penuturnya, demikian pula sebaliknya. Bahasa merupakan salah satu
kebudayaan yang diciptakan dan digunakan oleh manusia itu sendiri sebagai alat
komunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tadjuddin (2004:3) bahwa kemampuan
berpikir seseorang sangat ditentukan oleh kemampuannya berbahasa, semakin tinggi
pula kemampuannya menggunakan pikiran. Salah satu bahasa yang digunakan sebagai
alat komunikasi adalah bahasa daerah.

Bahasa Suwawa sebagai bahasa daerah lainnya dilihat segi historis dan yuridis
memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat kuat. Dari segi historis, bahasa Suwawa
merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Suwawa yang ada di kerajaan
Suwawa sejak zaman Purba sekitar 300 SM (Wantogia dan Wantogia, 1980:6-7).
Kerjaan Suwawa merupakan kerajaan tertua atau induk bahkan disebut Tiyombu
(leluhur) dari kerajaan-kerajaan yang ada di Gorontalo bahkan di daerah sekitarnya.
Seiring dengan perkembangan dan penyebaran penduduk, maka sekitar tahun 400-500
M lahirlah pula kerajaan lainnya di daerah sekirtarnya. Kerajaan-kerajaan yang
dimaksud, yaitu kerajaan Limboto, kerajaan Gorontalo, Bulango, dan Atinggola
(Wantogia dan Wantogia, 1980:5).

Bahasa Atinggola merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di semenanjung
Gorontalo, yang kini dikenal dengan wilayah Provinsi Gorontalo. Bahasa Atinggola
disebut juga bahasa Andagile. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa daerah di
Gorontalo yang terancam punah, sama halnya dengan Bolango dari suku Bulango yang
juga terancam punah.
Memperhatikan berbagai kondisi di atas, perlu adanya suatu pengkajian tentang
tingkat kekerabatan antara bahasa Gorontalo, bahasa Suwawa, bahasa Atinggola, dan
bahasa Bulango dalam bentuk penelitian. Penelitian ini sebagai salah satu upaya
pelestarian bahasa daerah yang merupakan warisan budaya sehingga bahasa daerah
sebagai bahasa ibu tidak mengalami kepunahan. Bahasa daerah harus tetap
dipertahankan terus karena di samping sebagai lambang identitas juga sebagai jati diri
daerah.
Berdasarkan realita sejarah dan landasan yuridis, maka seharusnya bahasa Suwawa
mendapatkan kedudukan yang sama bahkan lebih daripada bahasa Gorontalo dalam hal
populasi penggunanya, frekuensi penggunaannya, pembinaan dan pengembangannya,
serta pelestariannya.

1.2. Tujuan Penulisan


a. Sebagai pelengkapan tugas mata kuliah Antropologi
b. Dapat memahami kosakata Bahasa Suwawa dan Atinggola

1.3. Waktu dan Lokasi


a. Sabtu-Minggu, 18-19 September 2021
b. Atinggola Dan Suwawa
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Hasil Analisis Bahasa Suwawa Dan Atinggola

Adapun hasil dari analisis bahasa Suwawa dan Atinggola kami dari kelompok
melaksanakan penelitian hari sabtu sore di kecamatan Atinggola kab. Gorontalo Utara
dan kecamatan Suwawa kab. Bonebolango.

2.1.1. Penetapan kata yang Identik

No. Bahasa Indonesia Bahasa Atinggola Bahasa Suwawa

1. Abu Peyabu’o Peyabu’o


2. Akar Wa’ato Wa’ato
3. Aku Wa’u Wa’u
4. Baru Bagu Bagu
5. Batu Batu Batu
6. Benar Banari Banari
7. Burung Buurungi Buurungi
8. Kami,Kita Ami Ami
9. Kamu Amu Amu
10. Kering Gango Gango

2.1.2. Kata yang memiliki satu fonem berbeda

No. Bahasa Indonesia Bahasa Atinggola Bahasa Suwawa


1. Anak Ana’o wana‘o
2. Api Ruto Luto
3. Bagaimana Adonda Adona
4. Bapak Siyama Tiyama
5. Berenang Moninangi mononangi
6. Datang mora‘o mai mola‘omai
7. dengan Agu Wagu
8. dorong Undudo Wuntudo
9. jalan Dara Dala
10. kaki Tire Tite

Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih


jelas tentang kondisi kebahasaan di Gorontalo, khususnya tentang daya hidup
bahasa Suwawa di Kecamataan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango dan bahasa
Atinggola di kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara
2.2. Dokumentasi Penelitian

2.2.1. Dokumentasi Penelitian Bahasa Atau Kosakata kecamatan Atinggola


2.2.2. Dokumentasi Penelitian Bahasa Atau Kosakata Kecamatan Suwawa
BAB III

PENUTUP
3.3. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Bahasa Suwawa hanya dapat dipahami oleh masyarakat yang berasal dari wilayah
Suwawa dan sekitarnya. Demikian pula dengan bahasa Atinggola hanya dapat dipahami
oleh masyarakat yang berasal dari wilayah Atinggola dan sekitarnya. Sebaliknya kalau
bahasa Gorontalo dapat dipahami oleh masyarakat Gorontalo pada umumnya. Adanya
kata-kata yang sama, mirip, identik dan berbeda dari keempat bahasa tersebut dapat
dikaji baik dari segi fonologis maupun morfologis.
3.4. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan penelitian yang mengkaji
perbandingan kaidah bahasa Gorontalo, bahasa Suwawa, bahasa Atinggola
Pelindungan dan pelestarian bahasa bukan hanya tanggung jawab pemerintah,
baik pusat maupun daerah. Peraturan dan kebijakan apapun yang ditetapkan oleh
pemerintah mengenai pelestarian bahasa tidak akan dapat 47 mempertahankan vitalitas
sebuah bahasa jika masyarakat tuturnya sendiri tidak
memiliki kesetiaan dan kebanggaan terhadap bahasanya. Begitu juga
sebaliknya. Oleh karena itu, sinergi yang kuat antara pemerintah dan
masyarakat penutur sangat diperlukan dalam rangka pelindungan dan
pelestarian bahasa Suwawa dan bahasa Atinggola.

Anda mungkin juga menyukai