Anda di halaman 1dari 20

Penanganan dan Penatalaksanaan Kasus Kegawatdaruraratan pada

Kecelakaan
I Gusti Ayu Cintya Pradyanthi 10201500/ B3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Abstrak: Kecelakaan dapat terjadi disebabkan karena gangguan pada pikiran,persepsi,dan


perilaku. Dimana hal itu dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan psikoaktif ataupun
karena gangguan kejiwaan itu sendiri. Zat psikoaktif merupakan senyawa yang cenderung
dipakai ulang oleh orang tertentu, karena zat tersebut mampu memberikan perasaan yang disukai
oleh pengguna. .Anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang jika diperlukan
dalam menegakkan diagnosis dan perlu diperhatikan diagnosis banding penyakit tersebut.
Pembuatan Visum et repertum terhadap penyakit dibuat untuk membantu dalam pengadilan.

Kata kunci : Zat psikoaktif,kecelakaan, visum et repertum

Abstract: Accidents can occur due to disturbances in mind, perception, and behavior. Where it
can be affected by the use of psychoactive drugs or because of the psychiatric disorder itself.
Psychoactive substances are compounds that tend to be reused by certain people, because these
substances are able to provide feelings that are liked by the user. . History, physical examination
and investigation if needed in making a diagnosis and need to pay attention to the differential
diagnosis of the disease. Making Visum et repertum against diseases is made to help in court.

Keywords: Psychoactive substances, accidents, post mortem et repertum

Pendahuluan

Kegawatdaruratan psikitri adalah aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi darurat,
seperti keadaan gaduh gelisah, percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat-obatan, kekerasan
atau perubahan lainnya pada perilaku, intoksikasi alkohol, depresi akut, dan adanya delusi,
sehingga dapat menimbulkan celaka bagi pasien dan orang disekitarnya. 1 Kekerasan, serangan
panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis
lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan
psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk
mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.

Pada kedaruratan psikiatri, prioritas yang utama diberikan pengobatan pada pasien agitasi
yang dapat menimbulkan insiden pada pasien dan melukai petugas yang menimbulkan
ketidaknyamanan secara psikologis terhadap pasien. Secara klinis agitasi dapat dijumpai berupa
pembicaraan yang berlebihan dan abnormal atau penyerangan fisik, perilaku motorik tertentu,
kemarahan yang memuncak daan gangguan fungsi pada pasien. Pasien psikotik sering dirujuk ke
bagian darurat oleh seseorang yang lain. Tingkah laku yang tidak dapat ditoleransi pada
masyarakat, seperti tindak kekerasan, agresi, agitasi, dan tingkah laku yang kacau atau yang
tidak sesuai, biasanya akan melibatkan pihak penegak hukum ataupun layanan darurat medis.
Keluarga dari pasien psikotik membawa pasien ke layanan kedaruratan karena tindakan agresif,
atau mereka melaporkan bahwa pasien berhenti makan, tidak tidur, berperilaku aneh, atau
mereka tidak mampu lagi mengurus diri. Keadaan gaduh-gelisah dapat dimasukkan ke dalam
golongan kedaruratan psikiatrik, bukan karena frekuensinya yang cukup tinggi akan tetapi karena
keadaan ini berbahaya, baik bagi pasien sendiri maupun bagi lingkungannya, termasuk orang-
orang dan benda-benda. Pada kasus skenario ini pasien dalam keadaan mengemudikan kendaraan
dengan ugal-ugalan sehingga menimbulkan kejadian tabrakan dengan bus, tetapi pada pasien ini
dapat diduga mengalami trauma pasca kecelakaan tersebut. Trauma yang dapat diduga yaitu
seperti trauma kepala sehingga dapat mengganggu fungsi kerja otak oleh adanya perlukaan
diotak.1

Keadaan gaduh gelisah dapat timbul secara akut atau subakut. Gejala utama adalah gangguan
psikomotorik yang sangat meningkat, sehingga pasien dapat menimbulkan gejala seperti banyak
berbicara, berjalan mondar-mandir, berlarilari dan meloncat-loncat bila keadaan itu berat.
Gerakan tangan dan kaki serta mimik dan suaranya cepat dan hebat. Mukanya kelihatan bingung,
marah-marah atau takut. Ekspresi ini mencerminkan adanya gangguan afek-emosi dan proses
berpikir yang tidak realistik lagi. Jalan pikiran biasanya cepat dan sering terdapat waham curiga.
Tidak jarang juga timbul halusinasi penglihatan terutama pada sindrom otak organik yang akut
atau halusinasi pendengaran terutama pada skizofrenia. Karena gangguan berpikir ini, serta
waham curiga dan halusinasi lebih-lebih bila halusinasi ini menakutkan, maka pasien menjadi
sangat bingung, gelisah dan gaduh. Ia bersikap bermusuhan dan mungkin menjadi berbahaya
bagi dirinya sendiri dan/atau lingkungannya. Ia dapat melukai diri sendiri atau mengalami
kecelakaan maut dalam kegelisahaan yang hebat itu. Jika waham curiganya keras atau
halusinasinya sangat menakutkan, maka ia dapat menyerang orang lain atau merusak
barangbarang di sekitarnya.

Evaluasi

Menilai kondisi pasien yang sedang dalam krisis secara cepat dan tepat adalah tujuan
utama dalam melakukan evaluasi kedaruratan psikiatrik. Tindakan segera yang harus dilakukan
secara tepat adalah:2

a. Menentukan diagnosis awal


b. Melakukan identifikasi faktor-faktor presipitasi dan kebutuhan segera pasien
c. Memulai terapi atau merujuk pasien ke fasilitas yang sesuai
Dalam proses evaluasi, dilakukan:

1. Wawancara Kedaruratan Psikiatrik


Wawancara dilakukan lebih terstruktur, secara umum fokus wawancara ditujukan pada
keluhan pasien dan alasan dibawa ke unit gawat darurat. Keterangan tambahan dari pihak
pengantar, keluarga, teman atau polisi dapat melengkapi informasi, terutama pada pasien
mutisme, tidak kooperatif, negativistik atau inkoheren. Hubungan dokter-pasien sangat
berpengaruh terhadap informasi yang diberikan. Karenanya diperlukan kemampuan
mendengar, melakukan observasi dan melakukan interpretasi terhadap apa yang dkatakan
ataupun yang tidak dikatakan oleh pasien, dan ini dilakukan dalam waktu yang cepat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan psikiatrik standar meliputi: riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan status
mental, pemeriksaan status fisik/neurologik dan jika perlu pemeriksaan penunjang. Yang
pertama dan terpenting yang harus dilakukan oeh seorang dokter di unit gawat darurat
adalah menilai tanda-tanda vital pasien. Tekanan darah, suhu, nadi adalah sesuatu yang
mudah diukur dan dapat memberikan informasi bermakna. Misalnya seorang yang gaduh
gelisah dan mengalami halusinasi, demam, frekuensi nadi 120 per menit dan tekanan
darah meningkat, kemungkinan besar mengalami delirium dibandingkan dengan suatu
gangguan psikiatrik. Lima hal yang harus ditentukan sebelum menangani pasien
selanjutnya:
a. Keamanan pasien
Sebelum mengevaluasi pasien, dokter harus dapat memastikan bahwa situasi di
UGD, jumlah pasien di ruangan tersebut aman bagi pasien. Jika intervensi verbal
tidak cukup atau kontraindikasi, perlu dipikirkan pemberian obat atau
pengekangan.
b. Medik atau psikiatrik
Penting bagi dokter untuk menilai apakah kasusnya medik, psikiatrik atau
kombinasi keduanya, sebab penanganannya akan jauh berbeda. Kondisi medik
umum seperti trauma kepala, infeksi berat dengan demam inggi, kelainan
metabolisme, intoksikasi atau gejala putus zat seringkali menyebabkan gangguan
fungsi mental yang menyerupai gangguan psikiatrik umumnya. Dokter gawat
darurat tetap harus menelusuri semua kemungkinan penyebab gangguan fungsi
mental yang tampak.
c. Psikosis
Yang penting bukanlah penegakan diagnosisnya, tetapi seberapa jauh
ketidakmampuannya dalam menilai realita dan buruknya tilikan. Hal ini dapat
mempengaruhi sikapnya terhadap pertolongan yang kita berikan serta
kepatuhannya dalam berobat.
d. Suicidal atau homicidal
Semua pasien dengan kecenderungan bunuh diri harus diobservasi secara ketat.
Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan tindak kekerasan atau pikiran bunuh
diri harus selalu ditanyakan kepada pasien.
e. Kemampuan merawat diri sendiri
Sebelum memulangkan pasien, harus dipertimbangkan apakah pasien mampu
merawat dirinya sendir, mampu menjalankan saran yang dianjurkan.
Ketidakmampuan pasien dan atau keluarganya untuk merawat pasien di rumah
merupakan salah asatu indikasi rawat inap.
Adapun indikasi rawat inap antara lain adalah:
a. Bila pasien membahayakan diri sendiri atau orang lain,
b. Bila perawatan di rumah tidak memadai, dan
c. Perlu observasi lebih lanjut.

Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis
Urin merupakan spesismen yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan penggunaan
zat secara rutin karena ketersediaanya dalam jumlah besar dan memiliki kadar obat dalam jumlah
besar sehingga lebih mudah mendeteksi obat dibandingkan pada spesimen lain. Kelebihan
spesimen urin adalah pengambilannya tidak invasif dan dapat dilakukan oleh petugas yang bukan
medis. Urin merupakan matriks yang stabil dan disimpan beku tanpa merusak integritasnya.
Obat-obatan dalam urin biasanya dideteksi sesudah 1-3 hari. Kelemahan pemeriksaan urin adalah
mudahnya dilakukan pemalsuan dengan cara substitusi dengan bahan lain maupun diencerkan
sehingga mengacaukan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan narkoba seringkali dibagi menjadi
pemeriksaan skrining dan konfirmatori. Pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan awal
yang pada obat yang golongan besar atau metabolitnya dengan hasil presumptif positif atau
negatif. Secara umum pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan yang cepat, sensitif, tidak
mahal dengan tingkat presisi dan akurasi yang masih dapat diterima walaupun kurang spesifik
dan dapat menyebabkan hasil positid palsu karena terjadinya reaksi silang dengan substansi lain
dengan struktur kimia yang mirip. Pada pemeriksaan skrining metode yang sering digunakan
adalaah immunoassay dengan prinsip pemeriksaan adalah reaksi antigen dan antibodi secara
kompetisi. Pemeriksaan skrining dapat dilakukan diluar laboratorium dengan metode onsite strip
test maupun didalam laboratorium dengan metode ELISA.3
Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif pada pemeriksaan
skrining. Pemeriksaan konfirmasi menggunakan metode yang sangat spesifik untuk menghindari
hasil positif palsu. Metode konfirmasi yang sering digunakan adalah gas chromatography/ mass
spectrometry atau liquid chromatography/mass spectrometry yang dapat mengidentifikasi jenis
obat secara spesifik dan tidak dapat bereaksi silang dengan substansi lain. Kekurangan metode
konfirmasi adalah waktu pengerjaannya yang lama dan membutuhkan ketrampilan tinggi serta
biaya pemeriksaan mahal. 3
Waktu deteksi obat dalam urin tergantung berbagai kondisi termasuk waktu paruh obat.
Gambar 1. Durasi deteksi dalam Urin.3

Kegawatdaruratan Psikiatri

Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kedokteran
Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yang memerlukan intervensi
psikiatrik. Tempat pelayanan kedaruratan psikiatri antara lain di rumah sakit umum, rumah sakit
jiwa, klinik dan sentra primer. Kasus kedaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan
dan perilaku yang memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain kondisi gaduh gelisah,
tindak kekerasan (violence), tentamen suicidum/percobaan bunuh diri, gejala ekstra piramidal
akibat penggunaan obat dan delirium.

Etiologi
1. Trauma kapitis
Trauma kapitis merupakan masalah nondegeneratif dan nonkongenital yang
menyebabkan kerusakan fungsi kognitif, fisik, psikososial permanen serta dapat menurunkan
tingkat kesadaran. Trauma kapitis disebabkan oleh benturan, pukulan atau sentakan ke kepala
atau cedera yang menembus dan menganggu fungsi normal otak. Trauma kapitis didefinisikan
sebagai perubahan fungsi otak atau patologi yang disebabkan oleh kekuatan eksternal. Perubahan
fungsi otak dapat diketahui dari satu tanda klinis: kehilangan/penurunan kesadaran, kehilangan
memori untuk kejadian sebelumnya, dan defisit neurologis seperti kelemahan, kehilangan
keseimbangan, perubahan penglihatan, kehilangan sensoris dan lain-lain. Trauma kapitis dapat
dibedakan menjadi trauma tertutup dan trauma tembus/terbuka. Trauma terbuka memiliki
outcome lebih buruk daripada trauma tertutup. Tabrakan kendaraan merupakan paling utama
pada trauma kepala tertutup untuk usia remaja dan dewasa muda. Dapat juga disebabkan oleh
tindak kekerasan dan terjatuh. Sedangkan trauma kepala terbuka umumnya disebabkan oleh luka
tusukan, kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan kerja. 4,5
Gangguan psikiatri pasca trauma kapitis merupakan kejadian yang sering. Beberapa jenis
gangguan psikiatri terjadi seperti: depresi, mania, Obsessive-Compulsive Disorder, post-
traumatic stress disorder, psikosis, dan perubahan kepribadian. Perubahan kepribadian yang
dapat terjadi yaitu apatis pada cedera kepala berat, afektif yang labil dan agresif.5

2. Penggunaan zat psikoaktif


Penyalahgunaan obat atau zat merupakan setiap penggunaan zat atau obat yang dapat
menyebabkan gangguan fisik, psikologik, ekonomi, hukum atau sosial, baik pada individu
pengguna, maupun orang lain sebagai akibat tingkah laku pengguna tersebut. Obat yang sering
disalahgunakan adalah antidepresan, stimulan, halusinogen, derivat opium dan juga alkohol.5
Penyalahgunaan alkohol sering menyebabkan kecelakaan bagi yang mengemudikan mobil ketika
dia mabuk minum alkohol, seseorang yang tetap meminum alkohol meskipun dia mengetahui
bahwa berbuat demikian memperburuk suatu gangguan fisik seperti ulcer.6
Gangguan mental organik dapat disebabkan oleh zat. Apabila seseorang memiliki gejala
seperti halusinasi dan delusi sesudah menggunakan obat terlalu banyak. Dosis yang tinggi dari
beberapa obat dapat menimbulkan efek-efek itu, tetapi umumnya terjadi bila orang yang
menggunakan. Reaksi ini sering disebut psikosis toksik. Orang tersebut mengalami psikosis
karena dia mengunakan tingkat toleransi dari obat itu. Gangguan-gangguan yang disebabkan
oleh zat dapat menjadi hebat, tetapi akan menghilang bila obat habis.7
Beberapa obat yang sering disalahgunakan di Indonesia, yaitu narkotik, psikotropik dan
zat adiktif lainnya. Menurut UU No. 22 tahun 1997 narkotika merupakan zat yang berasal dari
tanaman baik sintetik maupun semisintetik yang menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika, zat atau obat baik alamiah maupun sintesis yang bersifat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan tingkah laku.7
Pada penggunaan zat psikoatif dapat mengakibatkan intoksikasi akut, toleransi, ketergantungan,
dan keadaaan putus zat. Intoksikasi akut adalah kondisi sementara setelah penggunaan zat
psikoaktif yang menyebabkan gangguan atau perubahan pada pola respond dan fungsi fisiologis,
psikolagis dan perilaku. Penggunaan berbahaya: pola penggunaaan zat psikoaktif yang
menyebabkan gangguan kesehatan. Kerusakan dapat berupa fisik seperti pada kasus hepatitis
akibat dari penyuntikan sendiri obat-obatan dan mental, dapat terjadi episode depresi akibat
mabuk berat.
Toleransi adalah terjadi bila efek yang dikehendaki dari suatu zat psikoaktif pada SSP
yang berkurang akibat penggunaan berulang, sehingga untuk mendapat efek yang sama dosis
obat perlu dinaikan. Sindrom Ketergantungan didefinisikan sebagai suatu kumpulan fenomena
fisiologis , perilaku dan kognitif ketika penggunaan zat psikoaktif jauh lebih diprioritaskan.
Sindrom ketergantungan dapat dibagi menjadi 2 yaitu ketergantungan psikologis dan
ketergantungan fisik.
```````Pada ketergantungan psikologis kondisi ketika zat psikoaktif menimbulkan perasaan puas
dan menciptakan dorongan psikologis untuk digunakan secara periodic atau terus menerus guna
menghindari ketidaknyamanan psikologis sperti cemas dan depresi akibat tidak
menggunakannya.
Sedangkan pada ketergantungan fisik yaitu kondisi adaptif yang bermanifestasi sendiri sebagai
gangguan fisik yang amat hebat bila penggunaan zat ditangguhkan, terdapat keinginan
menggunakan zat tersebut agar dapat menghindari gejala fisik akibat putus obat. Keadaan putus
zat merupakan sekelompok gejala fisik dan psikologis yang terjadi karena penghentian absolut
atau relative suatu zat psikoaktif , setelah penggunaan berulang dan lama dan atau dosis tinggi.

Gejala Akibat Putus Zat


Opioid
Secara klinis digunakan sebagai analgetik dan antitusif. Zat ini menimbulan euphoria.
Opioid yang paling banyak disalahgunakan adalah heroin dan morfin. Penggunaannya diberikan
dengan berbagai cara, penggunaaan heroin yang paling sering adalah injeksi intravena karena
menyebabkan “serbuan (rush)” perasaan menyenangkan sementara yang kuat. Intoksikasi terjadi
penekanan fungsi seperti sedasi, apatis, motilitas usus bekurang, terjadi mual dan muntah,
pernafasan berkurang, detak jantung lambat (bradikardi), tekanan darah turun (hipotensi), pupil
mengecil (konstriksi). Bila terjadi putus zat menimbulkan gejala mual, muntah, insomnia, cemas,
gelisah, keluar air mata, rinorea, keringat, pernafasan cepat, takhikardi, tekanan darah naik, pupil
melebar (dilatasi), sakit pada otot dan sendi, perut terasa kejang (kramp).2
Terapi yang dapat diberikan yaitu, detoksifikasi bisa dilaksanakan dalam jangka waktu
yang disetujui bersama dengan menggunakan obat lain seperti chlormetiazol atau
benzodiazepine untuk mengatasi dampak pengurangan dosis opioid.Dalam kasus ketergantungan
heroin tinggi, opioid yang kurang poten seperti methadone sering digunakan.
Sedative dan Hipnotika
Bersifat menekan dan menghambat kerja Sistem Saraf Pusat, dalam golongan ini
termasuk barbiturate, meprobarnat dan Benzodiazepin. Benzodiazepine ini banyak dipakai dalam
terapi. Tapi paling banyak juga disalahgunakan (abuse). Contohnya: nitrazepan, bromazepam,
flunitrazepm.2 Gejala klinis yang ditimbulkan yaitu bicara cadel, cara jalan tidak stabil
(sempoyongan), nistagmus (bola mata bergerak kesamping kiri kanan dengan cepat), afek labil,
irritabel, agresif, banyak bicara, daya ingat menurun, susah memusatkan perhatian.Bila terjadi
overdosis atau dosis yang terlalu tinggi dapat menimbulkan gejala seperti nafas lambat, tekanan
darah turun, nadi lemah/cepat, banyak keringat. Gejala yang ditimbulkan bila mengalami putus
zat yaitu mual, muntah, otot perut kram (kaku), lemah, letih, tidak nafsu makan, berkeringat,
tremor (bergetar) pada tangan, cemas, irritable, delirium, kejang dan bisa menginggal.
Kokain
Didapatkan dari daun koka dan biasanya digunakan klinis sebagai anastetik local, misal
tetes mata. Jenis yang seringkali disalahgunakan adalah daun koka (dikunyah), kokain
hidroklorida (dalam bentuk bubuk yang bisa dihirup melalui hidung atau dilarutkan dalam air
dan disuntukkan intravena), dan crack cocaine (free base, bentuk alkaloid kokain yang bisa
dihisap yang dilepaskan dalam bentuk asap). Menimbulkan ketergantungan psikologis yang kuat.
Gejala klinis yang dapat ditimbulkan yaitu nadi cepat, tekanan darah naik, suhu badan naik,
keringat, Midriasis (pupil dilatasi), euphoria, agresif, halisunasi visual maupun taktil, gangguan
mengambil keputusan, fungsi sosial dan pekerjaan. Dosis tinggi dapat meningkatkan peningkatan
minat seksual dan gangguan waham..Bila tejadi keadaan putus zat dapat menimbulkan gejala
seperti insomnia, keletihan, cemas, paranoid, mudah tersinggung, depresi, ide-ide bunuh diri, dan
delirium dalam waktu 24 jam bila berhenti mendadak.
Amphetamin
Seperti dexamfetamin, xecara klinis digunakan untuk pengobatan narkolepsi dan adjuvant
hiperkinesis pada anak.Stimulan saraf pusat terkait amphetamine, seperti fenfluramine dan
dexfenfluramine kadang klinis digunakan sebagai supresan pusat nafsu makan. Dexfenfluramin
dapat menyebabkan ketergantungan psikologis. Penggunaan illegal sering secara oral, atau untuk
mendapat efek serbuan yang lebih kuat secara intravena. Intoksikasi zat ini dapat menimbulkan
gejala seperti, euphoria, gelisah, perasaan nyaman dan peningkatan percaya diri, peningkatan
energy dan hasrat, berkurangnya kebutuhan tidur, nadi cepat, tekanan darah naik, midriasis,
keringat, gangguan mengambil keputusan, fungsi sosial dan pekerjaan, delirium. Pada keadaan
putus zat menimbulkan gejala seperti, mood disforia (depresi, mudah tersinggung, cemas),
kelelahan, insomnia, agitasi.
Alkohol
Minuman beralkohol mengandung etanol atau etilalkohol. Ada 3 macam atau golongan
alkohol berdasarkan pada kadar etanol dalam kandungannya.

1. Golongan A: etanol antara 1-5% seperti pada bir, shandy

2. Golongan B: etanol antara 5-20% seperti pada anggur

3. Golongan C: etanol antara 20-55% seperti pada whisky, brandy

Bila terjadi Intoksikasi Ringan dapat menimbulkan gejala seperti, euphoria, disinhibisi
seksual, disarthria, ataksia, rasa ngantuk, nistagmus. Berat; stupor, koma, pernafasan melambat,
tekanan darah turun, kejang kemudian bisa mati. Putus alkohol dapat terjadi pada orang yang
telah meminum alkohol setiap hari selama beberapa bulan, kemudian berhenti. Kejadiannya
antara 12-72 jam dari saat minum terakhir. Gejalanya gemetar, halusinasi, kejang serta delirium
tremans dengan gejala confuse, ilusi, delusi, agitasi, imsomnia, nafas pendek, aritmia jantung
(jantung tidak teratur) kemudian bisa meninggal.2,3

Gaduh Gelisah
Keadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis dalam arti kata sebenarnya, tetapi hanya
menunjuk pada suatu keadaan tertentu, suatu sindrom dengan sekelompok gejala tertentu.
Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai sebutan sementara untuk suatu gambaran psikopatologis
dengan ciri-ciri utama gaduh dan gelisah. Gaduh gelisah dapat ditemukan pada keadaan seperti :8
1. Delirium
2. Skizofrenia katatonik
3. Gangguan skizotipal
4. Gangguan psikotik akut dan sementara
5. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

Psikosis karena gangguan mental organik: delirium


Pasien dengan keadaan gaduh-gelisah yang berhubungan dengan sindroma otak organik
akut menunjukkan kesadaran yang menurun. Sindroma ini dinamakan delirium. Istilah sindroma
otak organik menunjuk kepada keadaan gangguan fungsi otak karena suatu penyakit badaniah.
Penyakit badaniah ini yang menyebabkan gangguan fungsi otak itu mungkin terdapat di otak
sendiri dan karenanya mengakibatkan kelainan patologik-anatomik (misalnya meningo-
ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, neoplasma intracranial, dan sebagainya), atau
mungkin terletak di luar otak (umpamanya tifus abdominalis, pneumonia, malaria, uremia,
keracunan atropine/kecubung atau alcohol, dan sebagainya) dan hanya mengakibatkan gangguan
fungsi otak dengan manifestasi sebagai psikosa atau keadaan gaduh-gelisah, tetapi tidak
ditemukan kelainan patologik-anatomik pada otak sendiri.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada sindrom otak organik akut biasanya
terdapat kesadaran menurun sedangkan pada sindrom otak organik menahun biasanya terdapat
dementia. Akan tetapi suatu sindrom otak organik menahun (misalnya tumor otak, demensia
paralitika, aterosklerosis otak, dan sebagainya) dapat saja pada suatu waktu menimbulkan
psikosis atau pun keadaan gaduh gelisah. Untuk mengetahui penyebabnya secara lebih tepat,
perlu sekali dilakukan evaluasi internal dan neurologis yang teliti.

Skizofrenia dan gangguan skizotipal


Bila kesadaran tidak menurun, maka biasanya keadaan gaduh gelisah itu merupakan
manifestasi suatu psikosis dari kelompok ini, yaitu psikosis yang tidak berhubungan atau sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti adanya hubungan dengan suatu penyakit badaniah seperti
pada gangguan mental organik.
Skizofrenia merupakan psikosis yang paling sering didapat di negara kita. Secara mudah
dapat dikatakan bahwa bila kesadaran tidak menurun dan terdapat inkoherensi serta afek-emosi
yang inadequate, tanpa frustasi atau konflik yang jelas maka hal ini biasanya suatu skizofrenia.
Diagnosa kita diperkuat bila kelihatan juga tidak ada perpaduan (disharmoni) antara berbagai
aspek kepribadian seperti proses berpikir, afek-emosi, psikomotorik dan kemauan (kepribadian
yang retak, terpecah-belah atau bercabang = schizo; jiwa = phren), yaitu yang satu meningkat,
tetapi yang lain menurun. Pokok gangguannya terletak pada proses berpikir.
Dari berbagai jenis skizofrenia, yang sering menimbulkan keadaan gaduh-gelisah ialah
episode skizofrenia akut dan skizofrenia jenis gaduh-gelisah katatonik. Di samping psikomotor
yang meningkat, pasien menunjukkan inkoherensi dan afek-emosi yang inadequate. Proses
berpikir sama sekali tidak realistik lagi.

Tipe-tipe Skizofrenia
1. Tipe Paranoid
Skizofrenia paranoid ditandai oleh preokupasi satu atau lebih waham atau halusinasi
pendengaran yang sering. Umumnya waham besar dan waham kejaran. Biasanya
mengalami episode pertama pada usia yang lebih tua dibandingkan skizofrenia
disorganized dan katatonik.
2. Tipe Disorganized (tidak terorganisasi)
Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau
dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat disertai
kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan. Disorganisasi
tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup
sehari-hari.
3. Tipe Katatonik
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi
ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang berlebihan,
negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism),
gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau
mengikuti tingkah laku orang lain (echopraxia).
4. Tipe Undifferentiated
Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola
simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia. Misalnya,
indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang
karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya
ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga
ada fase yang menunjukkan ketakutan.
5. Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih
memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan- keyakinan negatif,
atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional.
Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil,
inaktivitas, dan afek datar.

Gangguan psikotik akut dan sementara

Gangguan ini timbul tidak lama sesudah terjadi stress psikologik yang dirasakan hebat
sekali oleh individu. Stress ini disebabkan oleh suatu frustasi atau konflik dari dalam ataupun
dari luar individu yang mendadak dan jelas, umpamanya dengan tiba-tiba kehilangan seorang
yang dicintainya, kegagalan, kerugian dan bencana.Gangguan psikotik akut yang biasanya
disertai keadaan gaduh-gelisah adalah gaduh-gelisah reaktif dan kebingungan reaktif.

Psikosis bipolar

Psikosisbipolar termasuk dalam kelompok psikosa afektif karena pokok gangguannya


terletak pada afek-emosi. Tidak jelas ada frustasi atau konflik yang menimbulkan gangguan
mental ini. Belum ditemukan juga penyakit badaniah yang dianggap berhubungan dengan
psikosa bipolar, biarpun penelitian menunjuk kearah itu. Tidak ditemukan juga disharmoni atau
keretakan kepribadian seperti pada skizofrenia; pada jenis depresi ataupun mania, bila aspek
afek-emosinya menurun, maka aspek yang lain juga menurun, dan sebaliknya. Pada psikosa
bipolar jenis mania tidak terdapat inkoherensi dalam arti kata yang sebenarnya, tetapi pasien itu
memperlihatkan jalan pikiran yang meloncat-loncat atau melayang (“flight of ideas”). Ia merasa
gembira luar biasa (efori), segala hal dianggap mudah saja. Psikomotorik meningkat, banyak
sekali berbicara.
Definisi Cedera Kepala

Trauma yang diakibatkan oleh yang menimpa struktur kepala dapat menimbulkan
kelainan struktural ataupun gangguan fungsional jaringan otak. Menurut Brain Injury Asociation
of Amerika, cedera kepala merupakan suatu kerusakan pada kepala yang bukan bersifat
kongenital ataupun degenerative tetapi dapat disebabkan karena benturan fisik dari luar, yang
dapat mengubah atau mengurangi kesadaran dan dapat menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik.

Mekanisme Cedera Kepala

Pada mekanisme fisiologis pada cedera kepala akan dapat memperkirakan dampak pada
cedera kepala primer. Komponen utamananya yaitu kekuatan cedera (kontak atau gaya), jenis
cedera (rotasional, translational atau angular) dan besar serta lamanya dampak tersebut
berlangsung. Kekuatan kontak yang dapat terjadi, ketika kepala bergerak setelah suatu gaya,
sedangkan gaya inersia terjadi pada percepatan atau perlambatan kepala, sehingga gerak
differensial otak relatif terhadap tengkorak. Meskipun satu proses mungkin dapat mendominasi,
sebagian besar pasien dengan cedera kepala mengalami kombinasi dari mekanisme ini. Benturan
kepala dengan benda padat pada kecepatan yang cukup, beban impulsif memproduksi gerak tiba-
tiba kepala tanpa kontak fisik yang signifikan dan statis beban kompresi statis atau kuasi kepala
dengan kekuatan bertahap. Kekuatan kontak biasanya mengakibatkan cedera fokal seperti memar
dan patah tulang tengkorak. Kekuatan inersia terutama translasi mengakibatkan cedera fokal
seperti kontusio dan Subdural Hematoma, sedangkan cedera rotasi akselerasi dan deselerasi lebih
cenderung mengakibatkan cedera difus mulai dari gegar otak hingga Diffuse Axonal Injury,
sedangkan cedera rotasi dapat menyebabkan pada permukaan kortikal dan struktur otak bagian
dalam. Percepatan merupakan kombinasi dari percepatan translasi dan rotasi dan merupakan
bentuk umum yang paling umum dari cedera inersia.6
Klasifikasi Cedera Kepala

1. Subdural Hematom
Perdarahan yang terjadi antara duramater dan arakhnoidea. Perdarahan terjadi
akibat robeknya vena yang menjembatangi antara duramater dan arakhnoid. Gejala klinis
yang dapat ditimbulkan yaitu seperti nyeri kepala yang makin lama makin hebat, mual,
muntah, mydriasis homolateral gangguan traktus pyramidalis (hyperrefleksia,
hemiparese,dan refleks patologis). Dapat didiagnosa dengan pemeriksaan penunjang
yaitu CT-scan terlihat daerah hipedens berbentuk seperti bulan sabit.

2. Epidural Hematom
Perdarahan akut dengan akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak dan
duramater. Pada umumnya dapat ditimbulkan akibat robeknya arteri meningea media dan
cabang-cabangnya pada daerah temporal dan 15% akibat pecahnya sinus-sinus
duramater. Gejala klinis yang dapat ditimbulkan yaitu lusid interval, saat terjadinya
trauma penderita mengalami nyeri kepala, pusing dan pingsan sebentar lalu membaik
tapi, beberapa jam kemudian gejala menjadi progresif dan kesadaran menurun sampai
koma.

3. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan yang terjadi dalam ruang subarakhnoid yaitu diantara ruang
arakhnoid dan piamater Dapat juga terjadi tanpa disertai adanya trauma karena aneurisma
dari pembuluh darah. Gejala Klinis yang dapat ditimbulkan seperti kaku kuduk dan
kernig sign akibat adanya penguncupan darah pada ruang subaracnoid.
4. Cedera Otak Difus
Terjadi kerusakan pada pembuluh darah maupun parenkim otak yang disertai
edema otak, dan dapat menimbulkan keadaan pasien umumnya buruk.

5. Fraktur Basis Cranii


Fraktur basis cranii merupakan hasil dari fraktur linier fosa didaerah basal
tengkorak, dapat terjadi di anterior, media atau posterior.
Gambar 2. Derajat Cedera Kepala.6

Gambar 3. Skema Diagnosis Psikosis.4


Tatalaksana

Bila seorang dalam keadaan gaduh gelisah dibawa kepada kita, penting sekali kita harus
bersikap tenang. Dengan sikap yang meyakinkan, meskipun tentu waspada, dan kata-kata yang
dapat menenteramkan pasien maupun para pengantarnya, tidak jarang kita sudah dapat
menguasai keadaan.10

Bila pasien masih diikat, sebaiknya ikatan itu disuruh dibuka sambil tetap berbicara
dengan pasien dengan beberapa orang memegangnya agar ia tidak mengamuk lagi. Biarpun
pasien masih tetap dipegang dan dikekang, kita berusaha memeriksanya secara fisik. Sedapat-
dapatnya tentu perlu ditentukan penyebab keadaan gaduh gelisah itu dan mengobatinya secara
etiologis bila mungkin.

Suntikan intramuskular suatu neuroleptikum yang mempunyai dosis terapeutik tinggi


(misalnya chlorpromazine HCL), pada umumnya sangat berguna untu mengendalikan
psikomotorik yang meningkat. Bila tidak terdapat, maka suntikan neuroleptikum yang
mempunyai dosis terapeurik rendah, misalnya trifluoperazine, haloperidol (5 – 10 mg), atau
fluophenazine dapat juga dipakai, biarpun efeknya tidak secepat neuroleptikum kelompok dosis
terapeutik tinggi. Bila tidak ada juga, maka suatu tranquailaizer pun dapat dipakai, misalnya
diazepam (5 – 10 mg), disuntik secara intravena, dengan mengingat bahwa tranquilaizer bukan
suatu antipsikotikum seperti neuroleptika, meskipun kedua-duanya mempunyai efek antitegang,
anticemas dan antiagitasi.10

Efek samping neuroleptika yang segera timbul terutama yang mempunyai dosis
terapeutik tinggi, adalah hipotensi postural, lebih-lebih pada pasien dengan susunan saraf
vegetatif yang labil atau pasien lanjut usia. Untuk mencegah jangan sampai terjadi sinkop, maka
pasien jangan langsung berdiri dari keadaan berbaring, tetapi sebaiknya duduk dahulu kira-kira
satu menit (bila pasien sudah tenang).

Penjagaan dan perawatan yang baik tentu juga perlu, mula-mula agar ia jangan
mengalami kecelakaan, melukai diri sendiri, menyerang orang lain atau merusak barang-barang.
Bila pasien sudah tenang dan mulai kooperatif, maka pengobatan dengan neuroleptika
dilanjutkan per oral (bila perlu suntikan juga dapat diteruskan). Pemberian makanan dan cairan
juga harus memadai. Kita berusaha terus mencari penyebabnya, bila belum diketahui, terutama
bila diduga suatu sindrom otak organik yang akut. Bila ditemukan, tentu diusahakan untuk
mengobatinya secara etiologis.

Tindakan yang diperlukan Merujuk ke RSU/RSJ

Visus et Repertum Psikiatrikum

Visum et Repertum, adalah kasus kekerasan seksual, perlukaan, keracunan, kematian


yang diduga terkait tindak pidana. Berdasarkan jenis kasusnya, pada Visum et Repertum mati
terdapat kasus kecelakaan lalu lintas, kriminal, dan kematian lain. Pada Visum et Repertum
hidup, terdapat kekerasan seksual, kekerasan fisik, dan psikiatri. Visus et Repertum adalah hasil
pemeriksaan medis yang dilakukan oleh seorang dokter atau sebuah tim dokter dan ditujukan
untuk kepentingan peradilan sebagai sarana pembuktian. Visus et Repertum dibuat berdasarkan
hasil pemeriksaan medis, yang merupakan pencanderaan/deskripsi dari objek (orang) yang
diperiksa kemudian dituliskan sebagai laporan (Visus et Repertum berarti melihat dan
melaporkan). Visus et Repertum Psikiatrikum adalah Visus et Repertum untuk bidang psikiatri.
Dalam kasus psikiatri sering gejala pada suatu saat ditemukan dengan pasti, tetapi dilain saat
gejala tersebut dalam pemeriksaan klinis tidak ditemukan. Umumnya Visus et Repertum
Psikiatrikum dibuat setelah dokter memeriksa pasien, orang dan barang buktir. Pemeriksaan ini
dilakukan setelah orang mengalami peristiwa atau sengketa hukum jadi bersifat post facto. Dari
hasil pemeriksaan ini dilakukan semacam rekonstruksi ilmiah untuk mengusahakan
kemungkinan korelasi antara keadaan yang terperiksa dengan peristiwa hukum. Visus et
Repertum Psikiatrikum diterbitkan hanya atas suatu permintaan dan yang berhak meminta adalah
hakim, jaksa, polisi, dan yang bersangkutan (pelaku, korban atau walinya). Persyaratan untuk
kelengkapan pembuatan Visus et Repertum Psikiatrikum, selain surat permintaan pembuatan
Visus et Repertum Psikiatrikum, adalah berita acara. Apabila kelengkapan ini telah dipenuhi
maka terdakwa atau tergugat setelah memenuhi persyaratan perawatan di rumah sakit dapat
dimasukkan ke dalam ruang perawatan untuk diobservasi. Dalam ruang observasi inilah
terperiksa akan diperiksa dan diobservasi untuk jangka waktu tertentu. Pedoman pembuatan
Visus et Repertum Psikiatrikum dari direktorat kesehatan jiwa menyebutkan jangka waktu
observasi adalah 14 hari. Jangka waktu ini dengan seizin peminta pembuatan Visus et Repertum,
dapat diperpanjang 14 hari lagi. UU Kesehatan Jiwa tahun 1965 mengatakan jangka waktu
observasi antara 3 minggu sampai 6 bulan, yang didasarkan pada kemungkinan penyesuaian diri
terperiksa pada lingkungan baru yaitu ruang perawatan. KUHAP berdasarkan hak asasi manusia
yang masa penahanan tidak dapat melebihi 90 hari maka jangka waktu observasi harus sependek
mungkin. Pedoman Visus et Repertum Psikiatrikum dari Direktorat Kesehatan Jiwa
menyesuaikan jangka waktu observasi dengan yang ditentukan oleh KUHAP. Selama observasi
terperiksa tidak diberi terapi kecuali dalam keadaan yang bersifat darurat, seperti agresif,
destruktif, kecenderungan bunuh diri, sakit fisik yang gawat,dll. Pemberian terapi ini perlu
dilaporkan kepada pihak yang meminta visum dan dilaporkan juga dalam Visus et Repertum
Psikiatrikum.4,9

Kesimpulan

Pasien gaduh gelisah merupakan pasien gawat darurat, harus segera diatasi gaduh gelisah,
tetapi pada kasus ini belum bisa dipastikan penyebab gaduh gelisah, karena masih diperlukan
data lebih lengkap dari keluarga ataupun pasien lalu pemeriksaan penunjang yang lebih lanjut
seperti test urine dan CT SCAN kepala agar dapat mendiagnosis pasti apakah laki-laki tersebut
menderita GMO ataupun karena menggunakan zat psikoaktif

Daftar Pustaka

1. Mukarromah I. Rancangan video pembelajaran penatalaksanaan kegawatdaruratan


psikiatri metode restraint safety. Jurnal EDUNursing. 2017; 1(1): 7-11.
2. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
3. Moeller K, Lee KC, Kissack JC. Urine drug screening: practical guide for clinicans.
Mayo Clin Proc. 2008: 83(1):66-76.
4. Craig TKJ, Davies T. ABC kesehatan mental.Jakarta: EGC; 2009.h.39-48.
5. Prof. Harkristuti H. Psikiatri forensik.Jakarta: EGC; 2003.h.16-23.
6. Kazim SF, Shamim MS, Tahir MZ, Enam SA, Waheed S. Management of penetrating
brain injury. Journal of Emergencies, Trauma, and Shock. 2011; 4(3):395.
7. Setiati S, Simadibrata MK, Alwi I, Setiyohadi B, Sudoyo AW. Ilmu penyakit dalam.
Edisi V Jilid I. Interna Publishing. 2015.h.100.
8. Semiun Y. Kesehatan mental.Yogyakarta: Kanisius.2006.h.91-6.
9. Widihartono E, Wiraagni IA. Karakteristik kasus pada Visum et Repertum di RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten 2014-2016. Pharmaciana. 2016; 6(2):172.
10. Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai