Anda di halaman 1dari 6

Nama : Retna Maryuhayavia

NIM : 312020023

Kelas : B/ S1 Keperawatan Alih Jenjang

Hubungan kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap kesejahteraan Lnjut Usia

1. Latar belakang

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, kemajuan diagnosis, serta terapi di bidang kedokteran
maka angka harapan hidup penduduk Indonesia memperlihatkan terjadi peningkatan, Indonesia
mengalami peningkatan jumlah penduduk lanjut usia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010,
menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana
tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%) (Kemenkes, 2019).

Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan
sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia, Untuk mewujudkan lanjut usia
sehat, mandiri, berkualitas dan produktif harus dilakukan pembinaan kesehatan sedini mungkin
selama siklus kehidupan manusia sampai memasuki fase lanjut usia dengan memperhatikan
faktor-faktor resiko yang harus dihindari dan faktor-faktor protektif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan (DKK Surakarta, 2015).

Lanjut usia dengan kemandirian atau ketergantungan ringan, diharapkan mendapatkan


pelayanan kesehatan dengan mengikuti kegiatan di pos pelayanan terpadu (posyandu) Lanjut
usia, Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK). Lanjut
usia dapat berperan dalam pergerakkan pemberdayaan lanjut usia agar tetap sehat dan mandiri
melalui pembinaan Puskesmas. Sedangkan lanjut usia dengan ketergantungan sedang sampai
berat, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan Puskesmas atau Rumah sakit untuk mendapatkan
layanan perawatan bisa berupa perawatan di rumah/ home care atau perawatan jangka panjang/
LTC (Kemenkes, 2020).
Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan, oleh
karena itu perlu dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya
peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping upaya penyembuhan dan
pemulihan. Program pembinaan kesehatan lanjut usia telah dikembangkan sejak tahun 1986,
sedangkan pelayanan geriatri di rumah sakit mulai dikembangkan sejak tahun 1988 oleh Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Dr. Kariadi di Semarang Jawa
Tengah. Pada tahun 2000 Kementerian Kesehatan mulai mengembangkan konsep pelayanan
kesehatan santun lanjut usia yang diawali dengan rencana pengembangan Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia di
seluruh Indonesia. Konsep ini mengutamakan upaya pembinaan kesehatan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan di masyarakat untuk mewujudkan lanjut usia sehat, aktif, mandiri
dan produktif, melalui upaya pembinaan yang intensif dan berkesinambungan dengan
menggunakan wadah Kelompok Usia Lanjut (Poksila), Kenyataan menunjukkan bahwa laju
perkembangan Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia,
pembentukan dan pembinaan kelompok usia lanjut belum sesuai dengan harapan, dengan
penyebaran yang tidak merata. Penyebabnya antara lain adalah karena kesehatan lanjut usia
hanya merupakan salah satu program pengembangan di Puskesmas dan dalam pelaksanaannya di
era otonomi daerah, belum didukung oleh dasar hukum yang memadai antara lain peraturan
daerah, peraturan gubernur, bupati/walikota dan sebagainya. (Menkes RI, 2016).

Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa ada 4.835 Puskesmas Santun Lanjut Usia
dari total 9.993 Puskesmas yang ada di Indonesia atau sebesar 48,4%. Kemungkinan masih
banyak Puskesmas belum tersosialisasi dalam program kesehatan lanjut usia ini. Juga belum ada
program yang secara spesifik mempertahankan kemandirian walaupun sudah ada instrumen
untuk mengukur status kesehatan tetapi belum digunakan dalam sistem pelayanan kesehatan
secara sistematis ( Riskesdas, 2018).

Damapak dari kurangnya pealayanan kesehatan membuat lanjut usia terlantar seperti lansia
yang sakit tidak terpehatikan secara terkontrol. selain itu status gizi dan kebutuhan fisiologis
lainya kurang terpenuhi sehingga upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia yang ditujukan
untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sangatlah
kurang, apalagi yang tinggal di pedesaan yang jauh dari puskemas dan rumah sakit,di desa
mereka jarang adanya posbindu meskipun ada tapi para kadernya kurang memberikan pelayanan
kesehatan pada lanjut usia sedaangkan untuk puskesmas pembatu dan mantri jarang sekali aktif
dalam pelayanan kesehatan karena hal itu banyak lansia yang mengeluh ketika mereka sakit
susah untuk berobat karena jarak tempuh puskesmas yang jauh yang membuat mereka beralih ke
pengobatan tradisional dan kebanyakan lansia kurang mengetahui sakit yang di di derita serta
penyebab dan pecegah sakit yang di deritanya (pramono L.A, 2019).

Permasalahan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia di indonesia sangatalah penting karekan
jika pelaksanaan pelayanan kesehatan lanjut usia tidak optimal atau tidak berjalan dengan baik
maka akan mengancam kesejahteraan lanjut usia yang seharu diproritaskan bahkan mungkin bisa
merusak kualitas hidup lanjut usia karena kurangnya arahan yang dilakukan pelayanan kesehatan
maka dari itu dengan pernyataan Lovelock (1992:225) dalam ali sahid, menyatakan perlunya
diperhatikan lima prinsip untuk menyiapkan kualitas pelayanan yaitu sebagai berikut: 1.
Tangibles, the apperanceof physical facilities, equipment, and communication materials
(berwujud seperti penampilan fisik, peralatan, personal dan komunikasi material) 2. Reliability.
The ability to perform the promised service dependably and accurately (handal, yaitu
kemampuan membentuk pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan memiliki ketergantungan)
3. Responsiveness. The willingness to help costumers and provide prompt service
(pertanggungjawaban, yakni rasa tanggung jawab terhadap mutu pelayanan). 4. Assurance. The
knowledge an courtesy of employees and their ability to convey trust and confidence (jaminan,
yaitu pengetahuan, perilaku, dan kemampuan pegawai) 5. Empathy. The provision of caring ,
indivisualized attention to custemers (Empati, yaitu perhatian perorangan pada pelanggan Lima
dimensi utama diatas merupakan suat dimensi kualitas pelayanan yang penting digunakan dalam
suatu penelitian. Karena lima dimensi utama ini adalah suatu dimensi yang sering kita dengar
didalam lingkungan masyarakat. Lima aspek ini akan digunakan sebagai dasar dalam mengetahui
bagaimana kualitas pelayanan kesehatan yang ada di poli lansia Puskesmas Gurah Kabupaten
Kediri. yang gunanya untuk mempermudah jalannya suatu penelitian.(Ali Sahid, 2018).

Menurut penelitian Roy Glenn Albert Massie, Akses pelayananan kesehatan terhadap
lanjut usia sangat tergantung pada kebijakan kesehatan pemerintah dan sumber daya
yang ada pada fasilitas kesehatan.Pada beberapa kepustakaan dan hasil verifikasi
mengindikasikanbahwa pelayanan kesehatan dari puskesmas masih terbatas dan belum
mencakup kebutuhan kesehatan dari Lansia Kelompok lansia menerapkan perilaku
sehat dari hasil promosi kesehatan dan hal tersebut mempengaruhi kemampuan mengambil
keputusan pada saat menderita sakit. Walaupun pilihan dalam mengambil keputusan saat sakit
dipengaruhi juga oleh faktor keluarga dan tingkat pendidikan para lansia itu
sendiri.Fasilitas kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar terhadap
lansia adalah fasilitas puskesmas dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansianya atau
yang dikenal sebagai Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Lansia. Beberapa penelitian
mengindikasikan belum berjalan dengan baik pelayanan kesehatan terhadap lansia di
fasilitas-fasilitas kesehatan, demikian juga hal sama pada saat dilakukan verifikasi.Penunjang
sosial terhadap lanjut usia berperan dalam pelayanan kesehatan. Pemberdayaan sosial
untuk pelayanan kesehatan bentuknya dapat berupa Corporate Social Responsibility (CSR)
yang adalah komitmen dunia usaha untuk kontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan dan perwakilan mereka, komunitas lokal serta
masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup yang bermanfaat bagi dunia usaha dan
bagi pembangunan.34 Demikian juga CSR terhadap program-program lansia yang berada
dalam jangkauan perusahan-perusahan yang ada di sekitar wilayah fasilitas kesehatan tingkat
pertama (Massie Albert R.G, 2019).

Menurut Felisitas A. Sri S, yang dirasakan lansia membuat lansia memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian menunjukkan 42 (85,7%) lansia memperhatikan
kualitas pelayanan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Jarak dusun Wonosari menuju ke
Puskesmas.Poncokusumo adalah + 15 km. Jarak tempuh ini relatif jauh, apalagi bila ditempuh
dalam kondisi sakit.Lokasi dusun wonosari di daerah lereng Gunung Semeru yang selain
jaraknya yang jauh juga kontur tanah cenderung berbukit dengan komposisi tanah berpasir
sehingga sejumlah 44 (89.8%) lansia mempertimbangkan jarak yang harus ditempuh dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan yang memiliki beberapa
faktor resiko penyakit didapatkan sebanyak 40 (80%) lansia. Meskipun mayoritas dari lansia
tersebut memiliki faktor resiko 1-3 penyakit tetapi mereka tidak berpersepsi bahwa merekarentan
mengalami penyakit dan saat timbul gejala/keluhan, lansia masih menggunakan cara-cara
tradisional seperti minum teh panas, diolesi minyak,minum jamu dan kerokan. dari 50 responden
dalam penelitian, sebanyak 49 (98%) memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh 98% lansia tersebut dapat terjadi karena pengalaman mereka dalam
menggunakan pelayanan kesehatan sebelumnya. Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah lebih kepada pengalaman terhadap kualitas pelayanan yang pernah dirasakan oleh
lansia. Hasil penelitian menunjukkan kualitas pelayanan menjadi pertimbangan 84% lansia
(Felisitas & Elizabeth, 2019).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui
adanya hubungan antara kualitas pelayanan kesehatan terhadap kesejahteraan lansia.Berdasarkan
penelitian sebelumnya tidak ada kesamaan judul studi kasus dengan jurnal sebelumnya, namun
dasar dari jurnal tersebut sangat diperlukan untuk mengembangkannya pada penelitian ini,
peneliti akan mengangkat skripsi ini karena peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang
kualitas pelayanan yang ada terhadap kesejahteraan lanjut usia yang perlu diperhatikan , untuk
itu peneliti mengambil judul penelitian “Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap
Kesejahteraan Lanjut Usia ”

2. Rumusan Masalah
Kesejahteraan sangatlah penting bagi lanjut usia karena Semakin bertambahnya usia
seseorang akan mengalami bamyak perubahan terutama pada lansia terhadap kesehatanya
psikososial dan masasalah fisiologis lainnya salah satunya kualitas pelayanan kesehatan pada
lajut usia sampai saat ini belum berjalan dengan optimal banyak lanjut yang susah
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan kualitas yang baik , peneliti bertujuan untuk
melakukan studi kasus dengan melihat keterkaitan hubungan antara kualitas pelayanan untuk
lanjut usia terhadap kesejahteraan yang di dapatkan lanjut usia , untuk itu peneliti mengajukan
rumusan masalah “Apakah terdapat hubungan antara kualitas pelayanan kesehatan terhadap
kesejahteraan lanjut usia ?”

3. Tujuan Penelitian
a) Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidetifikasi hubungan mengenai
kualitas pelayanan kesehatan terhadap kesejahteraan lansia.
b) Tujuan Khusus
1. Mengetahui keoptimalan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia
2. Mengidetifikasi faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan pada lanjut
usia
3. Mengetahui kesejahteraan lanjut usia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
4. Mengidentifikasi masalah kesejahteraan lanjut usia dalam pelayanan kesehatan
5. Mengetahui hubungan kualitas pelayanan kesehatan terhadap kesejahteraan lanjut
usia

Anda mungkin juga menyukai