Anda di halaman 1dari 425

Handout

Sistem Perekonomian Indonesia

Editing by
HERISPON, SE. M.Si
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau
Pekanbaru, 2018
Pertemuan Ke 1
Pengertian Sistem dan Sistem
Ekonomi
Pengertian Sistem dan Sistem Ekonomi
Istilah “sistem” berasal dari perkataan
“systema” (bahasa Yunani), yang dapat
diartikan sebagai : keseluruhan yang terdiri
dari macam-macam bagian.
Definisi sistem :
- Sistem tersusun dari seperangkat komponen yang
bekerja secara bersama-sama untuk mencapai
semua tujuan dari keseluruhan sistem tersebut.
- Sebuah sistem dapat digambarkan sebagai sebuah
kumpulan dari komponen-komonen dimana
beberapa dari komponen tersebut saling
berhubungan secara tetap dalam jangka waktu
tertentu.
ciri dari sebuah sistem
• Setiap sistem tidak hanya sekedar
kumpulan berbagai bagian, unsur atau
komponen, melainkan merupakan satu
kebulatan yang utuh dan padu.
• Setiap sistem melakukan kegiatan atau
proses mengubah masukan menjadi
keluaran.
Pengertian sistem ekonomi
• mencakup seluruh proses dan kegiatan masyarakat dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidup atau mencapai kemakmuran.
• suatu organisasi besar yg menjalin berbagai subyek (atau obyek)
serta kelembagaan dlm suatu tatanan tertentu
• suatu organisasi yg mengatur serta menjalin hub ek
antarmanusia & seperangkat kelembagaan* dlm suatu tatatan
kehidupan
• perangkat kelembagaan:
• lbg ek (formal/informal)
• cara kerja
• norma
• peraturan/hukum dsb-nya
Pengertian sistem ekonomi
• bagian dari sistem sosial yang menentukan
jawaban atas pertanyaan: apa (what) barang &
jasa yg akan dihasilkan; bagaimana (how)
menghasilkannya; dan untuk siapa (for whom)
barang tersebut dihasilkan.
• suatu kumpulan dari mekanisme & lembaga ek
yg ada di masyarakat dlm melaksanakan
aktivitas ekonominya.
• aktivitas ekonomi : produksi; konsumsi; dan
distribusi
lima unsur dari sistem
1. elemen sistem,
2. fungsi elemen,
3. hubungan antar elemen,
4. pranata (institusi) ,
5. tujuan sistem .
Elemen-elemen dalam Sistem
Ekonomi
a. Unit-unit ekonomi seperti: rumah tangga,
perusahaan, serikat buruh, instansi pemerintah
dan lembaga-lembaga lain yang berkaitan dengan
kegiatan ekonomi.
b. Pelaku-pelaku ekonomi seperti: konsumen,
produsen, buruh, invstor dan pejabat-pejabat
yang terkait.
c. Lingkungan Sumber Daya Alam (SDA) Dan Sumber
Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Kapital (SDK),
Sumber Daya Teknologi (SDT).
Fungsi Elemen Sistem Ekonomi
fungsi-fungsi yang harus dijalankan selama
berlangsungnya proses kegiatan ekonomi, seperti:

1. fungsi-fungsi produksi,
2. konsumsi, distribusi,
3. investasi,
4. regulasi.
Hasil dari kegiatan ekonomi sangat tergantung
bagaimana elemen-elemen sistem ekonomi
tersebut menjalankann fungsinya.
Hubungan antar Elemen Sistem
Ekonomi
1. Unit-unit ekonomi, pelaku-pekaku ekonomi, SDA
dan SDM saling berhubungan satu sama lain
dalam suatu pola hubungan tertentu, sehingga
menimbulkan proses kegiatan ekonomi.
2. Proses kegiatan ekonomi bisa berlangsung secara
efisien, tidak efisien atau produktif, kurang
produktif, karena perbedaan dalam menjalankan
fungsi elemen dan pola hubungan elemen.
Pranata (Institusi) Ekonomi
Mekanisme yang mengendalikan proses kegiatan
ekonomi itu disebut pranata (institusi) ekonomi
yang terdiri dari :
1. Norma hidup, seperti norma agama, adat-istiadat,
tradisi, etika profesi.
2. Peraturan hidup, seperti konstitusi (UUD), undang-
undang, peraturan pemerintah (PP), Peraturan Darah
(Perda), Keputusan Presiden (Keppres), Surat Keputusan/
Surat Edaran Pejabat Resmi, Perjanjian-perjanjian
Bilateral/ Internasional.
3. Paham Hidup, seperti pandangan hidup, cara hidup,
ideologi.
Tujuan Sistem Ekonomi
Tujuan sistem ekonomi suatu negara pada umumnya meliputi
empat tugas pokok:
1. Menentukan apa, berapa banyak dan bagaimana
produk-produk dan jasa-jasa yang dibutuhkan akan
dihasilkan.
2. Mengalokasikan produk nasional bruto (PNB) untuk
konsumsi rumah tangga, konsumsi masyarakat,
penggantian stok modal, investasi.
3. Mendistribusikan pendapatan nasional (PN), diantara
anggota masyarakat : sebagai upah/ gaji, keuntungan
perusahaan, bunga dan sewa.
4. Memelihara dan meningkatkan hubungan ekonomi
dengan luar negeri.
PERBANDINGAN SISTEM-SISTEM EKONOMI
Berdasarkan yang mengatur mekanisme :
a) Sistem ekonomi tradisional,
b) sistem ekonomi pasar,
c) sistem ekonomi komando/ terpimpin.
Berdasarkan yang mengatur kepemilikan aset:
a. sistem ekonomi kapitalis,
b. sistem ekonomi sosialis,
c. sistem ekonomi campuran
Dasar Filsafat Ekonomi
• Teori ekonomi pasar murni dikemukakan pertama kali oleh
Adam Smith (1723-1790) yang akhirnya dikenal dengan
“sistim kapitalis” yang terdesentralisasi karena negara/
pemerintah tak boleh mengaturnya.
• Visi Adam Smith tentang “kapitalis” adalah sebuah sistem
ekonomi yang membuat keadaan orang menjadi lebih baik.
Jadi Adam Smith terkenal bukan karena gagasan atau teknik
analisis ekonominya.
• Adam Smith mengeluarkan karya klasiknya yang berjudul
“An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth Of
Nations” buku ke 2 yang termashur tahun 1776, maka
ekonomi mendapat fondasi kokoh untuk diakui sebagai
suatu disiplin ilmu.
Dasar Filsafat Ekonomi Klasik
Perekonomian didasarkan pada :
• Laissez Faire, kebebasan berusaha ; setiap orang dibiarkan
mengejar kepentingan masing-masing dan akan tercapai
kesejahteraan umum.
• Self Regulating, mempunyai kemampuan kembali keposisi
keseimbangan secara otomatis, serta menjamin adanya
full employment, yang berlandaskan kepada : hukum J.B
Say ; supply creates its own demand, dan adanya
anggapan bahwa semua harga fleksibel.
• Doktrin “Invisible Hands”, tangan-tangan ajaib selalu
membawa ekonomi pada keseimbangan
• Campur tangan pemerintah tidak diperlukan.
Adam Smith Mengidentifikasi 3 unsur :

• Freedom, kebebasan ; hak untuk memproduksi,


memperdagangkan, tenaga kerja, dan kapital
• Self interest, kepentingan diri ; hak seseorang
untuk melakukan usaha sendiri dan membantu
kepentingan orang lain.
• Competition, persaingan ; hak untuk bersaing
dalam produksi dan perdagangan barang / jasa.
1. Sistem Ekonomi Kapitalis/Liberal
Adalah sistem perekonomian yg memberikan kebebasan
sepenuhnya dalam segala bidang perekonomian kepada masing-
masing individu untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya,
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
• Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi
• Pemilikan alat-alat produksi di tangan individu
• Individu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik
bagi dirinya.
• Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
• Pasar berfungsi memberikan “signal” kepada produsen dan
konsumen dalam bentuk harga-harga.
• Campur tangan pemerintah diusahakan sekecil
mungkin. “The Invisible Hand” yang
mengatur perekonomian menjadi efisien.
• Motif yang menggerakkan perekonomian
adalah mencari laba
• Manusia dipandang sebagai mahluk homo-
economicus, yang selalu mengejar kepentingan
(keuntungan) sendiri.
• Paham individualisme didasarkan materialisme,
warisan zaman Yunani Kuno (disebut
hedonisme).
Tiga Kerangka Dasar
Sistem Ekonomi
Kapitalis

Scarcity Value Price


(Nilai Barang Yang (Harga & Peranannya
(Kelangkaan
Dihasilkan) dalam Produksi-
Barang & Jasa) Distribusi-Konsumsi
Kebaikan-kebaikan Kapitalisme
• Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber
daya dan distribusi barang-barang.
• Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena
adanya kebebasan melakukan segala hal yang
terbaik dirinya.
• Pengawasan politik dan sosial minimal, karena
tenaga waktu dan biaya yang diperlukan lebih kecil.
• Pola produksi (aset dikuasai individu) melahirkan
kesadaran individualisme (masyarakat kapitalis).
Kelemahan-kelemahan Kapitalisme
• Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada
persaingan tidak sempurna dan persaingan
monopolistik.
• Sistsem harga gagal mengalokasikan
sumber-sumber secara efisien, karena
adanya faktor-faktor eksternalitas (tidak
memperhitungkan yang menekan upah
buruh dan lain-lain).
Sistem ekonomi kapitalis
Individualisme : Kepemilikan :
Dominasi individu Dominasi
Kebebasan individu kepemilikan individu
Peran negara kecil

Pelaku :
Pelaku swasta
menguasai

Kesejahteraan : Mekanisme :
Mengutamakan Pasar bebas
kesejahteraan individu
Unsur material
Kebijakan Ekonomi Kapitalistik di
Indonesia
• Penghapusan berbagai subsidi
pemerintah pada komoditas strategis
(bbm, listrik dsb) secara bertahap dan
diserahkannya ke mekanisme pasar
membuat harga-harga meningkat
• Nilai kurs diambangkan secara bebas
(floating rate) sesuai dengan LOI dengan
IMF (dikembalikan pada mekanisme
pasar)
• Privatisasi BUMN yang membuat sektor
kepemilikan umum (migas, tambang,
kehutanan) dikuasai oleh swasta
• Bobroknya lembaga keuangan dan masuknya
Indonesia ke dalam jerat utang (Liberalisasi
pasar berbasis bunga dan privatisasi bank- bank
pemerintah.
• Deregulasi perbankan tidak dibarengi dgn
instrument pengawasan dan penegakan regulasi
(law enforcement, unprudent, over legal lending
limit)
2. Sistem Ekonomi Sosialis (komando)
Adalah sistem perekonomian yang menghendaki
kemakmuran masyarakat secara merata dan tidak
adanya penindasan ekonomi, dengan ciri-ciri sbb:
• Masyarakat dianggap sebagai satu-satunya
kenyataan sosial, sedang individu-individu fiksi
belaka.
• Tidak ada pengakuan atas hak-hak pribadi
(individu) dalam sistem sosialis.
• Pemerintah bertindak aktif mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga tahap
pengawasan.
Kelebihan
• Alat-alat produksi dan kebijaksanaan ekonomi
semuanya diatur oleh negara.
• Pola produksi (aset dikuasai masyarakat) melahirkan
kesadaran kolektivisme (masyarakat sosialis)
• Semua kegiatan dan masalah ekonomi dikendalikan
pemerintah dan memudahkan pengawasan.
• Tidak ada kesenjangan antara sikaya dan simiskin
karena distribusi dilakukan oleh pemerintah
• Mudah melakukan pengaturan thd brg/jasa yg akan
diproduksi sesuai dgn kebutuhan masyarakat, mudah
ikut campur dlm pembentukan harga.
Kelemahan-kelemahan Sosialisme
• Teori pertentangan kelas tidak berlaku umum
• Tidak ada kebebasan memilih pekerjaan (Maka kreativitas
masyarakat tehambat, produktivitas menurun, produksi dan
perekonomian akan mandeg).
• Mematikan kreativitas dan inovasi setiap individu
• Tidak ada kebebasan untuk memiliki sumber daya
• Kurangnya variasi dalam memproduksi barang, karena terbatas
pada ketentuan pemerintah.
• Tidak ada insentive untuk kerja keras (Maka tidak ada dorongan
untuk bekerja lebih baik, prestasi dan produksi menurun,
ekonomi mundur).
• Tidak menjelaskan bagaimana mekanisme ekonomi ( Karl Marx
hanya mengkritik keburukan kapitalisme, tapi tidak menjelaskann
mekanisme yang mengalokasikan sumber daya di bawah
sosialisme).
Sosialisme tidak sama dengan komunisme
• Sosialisme merupakan tahap persiapan
ke komunisme.
• Komunisme merupakan tahap akhir
perkembangan masyarakat (The Six
Major Historical Stages): primitive
communism, slavery, feudalism,
capitalism, sosialism dan full
communism
3. Sistem Ekonomi Campuran (Mixed
Economy)
• Adalah perpaduan antara sistem ekonomi
kapital/liberal dengan sistem ekonomi sosialis,
permasalahan-permasalahan ekonomi dapat diatasi
oleh pemerintah atau pemerintah dengan swasta.
• Masalah pokok ekonomi mengenai barang apa yang
akan diproduksi, bagaimana barang itu dihasilkan, dan
untuk siapa barang itu dihasilkan dapat diatasi
bersama-sama oleh pemerintah dengan swasta
• Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian
dalam perekonomian, namun pihak swasta
(masyarakat) masih diberi kebebasan untuk
menentukan kegiatan ekonomi yang mereka inginkan.
Ciri-ciri Ekonomi Campuran
• Kedua sektor ekonomi hidup berdampingan
• Interaksi ekonomi terjadi di pasar
• Persaingan dalam sistem campuran di
perbolehkan
• Adanya Campur Tangan Pemerintah
Alasan perlunya campur tangan pemerintah
- Mencegah perusahaan-perusahaan besar turut
mempengaruhi kebijaksanaan politik dan
ekonomi
- Mencegah organisasi buruh (gabungan)
menekan pengusaha dalam menentukan harga
barang
• Sumber-sumber daya yang vital dikuasai oleh
negara.
• Pemerintah menyusun peraturan, perencanaan,
dan menetapkan kebijaksanaan dibidang ekonomi.
• Swasta diberi kebebasan dibidang ekonomi dalam
batas kebijaksanaan ekonomi yang ditetapkan
pemerintah
• Hak milik swasta (masyarakat, individu) atas alat
produksi diakui, asalkan penggunaannya tidak
merugikan kepentingan umum
• Pemerintah bertanggung jawab atas jaminan
sosial dan pemerataan pendapatan.
• Jenis dan jumlah barang diproduksi ditentukan
oleh mekanisme pasar.
Di Indonesia peran dan campur tangan
Pemerintah Indonesia dalam perekonomian
didasarkan atas :
• Sila ke lima Pancasila ; ‘keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia’
• Amanat Konstitusi (pembukaan UUD 1945)
aliena ke 2 ; ‘Dan perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat dan
sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur.
UUD 1945,
Pasal 27 ayat 2
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 33 ;
Ayat 1 ; perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas
azas kekeluargaan.
Ayat 2 ; cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara.
Ayat 3 ; bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 34.
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh nagara.
Sistem ekonomi Indonesia
Sering disebut ekonomi campuran, ekonomi
Pancasila, demokrasi ekonomi, mekanisme
pasar terkendali, dengan karakteristik sebagai
berikut :
• Pemilikan barang konsumsi bebas terkendali
• Hak milik faktor produksi ditangan negara,
koperasi, dan swasta
• Ada intervensi pemerintah dalam
mempengaruhi mekanisme pasar
• Insentif ; material dan moral.
Bangunan sistem ekonomi Indonesia

Nilai-Nilai Dasar
Ideologis

Kepemilikan Pelaku atau Proses penyelenggaraan


sumber daya partisan kegiatan ekonomi

Nilai-Nilai Dasar
Ideologis

Landasan ideologis Pancasila


Komponen sistem mengacu pada UUD 1945, sehingga rangkaian pasal-
pasal dalam UUD 1945 membentuk model SEI
Bangunan sistem ekonomi Indonesia

Ideologi Kepemilikan Pelaku


Pancasila Pasal 33 ayat 3 Penjelasan pasal
UUD 1945 33 UUD 1945

Mekanisme Kesejahteraan
Pasal 33 ayat 1 Pasal 27 ayat 2
UUD 1945 dan pasal 34 UUD
1945

Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh


semua, untuk semua dibawah pimipinan atau kepemilikan anggota-anggota
masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan perorangan.
Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan. Misalnya bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah
koperasi.
Landasan Filosofis Sistem Ekonomi
Asas : Kebersamaan dan
kekeluargaan

Sendi : Ke Tuhan-an,
Kemanusiaan, Kebangsaan,
Kerakyatan

Prinsip penyelenggaraan ;
Keadilan dan kemanfaatan

Tujuan ; kesejahteraan
Harmonisasi landasan sistem ekonomi, politik,
dan sosial di Indonesia
Sistem ekonomi
kekeluargaan

Pancasila ;
kebersamaan

Sistem politik ; Sistem sosial ;


Musyawarah / mufakat Gotong royong
Harmonisasi landasan sistem ekonomi, politik,
dan sosial di Negara Barat
Sistem ekonomi
persaingan

Individualisme ;
Individu, dan kebebasan

Sistem sosial ; Sistem politik ;


Masyarakat yang egois Demokrasi 1 orang 1 suara
Harmonisasi tujuan sistem ekonomi, politik, dan
sosial di Indonesia
Sistem ekonomi ;
Dasar : kekeluargaan
Tujuan : Kemakmuran

Tujuan nasional
Kesejahteraan yang
berkeadilan sosial

Sistem politik Sistem sosial


Dasar : musyawarah Dasar : Gotong royong
Tujuan Keadilan Tujuan : keseimbangan
Empat komponen sistem ekonomi :

• Sumber daya, sebagai bekal aktor/pelaku untuk


beraktivitas
• Pelaku dan regulasi, yang merealisasikan sistem
ekonomi menjadi nyata
• Mekanisme, sebagai pedoman untuk
menyelenggarakan kegiatan ekonomi
• Kesejahteraan umum, sebagai referensi (tujuan)
semua komponen sistem ekonomi
Komponen I : Kepemilikan sumber daya
• Bentuk kepemilikan ; individu/privat, publik, dan negara
• Kaidah kepemilikan ; perolehan ; bekerja dan cara lain yang benar
Pemanfaatan ; efektivitas, tidak merugikan, dan tunduk pada
kepentingan umum
• Sumber daya alam ;
a) Dikuasai (bukan dimiliki) negara, praktek yang umum
b) Pengalaman masa lalu sering menimbulkan ketidak adilan,
sehingga diusulkan menjadi kepemilikan publik
c) Sering menjadi sumber konflik
• Sumber daya bukan alam ;
a) Yang bekerja secara langsung mendapat prioritas
b) Pemilik faktor produksi manusia dihargai lebih tinggi
c) Mengangkat praktek kearifan lokal sebagai model praktek
ekonomi
Komponen II : Pelaku dan Regulasinya
a. BUMN dan BUMD ;
Redistribusi pendapatan
Stabilitas ekonomi
Pemasok kebutuhan publik
b. Usaha swasta ; penggerak utama pertumbuhan
ekonomi
c. Koperasi ; meningkatkan kemampuan mengakses pasar
; mendorong munculnya aktivitas usaha lokal yang
kreatif
Karakteristik Koperasi :
Kebersamaan dan
kearifan lokal
Karakter pembangunan ekonomi :
Pertumbuhan cepat tanpa
mengabaikan kearifan lokal

Karakter pembangunan ekonomi :


Karakteristik Swasta :
Pertumbuhan cepat tanpa
Efisiensi dan Inovasi
mengabaikan kearifan lokal

Karakter pembangunan ekonomi :


Pertumbuhan cepat dengan
Ciri BUMN dan BUMD : pemerataan
Pemerataan dan
keadilan

Desain regulasi persaingan


Komponen III : Mekanisme penyelenggaraan

Kepemilikan Mekanisme Hasil kepemilikan


awal pengolahan Setelah pembangunan

Perencanaan demokrasi
dengan basis
kerakyatan dan berasas
kebersamaa
Peranan negara dalam
pengaturan :
1. Sektor strategis (SDA
dan kebutuhan da
sar)
2. Distribusi (skala eko
nomi dan tehnologi)
Komponen IV : Kesejahteraan Umum
• Unsur kesejahteraan ; material dan non material
• Sasaran kesejahteraan umum, dengan kriteria ;
a. Jaminan terpenuhinya kebutuhan primer bagi semua
warga negara
b. Tersedianya kesempatan untuk meraih kebutuhan
sekunder dan tertier bagi semua orang
• Pembagian tanggung jawab kesejahteraan ; individu,
keluarga, masyarakat, dan negara
• Instrument kesejahteraan
a. Bekerja dan jaminan sosial
b. Semua pilar bertanggung jawab
Sistematika ; bekerjanya sistem ekonomi Indonesia

Pancasila : Kepemilikan : Pelaku :


• Nilai ketuhanan, • Negara menguasai • Negara ; sektor
kemanusiaan, SDA strategis
keadilan. • Pembagian hasil de • Swasta ; penggerak
• Kebersamaan & ngan mengutama dinamika ekonomi
kekeluargaan kan kemanusiaan • Koperasi ; instrumen
• Peran negara • Publik/adat diberda kebersamaan
penting yakan berusaha

Kesejahteraan :
• Kesejahteraan umum
Mekanisme :
• Tanggung jawab
Pasar yang dikendalikan
bersama
negara
• Material dan non
material
Sistem ekonomi Indonesia !

Sistem Ekonomi Pancasila


(SEP)….?
Mengapa Sistem ekonomi Indonesia !

• Semua rejim masa lalu memiliki model pembangunan


yang berbeda, tetapi semuanya berpikir tragis
• Pancasila dan UUD 1945 masih terlalu umum,
sehingga menimbulkan multitafsir oleh setiap rejim
• Ada amanat UU untuk memiliki sistem ekonomi
nasional
• Pemikir terdahulu (Emil Salim, Sri Edi Swasono,
Mubyarto, ISEI ) baru pada tahap menunjukkan ciri-ciri
ekonomi Pancasila.
2. Rumusan Emil Salim
1.Sistem Ekonomi yang khas Indonesia
sebaiknya berpegang pada pokok-
pokok pikiran yang tercantum dalam
Pancasila
2.Dari Pancasila, sila keadilan sosial yang
paling relevan untuk ekonomi.
3.Sila keadilan sosial mengandung dua
makna : Prinsip pembagian
pendapatan yang adil dan Prinsip
demokrasi ekonomi
4. Pembagian pendapatan masa
penjajahan tidak adil, karena
ekonomi berlangsung berdasarkan
free fight liberalisme
5. Prinsip demokrasi ekonomi
ditegaskan (diatur) dalam UUD 1945
pada pasal-pasal 23, 27, 33, 34.
1. Rumusan Mubyarto
Prinsip Dasar Ekonomi Pancasila
• Etika (ethics) bermoral
• Manusiawi (humanity)
• Nasionalisme ekonomi (economic nationalisme)
• Demokrasi ekonomi ; ekonomi kerakyatan
• Keadilan sosial (social justice)
1. Perekonomian digerakkan oleh rangsangan
ekonomi, sosial dan moral
2. Ada kehendak masyarakat untuk mewujudkan
pemerataan sosial ekonomi.
3. Nasionalisme selalu menjiwai kebijaksanaan
ekonomi
4. Koperasi merupakan sokoguru perekonomian
nasional
5. Ada keseimbangan antara sentralis me dan
desentralisme dalam kebijaksanaan ekonomi.
• SEP tidak liberal-kapitalistik,
juga bukan sistem ekonomi
yang etastik. Meskipun
demikian sistem pasar tetap
mewarnai kehidupan pere-
konomian
3. Rumusan Sumitro Djoyohadikusumo
1. Ikhtiar untuk senantiasa hidup dekat
dengan Tuhan YME
2. Ikhtiar untuk mengurangi kemiskinan dan
pengangguran dalam penataan
perekonomian masyarakat
3. Pola kebijakan ekonomi & cara
penyelenggaraannya tidak menimbulkan
kekuatan yang mengganggu persatuan dan
kesatuan bangsa
4. Rakyat berperan dan berpar
tisipasi aktif dalam usaha
pembangunan
5. Pola pembagian hasil produksi
lebih merata antar golongan,
daerah, kota-desa
Pertemuan Ke 2
Teori dan Pemikiran Ekonomi

Sub Pokok Bahasan :


Mazhab Klasik
Teori Pertumbuhan
Ekonomi Pancasila
Mazhab Klasik
1) Dasar filsafat; perekonomian yang didasarkan pada
sistem bebas berusaha (Laissez Faire) adalah self-
regulating, artinya mempunyai kemampuan untuk
kembali ke posisi keseimbangan secara otomatis.
Pemerintah tidak perlu campur tangan dalam
perekonomian.
2) Di Pasar Barang sifat self-regulating ini dicerminkan
oleh adanya proses yang otomatis membawa kembali
ke posisi GDP yang menjamin full-employment,
apabila karena sesuatu hal perekonomian tidak pada
posisi ini. Landasan dari keyakinan ini adalah;
• Berlakunya hukum Say yang menyatakan bahwa
Supply creates its own demand
• Anggapan bahwa semua harga fleksibel
3) Dalam sistem standar kertas, tidak ada proses otomatis
yang menstabilkan tingkat harga. Disini kaum klasik
melihat satu-satunya peranan makro pemerintah, yaitu
mengendalikan jumlah uang beredar sesuai dengan
kebutuhan transaksi masyarakat.
4) Di dalam sistem standar emas, ada mekanisme otomatis
yang menjamin kestabilan harga. Disini peranan
pemerintah tidak dianggap perlu, sebab jumlah uang
(emas) yang beredar akan otomatis menyesuaikan diri
dengan kebutuhan masyarakat.
5) Di Pasar Luar Negeri, mekanisme otomatis menjamin
keseimbangan neraca perdagangan melalui:
• 1)Mekanisme Hume, dalam sistem standar emas, atau
• 2)Mekanisme kurs devisa mengambang, dalam sistem
standar kertas.
Campur tangan pemerintah tidak diperlukan.
• Gelar Adam Smith sebagai Bapak Ilmu
Ekonomi bukan berasal dari keaslian
gagasannya atau teknik analisis ekonomi
yang dirintisnya, tetapi berkaitan dengan visi
Adam Smith tentang Kapitalisme sebagai
sebuah sistem ekonomi yang membuat
keadaan orang menjadi lebih baik.
• The Wealth of Nations menganalisis apa yang
menyebabkan standar hidup nasional
meningkat dan menunjukkan bagaimana
kepentingan diri dan persaingan berperan
dalam pertumbuhan ekonomi
Adam Smith mengidentifikasi Tiga Unsur:
1. Kebebasan (freedom): hak untuk memproduksi dan
menukar memperdagangkan) produk, tenaga kerja, dan
kapital.
2. Kepentingan diri (self-interest): hak seseorang untuk
melakukan usaha sendiri dan membantu kepentingan
diri orang lain.
3. Persaingan (competition): hak untuk bersaing dalam
produksi dan perdagangan barang dan jasa.
yang akan menghasilkan harmoni alamiah dari
kepentingan buruh, pemilik tanah, dan kapitalis.
Kepentingan jutaan orang akan menghasilkan masyarakat
yang stabil dan makmur tanpa perlu diarahkan oleh
negara secara terpusat. Doktrin tentang kepentingan diri
ini sering disebut invisible hand.
Adam Smith Mendukung Pemerintahan yang Kuat Namun
Dibatasi
Adam Smith menulis tentang tiga tujuan pemerintahan, yaitu
mengangkat negara dari barbarisme rendah menuju tingkat
kemakmuran tertinggi tetapi dengan cara damai, pajak ringan, dan
dengan administrasi yang adil dan toleran‖. Secara spesifik, Adam
Smith mendukung
(1) perlunya pendanaan yang cukup untuk milisi yang bertugas
membela negara,
(2) sistem hukum yang bisa melindungi kebebasan, hak milik, dan
untuk menjamin perjanjian dan pembayaran utang,
(3) pekerjaan publik –jalan, kanal, jembatan, pelabuhan, dan proyek
infrastruktur lainnya, dan
(4) pendidikan umum menyeluruh untuk mengimbangi efek alienasi
dan penurunan mental akibat spesialisasi (pembagian kerja) sistem
kapitalisme.
Secara umum, Adam Smith mendukung tingkat kebebasan maksimum
di dalam masyarakat, termasuk diversitas hiburan sepanjang tidak
―menimbulkan skandal dan ketidaksenonohan‖
Adam Smith Memperingatkan Bahaya dari Pemerintahan yang
Besar

Pada saat yang sama Adam Smith sangat kritis terhadap kekuasaan
negara. Menurut Adam Smith, politisi biasanya orang munafik yang
boros.

Adam Smith Mendukung Mata Uang yang Kuat dan Standar


Emas
Adam Smith juga mencemaskan adanya manipulasi terhadap sistem
moneter yang dilakukan oleh pemerintah. Walaupun menolak ide
bahwa satu-satunya sumber kekayaan adalah emas dan perak, Adam
Smith mendukung sistem moneter yang stabil berdasarkan emas dan
perak dan mendukung doktrin perbankan yang bebas.
Adam Smith juga menentang ―teori kuantitas uang‖ yang berpendapat
bahwa tingkat harga akan naik atau turun sebanding dengan perubahan
dalam persediaan uang. Dalam esainya yang berjudul ―Digression on
Silver‖ Adam Smith menunjukkan bahwa harga sangat bervariasi
ketika persediaan perak (uang) meningkat.
Tabungan: Unsur Kunci dalam Pertumbuhan
Ekonomi
Adam Smith mengusulkan penghematan dan
investasi modal sebagai unsur penting dari
pandangan makroekonominya. Dalam bab tentang
akumulasi kapital di The Wealth of Nations, Adam
Smith menandaskan bahwa kunci penting bagi
pertumbuhan perekonomian bukan hanya kebijakan
pemerintah, lingkungan usaha yang kompetitif dan
manajemen bisnis yang sehat, tetapi juga tabungan
dan penghematan. Adam Smith menekankan
perlunya investasi modal dan mesin penghemat
tenaga kerja sebagai elemen vital dalam menaikkan
standar hidup bagi orang kebanyakan.
Esensi Model Ekonomi Klasik
Empat prinsip umum:

• Penghematan, kerja keras, kepentingan diri yang baik, dan


kedermawanan terhadap orang lain adalah kebajikan dan karena itu harus
didukung.
• Pemerintah harus membatasi kegiatannya pada pengaturan keadilan,
memperkuat hak milik privat, dan mempertahankan negara dari serangan
asing.
• Di bidang ekonomi, negara harus mengadopsi kebijakan laissez faire
nonintervensi (perdagangan bebas, pajak rendah, birokrasi minimal, dan
sebagainya).
• Standar klasik emas/perak akan mencegah negara mendepresiasi mata
uang dan akan menghasilkan lingkungan moneter yang stabil di mana
ekonomi dapat berkembang.

Sedangkan pokok-pokok pikiran lain dari teori Adam Smith adalah:


a.Kebijaksanaan pasar bebas
b.Keuntungan merangsang bagi investasi
c.Keuntungan cenderung menurun
d.Keadaan stasioner
TEORI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN
EKONOMI

Mazab historis: Friderik List, Bruno H, Karl Bucher, dan


Rostow
• F.LIST: terdapat 5 fase pertumbuhan : fase primitif,
beternak, pertanian, industri pengolahan, dan
perdagangan. Perkembangan ekonomi terjadi, bila
masyarakat dan perorangan bebas berpolitik, dsb. Industri
pengolahan harus dikembangkan (proteksi yes)
• Bruno: perkembangan ekonomi berdasar 3 sistem
distribusi : perekonomian barter, uang, dan kredit
• Bucher:3 tahap: produksi untuk kebutuhan sendiri,
pertukaran(perekonomian kota),perekonomian nasional
• Rostow:Masyarakat tradisional, pra take-off, take off, drive
to maturity (matang), high mass consumption
MAZHAB ANALITIS
• Teori pertumbuhan Klasik:pertumbuhan ekonomi
liberal karena kemajuan tehnologi dan perkembangan
jumlah penduduk. Perekonomian pasar otomatis
perekonomian berjalan efisien
• Adam Smith: adanya spesialisasi—produktivitas
• Ricardo : 3 masyarakat ekonomi. gol.kapitalis, buruh,
tuan tanah dan GNP dibagi : upah, sewa, dan
keuntungan
• Malthus: jumlah penduduk > perkembangan kapital
dan tabungan yg dihambat oleh permintaan efektif
• Mill : = Ricardo, dimana pembangunan ekonomi = f
(non ekon seperti: adat istiadat dan kepercayaan
masyarakat, ada tidaknya gol.masyarakat kreatif, ada
tidaknya pengetahuan )
• NeoKlasik:Teori Solow:Jangka pendek spt
Klasik (pasar,S=I=K,full employment,
S=SQ,f.p=f(K,L) Jangka panjang:
K=konstan,COR=k/q, SQ=K=I, posisi
keseimbangan stabil, share dari K dan L dlm
GDB konstan
• Teori Post Keynesian: pengembangan teori
keynes yg terbatas pd jangka pendek, dan
teori post keynes adalah jangka panjang,
=teori produksi dan kesempatan kerja
TEORI PERTUMBUHAN SCHUMPETER
• Masuk dlm ekon.klasik, tetapi berbeda dlm
jangka panjang, penduduk tidak dianggap sbg
aspek sentral dlm pertumbuhan ekonomi tetapi
tehnologi
• Faktor utama pembng ekon adalah proses
inovasi dengan para entrepreneur sbg pelakunya
• Inovasi—tehnologi baru---keuntungan lebih
(=proft monopolis)---proses imitasi---
keuntungan monopoli menurun—penyebaran
tehnologi ke masyarakat
• Inovasi= produk baru, cara baru, pasar2 baru,
bahan mentah baru, industri baru.
TEORI PERTUMBUHAN KUZNETS
• 3 Pilar perumbuhan.: tehnologi, kelembagaan,
dan penyesuaian ideologi (dan perubahan
perilaku dan persepsi sosial)
• 6 ciri: kapital tinggi, produktvitas sdm tinggi,
tingginya faktor transformasi struktur ekonomi
dan sosial budaya, kemampuan perluasan pasar
tinggi, adanya kesadaran bahwa pertumbuhan
ekonomi sifatnya terbatas
• Oleh Chenery & Syrquin dijabarkan: bahwa
perubahan2 dlm struktur ekonomi dipandang sbg
: proses alokasi sumber2 daya ; proses
akumulasi, proses demografis dan distributif
Teori Ekonomi Keynes
• Keynes berpendapat bahwa sistem Leissez Faire murni
tidak bisa dipertahankan. Pada tingkat makro, pemerintah
harus secara aktif dan sadar mengendalikan perekonomian
ke arah posisi Full Employment-nya, sebab mekanisme
otomatis ke arah posisi tersebut tidak bisa diandalkan
secara otomatis.
• Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian
ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintaan
agregat masyarakat apabila permintaan agregat melebihi
penawaran agregat (atau output yang dihasilkan) dalam
periode tersebut, maka akan terjadi situasi kekurangan
produksi. Pada periode berikutnya output akan naik atau
harga akan naik, atau keduanya terjadi bersama-sama.
• Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada
penawaran agregat, maka situasi kelebihan produksi
terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau
harga akan turun, atau keduanya terjadi bersama-sama.
Teori Ekonomi Keynes (Lanjutan)

• Inti dari kebijakan makro Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa


mempengaruhi permintaan agregat (dengan demikian, mempengaruhi
situasi makro), agar mendekati posisi Full Employment-nya.
• Permintaan Agregat‖ adalah seluruh jumlah uang yang dibelanjakan oleh
seluruh lapisan masyarakat untuk membeli barang dan jasa dalam satu
tahun. Barang dan jasa diartikan sebagai barang dan jasa yang
diproduksikan dalam tahun tersebut (barang bekas atau barang yang
diproduksikan tahun-tahun sebelumnya atau barang yang tidak
diproduksikan seperti tanah, tenaga kerja dan faktor produksi lain, tidak
termasuk dalam pengertian barang dan jasa dimaksud disini).
• Dalam perekonomian tertutup permintaan agregat terdiri dari 3 unsur:
1) Pengeluaran Konsumsi oleh Rumah Tangga (C)
2) Pengeluaran Investasi oleh Perusahaan (I)
3) Pengeluaran Pemerintah (G), Pemerintah bisa mempengaruhi
permintaan agregat secara langsung melalui pengeluaran pemerintah
dan secara tidak langsung terhadap pengeluaran konsumsi dan
pengeluaran investasi.

Z=C+I+G
Teori Ekonomi Keynes (Lanjutan)

• Masing-masing unsur permintaan agregat dipengaruhi oleh


faktor-faktor yang berbeda. Pengeluaran konsumsi
tergantung pada pendapatan yang diterima oleh Rumah
Tangga dan kecenderungan berkonsumsinya (propincity to
consume). Pengeluaran investasi ditentukan oleh keuntungan
yang diharapkan (marginal efficiency of capital) dan biaya
dana (tingkat bunga). Pengeluaran pemerintah ditentukan
oleh proses politik yang kompleks dan dalam teori makro
dianggap eksogen.
• Perubahan dari unsur-unsur permintaan agregat (pengeluaran
konsumsi, pengeluaran investasi dan pengeluaran
pemerintah) mempengaruhi tingkat permintaan agregat
melalui proses berantai atau proses multiplier. Bila unsur ini
meningkat dengan Rp. 1 maka tingkat permintaan agregat
akan meningkat dengan suatu kelipatan dari Rp. 1. pelipat
atau multiplier ini tergantung pada besarnya marginal
propensity to consume.
Pertemuan Ke 3
Kekuasaan Negara dan Struktur Ekonomi -
Politik
Hubungan Sistem Ekonomi dgn

Gerakan masyarakat sipil tidak


Sistem Politik dan Kekuasaan

mampu melakukan tawar


menawar kepentingan dan
kekuasaan dengan pihak negara

Fenomena politik
kontemporer Negara semakin
yang masih menunjukkan
dominan kekuatannya
ditentukan oleh sebagai sentrum
negara kekuasaan yang
tidak mungkin
tertandingkan dan
terbantahkan
Contoh :
• Kurs mata uang yang mau dibiarkan
mengambang atau tetap kembali pada
kebijakan negara
• Harga jual BBM
• Tarif Dasar Listrik
• Pajak Penghasilan, PBB, bea cukai, dll
• Tarif tilang kenderaan bermotor

Kekuasaan negara begitu besar pada sistem


perekonomian negara
Hubungan antara negara dan kekuasaan sama
sekali tidak dapat dipisahkan. Negara merupakan
lembaga yang mempunyai kekuasaan tertinggi,
dan dengan kekuasaan itu pula negara
melakukan pengaturan terhadap masyarakatnya.
Kekuasaan negara yang sedemikian besar akibat
negara merupakan pelembagaan dari
kepentingan umum (Arif Budiman, 1996)

Hal 3, buku Arif Budiman, Toeri Negara : Negara, Kekuasaan dan Ideologi,
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996)
Bentuk negara berdasarkan netralitas, dibagi :
• Puralis, negara dalam kedudukan tidak mandiri, karena
mempunyai sifat demokratis. Yaitu, menerima partisipasi dan
usulan-usulan secara penuh dari kalangan masyarakat.
• Marxis, negara yang juga tidak otonom, karena digunakan oleh
kelas yang bekuasa untuk mewujudkan berbagai
kepentingannya.
• Organis, negara sama sekali otonom, karena berinisiatif sendiri
untuk mengambil berbagai kebijakannya.
• Korporatis, kedudukan negara relatif mandiri, karena
mendengarkan berbagai usulan dari wakil masyarakat. Dalam
bentuk negara ini, negara menentukan kelompok-kelompok
tertentu yang boleh memberikan usulan. Sehingga demokrasi
yang berjalanpun lebih bersifat top down.
Beberapa faktor dalam menggolongkan
negara otoriter atau demokrasi :
• Ekonomi, bahwa kebijakan ekonomi yang diambil
negara sangat menentukan sistem politik yang
dijalankan, belum tentu benar bahwa sistem
ekonomi kapitalisme pastilah menciptakan
demokrasi. Sebab dalam kenyataannya justru
kapitalisme yang dikembangkan di negara dunia
ketiga menunjukkan sifat otoriter. Kapitalisme
yang demokratis hanya akan terjadi pada negara-
negara yang sudah kaya.
• Sosial, yang merupakan berbagai kombinasi dan
interaksi dari kekuatan-kekuatan sosial yang terdapat
dalam masyarakat, yang mempunyai pengaruh bagi
terbentuknya suatu rezim tertentu.
• Budaya, adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
gagasan-gagasan atau pun nilai-nilai yang dihayati oleh
seseorang atau masyarakat dalam alam pikirannya.
• Eksistensi negara juga tidak dapat dilepaskan dari
ideologi serta legitimasi yang diterapkan. Jika selama
ini para teoritis Marxis Orthodoks masih meyakini
adanya base (economic atau mode of production)
sebagai penentu suprastruktur dimana salah satunya
adalah ideologi
• Gramsci dengan teori hegemoninya, mencoba
membalikan logika berfikir itu. Suprastruktur
atau ideologi tidak selamanya harus ditentukan
oleh base, karena masyarakat tidak harus
diubah keadaan sosial ekonominya untuk dapat
dirombak pikirannya.
• Kekuasaan tidak lagi dijabarkan secara
terperinci, melainkan langsung didaratkannya
pada kaintannya dengan kebijakan
perekonomian.
• Negara tidak akan selalu mandiri dan semata-
mata menjadi alat bagi kelas yang berkuasa.
• Negara pada prinsipnya adalah memang mandiri,
tetapi negara harus menyesuaikan diri dengan kondisi
yang membatasinya, yaitu kondisi struktural yang
meliputi ; sistem ekonomi-politik. Inilah yang
menjadikan kemandirian negara selalu mengalami
berbagai limitasi (keterbatasan).
• Ketergantungan negara pinggiran (periferal) thd
negara pusat (core) dalam kaitannya dengan teori
dependensi, ternyata mempunyai relevansi dengan
faktor kebudayaan yang berkembang dalam negara
yang bersangkutan. Bahkan dalam perilaku
kekuasaanpun tidak terlepas dari nilai budaya yang
sedang dianut dan dikembangkan melalui berbagai
pelembagaan.
Hubungan Sistem Ekonomi dan Sistem Politik

Kutub A Konteks Pengkutuban Kutub Z


Liberalisme Ideologi politik Komunisme
(liberal) (komunis)

Demokrasi Rejim pemerintahan Otokrasi


(demokratis) (otoriter)

Egalitarianisme Penyelenggaraan Etatisme


(egaliter) kenegaraan (etatis)

Desentralisme Struktur birokrasi Sentralisme


(Desentralis) (sentralistis)

Kapitalisme Ideologi ekonomi Sosialisme


(kapitalis) (sosialis)

Mekanissme Pasar Pengelolaan ekonomi Perencanaan terpusat


Empat tipe ideal dari sistem ekonomi politik
dilihat dari perspektif ekonomi

Dimensi Politik

Laissesz Faire Kepemilikan Sumber


Privat Negara
Dimensi Ekonomi Sistem Ekonomi Sistem Ekonomi
Kapitalis / Sosialis
Alokasi sumber Liberal Pasar
Sistem Ekonomi Sistem Sosialis
Pasar Campuran

Mixed economic Etatisme


Perencanaan Plan economic (totalitarianisme)
Berapa kadar sosialis atau kapitalis ?

Ada dua cara pendekatan :


• Pendekatan faktual-struktural
Yaitu dengan melihat komposisi belanja atau pengeluaran pemerintah
dalam suatu negara. Belanja atau pengeluaran dalam ilustrasi yaitu : Y
= C + I + G + X-M. Jadi unsur G disini adalah pemerintah dibandingkan
dengan unsur C, I, X, M atau berapa % unsur G dibandingkan dengan
unsur lainnya, jika G semakin besar berarti dekat dengan sosialis, bila
unsur G semakin kecil berarti dekat kapitalis.
• Pendekatan sejarah
a. Periode 1945 s/d 1959 sistem ekonomi kapitalis
b. Periode 1959 s/d 1965 sistem ekonomi sosialis (komando)
c. Periode 1966 s/d 1998 sistem ekonomi sosialis dan kapitalis
d. Periode 1998 s/d sekarang sistem ekonomi campuran dengan
persaingan terkendali condong ke kapitalis atau liberalis.
SENTRALISASI DAN
DESENTRALISASI
Pengantar
• Pembagian Kekuasaan
– Dalam rangka menyelenggarakan kepentingan rakyat
– Mencegah kesewenang-wenangan
– (Fungsi Kekuasaan Lembaga-lembaga Negara)
• Hubungan Kekuasaan
– Horisontal
Hubungan antara kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
– Vertikal
Hubungan yang bersifat atasan dan bawahan, dalam arti antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Di dalamnya terdapat
semacam pembagian kerja antara pusat dan daerah
• Pembagian Kerja
Pembagian Kekuasaan secara Vertikal:
• Pembagian Kekuasaan menurut tingkatnya.
• Dalam hal ini yang dimaksud adalah Pembagian Kekuasaan antara
beberapa tingkat pemerintahan.
• Carl J. Friedrich memakai istilah Pembagian Kekuasaan secara Teritorial
(Territorial Division of Power).
• Pembagian Kekuasaan ini dengan jelas dapat kita saksikan kalau kita
melakukan perbandingan antara negara KESATUAN, negara FEDERAL
serta KONFEDERASI.
• (Dalam negara Kesatuan jelas sekali terlihat bhw) Pembagian
kekuasaan secara vertikal melahirkan garis hubungan antara
pusat dan daerah dalam sistem :
1. Desentralisasi
2. Dekonsentrasi
3. Medebewind
1. Desentralisasi :
Pasal 1 Butir 7 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah:

“Penyerahan wewenang pemerintahan


oleh Pemerintah kepada daerah
otonomi untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia”
Desentralisasi dan Sentralisasi
Konsensus nasional mengenai keberadaan desentralisasi dalam Negara
Kesatuan Indonesia tersebut mengandung arti bahwa penyelenggaraan
organisasi dan administrasi negara Indonesia tidak hanya semata-mata atas
dasar asas sentralisasi, tetapi juga dengan desentralisasi dan otonomi
daerah sebagai perwujudannya. Dengan demikian, setidak-tidaknya di
kalangan Pembentuk UUD 1945 dan penyelenggara organisasi negara
Indonesia telah diterima pemikiran yang mendasar bahwa sentralisasi dan
desentralisasi masing-masing sebagai asas organisasi tidak ditempatkan
pada kutub yang berlawanan (dichotomy), tetapi kedua asas tersebut
merupakan suatu rangkaian kesatuan (continuum). Kedua asas ini memiliki
fungsi yang berlainan, tetapi saling melengkapi bagi keutuhan organisasi
negara. Sentralisasi berfungsi menciptakan keseragaman, sedangkan
desentralisasi menciptakan keberagaman dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
2. Dekonsentrasi :
Pasal 1 Butir 8 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah:

“Pelimpahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil
Pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu.”
Dekonsentrasi
• Pelimpahan wewenang
• Pembuatan keputusan, keuangan dan fungsi
manajemen
• Level pemerintahan yang berbeda
• Dalam Yurisdiksi pemerintah pusat
• Melahirkan local state government atau field
administration atau wilayah administrasi.
Penerapan dari asas desentralisasi &
dekonsentrasi
• Pada Negara Kesatuan
• - adalah merupakan perwujudan dari
• DISTRIBUTION OF POWERS antara
PEMERINTAH PUSAT & PEMDA

- Sebagai konsekwensinya :
- Terjadi penyerahan urusan Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah
DISTRIBUTION OF POWERS
pada Negara Federal
(Kebalikan dari Negara Kesatuan):
• Distribution of Powers (Pembagian Kekuasaan) antara Pemerintah
Federal dan Pemerintah Negara Bagian adalah lanjutan dan
konsekwensi dari penyerahan kekuasaan dan kedaulatan oleh
negara-negara bagian kepada Pemerintah Federalnya dalam
rangka menegakkan suatu Negara Serikat.
• Terdapat penyerahan urusan dari Negara2 Bagian ke Pusat,
karena negara2 bagian yang sebelumnya merupakan negara2
berdaulat penuh dan berdiri sendiri, menyerahkan urusan2 &
hal2 tertentu untuk diselenggarakan oleh Pemerintah Federal.
3. Medebewind (Tugas Pembantuan):
Pasal 1 Butir 9 UU No. 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah:

“Penugasan dari Pemerintah kepada


daerah* dan/atau desa, dari pemerintah
provinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa, serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas-tugas tertentu”
(* daerah = Provinsi, Kabupaten, Kota)
PEMERINTAHAN DAERAH
Dasar Pemikiran:
Penyelenggaraan pemerintahan daerah disesuaikan dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat,
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;

Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan


efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan
hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintahan daerah,
potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan wewenang
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PRINSIP-PRINSIP
• prinsip otonomi seluas-luasnya
• prinsip otonomi yang nyata dan
bertanggungjawab.
• prinsip penyelenggaraan otonomi daerah harus
selalu berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi
yang tumbuh dalam masyarakat.
• Prinsip menjamin keserasian hubungan antara
Daerah dengan Daerah lainnya
UU yang mengatur Pemerintahan Daerah

1. UU 22/1948: Pokok-pokok Pemerintahan Daerah bagi Jawa,


Madura, Sumatera dan Kalimantan.
2. UU 44/1950: Pokok-pokok Pemerintahan Daerah bagi
Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
3. UU 1/1957: Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
4. UU 18/1965: Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
5. UU 19/1965: Desa Praja
6. UU 5/1974: Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
7. UU 5/1979: Pemerintahan Desa
8. UU 22/1999: Pemerintahan Daerah
9. UU 32/2004: Pemerintahan Daerah
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI DAERAH
Konsep Dasar
Structural Efficiency Model
• Local Democracy Model
• Hubungan antara Kabupaten/Kota dan Provinsi semula
'dependent' dan 'subordinate' kini menjadi 'independent' dan
'coordinate'.
 'integrated prefectoral system' yang utuh ke 'integrated
prefectural system' yang parsial hanya pada tataran provinsi.
(Dianutnya 'integrated prefectoral system' pada propinsi
dengan peran ganda Gubemur sebagai KDH dan Wakil
Pemerintah dimaksudkan untuk mengintegrasikan kembali
daerah otonom yang secara desentralalisasi memiliki
karakteristik keterpisahan)
Istilah-Istilah dalam Peraturan PEMERINTAHAN DAERAH (UU No.
32 Tahun 2004)

• Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban


daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
• Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Istilah…
• Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
• Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah
dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
• Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada
daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu.
Pemerintahan Daerah
1. Pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas
pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi;
2. Pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri
atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD
kabupaten/kota.

Pemerintah daerah terdiri atas kepala daerah dan


perangkat daerah.
Urusan Pemerintahan
Konsep urusan pemerintahan menunjukan dua
indikator penting, yaitu fungsi atau aktivitas dan asal
urusan pemerintahan tersebut. Urusan
pemerintahan yang didistribusikan hanya berasal dari
Presiden dan tidak berasal dari Lembaga Negara
lainnya. Oleh karena itu, dalam konteks ini muncul
berbagai urusan pemerintahan seperti pendidikan,
kesehatan, pekerjaan umum dan lain-lain. Dalam hal
ini tidak lazim untuk menyebut urusan konstitusi.
legislasi dan yudikasi dalam tataran otonomi daerah.
PEMBAGIAN URUSAN
PEMERINTAHAN
• Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah.
• Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.
• Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. Agama.
urusan pemerintahan..
• Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi urusannya, Pemerintah menyelenggarakan
sendiri atau dapat melimpahkan sebagian urusan
pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau wakil
Pemerintah di daerah atau dapat menugaskan kepada
pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa.
• Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah di luar urusan pemerintahan, Pemerintah
dapat:
 menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan;
 melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur
selaku wakil Pemerintah; atau
 menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah
dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
urusan pemerintahan…
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan
keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.

• “kriteria eksternalitas” adalah penyelenggara suatu urusan pemerintahan


ditentukan berdasarkan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang timbul
akibat penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.

• “kriteria akuntabilitas” adalah penanggungjawab penyelenggaraan suatu


urusan pemerintahan ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan luas,
besaran, dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan
suatu urusan pemerintahan.

• “kriteria efisiensi” adalah penyelenggara suatu urusan pemerintahan


ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi
yang dapat diperoleh.
urusan pemerintahan…
• Penyelenggaraan urusan pemerintahan merupakan
pelaksanaan hubungan kewenangan antara
Pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi,
kabupaten dan kota atau antarpemerintahan daerah
yang saling terkait, tergantung, dan sinergis sebagai
satu sistem pemerintahan.
• Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah, yang diselenggarakan
berdasarkan kriteria tertentu terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan.
urusan pemerintahan…
• “urusan wajib” adalah urusan yang sangat mendasar yang
berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara
antara lain:
a. perlindungan hak konstitusional;
b. perlindungan kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat,
ketentraman dan ketertiban umum dalam kerangka menjaga keutuhan
NKRI; dan
c. pemenuhan komitmen nasional yang berhubungan dengan perjanjian
dan konvensi internasional.

• “urusan pilihan” adalah urusan yang secara nyata ada di


Daerah dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi
unggulan daerah.
Dalam organisasi negara bangsa selalu terdapat
sejumlah urusan pemerintahan yang sepenuhnya
diselenggarakan secara sentralisasi beserta
penghalusannya dekonsentrasi. Tetapi tidak pernah
terdapat suatu urusan pemerintahan apapun yang
diselenggarakan sepenuhnya secara desentralisasi.
Urusan pemerintahan yang menyangkut kepentingan
dan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara
lazimnya diselenggarakan secara sentralisasi dan
dekonsentrasi. Urusan pemerintahan yang
mengandung dan menyangkut kepentingan
masyarakat setempat (lokalitas) diselenggarakan
secara desentralisasi.
• Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada
daerah disertai dengan sumber pendanaan,
pengalihan sarana dan prasarana, serta
kepegawaian sesuai dengan urusan yang
didesentralisasikan.
• Urusan pemerintahan yang dilimpahkan
kepada Gubernur disertai dengan pendanaan
sesuai dengan urusan yang
didekonsentrasikan.
Pertemuan Ke 4
• Permasalahan
• Karakteristik
• Dan Strategi Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Masalah yang menyertai pembangunan ekonomi

 Masalah akumulasi sumber daya


produksi (sdp)
 Masalah alokasi sumber daya produksi
(sdp)
 Masalah distribusi pendapatan
nasional
 Masalah kelembagaan/ pelaku-pelaku
Yang mempengaruhi karakteristik Sistem
Ekonomi Indonesia :

Faktor geografi
Faktor demografi
Faktor sosial, budaya dan
politik.
Pilihan strategi pembangunan
ekonomi
• Strategi pertumbuhan ekonomi
(economic growth)
• Strategi perkembangan ekonomi
(econoic development)
• Strategi pembangunan berwawasan
nusantara
Peran dan kebijakan pemerintah

• Peran pemerintah dalam kegiatan


ekonomi
• Kebijakan ekonomi mikro, meso,
makro, kebijakan ekonomi dalam
negeri dan hubungan ekonomi luar
negeri.
Masalah Yang Menyertai Pembangunan Ekonomi
Tujuan pembangunan bukan hanya
menginginkan adanya perubahan dalam arti
peningkatan PDB tapi juga adanya
perubahan struktural. Perubahan struktur
ekonomi berkisar pada segi akumulasi
(pengembangan sdp secara kuantitatif dan
kualitatif), segi alokasi (pola penggunaan
sdp), segi institusional (kelembagaan
ekonomi dalam kehidupan masyarakat), segi
distribusi (pola pembagian pendapatan
nasional) (Soemitro Djojohadikusumo,
1993).
Yang mempengaruhi karakteristik Sistem Ekonomi Indonesia :
Faktor geografi
• Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari
13.677 pulau besar – kecil (baru 6.044 pulau memiliki nama,
diantaranya 990 pulau yang dihuni manusia); terbentang dari 60LU
sampai 110LS sepanjang 61.146 km., memiliki potensi ekonomi
yang berbeda-beda karena perbedaan SDA, SDm, kesuburan
tanah, curah hujan (Sutjipto, 1975).
• Wilayah Indonesia seluas 5.193.250 km2, 70 persennya (±
3,635,000 km2) terdiri dari lautan (menjadi negara bahari)
letaknya strategis karena : memiliki posisi silang (antara Benua
Asia dan Benua Australia), menjadi jalur lalulintas dunia (antara
Laut Atlantik dan Laut Pasifik) dan menjadi paru-paru dunia
(memiliki hutan tropis terbesar).
• Menghadapi kesulitan komunikasi dann transportasi antar pulau
(daerah) baik untuk angkutan barang maupun penumpang; arus
barang tidak lancar; perbedaan harga barang yang tajam;
perbedaan kesempatan pendidikan dan kesempatan (lapangan)
kerja; kesemuanya itu merupakan potensi kesenjangan.
Faktor Demografi
• Indonesia negara nomor 4 di dunia karena berpenduduk lebih dari
235 juta orang. Penyebaran penduduk tidak merata (dua per tiga
tinggal di P. Jawa), sebagian besar hidup di pedesaan (pertanian),
bermata pencairan sebagai petani kecil dan burah tani dengan
upah sangat rendah.
• Mutu SDM rendah : ± 80% angkatan kerja berpendidikan SD.
Produktivitas rendah karena taraf hidup yang rendah: konsumsi
rata-rata penduduk Indonesia RP 82.226 per bulan (1993).
• Indonesia yang berpenduduk lebih dari 235 juta (tahun 2010)
orang membutuhkan berbagai barang, jasa dan fasilitas hidup
dalam ukuran serba besar (pangan, sandang, perumahan dan lain-
lain). Namun dilain pihak kemampuan kita untuk berproduksi
(produktivitasnya) rendah. Hal ini akan menciptakan kondisi
munculnya rawan kemiskinan.
Faktor sosial, budaya dan politik
• Sosial : Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku (heterogin) dengan
beraagam budaya, adat istiadat, tata nilai, agama dan kepercayaan
yang berbeda-beda. Karena perbedaan latar belakang, pengetahuan
dan kemampuan yang tidak sama, maka visi, persepsi, interpretasi dan
reaksi (aksi) mereka terhadap isu-isu yang sama bisa berbeda-beda,
yang sering kali menimbulkan konflik sosial (SARA).
• Budaya : Bangsa Indonesia memiliki banyak budaya daerah, tapi
sebenarnya kita belum memiliki budaya nasional (kecuali bahasa
Indonesia). Namun sebagai salah satu bangsa “Timur” (bangsa yang
merdeka dan membangun ekonomi sejak akhir Perang Dunia II),
mayoritas bangsa Indonesia sampai sekarang masih terpengaruh
(menganut) “budaya” Timur, budaya status orientation. Budaya status
orientation bercirikan: semangat hidupunya mengejar pangkat,
kedudukan, status (dengan simbol-simbol sosial); etos kerjanya lemah;
senang bersantai-santai; tingkat disiplinnya rendah, kurang menghargai
waktu (jam karet). Lawannya “budaya” barat, budaya achievement
orientation dengan ciri-ciri sebaliknya.
• Budaya status orientation tidak produktif, konsumtif, suka pamer
(demontration effec) dan mudah memicu kecemburuan sosial.
• Politik : sebelum kolonialis Belanda datang, bangsa Indonesia
hidup di bawah kekuasaan raja-raja. Ratusan tahun bangsa
Indonesia hidup di bawah pengaruh feodalisme dan kolonialisme.
Ciri utama feodalisme antara lain adalah kultus individu (raja
selalu diagungkan). Ciri utama kolonialisme antara lain adalah
otoriter (laksana tuan terhadap budak).
• Sisa-sisa pengaruh feodalisme (kultus individu) dan pengaruh
kolonialisme (otoriter) sampai sekarang belum terkikis habis. Hal
ini sangat terasa pada percaturan dan pergolakan politik di
Indonesia. Perilaku yang kurang demokratis dari para elit politik
dan perilaku kurang menghargai HAM dari para penguasa,
menghambat kelancaran proses demokratisasi politik di
Indonesia. Pada gilirannya hal ini menghambat terciptanya
demokrasi ekonomi.
• Dari uraian pengaruh faktor-faktor di atas dapat disimulkan
bahwa Sistem Ekonomi Indonesia mengandung tiga potensi
kerawanan.
• Tiga potensi kerawanan yang menjadi karakteristik Sistem
Ekonomi Indonesia adalah:
1. Potensi rawan kesenjangan, terutama kesenjangan antara
daerah (pulau). Hal ini terutama sebagai akibat pengaruh
faktor geografi.
2. Potensi rawan kemiskinan, terutama kemiskinan di darah
pedesaan. Hal ini terutama sebagai akibat pengaruh faktor
demografi dan faktor budaya.
3. Potensi rawan perpecahan, terutama perpecahan antar suku,
antar golongan (elit) politik. Hal ini terutama sebagai akibat
pengaruh faktor sosial-politik
Pilihan Strategi Pembangunan Ekonomi :
a. Strategi pembangunan dengan pertumbuhan terbukti gagal
menyelesaikan persoalan-persoalan dasar pembangunan.
Dalam kiprahnya strategi itu justru menciptakan persoalan-
persoalan seperti kemiskinan, keterbelakangan dan
kesenjangan antar pelaku ekonomi (Budi Santoso, 1997).
b. Konsep pertumbuhan ekonomi menurut Boediono adalah
proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang.
Sedangkan teori pertumbuhan ekonomi bisa kita definisikan
sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang
menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang
dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut
berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses
pertumbuhan (Boediono, 1982).
Joseph Schumpeter membedakan dua jenis yaitu pertumbuhan
ekonomi (growth) dan perkembangan ekonomi (development).
Kedua-duanya adalah sumber dari peningkatan output
masyarakat, tetapi masing-masing mempunyai sifat yang
berbeda (Boedino, 1982).
Strategi Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) :
• Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output
masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya
jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi masyarakat tanpa adanya perubahan cara-cara
atau “teknologi” produksi itu sendiri.
• Indonesia menganut strategi pertumbuhan ekonomi dan
dalam melaksanakan pembangunan memakai Model
Harrod Domar. Menurut kedua ekonomi ini, setiap
penambahan stock kapital masyarakat (K) meningkatkan
pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output
(Qp). di sini Qp menunjukkan output yang potensial bisa
dihasilkan dengan stock kapital (kapasitas produksi) yang
ada.
• Konsekuensi strategi pertumbuhan adalah bahwa besar
kecilnya laju pertumbuhan ekonomi sangat tergantung
pada naik turunnya tingkat investasi.
Strategi Perkembangan Ekonomi (Economic Development)
• Perkembangan ekonomi adalah kenaikan output yang
disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh entrepreneur
(wiraswastaan). Inovasi menyangkut perbaikan kualitatif
dari sistem ekonomi itu sendiri, yang bersumber dari
kreativitas para wiraswastawan.
• Syarat-syarat terjadinya inovasi (perkembangan ekonomi) :
1. Harus tersedia cukup calon-calon pelaku inovasi (entreprenur)
di masyarakat
2. Harus ada lingkungan sosial, politik dan teknologi yang bisa
menjadi tempat subur bagi semangat inovasi
3. Harus ada cadangan atau supplai ide-ide baru secara cukup.
4. Harus ada sistem perkreditan yang bisa menyediakan dana
bagi para entrepreuner.
• Ada lima kegiatan yang termasuk inovasi, yaitu :
1. Diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya
tidak ada.
2. Diperkenalkannya cara produksi baru, mesin baru
3. Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru.
4. Pembukaan daerah-daerah pasar baru
5. Perubahan organisasi industri sehingga
meningkatkan efisiensi.
• Disini ada perubahan sistem ekonomi sehingga dari
waktu ke waktu kegiatan-kegiatan ekonomi berjalan
maini efisien, yang mendukung peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Sehingga pertumbuhan
ekonomi tidak semata-mata tergantung pada tingkat
investasi.
Strategi Pembangunan Berwawasan Nusantara
• Wawasan adalah pandangan hidup suatu bangsa yang
dibentuk oleh kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan hidup
bangsa Indonesia adalah pulau atau kepulauan yang terletak di
antara samudera pasifik dan atlantik, di antara benua Asutralia
dan Asia (Nusantara).
• Pembangunan berwawasan nusantara sebenarnya tidak lain
adalah pembangunan yang berwawasan ruang. Pembangunan
berwawasan ruang (ekonomi regonal) tersirat dalam
argumentasi Myrdall dan Hirschman, yang mengemukakan
sebab-sebab daerah miskin kurang mampu berkembang
secepat seperti yang terjadi di daerah yang lebih kaya (Suroso,
1994).
• Dilihat dari dimensi ekonomi-regional, Indonesia menghadapi
dilema dualisme teknologis, yakni perbedaan dan
ketimpangann mengenai pola dan laju pertumbuhan di antara
berbagai kawasan dalam batas wilayah satu negara. Dilema
teknologis menonjol karena adanya asimetri (ketidakserasian)
antara lokasi penduduk dan lokasi sumber alam (Soemitro
Djojohadikusumo, 1993).
• Menurut Laoede M. Kamaludin, penataan ruang di masa
datang sebaiknya tidak hanya mengacu pada daratan,
namun juga harus berorientasi pada penataan ruang
kemaritiman. Sedikitnya terdapat tiga pendekatan yang
dapat dikembangkan :
1. Pembangunan ekonomi berbasis teknologi tinggi, pusat
pendidikan, jasa dan pariwisata. Ini tepat diterapkan di P.
Jawa, Bali dan Batam.
2. Pembangunan ekonomi yang berbasis potensi kelautan.
Ini lebih tepat dikembangkan di kawasan timur Indonesia
dan kepulauan kecil di Sumatera.
3. Pembangunan ekonomi berbasis sumber daya mineral dan
tanaman industri dapat dikembangkan di pulau Sumatera
(Kompas, 25-5-1999)
Peran Dan Kebijaksanaan Pemerintah
a. Peran Pemerintah
• Peran atau campur tangan pemerintah dalam perekonomian ada yang bersifat
kuat (negara sosialis), ada yang lemah (negara kapitalis). Indonesia menganut
sistem ekonomi campuran dengan mengutamakan berlangsungnya
mekanisme pasar sepanjang tidak merugikan kepentingan rakyat banyak.
• Campur tangan pemerintah dapat dibenarkan secara konstitusional :
Dari isi pembukaan UUD 1945 dengan Pancsilanya, dapat disimpulkan bahwa
pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah haruslah diarahkan
untuk :
1. Memajukan kesejahteraan umum
2. Memajukan kecerdasan kehidupan bangsa
3. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Pasal 33 UUD 1945 bersama dengan pasal 34 dan pasal 27 ayat 2 mengandung
amanat kepada pemerintah untuk menyelenggarakan kesejahteraan sosial
seluruh rakyat melalui :
1. Penguasaan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak.
2. Penguasaan bumi, air dan kekayaan alam yang ada di dalamnya.
3. Pemeliharaan fakir miskin dan anak-anak terlantar
4. Penyediaan lapangan kerja
b. Kebijaksanaan Pemerintah
Tujuan utama atau akhir kebijakan ekonomi adalah
untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat
kesejahteraan masyarakat. Diukur secara ekonomi,
kesejahteraan masyarakat tercapai bila tingkat
pendapatan riil rata-rata per kapita tinggi dengan
distribusi pendapatan yang retif merata. Tujuan ini
tidak bisa tercapai hanya dengan kebijakan ekonomi
saja, diperlukan juga kebijakan non kebijakan ekonomi.
Diperlukan juga kebijakan non ekonomi, seperti
kebijakan sosial yang menyangkut masalah pendidikan
dan kesehatan. Kebijakan ekonomi dan kebijakan non
ekonomi harus saling mendukung.
Selain itu kebijakan ekonomi mempunyai intermediate
target sebelum mencapai tujuan akhir. Sasaran
perantara tersebut mencakup lima hal utama :
• Pertumbuhan ekonomi (misalnya PDB atau
pendapatan nasional)
• Distribusi pendapatan yang merata
• Kesempatan kerja sepenuhnya
• Stablitas harga dan nilai tukar
• Keseimbangan neraca pembayaran
Lima sasaran ini erat kaitannya dengan masalah
stabilitas ekonomi.
Tiga macam kebijakan Ekonomi (menurut agregasinya) :
a. Kebijakan ekonomi mikro
Kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua perusahaan
tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan oleh atau disektor
mana dan diwilayah mana perusahaan yang bersangkutan
beroperasi.
Contohnya :
• Peraturan pemerintah yang mempengaruhi pola hubungan
kerja (manajer dengan para pekerja), kondisi kerja dalam
perusahaan.
• Kebijakan kemitraan antara perusahaan besar dan
perusahaan kecil di semua sektor ekonomi
• Kebijakan kredit bagi perusahaan kecil di semua sektor dan
lain-lain.
b. Kebijakan Ekonomi Meso
• Kebijakan ekonomi sektoral atau kebijakan ekonomi
regional. Kebijakan sektoral adalah kebijakan ekonomi
yang khusus ditujukan pada sektor-sektor tertentu.
Setiap departemen mengeluarkan kebijakan sendiri
untuk sektornya, seperti keuangan, distribusi, produksi,
tata niaga, ketenaga kerjaan dan sebagainya.
• Kebijakan meso dalam arti regional adalah kebijakan
ekonomi yang ditujukan pada wilayah tertentu.
Misalnya kebijakan pembangunan ekonomi di kawasan
timur Indonesia (KTI), yang mencakup kebijakan industri
regional, kebijakan investasi regional dan sebagainya.
Kebijakan ini bisa dikeluarkan pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
c. Kebijakan Ekonomi Makro
• Kebijakan ini mencakup semua aspek ekonomi pada
tingkat nasional, misalnya kebijakan uang ketat (kebijakan
moneter). Kebijakan makro ini bisa mempengaruhi
kebijakan meso (sektoral atua regional), kebijakan mikro
menjadi lebih atau kurang efektif.
• Instrumen yang digunakan untuk kebijakan ekonomi
makro adalah tarif pajak, jumlah pengeluaran
pemerintah melalui APBN, ketetapan pemerintah dan
intervensi langsung di pasar valuta untuk mempengaruhi
nilai tukar mata uang rupiah terhadap valas. (Tulus
Tambunan, 1996).
• Kebijakan ekonomi juga bisa dibedakan antara kebijakan
ekonomi dalam negeri dan kebijakan ekonomi luar negeri
meliputi :
a) Kebijakan Ekonomi dalam Negeri
• Kebijakan sektor ekonomi, seperti pertanian,
industri dan jasa-jasa
• Kebijakan keuangan negara, seperti perpajakann,
bea cukai, anggaran pemerintah (APBN).
• Kebijakan moneter perbankan, seperti jumlah uang
beredar, suku bunga, inflasi, perkreditan,
pembinaan dan pengawasan bank.
• Kebijakan ketenagakerjaan, seperti penetapan
upah minimum, hubungan kerja, jaminan sosial
• Kebijakan kelembagaan ekonomi, seperti BUMN,
koperasi, perusahaan swasta, pemberdayaan
golongan ekonomi lemah (UKM), dan lain-lain
kebijakan.
b) Kebijakan hubungan ekonomi luar negeri
• Kebijakan neraca pembayaran, seperti pengamanan
cadangan devisa negara.
• Kebijakan perdagangan LN, seperti tata-niaga
(ekspor dan impor), perjanjian dagang antar negara.
• Kebijakan penanaman modal asing, seperti
perizinan investasi langsung, investasi tidak
langsung, usaha-usaha patungan.
• Kebijakan hutang LN, menyangkut hutang
pemerintah, hutang swasta, perundingan/
perjanjian dengan para kreditor, dan lain-lain
kebijakan.
Strategi
Strategi berasal dari kata “strategos” (Yunani) artinya ; komandan
militer
Pengertian strategi :
• Penentuan tujuan jangka panjang dasar dan tujuan perusahaan,
dan adopsi kursus tindakan, alokasi sumber daya yang
diperlukan untuk melaksanakan tujuan ini
• Pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama
organisasi, kebijakan, tindakan yang konsekuen, pada
keseluruhan yang kohesif
• Sebuah pola dalam arus keputusan dan tindakan
• Pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, eksekusi sebuah aktivitas
dalam kurun waktu tertentu
Strategi Pembangunan Ekonomi
a. Strategi Pertumbuhan
• Terpusat pada upaya pembentukan modal
• Upaya penggunaan dan penyaluran yang seimbang
• Menimbukan efek ketimpangan dan ketidak merataan
b. Strategi dengan Pemerataan
• Ditekankan pada pengikatan pembangunan melalui teknik
sosial engineering, seperti halnya melalui penyusunan
perencanaan induk, dan paket program terpadu.
c. Strategi Ketergantungan
• Kemiskinan di suatu negara (negara berkembang) lebih
disebabkan oleh adanya ketergantungan negara tersebut
dengan negara lain, agar terlepas dari ketergantungan tersebut
negara yang bersangkutan harus berusaha untuk mandiri.
d. Strategi Yang Berwawasan Ruang
• Perkembangan pembangunan didaerah (negara
berkembang) tidak secepat yang terjadi di negara
maju (kaya), karena aliran sumber daya dinegara
berkembang lebih lambat, sementara di negara
maju lebih cepat, itu semua dipengaruhi
pendapatan, pola hidup.
• Menurut Myrdall ; sulit terjadi keseimbangan
aliran sumber daya dinegara miskin dengan
negara kaya.
• Menurut Hirschman ; keseimbangan aliran
sumber daya dapat terjadi dalam jangka panjang
e. Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok
(menanggulangi kemiskinan secara massal)
• Melakukan pemerataan pembangunan dan
mengurangi pengangguran
• Mengupayakan peningkatan pendapatan
masyarakat, melalui pembukaan lapangan
usaha
• Melakukan upaya peningkatan pemenuhan
kebutuhan pokok masyarakat.
• Memberikan rangsangan / stimulus agar
masyarakat dapat membuat lapangan usaha
mandiri
Perencanaan Pembangunan
Adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Tujuan Perencanaan ;
• Mendukung antar pelaku pembangunan
• Menjamin adanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi
• Menjamin keterkaitan dan konsistensi, antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan
• Mengoptimalkan partisipasi masyarakat
• Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara
efesien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan
Pendekatan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ( UU 25
Th 2004 )
a. Politik
Rencana Pembangunan merupakan hasil proses politik
( publik choice theory of planing ) khususnya
penjabaran visi – misi Kepala Daerah Terpilih
B. Teknokratik
Perencanaan yang dilakukan oleh perencana
profesional , atau oleh lembaga / unit organisasi yang
secara fungsional melakukan perencanaan
c. Partisipatif
Perencanaan yang melibatkan masyarakat
d. Atas Bawah ( Top Down ), Bawah Atas ( Bottom Up )
Perencanaan yang aliran prosesnya dari atas ke bawah
atau dari bawah ke atas dalam hirarki pemerintahan
Manfaat Perencanaan :
• Terdapatnya suatu pengarahan dan pedoman suatu kegiatan
• Dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa
pelaksanaan yang akan dilalui (potensi, prospek, hambatan,
ketidak pastian, dan resiko)
• Memberikan kesempatan untuk memilih alternatif, cara terbaik,
kesempatan memilih kombinasi cara yang terbaik
• Dapat dilakukan penyusunan skala prioritas, urutan, dan sasaran
kegiatan
• Adanya suatu alat ukur untuk mengadakan suatu pengawasan
• Dapat menghindari pemborosan dalam pemakaian sumber daya
(efisiensi)
• Dapat dicapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan
stabilitas ekonomi dalam menghadapi siklus ekonomi.
Tantangan Pembangunan Indonesia
• Otonomi Daerah (UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi
daerah, letak otonomi daerah di kabapaten/kota)
• Pergeseran orientasi pembangunan sebagai negara maritim
(keunggulan sebagai negara maritim, kelautan dan pasisir
mempunyai makna strategis dan diandalkan sebagai pilar
pembangunan ekonomi Indonesia
• Ancaman dan peluang Globalisasi (hilangnya batas2 negara
dalam suatu proses ekonomi global, manfaat globalisasi ;
spesialisasi produk yg didasarkan pd keunggulan
absolut/komparatif, potensi pasar yang besar bagi produk
masal, kerjasama pemasaran dan memperkuat posisi tawar,
adanya pasar bersama untuk produk ekspor
• Kondisi objektif akibat krisis ekonomi (pada kemiskinan, krisis
sosial, kepercayaan kepada pemerintah atau krisis multidimensi
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan
Ekonomi :
• Ketersediaan sumber daya alam
• Jumlah dan kualitas penduduk
• Modal, pembentukan modal, penggunaan
modal, penyaluran modal, pemerataan /
distribusi modal dalam pembangunan ekonomi.
• Sikap dan mental masyarakat ( yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban, terutama dalam
kesadaran pajak, dan perlindungan hukum bagi
masyarakat)
Pertemuan Ke 5
KONSEP DAN
INDIKATOR PEMBANGUNAN
A. ARTI PEMBANGUNAN
1. PEMBANGUNAN ADALAH PROSES JANGKA PANJANG
(Proses jangka panjang untuk meningkatkan pendapatan nasional)

PROSES
Ada hubungan kausalitas antara berbagai aspek ekonomi dan non-
ekonomi. Proses pembangunan secara fundamental ditentukan oleh
aspek non-ekonomi meskipun muaranya aspek ekonomi. Begitupun
pentingnya pembangunan sosial, diwujudkan dalam pembangunan
pendidikan dan kesehatan sebagai unsur pembangunan SDM.

JANGKA PANJANG
Diperkirakan akan membutuhkan waktu paling tidak dua dasawarsa, bukan
terselesaikan dalam waktu pendek (1 tahun), dan atau jangka menengah (5
tahun). Proses ini secara kumulatif menunjang pertumbuhan pembangunan
berkelanjutan (sustained secular trend daripada cyclical)
PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUAN
“Dua konsep yang merepresentasikan pembangunan
‘proses jangka panjang’ “

PERTUMBUHAN
Menunjukkan adanya peningkatan output .
PEMBANGUNAN
Mencakup peningkatan output yang terkait dengan perubahan
tehnis dan institusional. Jadi pembangunan lebih luas dari
pada pertumbuhan.

Konsep pertumbuhan saling terkait dengan pembangunan.


Tanpa pembangunan maka pertumbuhan akan
tersendat/berhenti. Bagaimana harus dapat
mempertahankan pertumbuhan.
2. PEMBANGUNAN ADALAH MENGHILANGKAN
KETIDAKSEMPURNAAN PASAR (market imperfections).

MARKET IMPERFECTIONS: Segala hambatan yang membuat


pasar tidak dapat secara sempurna mengalokasikan sumber2
ekonomi secara effesien. Hambatan antara lain:

a. Informasi tidak sempurna


b. Faktor ekonomi yang kurang dapat bergerak (factor
immobility).
c. Praktek monopolistik (mekanisme mengasumsikan
adanya persaingan sempurna sehingga harga yang
tercipta merupakan harga ekuilibirium yang
menyeimbangkan permintaan dan penawaran.
d. Penetapan harga oleh pemerintah.
3. PEMBANGUNAN ADALAH INDUSTRIALISASI

Upaya untuk mengatasi ciri-ciri pokok dari perekonomian


yang terbelakang – ketergantungan pada produksi bahan
primer (pertanian). Sehingga dianggap bahwa pembangunan
adalah industrialisasi. Biasanya merujuk kepada negara
“maju” yang umumnya sebagai negara industri.

Pembangunan sebagai indutrialisasi memberikan pengertian


yang keliru – karena:
a. Produksi bahan primer bukan penyebab keterbelakangan,
tapi pada rendahnya produktifitas dan produksi bahan
primer (pertanian)
b. Pertanian bukan faktor penyebab tapi merupakan faktor
asosiatif dari keterbelakangan. Praktek monopolistik
c. Pembangunan menjadi terlalu sempit bila hanya dikaitkan dg
beberapa jenis industri saja – tapi harus dikaitkan dg sektor-
sektor ekonomi lainnya, dan juga faktor yang non-ekonomi.
4. PERBANDINGAN KETIGA ARTI PEMBANGUNAN

DEFINISI 1 DEFINISI 2 DEFINISI 3


Menunjukkan Menunjukkan Hub. Asosiatif
hub.kausatif hub.kausatif fokus
menekankan non-ek. aspek ekonomi.

Memperhatikan Memperhatikan =
perubahan struktural perubahan marjinal

Memperhatikan pemb. Mementingkan pada


dan pertumbuhan sbg. pertumbuhan. =
proses keseluruhan
B. PEMBANGUNAN DI INDONESIA

1988 1993 1999 (REFORMASI)


1. Bidang Ekonomi 1. Bidang Ekonomi Pembangunan yang
(Pertanian & Indust) (Pertanian & Indust) terpusat & tdk merata
2. Bid.Agama & 2. Bid. Kesra, Dikbud selama ini hanya
Keperc 3. Bid.Agama & Keperc mengutamakan khdp
3. Bid. Sosbud ekonomi tidak
4. Bid. Iptek diimbangi khdp
4. Bidang Politik 5. Bid. Hukum Sospol, Ekonomi yang
5. Bid. Hukum 6. Bidang Politik, Aprtur demokratis &
Negara, Penerangan, berkeadilan.
Kom & Media Massa
7. Bid. Hukum S/d. Sekarang .... ???
C. BEBERAPA KONSEP PEMBANGUNAN

1. KONSEP EKONOMI MAKRO


a. Hasil akhir pembangunan adalah adanya pertumbuhan
ekonomi
b. Pendapatan nasional sebagai ukuran, dan hal yang
perlu diperhatikan:

2. KEPENDUDUKAN
a. Laju pertumbuhan besar = Kesempatan kerja besar
b. Kesempatan kerja terbatas = Tingkat kemiskinan rendah

3. TRANSISI DEMOGRAFI
a. Pertumbuhan stagnan - Kelahiran & kematian tinggi
b. Pertumbuhan cepat - Kelahiran tinggi, kematian rendah
c. Pertumbuhan stabil - Kelahiran rendah, kematian rendah
4. STRUKTUR UMUR
a. Dependency Ratio, penduduk dibawah umum 15 th
dengan penduduk usia kerja sangat besar (negara
sedang berkembang)
b. Usia kerja tinggi, usia dibawah umur 15 th rendah
(negara maju)
c. Usia di bawah 15 th tinggi, angka kelahiran turun,
pertumbuhan penduduk tetap tinggi.

5. PENGANGGURAN
a. Pengangguran terbuka
1). Tenaga sukarela yang tidak bekerja walaulpun
mempunyai ketrampilan
2). Tenaga bukan sukarela yang mau bekerja tapi tdk
ada kesempatan kerja
b. Underemployment, pekerja bangunan yang bekerja
pada waktu tertentu.
c. Disguised underemployment, angkatan kerja yang
hasil kerjanya kurang dari jam kerjanya

6. KEMISKINAN
a. Kemiskinan Absolut; penduduk yang tingkat
kesejahterannya berada di bawah garis kemiskinan.
b. Konsep “garis kemiskinan”; jumlah penghasilan minimum
untuk dapat sekedar bertahan hidup
c. Kemiskinan relatif.
D. INDIKATOR PEMBANGUNAN

1. Pendapatan per-capita
2. Pertumbuhan ekonomi – pertumbuhan ekonomi tinggi
akan semakin besar penyerapan tenaga kerja
3. Laju inflasi – kenaikan harga barang & jasa (Indek
Harga Konsumen)
4. Surplus/defisit APBN/Product Domistic Bruto (PDB)
5. Pertumbuhan ekonomi (Sumbangan konsumsi,
Sumbangan investasi, pertumbuhan ekonomi).
6. Investasi dan Pembiayaan (Ratio investasi thd PDB,
Peranan investasi dunia usaha, Peranan dana luar
negeri diharapkan menurun)
7. Distribusi PDB; Ukuran kemajuan adalah besarnya
proporsi sektor industri dibanding pertanian
8. Distribusi kesempatan kerja; Sektor pertanian dan
Sektor industri (Proporsi industri lebih besar)
E. INDIKATOR PEMBANGUNAN NON-EKONOMI

1. Bidang Hukum;
a. Meningkatnya peran & fungsi program legeislasi
nasional
b. Meningkatnya jumlah tenaga perancang
perundang-undangan yang berkualitas.
2. Bidang Sosbud
a. Meningkatnya keluarga yang menggunakan
jamban yang sehat
b. Meningkatnya keluarga yang menggunakan air
bersih
c. Meningkatnya tempat pengelolaan makanan
sehat.
d. Meningkatnya keluarga yang menghuni
rumah sehat.

3. Bidang Politik

a. Terwujudnya berbagai jenis fasilitas sosialisasi


politik dan komunitas politik
b. Meningkatnya budaya politik dan demokratis
c. Meningkatnya jumlah tenaga perancang
perundang-undangan yang berkualitas.
F. INDIKATOR PEMBANGUNAN GABUNGAN (HDI)

Indikator UNDP:
1. Harapan hidup minimal 25 th., maksimal 85 th
2. Tingkat melek huruf dewasa 0% - 100%
3. Angka partisipasi sekolah 0% - 100%
4. PDB Perkapita 100.
G. MASALAH PEMBANGUNAN

1. KRISIS EKONOMI (Sejak, 1997)


a. Indonesia belum mencapai industrialisasi – krisis
ekonomi Asia menular ke Indonesia
b. Basis produksi yang mengandalkan industri
besar dan kurang terkait dengan usaha kecil dan
menengah
c. Perlu adanya reformasi yang siste,ik pada
tatanan ekonomi dan politik.
2. AKIBAT KRISIS EKONOMI
a. Meningkatnya pengangguran
b. Meningkatnya penduduk miskin dari 35 juta
menjadi +/- 50 juta
c. Tingkat kesejahteraan menurun
d. Gizi balita kurang & buruk 15 % bayi lahir, berat
badan di bawah normal
e. Anak tidak sekolah
2. Kriteria Miskin
a. Luas lantai rumah < 8 m2 per anggota
b. Lantai tanah
c. Air bersih tidak ada
d. Jamban tidak ada (WC Umum)
e. Kursi tamu tidak ada
f. Lauk pauk tidak bervariasi
g. Tidak mampu beli 1 (satu) stel pakain setahun.
ALUR PIKIR (PROSES)
PEMBANGUNAN MASYARAKAT

POLICY
REGULATION GOVERNMENT
FACILITY
SEKTOR
LAIN

PEMBANGUNAN
MASYARAKAT

SEKTOR
SWASTA COORDINATING

INSTITUSI &
TOMA/TOGA

SUPPORT

MASYARAKAT
BERDAYA PELAKSANAAN
PROGRAM KEGIATAN
(MAMPU, MAJU &
MANDIRI) ALTERNATIF
SOLUSI
PEMBANGUNAN
MASYARAKAT

?
Mencakup:
Community Development
(pembangunan masyarakat)
Community Based Development
(pembangunan yang bertumpu pada masyarakat)
Community-driven Development
(pembangunan yang digerakkan masyarakat)

“Memampukan dan Memandirikan Masyarakat”


= PEMBERDAYAAN
STRATEGI DAN TAHAPAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

STRATEGI
1. Pengetahuan dan pengertian tentang apa yang akan
dikerjakan dan bagaimana melaksanakannya
2. Pengetahuan dan pengertian tentang sikap dan kemungkinan
tanggapan terhadap upaya pemberdayaan masy. Termasuk
kecenderungan atau kemauan untuk melaksanakan rancangan
yang dikehendaki
3. Kemampuan sasaran atau khalayak untuk melaksanakan cita-
cita yang dikembangkan tersebut setelah dapat diterimanya.

1. Perluasan jangkauan (Expansion


TAHAPAN Program)
2. Pembinaan (Maintenance Program)
3. Pelembagaan dan pembudayaan
KERANGKA PROGRAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN SASARAN FUNGSI

Masyarakat Kelembagaan
Masyarakat FASILITASI

Keluarga Pasangan PENGGERAKAN


Suami -Istri

Pria/Perempuan PENDAMPINGAN
Individu
dan Anak
HIRARKI FUNGSI PEMB. MASY

Unit terkait dan LSM


Peduli prog pemb masy
PROVINSI Regulator

O
Unit terkait dan LSM KOTA/ Implementator
P
Peduli prog pemb masy KABUPATEN Program
E
R
Unit terkait dan LSM Supervisor
KECAMATAN A
Peduli prog pemb masy Kegiatan
T
Unit terkait dan LSM O
Pelaksana
KELURAHAN Kegiatan
Peduli prog pemb masy R (Eksekutor)
PENGGERAKAN DAN POLA JEJARING
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Goverment

Community
Empowerment

Pemberdayaan masyarakat
Institution
People
& Leader Participation & Responsibility
PELAYANAN, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DAN PEMBANGUNAN

Goverment

Movement Empowerment

PELAYANAN
MASYARAKAT

Private Community
Participation & Responsibility

Partnership

Community Development
Pertemuan Ke 6
Kebijakan Fiskal
Ketika lahir (1930-an), kebijakan fiskal diarahkan untuk
menstabilkan ekonomi makro, dalam perkembangan
terakhir, kebijakan fiskal lebih fokus pada cara untuk
mengurangi defisit anggaran (Hall & Taylor, Macro
Economics, Ed 4, 1992, Hal 122) pokok kebijakan fiskal
adalah :
Prioritas I : mengatasi defisit (dan masalah APBN
lainnya),
Prioritas II: mengatasi masalah stabilitas ekonomi
makro
Kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah tercermin dalam
APBN, merupakan pengelolaan terhadap pengeluaran negara dan
penerimaan negara guna mencapai pertumbuhan, penciptaan
lapangan kerja, stabilitas harga, dan stabilitas posisi eksternal.
APBN dikatakan sehat dan kuat apabila tidak sarat dengan beban
fiscal non-discretionary, sehingga akan memberikan ruang gerak
yang luas bagi kebijakan pemerintah.
Sebelum tahun 2000, APBN menerapkan anggaran berimbang dan
menerapkan prinsip T-Account.
Namun sesungguhnya APBN sebelum tahun 2000 menganut prinsip
anggaran defisit mengingat bahwa komponen pembiayaan yang
berasal dari pinjaman luarnegeri dan/atau adanya perolehan hasil
divestasi saham pemerintah pada sejumlah BUMN diperhitungkan
sebagai penerimaan negara.
Tahun anggaran 2000, APBN telah menerapkan Government
Finance Statistics (GFS)  standar internasional pelaporan
keuangan pemerintah.
Lanjutan…

• Pembiayaan anggaran (below the line) secara eksplisit mulai


diperlihatkan pada APBN tahun 2000.
• Fungsi komponen pembiayaan anggaran adalah untuk membiayai
defisit atau menampung surplus APBN.
• Pembiayaan defisit adalah semua jenis pembiayaan yang digunakan
untuk menutup defisit belanja negara yang bersumber dari
pembiayaan dalam negeri dan pembiayaan luar negeri bersih.
• Berperan sebagai alat untuk memperkirakan dampak operasi
keuangan pemerintah terhadap perekonomian.
• Perubahan di dalam kewajiban pemerintah, baik yang berkaitan
dengan pembayaran kembali segala kewajiban pemerintah
(repayment) di masa yang akan datang.
• Perubahan likuiditas yang dimiliki pemerintah (liquidity holding).
Konsep Defisit Anggaran
Defisit terjadi apabila pengeluaran pemerintah lebih besar

daripada penerimaan.

Ada 2 konsep defisit yang penting, yakni:

• Keseimbangan umum (Overall Balance) merupakan selisih


antara pengeluaran dan penerimaan negara.

• Primary Fiscal Balance atau Keseimbangan Primer merupakan


selisih antara pengeluaran pemerintah di luar pembayaran
bunga utang/pinjaman dengan penerimaan.
Komposisi Pembiayaan Anggaran
Pembiayaan anggaran dikelompokkan menjadi dua:
• Pembiayaan dalam negeri dan
• Pembiayaan luar negeri
Pembiayaan dalam negeri:
a) Sektor perbankan dalam negeri:
i. Pembiayaan yang berasal dari perbankan dalam negeri
dapat berupa pinjaman atau kredit bank.
ii. Penggunaan sisa anggaran lebih (SAL) tahun-tahun
anggaran sebelumnya yang tersimpan pada rekening-
rekening pemerintah, baik di bank-bank umum maupun
bank sentral, atau
iii. Penambahan simpanan pemerintah di sektor perbankan
dalam hal terdapat sisa anggaran lebih pada
pelaksanaan APBN dan
Lanjutan…
b) Sektor nonperbankan dalam negeri
• Penerimaan hasil divestasi saham pemerintah pada
BUMN dan penerimaan privatisasi BUMN.
• Penjualan obligasi pemerintah (fiskalisasi)
• Penjualan aset perbankan dalam program
restrukturisasi (penyehatan), dan
• Penyertaan modal pemerintah
Note: Hasil Privatisasi maupun penjualan asset
restrukturisasi perbankan tidak dapat dianggap
sebagai unsur penerimaan negara karena transaksi
tersebut merupakan pemindahbukuan asset dari yang
kurang likuid ke bentuk yang lebih likuid dalam upaya
mempertahankan likuiditas pada posisi keuangan
pemerintah guna menutup kekurangan dalam
pembiayaan pengeluaran negara dan hal tersebut
akan berpengaruh pada posisi kekayaan pemerintah
di masa yang akan datang.
Lanjutan…

• Pembiayaan Luar Negeri


Merupakan net penarikan pinjaman luar negeri, baik
pinjaman program maupun pinjaman proyek, dikurangi
dengan pelunasan pokok pinjaman luar negeri.
• Pinjaman program: berupa valuta asing yang dapat
dirupiahkan untuk membiayai berbagai program
pembangunan yang telah direncanakan. Untuk
mencairkan pinjaman program, pemerintah biasanya
diharuskan untuk melaksanakan berbagai kebijakan
yang menjadi syarat pencairan tersebut (policy matrix).
• Pinjaman Proyek: penggunaannya lebih terarah kepada
pembiayaan pelaksanaan suatu proyek tertentu sesuai
dengan rencana yang telah disusun dalam pengeluaran
pembangunan.
Lanjutan…

• Pinjaman luar negeri yang dikenal sebagai penerimaan


pembangunan atau penerimaan luar negeri dalam konsep T-
Account, sesuai dengan GFS tidak dapat dianggap sebagai unsur
penerimaan negara melainkan unsur pembiayaan negara karena net
penarikan pinjaman luar negeri mempengaruhi posisi atau beban
kewajiban pemerintah di masa yang akan datang.

• Peranan pembiayaan dalam negeri diharapkan semakin meningkat


sebagai cermin peningkatan kemandirian dan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap pihak luar negeri.
Pembiayaan Anggaran
dan Implikasi Ekonomi Makro
• Pinjaman dari Perbankan :
– Money creation  Inflation
• Pinjaman Luar Negeri :
– Terbatas (creditworthiness)
– Beban utang (defisit berarti penambahan utang)
– Beban generasi berikutnya (pokok + bunga)
• Obligasi Pemerintah (SUN)
– Cash-flow
– Retail
• Fiskalisasi (obligasi) vs Moneterisasi (SBI)
Lanjutan…

• Privatisasi :

– Efisiensi,

– Memperbaiki posisi fiskal (liquidity holding),

– PHK,

– Kontrol pemerintah terhadap industri

• Penjualan asset : melalui PT PPA  optimalisasi nilai asset


dan strategi dan waktu penjualan asset secara tepat.
Kondisi Fiskal Indonesia :

1. Masalah Ekonomi Makro :

• Pertumbuhan ekonomi yang belum sustainable.

• Pertumbuhan ekonomi yang ada kurang didorong


oleh perkembangan investasi.

• Investasi kurang bergairah

• Kemampuan Pemerintah untuk melakukan investasi


kurang.
2. Masalah APBN :
APBN mengalami defisit, karena :
Kebutuhan akan belanja negara yang tinggi
• Indonesia terdiri atas teritorial yang luas dan ribuan
pulau.
• Populasi penduduk yang besar (219,20 juta pada tahun
2005)
• Tingkat pendapatan per kapita yang rendah (US$
1,261.13 per tahun pada tahun 2005).
• Tingkat pengangguran yang tinggi (9,5 persen)
• Tingkat kemiskinan yang tinggi (15,11 persen)
• Kebanyakan Belanja Negara tidak diskresioner
(non discretionary)
• Investasi Pemerintah masih sebesar 20% dari
total penerimaan
ARAH KEBIJAKAN FISKAL INDONESIA
JANGKA MENENGAH
Filosofi Arah Kebijakan Fiskal
 Penerimaan Negara = Belanja Negara
(seperti yang kita hadapi saat ini)
 Secara lebih sederhana bisa disebut penanggulangan
defisit, melalui tahap :
• Mencapai penurunan defisit
• Mencapai anggaran berimbang
• Mencapai anggaran surplus
 Jangka Menengah : mengacu pada konsolidasi fiskal
dan kesinambungan fiskal.
KEBIJAKAN FISKAL

Pengeluaran
Pemerintah (G)
Upaya Anggaran
Pemerintah Pendapatan
mencapai Dan
sasaran ekonomi Belanja
Melalui Negara
Pajak
(Tx)
Pertumbuhan Ekonomi
Pemberdayaan Penuh
Stabilitas Harga
Keseimbangan Eksternal
MEKANISME KEBIJAKAN FISKAL
Permintaan
Pengeluaran
Barang dan
Pemerintah
dinaikkan Jasa naik
Ekonomi
Lesu
Pendapatan Produksi
Pajak
Dikurangi Riel naik Barang dan
Jasa naik

Kegiatan Ekonomi
Meningkat
FUNGSI KEBIJAKAN FISKAL
•Fungsi Alokasi
•Fungsi Stabilisasi
•Fungsi Distribusi
Prinsip APBN:
-Berimbang  Penerimaan = pengeluaran
-Surplus  Penerimaan > pengeluaran
-Defisit  Penerimaan < pengeluaran

Menutup defisit :  Cetak uang


 Menerbitkan obligasi
 Hutang DN / LN
Pengeluaran Negara:
-Konsumsi Pemerintah
-Investasi Pemerintah
-Pemberian subsidi
-Pemberian transfer
Penerimaan Negara
Pajak:
-Pajak penghasilan
-Pajak pertambahan nilai
-Pajak bumi dan bangunan
-Cukai
-Bea masuk
-Pajak ekspor
KEBIJAKAN MONETER
DAN PERBANKAN
Kebijakan moneter adalah salah satu
kebijakan yang secara langsung dapat
dikendalikan oleh pemerintah, serta
memiliki dampak langsung pada
perekonomian di Indonesia.
Secara singkat grafis, pengaruh tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :

KEBIJAKAN MONETER

Instrumen Dan
Indikator Moneter
Di Bank Sentral

Perekonomian Indonesia Kebijakan


(GDP, Inflasi, Tk Pengangguran, Pemerintah
Neraca pembayaran) Lainnya
Gambar di atas menunjukkan bahwa melalui instrumen
(Operasi pasar terbuka, tk. Diskonto, cadangan
minimum, himbauan, dll) serta indikator moneter (tk.
Bunga, jumlah uang beredar), kebijakan di bidang
moneter akan mempengaruhi perekonomian, yang
terlihat dari perubahan pendapatan nasional (GDP),
tingkat inflasi, jumlah pengangguran dan neraca
pembayaran). Meskipun demikian, kebijakan pemerintah
lainnya juga turut mempengaruhi beberapa indikator
perekonomian Indonesia tersebut.
Jumlah uang beredar merupakan salah satu
indikator kebijakan moneter yang sangat penting
dan memiliki peranan yang besar karena dampak
langsungnya pada perekonomian Indonesia.
Dampak tersebut terjadi melalui beberapa jalur:

a. Jalur Biaya Modal


b. Jalur Kekayaan
c. Jalur Harga Relatif
d. Jalur Langsung
Jalur Biaya Modal

Secara garis besar, pengaruh JUB terhadap perekonomian


melalui jalur biaya modal dapat digambarkan sebagai
berikut :
Kebijakan Moneter Cadangan Bank Jumlah uang
BI (melalui Surat Umum mengalami beredar cenderung
Berhaganya) kenaikan bertambah

Tingkat Bunga,
Kapasitas Produksi Investasi sektor riil
sebagai harga dari
nasional akan naik akan naik
JUB, akan turun

Pendapatan
Nasional (GDP)
akan naik
Jalur Kekayaan

Secara garis besar, pengaruh JUB terhadap perekonomian


melalui jalur kekayaan dapat digambarkan sebagai berikut

Kebijakan Konsumsi
Jumlah uang
Moneter masyarakat
beredar naik
Ekspansif meningkat

Pendapatan
Pengeluran
Nasional (GDP)
Total Naik
akan naik
Jalur Harga Relatif

Secara garis besar, pengaruh JUB terhadap perekonomian


melalui jalur harga relatif dapat digambarkan sebagai
berikut;
Uang. kas dlm
Kebijakan Jumlah uang
portofolio kekayaan
Moneter beredar naik
masy. berlebih

Investasi naik
Produksi thd. Kelebihan tsb.
Dan Pendapatan
Bentuk kekayaan Akan ditukarkan
Nasional (GDP)
tsb. Akan naik dng kekayaan lain
akan naik
TUJUAN Pertumbuhan Ekonomi
PEMBANGUNAN Full Employment
Stabilitas Harga
External Equilibrium

Masyarakat
yang adil
dan makmur

Fiskal
Moneter
Harga
MANAJEMEN International Trade
EKONOMI
MAKRO
KEBIJAKAN MONETER

Suku
Bunga
Upaya
Pemerintah Investasi
mencapai
sasaran ekonomi
Melalui Jumlah Uang
Beredar

Kegiatan
Pertumbuhan Ekonomi Produksi
Pemberdayaan Penuh
Stabilitas Harga
Keseimbangan Eksternal
KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan Ekspansi  Kebijakan yang ditujukan untuk


memperluas kegiatan ekonomi.
Easy Money Policy  Menambah jumlah uang beredar

Kebijakan Kontraksi  Kebijakan yang ditujukan untuk


mempersempit kegiatan ekonomi.
Tight Money Policy  Mengurangi jumlah uang beredar
KEBIJAKAN MONETER
Uang  Segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai alat tukar
Sebagai alat pembayaran/alat tukar
Fungsi uang
Sebagai alat penyimpan kekayaan

Sebagai alat penilai

Jenis uang Commodity money

Fiat money
KEBIJAKAN MONETER
Untuk
Pendapatan
Transaksi

Permintaan Untuk
Berjaga-jaga Pendapatan
Uang

Untuk
Spekulasi Suku Bunga
KEBIJAKAN MONETER
M1
Kartal + Giral
Arti Sempit

Penawaran M2 M1 + Uang Kuasi


Uang

M3 M2 + Instrument Keuangan
KEBIJAKAN MONETER
INTERAKSI ANTARA PERMINTAAN
DAN PENAWARAN UANG
Suku Bunga MS

Menentukan
Suku Bunga

i MD

0 Jumlah Uang
TRANSMISI MEKANISME
KEBIJAKAN MONETER
Operasi
Pasar Terbuka
Suku Bunga Suku Bunga
SBI Kredit
Cadangan
Minimum Investasi
dan
Likuiditas Konsumsi
Jumlah Uang Bank
Moral Beredar
Persuasion
Pertumbuhan Ekonomi
Pemberdayaan Penuh
Stabilitas Harga
Keseimbangan Eksternal
PERANAN PERBANKAN NASIONAL
DALAM PEREKONOMIAN

PERBANKAN
NASIONAL

Pertumbuhan, Kebijakan
Inflasi Moneter

Suku
Konsumsi, Bunga
Inventasi,
Ekspor Uang
Beredar
PERANAN PERBANKAN
Perantara Keuangan
Mencari Kredit
Mencari Tempat Aman

Pemilik Membutuhkan
uang PERBANKAN uang

Bunga Bunga

Simpanan Pinjaman
PERBANKAN DI INDONESIA

BANK
BANK INDONESIA
SENTRAL
5 2,027 *) BRI, BNI,
BANK KOMERSIAL 132 MANDIRI,
BANK PEMERINTAH BTN, BEI
BANK
KOMERSIAL BANK PEMBANGUNAN DAERAH
26 1,003
BANK BANK 76 4,529
PERKREDITAN
BANK
RAKYAT(BPR) SWASTA NASIONAL
7,479 BANK
*) TIDAK TERMASUK BRI Unis =4,049 ASING DAN JOINT VENTURE
31 126
BANK INDONESIA
(BANK SENTRAL)
MISI
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah melalui pemeliharaan kestabilan
moneter dan pengembangan stabilitas sistem
keuangan untuk pembangunan nasional
jangka panjang yang berkesinambungan.
SASARAN UTAMA
Memelihara Kestabilan Moneter
MASALAH UTAMA YANG DIHADAPI

• Inflasi yang meninggi


• Depresiasi nilai Rupiah terhadap US Dollar
• Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi
BEBERAPA
KEBIJAKAN YANG DIAMBIL

• Memberlakukan kebijakan moneter ketat


• Menaikkan tingkat suku bunga
• Menaikkan Giro Wajib Minimum 5%+++
ARSITEKTUR
PERBANKAN NASIONAL
ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA

Strategi membangun Industri Perbankan yang kuat

Kerangka Dasar Arsitektur Perbankan Indonesia:

Pilar 1  Struktur Perbankan yang sehat


Pilar 2  Sistem Pengaturan yang efektif
Pilar 3  Sistem Pengawasan yang independen dan efektif
Pilar 4  Industri Perbankan yang kuat
Pilar 5  Instruktur Pendukung yang mencukupi
Pilar 6  Perlindungan Konsumen
Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional:
- Memperkuat permodalan Bank
 modal minimum bank umum Rp 100 miliar
 modal pendirian bank baru Rp 3 triliun
- Memperkuat daya saing BPR
- Meningkatkan akses kredit

Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan


- Memformalkan proses sindikasi dalam membuat
kebijakan perbankan
 melibatkan pihak III/panel ahli/riset di daerah/pusat
- Implementasi secara bertahap 25 Basel Core Principle
for Effective Banking Supervision
Program Peningkatan Fungsi Pengawasan
- Koordinasi antar lembaga pengawasan
- Konsolidasi sektor perbankan Bank Indonesia
- Meningkatkan kompetensi pemeriksa Bank
- Mengembangkan sistem pengawasan berbasis risiko
- Meningkatkan efektivitas penegakan peraturan

Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional


- Meningkatkan Good Corporate Governance
- Meningkatkan kualitas manajemen risiko perbankan
- Meningkatkan kemampuan operasional bank
Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan
- Mengembangkan lembaga pengelolaan kredit
- Mengoptimalkan penggunaan lembaga pemeringkat
kredit (credit bureau)

Program Peningkatan Perlindungan Nasabah


- Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah
- Pendirian lembaga mediasi perbankan yang independen
- Menyusun transparansi informasi produk
- Mendorong bank melakukan edukasi kepada konsumen
VISI PERBANKAN KEDEPAN
PERMODALAN
(Rp Triliun)

BANK 2 sampai 3 bank


INTERNASIONAL
50

BANK 3 sampai 5 bank


NASIONAL

10
BANK DENGAN FOKUS:
30 sampai 50 bank
KORPO-
DAERAH RITEL LAINNYA
RASI

0,1
BANK DENGAN
KEGIATAN USAHA
BPR TERBATAS
SUBSIDI DALAM PEREKONOMIAN
* Subsidi BBM
SUBSIDI DALAM KEGIATAN EKONOMI
Sebuah kegiatan yang dibantu subsidi secara terus menerus sangat
tidak baik, karena membuat kegiatan tersebut tidak mandiri.
Jika pemberi subsidi mampu belum ada masalah, namun jika
pemberi subsidi sudah tidak kuat lagi, akan muncul masalah besar
pada pihak penerima dan pemberi subsidi.

Ekonomi tanpa subsidi adalah ekonomi yang sehat. Jika


subsidi dihilangkan, secara bertahap, akan tercipta ekonomi
yang sehat dan mandiri.
Cukup sulit merubah kebiasaan dari tergantung subsidi
menjadi mandiri.Namun kemandirian adalah lebih baik
daripada ketergantungan.
Jika harga BBM Rp 1.810 per liter
harga BBM luar negeri Rp 3.240 per liter,
berarti ada Subsidi Rp 1.430 per liter

Kebutuhan BBM di Indonesia 242 juta liter per hari.


produksi dalam negeri hanya 178 juta liter per hari.
kekurangannya diimpor 64 juta liter per hari

Maka uang yang harus dipakai mensubsidi 64 juta liter tersebut berjumlah
Rp 91.520.000.000 per hari dan dalam
satu tahun berjumlah Rp 33.404.800.000.000.
Subsidi selama ini dianggap kurang mencapai sasaran karena sebagian besar
hanya dinikmati langsung oleh mereka yang memiliki kendaraan bermotor saja,
dan para pengusaha angkutan atau pemilik industri. Sekitar 84% dari
bensin yang beredar di masyarakat habis digunakan oleh orang yang mampu
dan hanya 16%nya yang dinikmati oleh mereka yang miskin.
DAMPAK SUBSIDI DALAM
PEREKONOMIAN
P

S Kerugian Produsen= PdEBPw


A B Surplus Konsumen = PdEAPw
Pw
SUBSIDI
Pd E
DEAD WEIGHT LOSS
AEB

D
0 Q
KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR
MINYAK (BBM)

Jenis BBM Harga Harga Harga


Lama Maret Oktober
Premium Rp 1.810 Rp. 2.400 Rp 4.500
Minyak Tanah Rp 700 Rp. 700 Rp 2.000
Solar Rp 1.650 Rp 2.100 Rp 4.300
DANA PROGRAM KOMPENSASI
PENGURANGAN SUBSIDI BBM
• Sejak tahun 2000 pemerintah menghentikan
subsidi BBM secara bertahap. Dana subsidi BBM
dialokasikan untuk program kompensasi yang
diperuntukan bagi masyarakat miskin dengan
perincian sebagai berikut:

1. Tahun 2000: Dana Kompensasi Sosial (DKS) yang


terdiri dari program Pembangunan Prasarana,
Dana Tunai dan Dana Bergulir, dengan alokasi
dana sebesar Rp. 807 milyar.
2. Tahun 2001: Program Beras Murah, Kesehatan,
Pendidikan dan Prasarana Air Bersih, Dana
Bergulir, Bantuan Transportasi, dan Bantuan
Kesejahteraan Sosial, dengan alokasi dana
sebesar Rp. 2,2 trilyun; tahun 2002 sebesar Rp.
2,85 trilyun, dan tahun 2003 sebesar; Rp. 4,4
trilyun.
Pada dasarnya
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM
mengambil dua bentuk, yaitu:
• bentuk pemberian bantuan langsung seperti beras
murah, Bantuan makanan, dan bantuan tunai;
• bentuk pemberdayaan masyarakat seperti Dana
Bergulir dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir.
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM tahun 2005
meliputi empat bidang yaitu:
1. Bidang Pendidikan dialokasikan dana sebesar Rp. 6,27
trilyun untuk pemberian Biaya Oprasional Sekolah (BOS)
dan beasiswa reguler untuk tingkat SMA/SMK/MA serta
menjamin siswa miskin tetap sekolah.
2. Bidang Kesehatan dialokasikan dana sebeasr Rp. 3,87
trilyun untuk pemberian pelayanan kesehatan gratis di
Puskesmas dan jaringannya, serta pelayanan kesehatan
di rumah sakit pemerintah dan swasta (yang ditunjuk) di
kelas III dan di Puskesmas
3. Bidang Infrasturktur Perdesaan dialokasikan dana
sebesar Rp. 3,34 trilyun yang difokuskan kepada
desa tertinggal yang membutuhkan penyedian,
peningkatan dan perbaikan di bidang perasarana
jalan dan jembatan perdesaan, prasarana irigasi
perdesaan dan prasarana air bersih di perdesaan.
4. Bidang Bantuan Langsung Tunai dialokasikan
dana sebesar Rp. 4,65 trilyun untuk pemberian
uang tunai sebesar Rp. 100.000/Rumah
Tangga/bulan kepada 15,5 juta Rumah Tangga
Miskin.
BANTUAN LANGSUNG TUNAI KEPADA
RUMAH TANGGA MISKIN

PENERIMA
- Keluarga miskin hasil survei BPS.
- Menjaga persepsi bahwa garis kemiskinan yang
digunakan adalah garis kemiskinan yang selama ini
dikenal.
 Makanan setara 2.100 kilo kalori + non makanan.
- Garis kemiskinan terukur.
KRITERIA KELUARGA PENERIMA BLT

Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pen-cacahan orang miskin


dengan melibatkan berbagai pihak/sumber, antara lain dari:

1. Pemerintah Daerah.
2. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
3. Daftar Keluarga Miskin yang menerima pembebasan biaya
sekolah dan perawatan kesehatan.
4. Ketua RT/satuan lingkungan sosial ter-kecil.
KRITERIA KEMISKINAN:
- Luas dan jenis lantai bangunan.
- Jenis dinding bangunan.
- Fasilitas jamban/kakus.
- Sumber air minum.
- Sumber penerangan utama.
- Jenis bahan bakar untuk masak.
- Kemampuan membeli daging/ ayam/ susu dalam seminggu.
- Frekuensi makan dalam sehari.
- Kemampuan membeli pakaian baru dalam setahun.
- Kemampuan berobat ke puskemas/poliklinik.
- Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga.
- Pendidikan kepala rumah tangga.
- Kepemilikan asset liquid (minimum Rp.500 ribu).
- Anak usia sekolah yang putus sekolah.
PERKIRAAN JUMLAH PENDUDUK/KELUARGA MISKIN
( 2005 )
Garis Kemiskinan
Jumlah
(Setiap Orang/Bulan)
Rp. 120.000,- 16 juta jiwa
4 juta KK
Rp. 150.000,- 40 juta jiwa
(garis kemiskinan yang biasa digunakan) 10 juta KK
Rp. 175.000,- 62 juta jiwa
(near poor) 15,5 juta KK
Sumber: BPS

- Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah sebesar Rp.100.000,-/rumah


tangga/bulan.
- Bila ingin mencakup near poor untuk bulan Oktober, November, dan Desember
2005 dibutuhkan Rp.4,65 triliun (15,5 juta KK x Rp.300.000,-).
BESARNYA BANTUAN
- Rp.100.000,-/bulan/rumah tangga.
- Dibayarkan per 3 bulan  Rp.300.000,-
- Garis kemiskinan ± Rp.150.000,-/bulan/orang
≈ Rp.600.000,-/bulan/rumah tangga.
- Tujuannya adalah mempertahankan tingkat
konsumsi/kesejahteraan rumah tangga miskin
ketika terjadi kenaikkan harga BBM.
KAJIAN MIKRO ATAS BANTUAN TUNAI
LANGSUNG
PERUBAHAN HARGA:
Income & Substitution Effects
• Substitution Effect
– Pengaruh perubahan konsumsi pada suatu barang
terkait dengan perubahan pada harga (relative
price) yaitu slope dari budget line.
• Income Effect
– Pengaruh pembelian suatu barang karena terjadi
perubahan pendapatan (real income) yaitu posisi
dari the budget line
Harga barang X turun
Barang
lain (Y) Substitution effect:
E1  E2
Income effect:
E2  E3

E1 E3
E2 U2

U1

X1 X2 X3 Barang X
Mengukur Perubahan Kemakmuran
Akibat Perubahan Harga

• Ketika harga turun (naik) akan membuat


individu semakin membaik (memburuk) tingkat
kemakmurannya.
• Menghitung perubahan kemakmuran
menggunakan Compensation Variation (CV)
Compensating Variation (CV)

• minimum (maximum) jumlah uang yang harus


diberikan (diambil) dari seorang individu agar
dia berada dalam tingkat kemakmuran
sebelum terjadi kenaikan (penurunan) harga.
Kenaikan Harga BBM
(barang yang terkait dengan BBM)
Barang
lain (Y)
M1 COMPENSATION VARIATION
Kenaikan harga BBM (barang yang
M1 Terkait BBM) membawa kemakmuran
Turun Dari U1 ke U 2. Untuk memper-
Tahankan tingkat kemakmuran di U 1
E2 Diperlukan dana kompensasi
E3 E1 (Compensation Variation).
U1

U2 M0 – M1

X3 X2 X1 Barang X
BANTUAN TUNAI LANGSUNG
• Agar Bantuan Tunai Langsung Tidak mengurangi tingkat
kemakmuran (kemiskinan) maka besarnya dana
Bantuan Tunai Langsung minimal adalah sebesar garis
M0 – M1.
Apakah Rp 100.000 sudah memadai dengan M0 – M1?
M0 – M1 tidak dimaksudkan untuk menjadikan orang
miskin menjadi tidak miskin, namun sekedar
menjadikan orang miskin tidak menjadi lebih miskin dari
sebelumnya.
PROSPEK BANTUAN TUNAI LANGSUNG

APAKAH yang terpikir di dalam hati kita ketika menyaksikan kejadian


ketika ada niat pemerintah membantu mereka yang paling miskin dengan
bantuan 100 ribu rupiah per kepala?

Kita menyaksikan Waginem (80), Wadiman (70), dan Kasipah (80)


menghembuskan napas terakhir secara mengenaskan saat antre untuk
mendapatkan dana bantuan langsung tunai?

Atau ketika seorang Ketua RT ditikam mati oleh massa yang tidak puas
dengan cara pembayaran bantuan langsung tunai?

Andreas A Yewangoe., Ketika Bantuan Langsung Tunai Jadi Petaka., Suara Pembaruan
- Contagion effect (multiuplier effect) dari kenaikan harga BBM
mengatrol harga-harga barang lain ikut naik khususnya
transportasi membawa inflasi kepada double digit (17,89
persen Oktober 2005 year to year).

Ditakutkan akan marak terjadi pemutusan hubungan kerja,


yang selanjutnya menambah jumlah penduduk miskin,
yang pada gilirannya akana menambah jumlah bantuan
tunai langsung mengurangi kemampuan stimulus fiscal.

Penurunan investasi ditakutkan akan terjadi karena mahalnya


biaya investasi (tingginya suku bunga)  menghambat
pertumbuhan ekonomi.
DISTRIBUSI PENGELUARAN UNTUK BBM
MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

Distribusi Subsidi Dalam Trilliun


Kelompok Pendapatan
BBM Rupiah
20% teratas 43% 48,9
20% kedua teratas 23% 26,2
20% di tengah 16% 18,2
20% kedua terbawah 11% 12,5
20% terbawah 7% 7,9

Jumlah 100% 113

Sumber: Diolah dari Data BPS 2002


Pertemuan Ke 7
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
NEGARA (APBN)
Tujuan Khusus
Memiliki pengetahuan dan pemahaman:
• Tentang fungsi dan peran APBN
• Tentang struktur dan susunan APBN
• Tentang prinsip-prinsip dalam APBN
Materi Pembahasan
a. Fungsi dan Peran APBN
• APBN sebagai alat mobilisasi dana investasi
• APBN sebagai alat stabilisasi ekonomi dan
dampak APBN terhadap perekonomian
b. Struktur dan Susunan APBN
• Susunan pendapatan negara dan hibah
• Susunan belanja negara
• Keseimbangan primer/ perbedaan statistik
• Surplus/ defisit APBN
• Susunan Pembiayaan Bersih
c. Prinsip-prinsip Dalam APBN
• Prinsip Anggaran APBN
• Prinsip Anggaran dinamis
• Prinsip Anggaran Fungsional
d. Instrumen dan Analisis Kebijakan Fiskal
• Instrumen kebijakan fiskal
• Analisis kebijakan fiskal
• Surat Utang Negara (SUN)
A. Fungsi dan Peran APBN
• APBN di negara-negara sedang berkembang adalah
sebagai alat untuk memobilisasi dana investasi dan
bukannya sebagai alat untuk mencapai sasaran
stabilisasi jangka pendek. Oleh karena itu besarnya
tabungan pemerintah pada suatu tahun sering
dianggap sebagai ukuran berhasilnya kebijakan fiskal.
• Baik pengeluaran maupun penerimaan pemerintah
mempunyai pengaruh atas pendapatan nasional.
Pengeluaran pemerintah dapat memperbesar
pendapatan nasional (expansionary), tetapi
penerimaan pemerintah dapat mengurangi
pendapatan nasional (contractionary).
• Rincian tentang penerimaan dan
pengeluaran pemerintah setiap tahunnya
akan nampak dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN).
• Melalui APBN dapat dianalisis seberarapa
jauh peran pemerintah dalam kegiatan
perekonomian nasional.
• Anggaran belanja dipertahankan agar
seimbang dalam arti bahwa pengeluaran total
tidak melebihi penerimaan total
• Tabungan pemerintah diusahakan meningkat
dari waktu ke waktu dengan tujuan agar
mampu menghilangkan ketergantungan
terhadap bantuan luar negeri sebagai sumber
pembiayaan pembangunan.
• Basis perpajakan diusahakan diperluas secara
berangsur-angsur dengan cara
mengintensifkan penaksiran pajak dan
prosedur pengumpulannya.
• Prioritas harus diberikan kepada
pengeluaran-pengeluaran produktif
pembangunan, sedang pengeluaran-
pengeluaran rutin dibatasi. Subsidi
kepada perusahaan-perusahaan negara
dibatassi.
• Kebijaksanaann anggaran diarahkan pada
sasaran untuk mendorong pemanfaatan
secara maksimal sumber-sumber dalam
negeri
1. APBN Sebagai Alat Mobilisasi Dana Investasi
Sumber dana investasi beasal dari tabungan (saving).
Sumber dana investasi swasata (perusahaan) berasal dari
tabungan masyarakat yang terhimpun pada lembaga
keuangan bank. Sedangkan sumber dana invstasi
pemerintah berasal dari tabungan pemerintah. Tabungan
pemerintah terbentuk dari sisa penerimaan dalam negeri
dikurangi pengeluaran rutin.
2. APBN sebagai Alat Stabilisasi Ekonomi
Pemerintah menentukan beberapa kebijaksanaan di
bidang anggaran belanja dengan tujuan
mempertahankan stabilitas proses pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi.
3. Dampak APBN terhadap Perekonomian
Cara untuk menggolongkan pos-pos
penerimaan dan pengeluaran yang masing-
masing menghasilkan tolok ukur yang berbeda
mengenai dampak APBN nya. Ada empat tolok
ukur dampak APBN, yaitu :
• saldo anggaran keseluruhan
• konsep nilai bersih,
• defisit domestik dan
• defisit moneter
a) Saldo Anggaran Keseluruhan
Konsep ini ingin mengukur besarnya pinjaman
bersih pemerintah dan didefinisikan sebagai :
G – T = B = Bn + Bb + Bf
Catatan :
G = Seluruh pembelian barang dan jasa (didalam maupun luar
negeri), pembayaran transer dan pemberian pinjaman bersih.
T = Seluruh penerimaan, termasuk penerimaan pajak dan bukan
pajak
B = Pinjaman total pemerintah
Bn = Pinjaman pemerintah dari masyarakat di luar sektor perbankan
Bb = Pinjaman pemerintah dari sektor perbankan
Bf = Pinjaman pemerintah dari luar negeri
• Jika Pemerintah tidak mengeluarkan
obligasi kepada masyarakat, maka saldo
anggaran keseluruhan menjadi :
G – T – B = Bb + Bf
• APBN dicatat sedemikian rupa sehingga
menjadi anggaran berimbang :
G–T–B=0
Sejak APBN 2000 saldo anggaran
keseluruhan defisit dibiayai melalui:
a.Pembiayaan Dalam Negeri :
• Perbankan Dalam Negeri
• Non Perbankan Dalam Negeri
b.Pembiayaan Luar Negeri Bersih
• Penarikan pinjaman luar negeri (bruto)
• Pembayaran cicilan pokok utang luar
negeri
b) Konsep Nilai Bersih
Yang dimaksud defisit menurut konsep
nilai bersih adalah saldo dalam rekening
lancar APBN. Konsep ini digunakan
untuk mengukur besarnya tabungan
yang diciptakan oleh sektor pemerintah,
sehingga diketahui besarnya sumbangan
sektor pemerintah terhadap
pembentukan modal masyarakat.
c) Defisit Domestik
• Saldo anggaran keseluruhan tidak
merupakan tolok ukur yang tepat bagi
dampak APBN terhadap pereknomian
dalam negeri maupun terhadap neraca
pembayaran.
• Bila G dan T dipecah menjadi dua bagian
(dalam negeri dan luar negeri)
G = Gd + Gf
T = Td + Tf, maka persamaan (2) di atas menjadi
(Gd – Td) + (Gf – Tf) = + Bf
(Gd – Td) = dampak langsung putaran pertama
terhadap PDB
(Gf – Tf) = dampak langsaung putaran pertama
terhadap neraca pembayaran
• Sedangkan uraian orientasi domestik dan
orientasi domestik dan orientasi luar negeri
dengan persamaan anggaran berimbang
sebagai berikut ;
G = R ……………. (1) Gf + Gd = Rf + Rd …………. (4)
G = Gf + Gd …...(2) Gd – Rd = Rf – Gf ………… (5)
R = Rf + Rd ……... (3) Gd = G – Gf …………. (6)
Rd = R – Rf ………… (7)
Keterangan :
G = total pengeluaran, R = Total penerimaan
Gf = bunga/cicilan utang luar negeri + lainnya
Gd = pengeluaran rutin murni + pengeluaran
pembangunan
Rf = penerimaan migas + penerimaan pembangunan
(utang luar negeri)
Rd = penerimaan non migas
Gf + Gd = Rf + Rd, menunjukkan anggaran berimbang
Gd – Rd = Rf – Gf, menunjukkan defisit anggaran DN
(Gd – Rd) sama atau ditutup dengan surplus (Rf –
Gf) anggaran LN
G – Gf = pengeluaran netto domestik
R – Rf = penerimaan netto domestik
• Defisit Anggaran DN (Gd – Rd) dalam
rupiah dibiayai dengan surplus anggaran
LN (Rf – Gf) dalam valuta asing,
penukaran semacam ini akan menambah
jumlah uang beredar (melalui
penambahan base money atau uang
primer) jika devisa tadi dibeli langsung
oleh Bank Indonesia ataupun bank
komersial dengan menciptakan uang giral
d. Defisit Moneter Indonesia
Konsep ini banyak digunakan dikalangan
perbankan Indonesia terutama angka-
angka yang mengukur defisit anggaran
belanja ini diterbitkan oleh Bank
Indonesia (sebagai data mengenai
“faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah uang beredar”). Defisit dikur
sebagai posisi bersih (netto) pemerintah
terhadap sektor perbankan :
G – T – Gf – Gb Karena Bn = 0
• Di dalam konsep ini bantuan luar negeri
dianggap sebagai penerimaan,
diperlakukan sebagai pos yang tidak
mempengaruhi posisi bersih. Bantuan
luar negeri tidak dilihat fungsinya sebagai
sumber dana bagi kekurangan
pembiayaan pemerintah, tetapi sebagai
pos pengeluaran yang langsung dikaitkan
dengan sumber pembiayaannya.
B. STRUKTUR DAN SUSUNAN APBN
• Struktur dan susunan APBN sejak tahun 1999 berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya, karena disusun
berdasarkan prinsip anggaran tidak seimbang (anggaran
defisit), di mana sumber penerimaan dan sumber
pembiayaan dipisahkan dengan tegas pada pos-pos yang
berbeda.
• Anggaran defisit lazim digunakan oleh negara yang
mengacu pada government Financial Statistik (GFS),
seperti Jepang. Dalam APBN sebelumnya, pos untuk
menutup defisit berasal dari utang luar negeri (disebut :
penerimaan pembangunan) yang dibukukan pada pos
penerimaan. Dalam APBN tahun 1999, utang luar negeri
dimasukkan pada pos : pembiayaan defisit.
• Dalam APBN tahun 1999, besarnya defisit
dinyatakan secara ekplisit pada pos
“surplus/ defisit anggaran” dan ditutup
dengan sumber-sumber yang dinyatakan
pada pos “pembiayaan bersih”. Dengan
demikian APBN lebih transparan.
Struktur dan susunan APBN
a. Pendapatan Negara dan Hibah
Penerimaan Pajak
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBK)
b. Belanja Negara
Belanja pemerintah pusat
Anggaran Belanja untuk Daerah
c. Keseimbangan Primer Perbedaan Statistik
d. Surplus/ Defisit Anggaran
e. Pembiayaan
C. PRINSIP-PRINSIP DALAM APBN
APBN kita disusun atas dasar tiga prinsip :
1. Prinsip anggaran berimbang
2. Prinsip anggaran dinamis dan
3. Prinsip anggaran fungsional.
Catatan : sejak tahun 1999 tidak lagi
digunakan prinsip anggaran
berimbang dalam menyusun APBN.
APBN disusun berdasarkan prinsip
anggaran defisit.
1. Prinsip Anggaran Defisit

Bedanya dengan prinsip anggaran


berimbang adalah bahwa pada anggaran
defisit ditentukan :
• Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber
penerimaan melainkan sebagai sumber
pembiayaan.
• Defisit anggaran ditutup dengan sumber
pembiayaan DN + sumber pembiayaan LN
(bersih)
Anggaran Defisit
PNH – BN = DA
DAP = AP – TP
PbDN = PkDN + Non-Pk DN
PbLN = PPLN – PC PULN

Keterangan :
PNH = pendapatan negara dan hibah
BN = belanja negara
DA = defisit Anggaran
PbDN = pembiayaan DN
PkDN = Perbankan DN
Non-PkDN = Non-Perbankan DN
PbLN = pembiayaan LN
PPLN = penerimaan pinjaman LN
PCPULN = pembayaran cicilan pokok Utang luar Negeri
BLN = bantuan luar negeri
Anggaran Berimbang
PDN – PR = TP
DAP = AP – TP

Keterangan :
PDN = Pendapatan DN
PR = pengeluaran rutin
TP = tabungan pemerintah
DAP = defisit anggaran pembangunan
AP = anggaran pembangunan
2. Prinsip Anggaran Dinamis
Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran
dinamis relatif.
• Anggaran bersifat dinamis absolut apabila
Tabungan Pemerintah (TP) dari tahun ke
tahun terus meningkat.
• Anggaran bersifat dinamis relatif apabila
prosentase kenaikan TP (TP) terus
meningkat atau prosentase ketergantungan
pembiayaan pembangunan dari pinjaman
luar negeri terus menurun.
3. Prinsip Anggaran Fungsional
• Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/
pinjaman LN hanya berfungsi untuk membiayai
anggaran belanja pembangunan (pengeluaran
pembangunan) dan bukan untuk membiayai
anggaran belanja rutin.
• Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri
hanya sebagai pelengkap” dalam pembiayaan
pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan
bantuan/ pinjaman luar negeri terhadap
pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin
besar fungsionalitas anggaran.
Tolok ukur kuantitatif untuk menentukan sampai
seberapa jauh makna kata “sebagai pelengkap”
misalnya :
1). Bila nilai Ri : > 50% = bantuan/pinjaman luar
negeri sebagai sumber daya utama
2). Bila nilai Ri : 20% - 50% = bantuan/ pinjaman
luar negeri sebagai sumber dana penting.
3). Bila nilai Ri : < 20% = bantuan/ pinjaman luar
negeri sebagai sumber dana pelengkap
C. INSTRUMEN DAN ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL

• Karena pengaruh-pengaruh penerimaan


maupun pengeluaran pemerintah terhadap
besarnya pendapatan nasional, maka timbul
gagasan untuk dengan sengaja mengubah-
ubah pengeluaran dan penerimaan
pemerintah guna mencapai kestabilan
ekonomi.
• Teknik mengubah pengeluaran dan
penerimaan pemerintah inilah yang kita
kenal dengan kebijakan fiskal
1. Instrumen Kebijakan Fiskal
a. Pembiayaan fungsional
• Pengeluaran pemerintah ditentukan
dengan melihat akibat-akibat tidak
langsung terhadap pendapata nasional.
• Pajak dipakai untuk mengatur
pengeluaran swasta, bukan untuk me
ningkatkan penerimaan pemerintah.
• Pinjaman dipakai sebagai alat untuk
menekan inflasi lewat pengurangan dana
yang ada di masyarakat.
b. Pengeluaran Anggaran
• Pengeluaran pemerintah, perpajakan
dan pinjaman dipergunakan secara
terpadu untuk mencapai kestabilan
ekonomi.
• Dalam jangka panjang diusahakan
adanya anggaran belanja seimbang.
Namun pada masa depresi digunakan
anggaran defisit
2. Analisis Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal secara umum diarahkan pada empat sasaran


utama :
a. Menciptakan stimulus fiskal
Guna menciptakan stimulus fiskal dengan sasaran penerimaan
manfaat yang lebih tepat, pemerintah telah mengeluarkan
peraturan-peraturan administratif dan menciptakan
mekanisme penyaluran dana secara transparan.
b. Memperkuat Basis Penerimaan
Upaya memperkuat basis penerimaan ditempuh melalui
perbaikan administrasi dan struktur pajak, ekstensifikasi
penerimaan pajak dan bukan pajak, seperti penjualan saham
BUMN, penjualan asset BPPN.
c. Mendukung Program Rekapitalisasi Perbankan
Upaya untuk menunjang program rekapitalisasi dan
penyehatan perbankan dilakukan dengan memasukkan biaya
restruktursiasi perbankan ke dalam APBN.
d. Mempertahankan Prinsip Pembiayaan Defisit
• Pemerintah tetap mempertahankan prinsip
untuk tidak menggunakan pembiayaan defisit
anggaran dari bank sentral dan bank-bank di
dalam negeri.
• Pemerintah tetap mengupayakan pinjaman dari
luar negeri, yang diperboleh dari lembaga
keuangan internasional seperti bank Dunia,
ADB, dan OECF serta sejumlah negara sahabat
secara bilateral, terutama dalam kerangka CGI.
3. Surat Utang Negara (SUN)
Pada tahun 2002 pemerintah
memberlakukan Undang-Undang No. 24
Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara
(SUN). Sebelum undang-undang ini
disahkan, istilah Surat Utang Negara lebih
dikenal sebagai “obligasi pemerintah”.
Beberapa point yang penting mengenai
SUN adalah :
a. Tema pokok UU SUN
adalah memberikan “standing
appropriation”, yaitu jaminan pemerintah
kepada pasar untuk membayar semua
kewajiban pokok dan bunga utang yang
timbul akibat penerbitan SUN.
b. Surat Utang Negara terdiri dari Surat
Perbendaharaan Negara (SPN) semacam T-
Bills di AS dan Obligasi Negara (ON).
Catatan :
- SPN merupakan SUN berjangka waktu sampai dengan 12 bulan
dengan pembayaran bunga secara diskonto (mirip SBI)
- ON merupakan SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan
dengan kupon dan/ atau pembayaran bunga secara diskonto

c. Tujuan penerbitan SUN adalah :


• Membiayai defisit APBN
• Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat
ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan dan
pengeluaran pada rekening kas negara dalam satu tahun
anggaran
• Mengelola portofolio utang negara.
Pertemuan Ke 8
• Struktur Produksi
• Pendapatan Nasional
• Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
KEBUTUHAN PRIMER,SEKUNDER dan TERSIER

Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan


berbagai jenis dan macam barang-barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia sejak lahir
hingga meninggal dunia tidak terlepas dari kebutuhan
akan segala sesuatunya. Untuk mendapatkan barang
yang dibutuhkan diperlukan pengorbanan untuk
mendapatkannya. Di bawah ini akan diberikan jenis,
macam aneka ragam definisi atau pengertian dari tiap-
tiap kebutuhan manusia selama hidupnya di dunia :
Kebutuhan Manusia Berdasarkan Tingkat Kepentingan / Prioritas

1. Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang benar-benar amat sangat
dibutuhkan orang dan sifatnya wajib untuk dipenuhi. Contohnya adalah
seperti sembilan bahan makanan pokok / sembako, rumah tempat
tinggal, pakaian, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan sekunder adalah merupakan jenis kebutuhan yang diperlukan
setelah semua kebutuhan pokok primer telah semuanya terpenuhi
dengan baik. Kebutuhan sekunder sifatnya menunjang kebutuhan primer.
Misalnya seperti makanan yang bergizi, pendidikan yang baik, pakaian
yang baik, perumahan yang baik, dan sebagainya yang belum masuk
dalam kategori mewah.
3. Kebutuhan Tersier / Mewah / Lux
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan manusia yang sifatnya mewah, tidak
sederhana dan berlebihan yang timbul setelah terpenuhinya kebutuhan
primer dan kebutuhan skunder. Contohnya adalah mobil, antena
parabola, pda phone, komputer laptop notebook, tv 50 inchi, jalan-jalan
ke hawaii, apartemen, dan lain sebagainya.
Kebutuhan Manusia Berdasarkan Sifat

1. Kebutuhan Jasmani / Kebutuhan Fisik


Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang
berhubungan dengan badan lahiriah atau tubuh
seseorang. Contohnya seperti makanan, minuman,
pakaian, sandal, pisau cukur, tidur, buang air kecil dan
besar, seks, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Rohani / Kebutuhan Mental
Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang dibutuhkan
seseorang untuk mendapatkan sesuatu bagi jiwanya
secara kejiwaan. Contohnya seperti mendengarkan
musik, siraman rohani, beribadah kepada Tuhan YME,
bersosialisasi, pendidikan, rekreasi, hiburan, dan lain-
lain.
Kebutuhan Manusia Berdasarkan Waktu

1. Kebutuhan Sekarang
Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang benar-benar
diperlukan pada saat ini secara mendesak. Contoh adalah
kebelet pipis, makan karena sangat lapar, pengobatan
akibat kecelakaan, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Masa Depan
Kebutuhan masa depan adalah kebutuhan yang dapat
ditunda serta dipenuhi di lain waktu di masa yang akan
datang. Contoh yaitu pergi haji, pendidikan tinggi, pahala
untuk bekal akherat, membeli mobil toyota yaris terbaru,
dan lain sebagainya.
Kebutuhan Manusia Berdasarkan Subjek / Subyek
Penggunanya

1. Kebutuhan Individual / Individu / Pribadi


Kebutuhan individu adalah jenis kebutuhan yang
dibutuhkan oleh orang perseorangan secara pribadi.
Contohnya adalah sikat gigi, menuntut ilmu, sholat lima
waktu, makan, dan banyak lagi contoh lainnya.
2. Kebutuhan Sosial / Kolektif
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan berbagai barang
dan jasa yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan
sosial suatu kelompok masyarakat. Contohnya adalah jalan
umum, penerangan tempat umum, berserikat
mengeluarkan pendapat, berbisnis, berorganisasi, dan lain-
lain.
PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan nasional adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh
seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di
suatu negara dari penyerahan faktor-
faktor produksi dalam satu periode,
biasanya selama satu tahun.
Konsep
Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional

Produk Domestik Bruto (GDP)


Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu
tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang
dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan
penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP
dianggap bersifat bruto/kotor.
Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi
nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk
suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di
luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing
yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
Produk Nasional Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP
dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal
(sering pula disebut replacement). Replacement
penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan
produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya
bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan
dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.
Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah
pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa
yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor
produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP
dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak
langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan
kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah,
dll.
Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat,
termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan
apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran
transfer (transfer payment). Transfer payment adalah
penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa
produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan
nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan,
tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga
utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah
pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak
laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada
pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap
ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu
misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun
(iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap
perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah
tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable
Income) adalah pendapatan yang siap untuk
dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa
konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan
yang disalurkan menjadi investasi. Disposable
income ini diperoleh dari personal income (PI)
dikurangi dengan pajak langsung. Pajak
langsung (direct tax) adalah pajak yang
bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak
lain, artinya harus langsung ditanggung oleh
wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
Penghitungan
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh
pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah
tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu
sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada
perusahaan.
Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk
yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif,
jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang
dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi
(bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh
pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam
suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan
pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang
dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah
tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran
investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor
(X − M)
PRODUK DOMESTIK BRUTO

PDB (Y) adalah penjumlahan dari Konsumsi (C), Investasi (I),


Pengeluaran Pemerintah (G) dan Ekspor Bersih (X – M).

Y = C + I + G + (X − M) Y = C + I + G + (X – M)
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa
yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu
tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk
nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi
dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB
hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa
memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan
memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya,
PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.
PDB Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan
pengaruh harga. Sedangkan PDB riil mengoreksi angka PDB
nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.
PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu
pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus
umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:

PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor


–impor)

Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh


rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran
pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan
sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan menghitung
pendapatan yang diterima faktor produksi:
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor
produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga
kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk
pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran
dan pendapatan harus menghasilkan angka yang
sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB
dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka
yang sering digunakan adalah dengan pendekatan
pengeluaran.
Maka untuk menghindari perhitungan ganda tersebut ada dua
cara yang digunakan yaitu menghitung nilai akhir dan
menghitung nilai tambah. Dimana besarnya angka yang diperoleh
dari kedua cara perhitungan tersebut akan menghasilkan angka
yang sama, perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
:
Keterangan Hasil Nilai Nilai Tambah
Produsen I Kapas 100 100
Produsen II Benang 300 200
Produsen III Kain 550 250
Produsen IV Pakaian Jadi 750 200
750

Dari tabel diatas jelas bahwa kegiatan produksi menunjukkan


perhitungan terhadap nilai barang akhir dengan menjumlahkan nilai
tambah menghasilkan angka yang sama yaitu sebesar 750. Angka
tersebut menunjukkan besarnya produksi yang diperoleh oleh beberapa
proses produksi dari perekonomian masyarakat tersebut
Perhitungan pendapatan nasional dengan
menggunakan metode pendapatan ini dapat
dilihat dibawah ini :
Kompensasi kepada pegawai 1.559
Bunga dan sewa 221
Laba perusahaan 250
Pendapatan dari kekayaan 300
Jumlah N I
2.330
Perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan ini
yaitu dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi yaitu
sektor rumah tangga, perusahaan-perusahaan, pemerintah, dan sektor
luar negeri pada suatu masyarakat atau negara pada periode tertentu.
Angka yang diperoleh dari perhitungan pendapatan nasional dengan
metode pengeluaran ini menunjukan besarnya produksi nasional bruto
(gross national product) masyarakat dalam suatu perekonomian. Contoh
perhitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran dapat
dilihat sebagai berikut :

Pengeluaran konsumsi 1.667


Investasi 402
Pengeluaran pemerintah 538
Ekspor neto 25
Jumlah pengeluaran 2.632
Cara menentukan Produk Nasional Bruto
Jenis pendapatan %
Konsumsi Rumah Tangga
Barang tahan lama 500
Barang tak tahan lama 1.300
Jasa-jasa 2.000
3.800 62,80
Investasi Bruto
Bukan rumah tempat tinggal 800
Rumah tempat tinggal 200
Investasi tetap 1.000
Investasi inventori 100
1.100 18,18
Pengeluaran Pemerintah 1.200 19,83

Ekspor Neto
Ekspor 650
Impor 700
-50 0,83
Produk Nasional Bruto 6.050 100
Cara menentukan Produk Domestik Bruto

Lapangan Usaha Nilai %

Pertanian 95 2,39
Pertambangan 115 2,89
Bangunan 190 4,77
Pengolahan 800 20,12
Pengangkutan 375 9,43
Perdagangan 660 16,60
Keuangan 650 16,35
Jasa-Jasa Lain 640 16,10
Jasa Pemerintah 500 12,57
Kesalahan Statistik -50 -1,25

Total PDB 3.975 100


Cara menentukan Pendapatan Nasional (National Income)

Kompensasi untuk pekerja 3.200


Pendapatan usaha perorangan 350
Pendapatan sewa 80
Keuntungan perusahaan perorangan 300
Bunga bersih * 460

Pendapatan Nasional 4.390


Perkiraan pendapatan nasional dan produk nasional

Upah dan gaji 00000 Pengeluran konsumsi 00000


Sewa 00000
Bunga 00000 Pengeluaran investasi 00000
Laba 00000
Pengeluaran pemerintah 00000
Pendapatan nasional atas dasar
biaya produksi 00000 Ekspor neto 00000

Ditambah transfer perusahaan 00000


Ditambah pajak tak langsung 00000
Dikurang subsidi 00000
Ditambah penyusutan 00000

Pendapatan nasional atas dasar Produk nasional atas dasar


harga pasar 00000 harga pasar 00000
Tingkat pertumbuhan ekonomi.
Produk domestik bruto (PDB) digunakan untuk ; a)
menilai prestasi pertumbuhan ekonomi, b)
menentukan tingkat kemakmuran masyarakat dan
perkembangannya. Untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi haruslah terlebih dahulu dihitung
pendapatan nasional riil yaitu PDB / PNB yang
dihitung menurut harga-harga yang berlaku dalam
tahun dasar. Nilai yang diperoleh dinamakan PDB /
PNB menurut harga tetap yaitu harga yang berlaku
dalam tahun dasar.
Contoh :
Pada tahun 2005 Indonesia memperoleh produk nasional bruto riil sebesar Rp
200 triliun, dan pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 210 triliun. Tentukan
tingkat pertumbuhan (growth) yang diperoleh ?.
Jawab :

G 2006 =

= = 5 %

Dalam jangka panjang suatu negara mencapai pertumbuhan ekonomi yang


stabil adalah bertujuan ; a) untuk menyediakan kesempatan kerja/ lapangan
kerja kepada tenaga kerja yang terus bertambah, b) untuk menaikan tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Tingkat pertambahan kemakmuran.
Untuk menentukan tingkat dan pertambahan kemakmuran
penduduk perlu dihitung pendapatan per kapita (income
per capita = IP ).
Contoh :
Negara Indonesia pada tahun 2000 penduduknya
berjumlah 200 juta jiwa dan pada tahun 2001 jumlah
bertambah menjadi 205 juta jiwa. Sedangkan PDB riil pada
tahun 2000 sebesar Rp 200 triliun dan meningkat pada
tahun 2001 menjadi Rp 210 triliun, tentukan ; a) income
per capita tahun 2000 dan tahun 2001, b) pertambahan
pendapatan pada tahun 2001.
Jawab :
IP2000 = 200 triliun / 200 juta = Rp 1.000.000,-.
IP2001 = 210 triliun / 205 juta = Rp 1.024.390,-.
Tingkat pertambahan IP = 1.024.390 – 1.000.000 /
1.000.000 x 100 % = 2,44 %
Tingkat kemakmuran suatu masyarakat berkaitan erat dengan
standard kehidupan yang ada pada masyarakat tersebut.
Standard kehidupan (standard of life) adalah pencapaian
kesejahteraan oleh masyarakat yang diukur dengan pendapatan
yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut. Indikator dari standard
kehidupan adalah ; pengeluaran konsumsi yang meliputi
pengeluaran total suatu keluarga, pengeluaran total suatu
masyarakat, dan pengeluaran total suatu negara. Faktor-faktor
standard kehidupan adalah ; a) sumber-sumber ekonomi
(economic resourses) yang terbagi atas sumber daya alam
(natural resourses) dan sumber daya manusia (labour), b)
kemampuan mengolah sumber daya alam yang memerlukan
tehnologi yang baik, c) spesialisasi, dengan pembagian kerja
dapat meningkatkan produktivitas, d) pasar, kondisi pasar harus
baik sehingga memungkinkan semua mekanisme pertukaran
berjalan lancar, termasuk pasar internasional. Keempat faktor
standard kehidupan ini berpengaruh terhadap national income
selanjutnya national income akan mempengaruhi tingkat
konsumsi suatu masyarakat
Perubahan distribusi pendapatan

Perhitungan distribusi pendapatan di Indonesia menggunakan


data survei sosial ekonomi nasional (susenas) pada tahun 1984,
1987, 1990, 1993. data pengeluaran konsumsi rumah tangga yang
dikumpulakan oleh susenas digunakan sebagai pendekatan
(proxy) untuk mengukur distribusi pendapatan penduduk di
Indonesia. Karena pengertian pengeluaran konsumsi tidak sama
dengan pengertian kekayaan, perbedaan konsep ini menjadi
kendala serius dalam mengukur secara akurat tingkat dan
distribusi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Karena bisa saja
seseorang tidak punya pekerjaan (pendapatan), tetapi sangat kaya
karena ada warisan keluarga. Banyak pengusaha muda dari
tingkat pendapatanya tidak terlalu berlebihan, tetapi mereka
sangat kaya karena perusahaan tempat mereka bekerja adalah
milik mereka (orang tuanya).
Penggunaan data pengeluaran konsumsi rumah tangga akan
menghasilkan data pendapatan yang under estimate karena jumlah
pendapatan bisa lebih besar, sama, atau lebih kecil dari pada
jumlah pengeluaran konsumsi. Misalnya pendapatan lebih besar
tidak selalu berarti pengeluaran konsumsi juga besar. Dalam hal
ini, berarti ada tabungan. Dalam hal ini belum tentu juga bila
pendapatan rendah tidak selalu jumlah konsumsi juga rendah.
Banyak rumah tangga memakai kredit untuk membiayai
pengeluran konsumsi tertentu, misalnya untuk membeli rumah dan
mobil untuk biaya sekolah anak, atau bahkan untuk liburan.
Keberhasilan pembangunan di Indonesia tidak hanya di ukur dari
peningkatan pendapatan penduduk secara agregat atau per capital,
tetapi juga (justru lebih penting lagi) di lihat dari distribusi
peningkatan pendapatan tersebut terhadap semua anggota
masyarakat.
Sekarang ini, tingkat pendapatan per kapital di Indonesia sudah
lebih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu,
yakni sekitar US$ 880. namun, apa artinya jika 10% saja dari
jumlah penduduk di tanah air yang manikmati 90% dari jumlah
pendapatan nasional, sedangkan sisanya (90%) hanya
menikmati 10% dari pendapatan nasional selama ini hanya di
nikmati oleh kelompok 10% tersebut, sedangkan pendapatan
kelompok 90% tidak mengalami perbaikan yang berarti. Jadi
dalam kata lain, pembangunan ekonomi di Indonesia akan
dikatakan berhasil sepenuhnya bila tingkat kesenjangan
ekonomi antara kelompok masyarakat miskin dan kelompok
masyarakat kaya bisa diperkecil
Pertemuan Ke 9
Inflasi dan Indeks Harga
Pokok Bahasan
1. Pengertian Inflasi dan Deflasi
2. Jenis Inflasi
3. Teori Inflasi
4. Sebab timbulnya Inflasi
5. Cara Mengatasi Inflasi
6. Dampak Inflasi dan Cara Menghitung Inflasi
7. Pengertian Indeks Harga
8. Ciri-ciri Indeks Harga
9. Metode penghitungan Indeks Harga
1. Pengertian Inflasi dan
Deflasi
• Inflasi adalah Proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus-menerus dalam
jangka waktu lama atau
• Keadaan yang menyatakan nilai uang
menurun
• Deflasi adalah Proses menurunnya harga-
harga secara umum dan terus-menerus dalam
jangka waktu lama atau
• Keadaan yang menyatakan nilai uang
meningkat
2. Jenis Inflasi
Inflasi berasal Contoh: defisitnya anggaran,
Asal dalam Negeri bencana
timbulnya
Inflasi Inflasi Kenaikan harga minyak dunia, Biaya
berasal dari produksi di luar negeri dan tarif impor
luar negeri tinggi

Inflasi Kenaikan harga beberapa barang


tertutup tertentu
cakupan
pengaruh Inflasi
Kenaikan harga secara keseluruhan
kenaikan Terbuka
Jenis Inflasi harga
Inflasi yang Inflasi yang sangat hebat dan terjadi kenaikan
tak terkendali harga secara terus menerus
Inflasi
< 10% setahun
Ringan
Inflasi
Parah Sedang 10%-30% setahun
tidaknya
Inflasi Inflasi
30%-100% setahun
Berat
Inflasi tidak
>100% setahun
terkendali
3. Teori-teori Infasi
a. Teori Kuantitas (Irving Fisher)
Inflasi diakibatkan oleh dua faktor, yaitu
1. jumlah uang yang beredar;
2. psikologi (harapan) masyarakat mengenai
kenaikan harga di masa mendatang.
b. Teori Keynes
Inflasi terjadi karena:
1. keinginan masyarakat untuk hidup di luar
batas kemampuan ekonominya;
2. adanya perebutan rezeki antarkelompok
Lanjutan teori Inflasi
c. Teori Strukturalis
Penyebab inflasi ialah:
1. kekakuan (ketidakelastisan)
penerimaan ekspor;
2. kekakuan (ketidakelastisan)
penawaran bahan makanan.
4. Sebab Timbulnya Inflasi
1. Tarikan permintaan (Demand pull inflation)
• Bertambahnya permintaan terhadap barang
dan jasa yang menyebabkan terjadinya
kenaikan Harga
P Keterangan:
E2 P = Price (harga)
P2
E1 Q= Quantity (Jumlah Barang)
P1
D2 E = Equilibrium (keseimbangan
D1 pasar)
Q1 Q2 Q
Lanjutan
2. Cost Push Inflation
• disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya
produksi yaitu bahan baku dan upah atau gaji.

D1 S1
Keterangan:
S2
E2 P = Price (harga)
P2
Q= Quantity (Jumlah Barang)
P1 E1
E = Equilibrium (keseimbangan
pasar)

Q2 Q1
5. Cara Mengatasi Inflasi
Kebijakan Bank Sentral untuk
Politik Diskonto
(discount policy) Menaikan atau menurunkan suku
Bunga
Politik Pasar Terbuka Kebijakan untuk membeli atau
Kebijakan (open market policy) Menjual surat berharga
Moneter
Pengawasan kredit
secara selektif. Seleksi pemberian kredit secara ketat

Politik Persediaan Kas Politik Menaikkan atau menurunkan


(cash ratio policy) cadangan kas dari Bank
Solution pengaturan pengeluaran
Kebijakan pemerintah (APBN)
Fiskal peningkatan tarif/pajak.
Keterangan:
1. Peningkatan produksi.
Yang dibold dan dimiringkan
Kebijakan
adalah cara yang dipilih
Non 2. Kebijakan upah.
Moneter pemerintah untuk
3. Pengawasan harga. mengatasi inflasi
6. a. Dampak Inflasi
1. Bagi pemilik pendapatan tetap Pemilik pendapatan tetap
dan tidak tetap dirugikan
Pemilik pendapatan tidak tetap
bisa diuntungkan
2. Bagi para penabung Penabung dirugikan karena nilai
uang semakin menurun

3. Bagi debitur(Peminjam uang) Bagi debitur, inflasi


dan kreditur(pemberi menguntungkan karena saat
pinjaman) pembayaran utang, nilai uang
lebih rendah dibandingkan pada
saat meminjam.
Bagi kreditur, mengalami
kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika
dibandingkan saat peminjaman.
Lanjutan
Bagi pengusaha besar, inflasi dapat
4. Bagi produsen menguntungkan Jika pendapatan
yang
diperoleh lebih tinggi daripada
kenaikan biaya produksi.
Bagi pengusaha kecil, naiknya biaya
produksi dapat merugikan sehingga
enggan untuk meneruskan
produksinya
1. Investasi berkurang.
5. Bagi perekonomian 2. Mendorong tingkat bunga.
nasional 3. Mendorong penanam modal yang
bersifat spekulatif.
4. Menimbulkan ketidakpastian
keadaan ekonomi pada masa
yang akan datang
5. Merosotnya tingkat kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat.
6.b. Cara Menghitung Laju
Inflasi
Laju Inflasi = IHt – IH t-1 X 100%
IH t-1
Keterangan:
• IHt = Indeks Harga tahun tertentu (tahun
yang dihitung)
• IHt–1 = Indeks Harga tahun sebelumnya
Contoh Penghitungan Laju
Inflasi
Diketahui:
• Indeks Harga Konsumen bulan Maret 2005 =
150,65
• Indeks Harga Konsumen bulan Februari 2005 =
145,15
• Besarnya laju inflasi bulan Maret 2005 adalah:
• Laju Inflasi = 150,65 – 145,15 x 100%
145,15
= 3,79%
7. Pengertian Indeks
Harga
Yaitu Perbandingan perubahan harga
tahun tertentu (given year) dengan
tahun dasar (based year).
Jenis-jenis Indeks Harga
1. Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka yang
menggambarkan perbandingan perubahan harga
barang dan jasa yang dihitung dianggap mewakili
belanja konsumen
2. Indeks harga produsen (IHP) adalah perbandingan
perubahan barang dan jasa yang dibeli oleh
produsen pada waktu tertentu,
3. Indeks harga yang harus dibayar dan diterima oleh
petani. Indeks harga barang-barang yang dibayar
oleh petani baik untuk biaya hidup maupun untuk
biaya proses produksi.
Ciri-ciri Indeks Harga
1. Indeks harga sebagai standar
perbandingan harga dari waktu ke waktu.
2. Penetapan indeks harga didasarkan pada
data yang relevan.
3. Indeks harga ditetapkan oleh sampel,
bukan populasi.
4. Indeks harga dihitung berdasarkan waktu
yang kondisi ekonominya stabil.
5. Penghitungan indeks harga dilakukan dengan cara
membagi harga tahun yang akan dihitung indeksnya
dengan harga tahun dasar dikali 100%
Metode penghitungan
Indeks Harga
1. Metode penghitungan indeks harga tidak
tertimbang
Rumus indeks harga tidak tertimbang sederhana:
Pn X 100%
Po
Keterangan:
Pn = Jumlah harga pada tahun tertentu
Po = Jumlah harga pada tahun dasar
Contoh soal Indeks Harga Tidak
Tertimbang
Jenis Barang Harga tahun 2009 (Po) Harga tahun 2010 (Pn)
Tas Rp150.000 Rp200.000
Sepatu Rp200.000 Rp250.000
Pakaian Rp100.000 Rp150.000
Po = Rp450.000 Pn = Rp600.000

Indeks harga tidak tertimbang


= Pn X 100%
Po
= Rp600.000 X 100% = 133,33%
Rp450.000
Lanjutan
2. Metode penghitungan indeks harga
tertimbang
a. Metode Laspeyres
• adalah metode penghitungan angka indeks
yang ditimbang dengan menggunakan faktor
penimbang kuantitas/jumlah barang pada
tahun dasar (Qo)
• Rumus = Pn.Qo X 100%
Po.Qo
Lanjutan Metode penghitungan indeks harga
tertimbang

b. Metode Paasche atau GNP Deflator


• adalah metode penghitungan angka indeks yang
ditimbang dengan menggunakan faktor penimbang
kuantitas pada tahun tertentu (Qn)

• Rumus = Pn.Qn X 100%


Po.Qn
Contoh soal Indeks Harga
Tertimbang
• Indeks Harga Laspeyres
Jenis Harga (ribuan rupiah)
Barang Kuantitas th 2010 = Qo Po.Qo Pn.Qn
2010 (Po) 2011(Pn)
A 2 3 5 10 15
B 3 6 10 30 60
C 4 6 20 80 120
D 3 3 3 9 9
E 1 2 4 4 8
Jumlah 133 212

Indeks harga Laspeyres


= Pn.QoX 100%
Po.Qo
= 212 X 100% = 159,40%
133
Contoh Soal Indeks Harga
Paasche/GNP Deflator
Jenis Barang Harga (ribuan Rp) Kuantitas Po.Qn Pn.Qn
Tahun 2011 =
Qn
2010 2011
A 2 3 10 20 30
B 3 6 10 30 60
C 4 6 20 80 120
D 3 3 5 15 15
E 1 2 5 5 10
Jumlah 150 235
Indeks harga Paasche
= Pn.QnX 100%
Po.Qn
= 235 X 100% = 159,40%
150
Latihan Soal Inflasi dan Indeks
Harga
1. Jelaskan pengertian Inflasi dan Deflasi
2. Jelaskan jenis Inflasi berdasar
a. Asal timbulnya Inflasi
b. Cakupan pengaruh harga
c. Tingkat keparahan
3. Jelaskan teori Inflasi
4. Jelaskan dua penyebab Inflasi
5. Perhatikan kurva berikut!
Sebutkan jenis inflasi bagian a dan b
P D1 S1

S2
E2 P2 E2
P2
E1
P1 P1 E1
D2

D1

Q1 Q2 Q Q2 Q1

a b
6. Jelaskan kebijakan moneter dan fiskal yang
dilakukan pemerintah untuk mengatasi
Inflasi!
7. Jelaskan kebijakan moneter dan fiskal yang
dilakukan pemerintah untuk mengatasi
Deflasi!
8. Siapa saja pihak yang diuntungkan dan
dirugikan dengan adanya inflasi (masing-
masing 4)
9. Jelaskan pengertian Indeks Harga, Indeks
Harga konsumen, dan Indeks Harga
Produsen!
10. Hitung Indeks harga tidak tertimbang
a. Jenis Barang Harga tahun 2010 Harga tahun 2011
A 2.000 3.000
B 3.000 4.000
C 4.000 6.000
D 5.000 7.500
Po =…………. Pn = …………..

b. Jenis Barang Harga tahun 2010 Harga tahun 2011


P 3.000 4.500
Q 4.000 6.000
R 5.000 8.000
S 6.000 10.000
Po =…………. Pn = …………..
11. Hitung Indeks Harga Tertimbang(Laspeyres)!
Jenis Harga (ribuan Rp) Kuantitas th Po.Qo Pn.Qo
Barang 2010 2011 2010 (Qo)

A 20 30 2 ..……………. ………………
B 30 45 3 ……………… ………………
C 40 50 4 ……………… ………………
D 50 75 5 ……………… ………………
Po.Qo =…………. Pn.Qo=………..

Jenis Harga (ribuan Rp) Kuantitas th Po.Qo Pn.Qo


Barang 2010 2011 2010 (Qo)

A 20 30 2 ..……………. ………………
B 30 45 3 ……………… ………………
C 40 50 4 ……………… ………………
D 50 75 5 ……………… ………………
Po.Qo =…………. Pn.Qo=………..
12. 1 Hitung Indeks Harga Paasche/GNP deflator!
Jenis Harga (ribuan Rp) Kuantitas th Po.Qn Pn.Qn
Barang 2010 2011 2011 (Qo)

A 30 40 3 ..……………. ………………
B 40 50 4 ……………… ………………
C 40 60 5 ……………… ………………
D 60 90 6 ……………… ………………
Po.Qo =…………. Pn.Qo=………

12.2 Hitung Indeks Harga Paasche/GNP Deflator!


Jenis Harga (ribuan Rp) Kuantitas th Po.Qn Pn.Qn
Barang 2010 2011 2011 (Qn)

P 15 30 2 ..……………. ………………
Q 20 40 3 ……………… ………………
R 30 60 4 ……………… ………………
S 45 90 5 ……………… ………………
Po.Qn =………. Pn.Qn=………
Pertemuan Ke 10
KONSEP
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
PENENTU DAYA SAING NASIONAL

STRATEGI
PERUSAHAAN,
STRUKTUR, DAN
PERSAINGAN

KONDISI
KONDISI FAKTOR PERMINTAAN

INDUSTRI TERKAIT
DAN INDUSTRI
PENDUKUNG

MICHAEL PORTER, 1990


PENENTU DAYA SAING INTERNASIONAL
POLITISI DAN PEKERJA
BIROKRAT

LINGKUNGAN Dong-Sung Cho, 1994


BISNIS

SUMBERDAYA YG DAYA SAING PERMINTAAN


DIANUGERAHKAN INTERNASIONAL DOMESTIK

INDUSTRI TERKAIT
DAN INDUSTRI
PENDUKUNG

MANAGER
PARA
DAN
WIRAUSAHA
INSINYUR
WAN
PROFESIONA
PERISTIWA L
PELUANG
JANGAN HAMBURKAN

SUMBERDAYA ALAM KITA,

SEBELUM RAKYATNYA

MENGERTI
PEMBANGUNAN WILAYAH
TRANSFORMASI SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA
Masyarakat Masyarakat Masyarakat
Tradisional Berkembang Maju

SDM

Peningkatan Kapabilitas
(Daya Saing, Daya Tarik
dan Daya Lestari)
Teknologi

Prasarana

Tanah
SDA Sumatera, Kalimantan Jawa-Bali dan
Papua, Mauku, NTT
dan LH Kalimantan dan NTB Sulawesi dan Jawa Sumatera
Berburu dan Berpindah Pertanian dan Manufaktur Sintesis dan
Pengumpul dan Bertani Pertambangan dan Jasa Daur Ulang

MANAJEMEN SUMBERDAYA
Arah Pengembangan
Revitalisasi Pengembangan Ekonomi Lokal
 Partisipatif  pelibatan
stakeholders kunci
 Bottom-up
 Memiliki Logframe yg jelas KELOMPOK
(Heksagonal PEL) PROSES
SASARAN

MANAJEMEN

FAKTOR
LOKASI

Mengintegrasikan sistem nilai yg PENGEMBANGAN


disepakati bersama seluruh TATA
EKONOMI WILAYAH
BERKELANJUTAN
stakeholders PEMERINTAHAN

Terukur KESINERGIAN
Terintegrasi ke dlm SPPN PEMBANGUNAN
DAN FOKUS
KEBIJAKAN
BERKELANJUT
Berkelanjutan AN

354
Definisi PEL
World Bank
• PEL sebagai proses yang dilakukan secara bersama oleh pemerintah, usahawan, dan
organisasi non pemerintah untuk menciptakan kondisi yang lebih baik untuk
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal.
Blakely and Bradshaw
• PEL adalah proses dimana pemerintah lokal dan organsisasi masyarakat terlibat untuk
mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan
pekerjaan
International Labour Organization (ILO)
• PEL adalah proses partisipatif yang mendorong kemitraan antara dunia usaha dan
pemerintah dan masyarakat pada wilayah tertentu, yang memungkinkan kerjasama
dalam perancangan dan pelaksanaan strategi pembangunan secara umum, dengan
menggunakan sumber daya local dan keuntungan kompetitif dalam konteks global,
dengan tujuan akhir menciptakan lapangan pekerjaan yang layak dan merangsang
kegiatan ekonomi.
A. H. J. Helming
• PEL adalah suatu proses dimana kemitraan yang mapan antara pemerintah daerah,
kelompok berbasis masyarakat, dan dunia usaha mengelola sumber daya yang ada
untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang (pertumbuhan) ekonomi
pada suatu wilayah tertentu. Menekankan pada kontrol lokal, dan penggunaan
potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik.
N Pembuat Fokus Kelebihan Kelemahan
o Definisi
1. The World Bank Meningkatkan daya saing Berorientasi bukan Tidak dijelaskan:
Pertumbuhan ekonomi hanya kepada tujuan aspek kelokalannya
yang berkelanjutan yaitu pertumbuhan Kelayakan lapangan
Meningkatkan kualitas ekonomi dan kerja
pertumbuhan ekonomi kesempatan kerja bagaimana proses
Berorientasi kepada akan tetapi juga pelibatan stakeholder
pemerataan kepada proses tersebut apakah harus
partisipatif atau tidak.
aspek lokasi dimana
PEL tersebut
dilaksanakan atau terjadi.
2. Blakely dan Menciptakan lapangan Berorientasi bukan Tidak dijelaskan:
Bradshaw pekerjaan hanya kepada tujuan Kelayakan lapangan
akan tetapi juga kerja
kepada proses keberlanjutan dari
penciptaan lapangan
pekerjaan tersebut.
Aspek pemerataan
aspek kelokalannya
bagaimana proses
pelibatan stakeholder
tersebut apakah harus
partisipatif atau tidak
Tidak menjelaskan
aspek lokasi
N Pembuat Definisi Fokus Kelebihan Kelemahan
o
3. ILO Proses harus Berorientasi kepada Tidak menjelaskan
partisipatif output dan proses. keberlanjutan
Lokasi PEL pada Pelibatan pembangunan
wilayah tertentu stakeholder harus aspek pemerataan
Menciptakan partisipastif aspek lokasi dimana
lapangan pekerjaan Sifat kelokalan PEL tersebut
yang layak ditunjukkan dari dilaksanakan atau terjadi.
Merangsang penggunaan sumber
kegiatan ekonomi daya local
Aspek lokasi
ditunjukkan bahwa
PEL dilakukan pada
wilayah tertentu.
4. A. H. J. Helming Kemitraan antar Berorientasi kepada Tidak mencantumkan
stakeholder output dan proses. keberlanjutan
Kontrol lokal Aspek lokasi pembangunan
Merangsang ditunjukkan bahwa Tidak menjelaskan
pertumbuhan PEL dilakukan pada aspek pemerataan
ekonomi dan wilayah tertentu. bagaimana proses
lapangan pekerjaan Sifat kelokalan pelibatan stakeholder
ditunjukkan dari tersebut apakah harus
penggunaan sumber partisipatif atau tidak
daya lokal Kelayakan lapangan
kerja tersebut
Definisi PEL
 Berdasarkan analisis thd kelebihan dan
kelemahan dari beberapa definisi tentang PEL
(a.l. Bank Dunia, ILO, Blakely & Bradshaw, dll)
dan penyesuaian thd kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya masyarakat di Indonesia, PEL
didefinisikan sbb.
PEL adalah usaha mengoptimalkan
sumber daya lokal yang melibatkan
pemerintah, dunia usaha, masyarakat
lokal dan organisasi masyarakat
madani untuk mengembangkan
ekonomi pada suatu wilayah.
Fokus PEL
Definisi PEL tersebut memfokuskan kepada:
1. Peningkatan kandungan lokal;
2. Pelibatan stakeholders secara substansial dalam suatu
kemitraan strategis;
3. Peningkatan ketahanan dan kemandirian ekonomi;
4. Pembangunan bekeberlanjutan;
5. Pemanfaatan hasil pembangunan oleh sebagian besar
masyarakat lokal;
6. Pengembangan usaha kecil dan menengah;
7. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai secara inklusif;
8. Penguatan kapasitas dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia;
9. Pengurangan kesenjangan antar golongan masyarakat,
antar sektor dan antar daerah;
10. Pengurangan dampak negatif dari kegiatan ekonomi
terhadap lingkungan.
Dimensi PEL
Dimensi atau batasan PEL adalah sebagai berikut:

(1) Pengertian lokal yang terdapat dalam definisi PEL tidak merujuk
pada batasan wilayah administratif tetapi lebih pada peningkatan
kandungan komponen lokal maupun optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya lokal.

(2) PEL sebagai inisiatif daerah yang dilakukan secara partisipatif.

(3) PEL menekankan pada pendekatan pengembangan bisnis, bukan


pada pendekatan bantuan sosial yang bersifat karikatif.

(4) PEL bukan merupakan upaya penanggulangan kemiskinan secara


langsung.

(5) PEL diarahkan untuk mengisi dan mengoptimalkan kegiatan ekonomi


yang dilakukan berdasarkan pengembangan wilayah, pewilayahan
komoditas, tata ruang, atau regionalisasi ekonomi.
Tujuan dan Sasaran PEL
1. Terlaksananya upaya percepatan pengembangan ekonomi lokal melalui
pelibatan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi
masyarakat madani dalam suatu proses yang partisipatif.
2. Terbangun dan berkembangnya kemitraan dan aliansi strategis dalam
upaya percepatan pengembangan ekonomi lokal diantara stakeholder
secara sinergis.
3. Terbangunnya sarana dan prasarana ekonomi yang mendukung upaya
percepatan pengembangan ekonomi lokal.
4. Terwujudnya pengembangan dan pertumbuhan UKM secara ekonomis
dan berkelanjutan.
5. Terwujudnya peningkatan PAD dan PDRB.
6. Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat, berkurangnya
pengangguran, menurunnya tingkat kemiskinan.
7. Terwujudnya peningkatan pemerataan antar kelompok masyarakat, antar
sektor dan antar wilayah.
8. Terciptanya ketahanan dan kemandirian ekonomi masyarakat lokal.
Heksagonal PEL

Kelompok
Sasaran

Proses
Manajemen

Faktor
Lokasi
Pengembangan
Ekonomi
Wilayah
Berkelanjutan
Tata
Kepemerintahan

Kesinergian dan
Fokus Kebijakan
Pembangunan
Berkelanjutan
Faktor 3

Faktor 1
Faktor 1

Indikator 1
Indikator …
Indikator n
Faktor 2
Kelompok Sasaran

Pelaku usaha lokal

Investor Luar Pelaku usaha baru


Kelompok Sasaran
• Investor luar:
– Peraturan ttg kemudahan investasi, informasi
prospek bisnis, kapasitas berusaha dan hukum,
keamanan, kampanye, pusat pelayanan investasi
• Pelaku Usaha Lokal :
– Modal, promosi, peningkatan teknologi, manajemen
& kelembagaan
• Pelaku Usaha Baru:
– Pelatihan kewirausahaan, pendampingan &
monitoring, insentif, kecepatan ijin
Faktor Lokasi

Faktor Lokasi
Terukur

Faktor Lokasi Tidak Faktor Lokasi Tidak


Terukur Individual Terukur Pelaku
Usaha
FAKTOR LOKASI
• Faktor lokasi terukur:
– Akses ke dan dari lokasi, akses ke pelabuhan laut dan udara,
sarana transportasi, infrastruktur komunikasi, infrastruktur
energi, ketersediaan air bersih, tenaga kerja trampil,Jml
Lembaga Keuangan lokal,
• Faktor lokasi tdk terukur untuk dunia usaha:
– Peluang kerjasama, Lembaga Penelitian
• Faktor lokasi tidak terukur individual:
– Kualitas: pemukiman, lingkungan, fasilitas pendidikan dan
pelatihan, pelayanan kesehatan, fasos & fasum, etos kerja
SDM
KETERKAITAN DAN FOKUS KEBIJAKAN

Perluasan Ekonomi

Pembangunan Pemberdayaan
Wilayah Masyarakat
Pengembangan
Komunitas
Keterkaitan dan
Fokus Kebijakan
• Perluasan Ekonomi:
– Kebijakan: investasi, promosi, persaingan usaha, peran
Perusahaan Daerah, jaringan usaha, informasi tenaga kerja,
pengembangan keahlian
• Pemberdayaan Masy. & Pengembangan Komunitas
– Kebijakan: Pemberdayaan Masyarakat berbasis kemitraan
swasta, pengurangan kemiskinan
• Pembangunan Wilayah
– Kebijakan: kwsn ind, pusat pertumbuhan, pengemb.
Komunitas, kerjasama antar daerah, tata ruang PEL, jaringan
usaha antar sentra, sistem industri berkelanjutan
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Ekonomi

Sosial Lingkungan
Pembangunan Berkelanjutaan

• Ekonomi:
– Pengembangan Industri pendukung, perusahaan dgn
Business Plan, perusahaan dgn inovasi
• Sosial
– Kontribusi thd kesejahteraan, PEL &
adat/kelembagaan lokal
• Lingkungan
– Penerapan amdal, daur ulang, kebijakan Konservasi
Sumber Daya Alam
TATA KEPEMERINTAHAN

Kemitraan Pemerintah
dan Dunia Usaha

Reformasi Pengembangan
Sektor Publik Organisasi
Tata Kepemerintahaan
• Kemitraan Pemerintah & dunia usaha:
– Kemitraan: infrastruktur,promosi & perdagangan,
pembiayaan
• Reformasi Sektor Publik
– Reformasi: sistem insentif, restrukturisasi organisasi
pemerintahan, prosedur pelayanan publik
• Pengembangan Organisasi
– asosiasi industri: status, peran, manfaat
PROSES MANAJEMEN

Diagnosis Partisipatif

Monitoring dan Perencanaan


Evaluasi dan
Partisipatif Implementasi
Partisipatif
Proses Manajemen
• Diagnosa secara partisipatif
– Analisis & Pemetaan: potensi ekonomi, daya saing, kondisi
politis lokal, serta identifikasi stakeholder
• Perencanaan dan Implementasi secara partisipatif
– Diagnosis vs perencanaan, jumlah stakeholder, sinkronisasi
(sektoral&spasial), implementasi vs perencanaan
• Monev secara partisipatif
– Keterlibatan stakeholder: indikator & monev, frekuensi:
monev & diskusi pemecahan masalah, hasil monev vs
perencanaan yg akan datang
Identifikasi Pengembangan
TAHAP
Stakeholder dan Penguatan
I
Kemitraan

Penetapan Pemetaan
Faktor Analisis Pengumpulan TAHAP
Status
Pengungkit Data Data II
PEL
PEL

Penyusunan
Rencana
Tindak dan Adopsi dalam
Pembiayaan Dokumen
Rencana Daerah

Penyusunan
Rencana Bisnis RPJMD TAHAP
III

RKPD

APBD

Pelaksanaan TAHAP
PEL IV

Monitoring dan TAHAP


Evaluasi V
Tahapan Revitalisasi PEL

1. Pengembangan dan Penguatan


Kemitraan Strategis PEL.
2. Kajian Cepat Status PEL.
3. Penyusunan Rencana dan Anggaran.
4. Pelaksanaan.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Langkah 1 Identifikasi Stakeholder
• Tujuan:Mengindentifikasi stakeholder kunci yang
berperan dalam mempengaruhi dan yang terkena
dampak suatu kebijakan dalam pengembangan
ekonomi lokal
• Output:Diketahuinya stakeholder kunci dalam
pengembangan ekonomi lokal
• Caranya: melalui forum KPEL (bila ada) atau
Bappeda dan asosiasi/forum bisnis
Langkah 2
Pembentukan dan Pengembangan Forum
Kemitraan PEL
• Tujuan:Membangun kemitraan strategis antara pemerintah-dunia usaha pada daerah
yang belum membentuk forum kemitraan PEL, dan memperluas keanggotaan forum
kemitraan PEL pada daerah yang sudah memiliki forum kemitraan PEL
• Output:Dibentuk dan diperluasnya forum kemitraan PEL
• Peran forum adalah;
– Membantu pemerintah dalam menyusun rencana dan anggaran yg berkaitan
dgn PEL
– Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan ekonomi lokal
– Memberi masukan dan saran kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan
PEL
Tahap II Kajian Cepat Status PEL
Langkah 3 Pengumpulan Data
• Tujuan:Mengumpulkan data dasar PEL
maupun data yang sesuai dengan
kuesioner
• Output:Terkumpulnya data dan informasi
tentang PEL
• Caranya : melalui FGD mengisi instrumen
tersedia
Langkah 4 Analisis Data
• Tujuan:Menganalisis data dengan
menggunakan Rapid Assessment
Techniques for Local Economic
Development (RALED)
• Output:Hasil Analisis PEL
Langkah 5 Pemetaan Status PEL
• Tujuan:Memetakan status PEL pada suatu wilayah ataupun
status PEL suatu komoditi pada suatu wilayah
• Output:Status PEL suatu wilayah ataupun status PEL suatu
komoditi pada suatu wilayah
• Hasilnya:
– Peta aspek PEL : < 50% buruk, 50-75% baik, > 75% sangat
baik.
– Peta status PEL komoditas/wilayah
Langkah 6
Identifikasi Faktor Pengungkit PEL
• Tujuan: Mengidentifikasi faktor pengungkit dari
setiap aspek/komponen dari Heksagonal PEL
• Output: Faktor pengungkit dari setiap
aspek/komponen Heksagonal PEL
Tahap III Penyusunan Rencana dan Anggaran
Langkah 7 Penyusunan Rencana Tindak dan
Pembiayaan PEL
Tujuan: Menyusun rencana tindak PEL dan anggarannya
berdasarkan faktor pengungkit PEL yang dilaksanakan oleh
pemerintah daerah dan melibatkan pemangku kepentingan
lainnya secara partisipatif.
Output: Rencana tindak PEL dan anggaran partisipatif terutama
faktor pengungkit menjadi prioritas.
Rencana tindak dimaksud: di sektor pemerintah setiap SKPD
menyusun rencana tindak secara terpadu dgn SKPD lain dgn
dikoordinasikan oleh Bappeda.
Langkah 8 Penyusunan Rencana Bisnis
• Tujuan: Menyusun rencana bisnis
berdasarkan faktor pengungkit PEL yang
dilaksanakan oleh dunia usaha dan
organisasi masyarakat madani
• Output: Rencana bisnis PEL
Langkah 9 Integrasi ke dalam Dokumen
Perencanaan Daerah

• Tujuan: Memasukkan rencana tindak dan


rencana bisnis ke dalam dokumen
perencanaan daerah baik dalam jangka
pendek maupun jangka menengah
• Output: Dokumen perencanaan daerah
yang telah memuat rencana tindak dan
rencana bisnis PEL
Langkah 10 Pelaksanaan PEL

• Tujuan: Melaksanakan rencana tindak dan


rencana bisnis PEL yang telah disusun oleh
seluruh pemangku kepentingan kunci sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi mereka
• Output: Kebijakan yang mendukung PEL
Tahap V Monitoring dan Evaluasi PEL
Langkah 11 Monitoring dan Evaluasi PEL
• Tujuan: Melaksanakan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan PEL secara partisipatif
oleh seluruh pemangku kepentingan kunci
• Output: Pembangunan ekonomi wilayah
yang berkelanjutan
Thn Pelaksanaan
Faktor
No Strategi Rencana Tindak 0 0 1 1 1
Pengungkit
8 9 0 1 2
1 Promosi produk 1. Menyusun rencana • Menyusun rencana kerja komunikasi √ √
UKM dari Pemda komunikasi pemasaran pemasaran dan implementasi pemda
produk unggulan daerah dan dunia usaha
2. Kampanye produk • Kampanye melalui media elektronik, √ √ √ √
unggulan daerah secara cetak dan pameran dagang tunggal
terpadu • Temu usaha secara periodik antara √ √ √ √
stakeholder dunia usaha dan
pemerintah
• Labeling dan standarisasi produk √ √
UKM
2 Upaya Pemda 1. Fasilitasi • Pelatihan teknis dan pendampingan √ √ √
untuk peningkatan pengembangan bagi peningkatan teknologi UKM
teknologi, teknologi dan • Pendampingan dan konsultasi √ √ √
manajemen dan manajemen UKM manajemen usaha UKM
kelembagaan 2. Peningkatan kapasitas • Program Pemberdayaan Masyarakat √ √ √
kelembagaan daerah • Pelibatan tokoh masyarakat untuk √ √ √ √ √
dan pemberdayaan merubah pola pikir masyarakat dan
organisasi bisnis pemberdayaan masyarakat
masyarakat
3 Upaya fasilitasi Pengembangan sentra- • Memberikan bantuan modal kepada √ √
permodalan dari sentra UKM dan IKM para pelaku usaha
Pemda • Memperluas jaringan sentra-sentra √ √ √ √
produksi
Thn Pelaksanaan
No Faktor Pengungkit Strategi Rencana Tindak 0 0 1 1 1
8 9 0 1 2
4 Pusat pelayanan 1. Memberikan pelayanan • Membuat Investor Outreach Office √ √
investasi yang prima bagi investor (IOO)
2. Penguatan Investor • Perbaikan sistem lembaga dan √ √
Outreach Office (IOO) pelayanan keuangan
3. Meningkatkan dukungan • Pembuatan sistem informasi √ √
pemerintah setempat pelayanan investasi dengan
dalam menarik investor komputer
4. Menciptakan sistem • Meningkatkan kemampuan SDM √ √
lembaga keuangan dan pada instansi pemerintah dan Kadin/
pasar yang sehat, Asosiasi tentang regulasi dan potensi
dengan fokus pada usaha
potensi produk lokal
5 Kampanye peluang 1. Menciptakan perubahan • Mengadakan kampanye ekonomi √ √ √ √
berusaha paradigma berpikir produktif kepada masyarakat
masyarakat untuk • Kerjasama Pemda dan LSM dalam √ √ √ √
meningkatkan taraf pemberdayaan ekonomi masyarakat
hidup melalui • Mengadakan kampanye potensi
peningkatan ekonomi usaha di tingkat lokal/regionl/nasional
produktif dan internasional
2. Mengembangkan • Pembentukan klaster-sentra industri √ √ √ √ √
publikasi potensi usaha kecil
unggulan berbasis
kerajinan tangan
3. Menciptakan pekerjaan
baru dan merangsang √ √
kegiatan ekonomi
daerah
Thn
Faktor Pelaksanaan
No Strategi Rencana Tindak
Pengungkit 0 0 1 1 1
8 9 0 1 2
6 Keamanan 1. Menciptakan lingkungan • Pembangunan posko keamanan di √
yang aman bagi berbagai kawasan pusat usaha
pengembangan bisnis • Terbentuknya petugas keamanan √ √ √ √ √
2. Pengawasan lingkungan ramah-tanggap lingkungan
yang terpadu
7 Kepastian 1. Menciptakan stabilitas • Adanya peraturan yang jelas bagi √
berusaha dan yang kondusif investor
hukum 2. Menjamin kepastian • Pengadaan sarana dan prasarana √
berusaha bagi para keamanan
investor • Melakukan penyuluhan-penyuluhan √ √ √ √ √
hukum bagi masyarakat lokal
8 Fasilitasi pelatihan 1. Meningkatkan • Menyiapkan tenaga pendamping √
kewirausahaan kemampuan masyarakat (fasilitator) bagi pelaku usaha baru
bagi pelaku usaha bagi pemberdayaan • Fasilitasi pelatihan kewirausahaan
baru ekonomi bagi pelaku usaha baru √
2. Menyelenggarakan • Pelatihan pemberdayaan kelompok
pelatihan kewirausahaan UKM melalui pembentukan sentra
bagi pelaku usaha baru UKM √ √ √
3. Meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam
kewirausahaan
9 Insentif Pemda 1. Menciptakan • Fasilitasi dana stimulan kepada √ √
dalam bentuk kesempatan kerja bagi UKM/IKM
pemberian dana dunia usaha baru • Regulasi insentif untuk produk
stimulan, dan 2. Mendukung unggulan √ √
keringanan biaya pengengembangan
kewirausahaan oleh
masyarakat
Thn Pelaksanaan
No Faktor Pengungkit Strategi Rencana Tindak 0 0 1 1 1
8 9 0 1 2
10 Informasi prospek 1. Membuat gambaran • Temu bisnis √ √ √ √ √
bisnis rencana bisnis untuk • Membuat gambaran peluang √ √
kegiatan pengembangan investasi
UKM dan industri kecil • Mengikuti dan menyelenggarakan √ √ √ √ √
dan jasa serta pariwisata Pameran
2. Meningkatkan efektivitas • Membuat booklet dan leaflet √ √
pelaksanaan kegiatan • Pembuatan video prospek peluang √ √
promosi bisnis melalui investasi
berbagai jenis layanan • Membuat dan up dating website √ √ √ √ √
informasi dan kerjasama
promosi
11 Pendampingan dan 1. Mendorong partisipasi • Sosialisai antar pelaku bisnis lama √ √ √ √ √
monitoring bisnis masyarakat untuk dan baru
pelaku usaha baru membuka usaha sesuai • Kemitraan dan pendampingan oleh √ √ √
dengan potensi perusahaan besar dengan usaha
2. Menerapkan sistem baru
monitoring dan evaluasi • Publikasi perkembangan usaha √ √ √ √ √
bagi pelaku usaha baru secara periodik
dengan pendampingan • Pertemuan secara berkala √ √ √ √ √
membahas perkembangan
lingkungan usaha
12 Peraturan tentang Menciptakan peraturan • Kaji ulang & Penyusunan peraturan √
kemudahan yang jelas dan mudah tentang investasi
investasi dipahami • Publikasi buku-buku peraturan √ √
tentang investasi
• Sosialisasi peraturan tentang √ √
investasi
Thn
Faktor Pelaksanaan
No Strategi Rencana Tindak
Pengungkit 0 0 1 1 1
8 9 0 1 2
13 Kecepatan 1. Menciptakan sistem • Pengembangan pusat pelayanan √
pengurusan ijin perizinan terpusat perizinan (KPT).
bagi investasi baru 2. Memberikan • Pengadaan sarana dan prasarana √
kemudahan bagi pendukung
investor dalam • Penyusunan SOP √
pengurusan perizinan • Sosialisasi SOP
3. Memberikan • Pelatihan bagi staf pelayanan
pelayanan perizinan pengurusan izin investasi
yang tidak berbelit- √ √
belit, transparan,
mudah dan cepat
4. Meningkatkan
kemampuan SDM
yang terlibat dalam √ √ √
bidang perizinan
Pertemuan Ke 11
DAYA SAING DAERAH
Pendahuluan
 Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi membawa sekaligus
tantangan dan peluang baru bagi pembangunan
 Persaingan antar pelaku ekonomi semakin tajam
 Persaingan terjadi, baik di pasar input maupun pasar output
 Para pelaku ekonomi dituntut untuk menerapkan dan
mengimplementasikan strategi yang tepat secara efektif dan efisien
 Bagi Pemda, persaingan yang semakin tajam membuat beban tugas
semakin berat
 Daerah harus menyiapkan diri sedemikian rupa sehingga mampu menjadi
wadah berinvestasi dan berkembangnya industri yang tidak dihalangi oleh
batas wilayah (daerah dan negara)
Pendahuluan

 Daya saing menjadi kata kunci, bak mantra, dan menjadi sebuah obsesi
 Daya saing dapat dilihat dari aras mikro (industri dan perusahaan) dan
aras makro (negara/daerah)
 Daya saing beberapa produk nasional dalam pasar internasional dann
daya saing bangsa akhir-akhir ini semakin menurun
 Permasalahan yang terkait dengan daya saing perlu diatasi dengan
sesegera mungkin
 Investasi dan ekspor sebagai indikator utama dalam pembangunan yang
efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan
Pendahuluan
Daya Saing Negara/Daerah vs Perusahaan: Beda?

 Yang bersaing bukan negara, tetapi perusahaan atau industri. Bila


negara/daerah memiliki daya saing, belum tentu seluruh perusahaan dan
industri di negara/daerah tsb memiliki daya saing di pasar domestik
maupun internasional
 Definisi daya saing negara/daerah lebih problematik daripada daya saing
perusahaan. Bila perusahaan kalah bersaing, maka perusahaan bisa
bangkrut dan keluar dari bisnis yang digelutinya. Namun, negara tidak
memiliki bottom line atau tidak akan pernah “keluar dari arena
persaingan”
Daya Saing Nasional
Posisi Indonesia 2004-2005 (turun dr 58 ke 59 dr 60 ngr)

Lima Negara Tertinggi

Lima Negara Terendah


Daya Saing Nasional
Faktor Penentu (Porter, 2005)
Daya Saing Nasional
Daya Saing Produk (2000)
Daya Saing Daerah
Daya Saing Produk (2003)
Daya Saing Daerah
Daya Saing Produk (2003)
Permasalahan Daya Saing Nasional &
Daerah
Penghambat Daya Kompetisi (LPEM-FEUI, 2002)
 Masalah pungutan (9,7-11,2% dari total biaya produksi)
 Pemogokan (kenaikan frekuensi pemogokan sebesar 1% akan
menurunkan nilai investasi asing yang disetujui di sektor tekstil 0,3%)
 Modal kerja (sulitnya aliran kredit)
 Meningkatnya biaya operasi karena masalah keamanan
Permasalahan Daya Saing Nasional &
Daerah
Permasalahan Struktural Industri Indonesia (World Bank, 1993)
 Tingginya tingkat konsentrasi dalam perekonomian dan banyaknya
monopoli, baik yang terselubung maupun terang-terangan
 Dominasi kelompok bisnis pemburu rente (rent-seeking) belum
memanfaatkan keunggulannya untuk bersaing di pasar global.
 Lemahnya hubungan intra industri (misal: minimnya perusahaan yang
bersifat spesialis yang mampu menghubungkan klien bisnisnya yang
berjumlah besar secara efisien)
 Struktur industri Indonesia terbukti masih dangkal, dengan minimnya
sektor industri menengah.
 Masih kakunya BUMN sebagai pemasok input maupun sebagai pendorong
kemajuan teknologi.
 Investor asing masih cenderung pada orientasi pasar domestik (inward
oriented), dan sasaran usahanya sebagian besar masih pada pasar yang
diproteksi.
Permasalahan Daya Saing Nasional &
Daerah
Permasalahan Struktural Industri Indonesia (Kuncoro, 2005)
 Tingginya kandungan impor bahan baku, bahan antara, dan komponen
untuk seluruh industri, yang berkisar antara 28-30 persen antara tahun
1993-2002.
 Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi karena industri kita
masih banyak yang bertipe "tukang jahit" dan "tukang rakit".
 Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), sebagaimana tercermin
dari tingkat pendidikan tenaga kerja industri.
 Belum terintegrasinya UKM di Indonesia dalam satu mata rantai
pertambahan nilai dengan industri skala besar.
 Kurang sehatnya iklim persaingan karena banyak subsektor industri yang
beroperasi dalam kondisi mendekati "monopoli", setidaknya oligopoli. Ini
terbukti dari 50 persen lebih subsektor industri memiliki indeks konsentrasi
dua perusahaan (CR2) di atas 0,5 pada tahun 2002.
Permasalahan Daya Saing Nasional &
Daerah
Penurunan Kinerja Ekspor (RPJM 2004-2009)
 Ekonomi biaya tinggi.
 Meningkatnya nilai tukar riil efektif rupiah (ekspor turun).
 Masih besarnya ketergantungan pasar ekspor pada tiga negara utama,
yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura.
 Keragaman ekspor yang masih rendah.
 Meningkatnya hambatan non tarif.
 Belum optimalnya pemberian insentif dan fasilitasi, terutama kepada
eksportir kecil dan menengah.
 Keterbatasan dan menurunnya kualitas infrastruktur.
 Lemahnya sistem jaringan dan distribusi nasional
Permasalahan Daya Saing Nasional &
Daerah
Penurunan Daya Saing Pariwisata (RPJM 2004-2009)
 Kurang kondusifnya kondisi keamanan dan ketertiban dalam negeri akhir-
akhir ini terutama dengan maraknya berbagai aksi terorisme seperti
pemboman yang memberikan citra buruk bangsa Indonesia.
 Maraknya hambatan dari bermunculannya berbagai regulasi baik di pusat
maupun daerah sebagai dampak masa transisi pelaksanaan otonomi
daerah.
 Masih lemahnya pengelolaan sebagian besar daerah tujuan wisata dan
aset-aset warisan budaya
 Belum efektifnya kelembagaan pengelolaan pemasaran dan promosi
pariwisata terutama ke masyarakat internasional.
Permasalahan Daya Saing Nasional &
Daerah
Penurunan Investasi (RPJM 2004-2009)
 Prosedur perijinan investasi yang panjang dan mahal (CoDB, World Bank,
2004: 12 prosedur, 151 hari (sekitar 5 bulan) dan biaya 131 persen dari
per capita income (sekitar US$ 1.163))
 Rendahnya kepastian hukum (berlarutnya perumusan RUU Penanaman
Modal dan lemahnya penegakan hukum yang terkait dengan kinerja
pengadilan niaga)
 Lemahnya insentif investasi (termasuk insentif perpajakan)
 Kualitas SDM rendah dan terbatasnya infrastruktur (keterbatasan dari
daya saing produksi (supply side) dan kapasitas dari sistem dan jaringan
infrastruktur)
 Tidak adanya kebijakan yang jelas untuk mendorong pengalihan teknologi
dari PMA (transnational corporations)
Program Pembangunan
Investasi & Ekspor (RPJM 2004-
2009)
 Reformasi perpajakan dan kepabeanan
 Perbaikan iklim investasi (peningkatan iklim dan realisasi investasi, dan
promosi dan kerjasama investasi)
 Pengembangan kapasitas dan efisiensi pelayanan infrastruktur
 Peningkatan daya saing ekspor dan efisiensi sietem perdagangan
(pengembangan standardisasi nasional, peingkatan dan pengembangan
ekspor, kerjasama perdagangan internasional, persaingan usaha,
perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan, dan efisiensi
perdagangan dalam negeri)
 Peningkatan daya saing pariwisata (pengembangan pemasaran,
destinasi, kemitraan)
Pola Investasi
Domestik
Pola Investasi
Asing
Daya Tarik Investasi Daerah
Studi KPPOD (2000, 2001, dan
2003)
Faktor-faktor penentu daya tarik investasi daerah di Indonesia berdasarkan
persepsi dunia usaha melalui pendekatan Analytical Hierarchy Process
(AHP):
 Kelembagaan (31%)
 Sosial Politik Budaya (28%)
 Ekonomi Daerah (17%)
 Tenaga Kerja dan Produktivitas (13%)
 Infrastruktur Fisik (13%)
Daya Tarik Investasi Daerah
Studi KPPOD (2000, 2001, dan
2003)
 Faktor Kelembagaan (Regulation & Government Services)
- Variabel Kepastian Hukum (39%)
* Penegakan Hukum (17%)
* Konsistensi Peraturan (11%)
* Pungli di Luar Birokrasi (6%)
* Hubungan Eksekutif-Legislatif (5%)
- Variabel Keuangan Daerah (14%)
* Anggaran Pembangunan (4%)
* Rasio Retribusi-Pajak (10%)
- Variabel Aparatur (22%)
* Penggunaan Wewenang (15%)
* Pelayanan Birokrasi (7%)
- Variabel Perda/Indikator Perda (25%)
*Perda (25%)
Daya Tarik Investasi Daerah
Studi KPPOD (2000, 2001, dan
2003)
 Faktor Sosial Politik (Socio-Political Factors)
- Variabel Sosial Politik (27%)
* Stabilitas Politik (11%)
* Konflik Masyarakat (7%)
* Unjuk Rasa (4%)
* Partisipasi Masyarakat (5%)
- Variabel Keamanan (60%)
* Gangguan Masyarakat (12%)
* Gangguan Usaha (20%)
* Kecepatan Aparat (28%)
- Variabel Budaya (13%)
* Keterbukaan (3%)
* Non Diskriminatif (2%)
* Adat Istiadat (3%)
* Etos Kerja (3%)
Daya Tarik Investasi Daerah
Studi KPPOD (2000, 2001, dan
2003)
 Faktor Ekonomi Daerah (Regional Economic Dynamism)
- Variabel Potensi Ekonomi (71%)
* PDRB per Kapita (29%)
* Pertumbuhan (28%)
* Indeks Pembangunan Manusia (14%)
- Variabel Struktur Ekonomi (29%)
* Nilai Tambah Tersier (7%)
* Nilai Tambah Sekunder (9%)
* Nilai Tambah Primer (13%)
Daya Tarik Investasi Daerah
Studi KPPOD (2000, 2001, dan
2003)
 Faktor Tenaga Kerja & Produktivitas (Labor & Productivity)
- Variabel Biaya Tenaga Kerja (24%)
* Upah Aktual (13%)
* UMP (11%)
- Variabel Ketersediaan Tenaga Kerja (35%)
* SLTP Berpengalaman (8%)
* Usia Produktif (8%)
* Pencari Kerja (19%)
- Variabel Produktivitas Tenaga Kerja (41%)
* Produktivitas (41%)
Daya Tarik Investasi Daerah
Studi KPPOD (2000, 2001, dan
2003)
 Faktor Infrastruktur Fisik (Physical Infrastructure)
- Variabel Ketersediaan Infrastruktur (54%)
* Pelabuhan Udara (5%)
* Pelabuhan Laut (11%)
* Jalan (14%)
* Telepon (13%)
* Listrik (14%)
- Variabel Kualitas Inrastruktur Fisik (46%)
* Kualitas Pelabuhan Udara (6%)
* Kualitas Pelabuhan Laut (7%)
* Kualitas Jalan (7%)
* Kualitas Telepon (11%)
* Kualitas Listrik (15%)
Daya Tarik Investasi Daerah
Studi KPPOD (200 Kab/Kota,
2003)
 10 Teratas  10 Teratas Kota
Kabupaten
- Batam
- Purwakarta - Cirebon
- Magetan - Kediri
- Bulungan - Cilegon
- Jembrana - Sawah Lunto
- Kuningan - Sukabumi
- Enrekang - Bengkulu
- Barito Utara - Pangkal Pinang
- Jeneponto - Pekalongan
- Tasikmalaya - Bekasi
- Banggai
Memasarkan Daerah
4 Aktivitas Utama dalam Memasarkan
Daerah
 Mengembangkan positioning yang kuat dan menarik (image marketing)
 Merancang insentif yang menarik bagi investor baru maupun yang sudah
ada (attraction marketing)
 Manawarkan produk dan jasa secara efisien dan bisa diakses dengan
mudah (infrastructure marketing)
 Mempromosikan daya tarik dan manfaat daerah melalui orang
(memasarkan orang/people marketing)
Memasarkan Daerah
Image Marketing
 Slogan (Misal: Thailand dg “Amazing Thailand”, Malaysia dg “Truly Asia”,
Hongkong dg “City of Life”, Jakarta dg “Enjoy Jakarta” )
 Pengambilan posisi citra (Misal: Hongkong dg “Asia’s World City”,
Singapura dg “Tourism Capital”, Yogya dg “Yogya Never Ending Asia”)
 Simbol secara visual (video, iklan, foto, dll)
Memasarkan Daerah
Infrastructure Marketing
 Aksesibilitas: kemudahan mendatangi, mencakup jalan, kereta api,
bandara, pelabuhan, transportasi umum, dan telekomunikasi
 Kualitas infrastruktur: seberapa jauh sumber daya modal, fisik, dan
prasarana yang mendukung aktifitas ekonomi telah tersedia
Memasarkan Daerah
Attraction Marketing
 Atraksi: SDA dan buatan manusia
 Atraksi: tempat dan peristiwa
 Contoh:

KLASIFIKASI ATRAKSI TEMPAT PERISTIWA

SUMBER DAYA ALAM Sungai, Gua, Pantai Festifal Daerah

BUATAN MANUSIA Monumen dan Bangunan Historis Kesenian Tradisional


Memasarkan Daerah
People Marketing
 Orang-orang terkenal (Misal: Mongolia dg “The Land of Genghis Khan”,
Gujarat dg “The Birthplace of Mahatma Gandhi”, dll)
 Pemimpin daerah (Misal: Sri Sultan HB memposisikan sebagai Raja Jawa
di milenium baru, sekaligus Gubernur DIY)
 Orang-orang kompeten dan wirausaha (Misal: daerah Kansai (Osaka) di
Jepang, Taiwan dan Hongkong terkenal akan profil wirausahanya)
 Sikap masyarakat (seberapa jauh keterbukaan masyarakat lokal
terhadap unsur-unsur (orang, investasi, industri, produk) dari luar
Penutup: Daya Saing & Kemandirian Daerah

 Kebijakan, strategi, dan program yang operasional haruslah terarah dan


terkoordinasi antar semua pihak/komponen
 Prioritas terhadap peningkatan fundamental ekonomi dan standar
pelayanan minimum daerah
 Penerapan strategi pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan
 Peningkatan daya tarik investasi melalui pemberian insentif investasi
 Peningkatan daya saing daerah melalui pengembangan komoditas potensial
dan pemberantasan ekonomi biaya tinggi
 Pensinergian pembangunan antara pusat-daerah dan penyeimbangan
pembangunan antar daerah
 Peningkatan kesadaran dan pemahaman asas manfaat oleh Pemda
 Peningkatan dan pemberdayaan PAD dengan tanpa mendistorsi
perekonomian daerah
Penutup: Daya Saing & Kemandirian Daerah
Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah yg Berkelanjutan
 Penciptaan dan peningkatan nilai tambah dalam perekonomian
 Efisiensi manajemen dan penggunaan modal daerah
 Mempertahankan kualitas lingkungan
 Perbaikan kinerja institusi (good corporate governance)
 Peningkatan kapasitas institusi (institutional capacity building)
 Keterikatan dengan ekonomi global
 Perbaikan manajemen pengelolaan aset daerah
 Strategi pengurangan kemiskinan
 Penurunan kesenjangan modal antar daerah
 Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah
 Fokus terhadap clustering industry

Anda mungkin juga menyukai