15 701 058
PERTEMUAN 1
PENGERTIAN
- Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata yaitu “ergon”
berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas
ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja.\
- Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999). Mereka menyatakan bahwa
ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter
manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan
sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan
bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien.
TUJUAN
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
MANFAAT
a. Kerja meningkat, misalnya kecepatan, ketepatan, keselamatan dan
mengurangi energi ketika bekerja.
b. Waktu menjadi berkurang, dan juga biaya pelatihan dan pendidikan.
c. Optimalisasi terhadap Sumber Daya Manusia dengan meningkatkan
keterampilan yang diperlukan.
d. Efisiensi waktu agar tidak terbuang percuma.
e. Kenyamanan karyawan ketika bekerja menjadi meningkat
PERTEMUAN 2
Agar setiap desain produk dapat memenuhi keinginan pemakainya maka harus dilakukan
melalui beberapa pendekatan sebagai berikut :
1. Mengetahui kebutuhan pemakai. Kebutuhan pemakai dapat didefinisikan
berdasarkan kebutuhan dan orientasi pasar, wawancara langsung dengan pemakai
produk yang potensial dan menggunakan pengalaman pribadi.
2. Fungsi produk secara detail. Fungsi spesifik produk yang dapat memuaskan
pemakai harus dijelaskan secara detail melalui daftar item masing-masing fungsi
produk.
3. Melakukan anilis pada tugas-tugas desain produk.
4. Mengembangkan produk.
5. Melakukan uji terhadap produk.
SOFTWARE
HARDWARE
LINGKUNGAN FISIK
ORGANISASI
OPERATOR
ANTROPOMETRI
Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya
yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Selanjutnya Annis &
McConville (1996) membagi aplikasi ergonomi dalam kaitannya dengan antropometri
menjadi dua devisi utama yaitu:
- Pertama, ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja, mesin beserta sarana
pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomi dari devisi ini adalah
untuk menciptakan kemungkinan situasi terbaik pada pekerjaan sehingga
kesehatan fisik dan mental tenaga kerja dapat terus dipelihara serta efisiensi
produktivitas dan kualitas produk dapat dihasilkan dengan optimal.
- Kedua, ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang
berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.
Antropometri statis merupakan pengukuran tubuh dalam posisi diam atau posisi statis.
Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain berat badan, tinggi badan,
ukuran kepala, panjang lengan dan lain sebagainya.
Antropometri dinamis
Perhitungan secara dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin
terjadi saat melakukan suatu pekerjaan.
Dalam prakteknya, terdapat pembagian pengukuran dinamis yaitu pengukuran tingkat
keterampilan, pengukuran jangkauan ruangan ketika kerja, dan pengukuran variabilitas
kerja.
Pulat (1992) dan Clark (1996) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling
baik dilakukan dengan posisi berdiri adalah sebagai berikut:
1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut;
2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg);
3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah, dan ke samping;
4. Sering dilakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah; dan
5. Diperlukan mobilitas tinggi.
Menurut Sutalaksana (2000), bahwa sikap berdiri merupakan sikap siaga baik fisik
maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti.
Namun demikian mengubah posisi duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat
kerja yang sama akan melelahkan.
Pada dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang
dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10 -15% dibandingkan dengan duduk.
PERTEMUAN 3
- Kualitas udara
Menurut National Health and Medical Reasearch Council (NHMRC, 1985)
bahwa yang dimaksud dengan kualitas udara dalam ruangan adalah udara di
dalam suatu bangunan yang dihuni atau ditempati untuk suatu periode yang
sekurang-kurangnya 1 jam oleh orang dengan berbagai status kesehatan yang
berlainan.
- Cuaca kerja
Cuaca kerja merupakan kombinasi dari komponen suhu udara, kecepatan gerakan
udara dan kelembaban udara. Komponen-komponen tersebut dapat
mempengaruhi persepsi kualitas udara dalam ruangan kerja, sehingga harus
selalu dijaga agar berada pada kisaran yang dapat diterima untuk kenyamanan
penghuninya.
- Manfaat dari kualitas udara baik
Terpenuhinya kualitas dan kuantitas udara yang baik akan memberikan banyak
keuntungan bagi perusahaan, antara lain:
a. Meningkatkan produktivitas kerja;
b. Meningkatkan mutu kerja kantor;
c. Menjaga kesehatan pegawai;
d. Meningkatakan semangat kerja; dan
e. Menimbulkan kesan yang menyenangkan bagi para tamu.
Menurut Morey et al (1991) Pola pikir masyarakat telah berkembang di mana pekerjaan
yang dilakukan di dalam ruangan suatu gedung modern merupakan pekerjaan yang tidak
ANDI MUHAMMAD IRSYAD AMIN SALEH
15 701 058
mempunyai resiko atau paling aman dan nyaman dari pengaruh negatif lingkungan kerja.
Kenyataannya bahwa kualitas udara dalam suatu ruangan merupakan faktor yang
signifikan yang dapat mempengahuri derajat kesehatan tenaga kerja. Hal tersebut
disebabkan oleh keadaan keadaan sebagai berikut :
- Semakin meningkatnya jumlah orang yang menghabiskan waktunya di dalam ruangan.
- Konstruksi-konstruksi bangunan gedung yang dirancang tidak menggunakan
jendela yang dapat dibuka.
- Meningkatnya penggunaan teknologi baru dan bahan-bahan sintetis.
- Sarana energi konservasi yang dapat menurunkan jumlah udara dari luar yang
disirkulasikan.
Faktor-faktor yangmempengaruhi tingkat kualitas udara dalam suatu ruangan kerja yang dapat
menyebabkan problem SBS dan BRI antara lain:
1. Kontaminan udara dalam ruangan, meliputi:
Kontaminan biologis
Formaldehid
Bahan-bahan yang mudah menguap (VOC’s)
Sisa hasil pernafasan
Sisa hasil pembakaran
Partikel-partikel dalam udara
2. Faktor fisik, meliputi:
Suhu udara
Kelembaban
Kecepatan gerakan udara untuk sirkulasi
3. Sistem ventilasi udara yang digunakan.
PERTEMUAN 4
DESAIN LINGKUNGAN KERJA FISIK
Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang
berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
Manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan
prestasi kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan
orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat, yang
artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yagn
ditentukan.
Tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu mencegah dan
mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses
produksi. Sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat,
nyaman, aman dan produktif.
MIKROKLIMAT
Mikroklimat dalam lingkungan kerja menjadi sangat penting karena dapat bertindak
sebagai stressor yang menyebabkan strain kepada pekerja apabila tidak dikendalikan
dengan baik. Mikroklimat dalam lingkungan kerja terdiri dari unsur suhu udara (kering
dan basah), kelembaban nisbi, panas radiasi dan kecepatan gerakan udara (Suma’mur,
1984 dan Bernard, 1996).
Dengan demikian jelas bahwa mikroklimat yang tidak dikendalikan dengan baik akan
berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan pekerja dan gangguan kesehatan, sehingga
dapat meningkatkan beban kerja, mempercepat munculnya kelelahan dan keluhan
subjektif serta menurunkan produktivitas kerja.
KEBISINGAN
Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat
menggangu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang
terpapar (WHS, 1993).
Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin untuk proses
produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan.
a. Pengaruh Kebisingan Intesitas Tinggi
- Terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan
penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen
atau ketulian.
- Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-
putus dan sumbernya tidak diketahui.
- Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung,
resiko serangan jantung meningkat, gangguan pencernaan
- Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses produksi demikian
hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut
dihentikan dll.
Penerangan yang cukup dan diatur secara baik juga akan membantu menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan
kerja.
PERTEMUAN 5
Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat; sistem kerja
harian/borongan; masuk kerja dan insentif dapat berpengaruh terhadap produktivitas,
baik langsung maupun tidak langsung.
ANDI MUHAMMAD IRSYAD AMIN SALEH
15 701 058
Manuaba (1990) menjelaskan bahwa jam kerja berlebihan, jam kerja lembur di luar batas
kemampuan akan dapat mempercepat munculnya kelelahan, menurunkan ketepatan,
kecepatan dan ketelitian kerja. Oleh karena setiap fungsi tubuh memerlukan
keseimbangan yang ritmis antara asupan energi dan penggantian energi (kerja-istirahat),
maka diperlukan adanya waktu istirahat pendek dengan sedikit kudapan (15 menit setelah
1,5 - 2 jam kerja) untuk mempertahankan performansi dan efisiensi kerja.
Kualitatif baik kerja fisik maupun mental fungsi fisiologis tubuh adalah tetap sama yaitu
dengan bekerja maka aktivitas persyarafan bertambah, otot-otot menegang,
meningkatnya peredaran darah ke organ-organ tubuh yang bekerja, nafas menjadi lebih
dalam, denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
Kuantitatif, antara kerja fisik dan mental adalah berbeda dan sangat dipengaruhi oleh
beban pekerjaan. Pada kerja fisik maka peranan pengerahan tenaga otot lebih menonjol
dan untuk kerja mental peranan kerja otak yang lebih dominan.
Dalam putaran 24 jam sehari terdapat 3 siklus keseimbangan tubuh yaitu 8 jam kerja, 8
jam interaksi sosial dan 8 jam istirahat. Apabila kerja lembur dilakukan di luar 8 jam
kerja tersebut sudah barang tentu siklus keseimbangan akan terganggu. Secara fisiologis,
kerja lebih dari 8 jam/hari akan sangat melelahkan. Pada kondisi yang lelah fungsi panca
indera jelas tidak dapat berjalan normal. Dan telah terbukti bahwa banyak kecelakaan
kerja terjadi pada sesi kerja lembur di samping tingkat produktivitas kerja juga rendah.
Manusia memerlukan zat gizi yang bersumber dari makanan. Bahan makanan yang
diperlukan tubuh mengandung unsur utama seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral. Fungsi dari zat-zat gizi tersebut adalah sebagai sumber tenaga atau kalori
(karbohidrat, lemak dan protein), membangun dan memelihara jaringan tubuh (protein,
air dan mineral) dan mengatur proses tubuh (vitamin dan mineral). Secara khusus, gizi
kerja adalah zat makanan yang bersumber dari bahan makanan yang diperlukan oleh
tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan lingkungan
kerjanya (Tjipta, 1990).
PERTEMUAN 6
Tanda penurunan fisik dan kemampuan sensoris pada manusia (lansia)
- Visual Acuity (Tajam penglihatan) terus menurun.
- Persepsi warna turun setelah berumur 70 tahun atau lebih
Tanda-tanda penurunan sistem saraf pada manusia yang dikemukakan oleh Cremer dan Rabbit
a. Berkurangnya keseimbangan tubuh, diupayakan dengan mengurangi lintasan
yang membutuhkan keseimbangan tinggi seperti titian, blind-step, juga tangga.
b. Penurunan sensitifitas alat perasa pada kulit, upayakan untuk menggunakan
peralatan kamar mandi yang relatif aman bagi lansia, seperti; pemanas air dengan
termostat, dan
c. Terjadinya buta parsial, melemahnya kecepatan focusing pada mata lansia, dan
makin buramnya lensa yang ditandai dengan lensa mata makin berwarna putih,
akan mempersulit lansia membedakan warna hijau, biru dan violet. Keadaan ini
berakibat pada pergerakan lansia yang semakin lamban dan terbatas, sehingga
diperlukan.
PERTEMUAN 7
-Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal
sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif.
Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian
subjektif dapat dilakukan melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku.
Karena itu strain secara subjektif berkait erat dengan harapan, keinginan, kepuasan dan
penilaian subjektif lainnya. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi:
a) Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status
gizi); serta
b) faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dll.).
METODE PENILAIAN BEBAN KERJA
1. metode penilaian beban kerja fisik
2. metode penilaian beban kerja mental
Menurut Muskamal (2010), dijelaskan bahwa dalam melakukan pengukuran beban kerja
dapat memberikan beberapa manfaat kepada organisasi, yakni :
1. Penataan/penyempurnaan struktur organisasi
2. Penilaian prestasi kerja jabatan dan prestasi kerja unit
3. Bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja
ANDI MUHAMMAD IRSYAD AMIN SALEH
15 701 058
PERTEMUAN 8
PERTEMUAN 9
PENGERTIAN MUSKULOSKELETAL
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh
seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis
secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan
keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean,
1993; Lemasters, 1996).
berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan
optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko
terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.
2. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan
mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dsb. Keluhan otot terjadi karena otot
menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan
untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh
bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu
membungkuk, kepala terangkat,dsb. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi
tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak
alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis &
McCnville, 1996; Waters & Anderson, 1996 & Manuaba, 2000).
4. Faktor Penyebab Sekunder
- Tekanan
- Getaran
- Mikroklimat
- Penyebab kombinasi
PERTEMUAN 10
Konsep umum dari produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan
(input) per satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila:
1) Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/ sumber daya yang sama;
2) Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya lebih
kecil dan
3) Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil
(Soeripto, 1989; Chew, 1991 dan Pheasant, 1991).
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS
1. Produktivitas total: adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total masukan
(input) per satuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total, semua faktor masukan (tenaga
kerja, kapital, bahan, energi) terhadap total keluaran harus diperhitungkan.
2. Produktivitas parsial: adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau input
per satuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban kerja, dll.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja. Soedirman (1986) dan
Tarwaka (1991) merinci faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja secara umum.
1) Motivasi. Motivasi merupakan kekuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang ke arah
tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya.
2) Kedisiplinan. Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku
perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan,
ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku.
3) Etos kerja. Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos kerja
merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus
berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.
4) Keterampilan. Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun menejerial sangat
menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut
untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) terutama dalam
perubahan teknologi mutakhir.
5) Pendidikan. Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan
formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat kita kuasai
dengan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang handal.
BREAK-EVEN POINT
Menurut Pilcher (1975) Break-even cost analysis adalah membandingkan antara alternatif di
mana biaya masing-masing alternatif di pengaruhi oleh variable tunggal. Sedangkan break-even point
adalah suatu analisis di mana nilai variabel untuk nilai pada biaya masing-masing alternatif adalah
sama. Untuk menganalisis suatu break- even point dapat dilakukan dengan cara:
- Menghitung seluruh biaya perbaikan kondisi kerja;
- Menghitung peningkatan atau selisih antara hasil kerja sebelum dan setelah perbaikan
kondisi kerja;
- Break-even point akan dicapai apabila antara biaya perbaikan kondisi kerja dan manfaat
atau keuntungan yang diperoleh setelah perbaikan kondisi kerja tersebut adalah sama.
PERTEMUAN 11
Manuaba (1998) memberikan definisi sebagai berikut: stress adalah segala rangsangan atau
aksi dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat
menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai
kepada dideritanya suatu penyakit
Heerdjan (1990) menguraikan bahwa stress dapat digambarkan sebagai suatu kekuatan yang
dihayati mendesak atau mencekam dan muncul dalam diri seseorang sebagai akibat ia mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan diri.
semakin macet, pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya, pemakaian tehnologi baru,
pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan baru dll.
b) Faktor peran individu dalam organisasi kerja. Beban tugas yang bersifat mental dan
tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan
dengan beban kerja fisik. Karasek et al (1988) dalam suatu penelitian tentang stress
akibat kerja menemukan bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi
dan ditambah dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai
resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta
mempunyai kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain.
c) Faktor hubungan kerja. Hubungan baik antara karyawan di tempat kerja adalah faktor
yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress. Kecurigaan antara pekerja, kurangnya
komunikasi, ketidak nyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda
adanya stress akibat kerja (Cooper & Payne, 1988). Tuntutan tugas yang mengharuskan
seorang tenaga kerja berkerja dalam tempat terisolasi, sehingga tidak dapat
berkomunikasi dengan pekerja lain (seperti; operator telepon, penjaga mercu suar, dll)
juga merupakan pembangkit terjadinya stress.
d) Faktor pengembangan karier. Perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan
pengembangan karier mempunyai dampak cukup penting sebagai penyebab terjadinya
stress. Menurut Wantoro (1999) faktor pengembangan karier yang dapat menjadi pemicu
stress adalah a) ketidakpastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi perusahaan dan
mutasi kerja dll. b) promosi berlebihan atau kurang: promosi yang terlalu cepat atau
tidak sesuai dengan kemampuan individu akan menyebabkan stress bagi yang
bersangkutan atau sebaliknya bahwa seseorang merasa tidak pernah dipromosikan sesuai
dengan kemampuannya juga menjadi penyebab stress.
e) Faktor struktur organisasi dan suasana kerja. Penyebab stress yang berhubungan
dengan struktur organisasi dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya organisasi
dan model manajemen yang dipergunakan. Beberapa faktor penyebabnya antara lain,
kurangnya pendekatan partisipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya
komunikasi dan kebijaksanaan kantor. Selain itu seringkali pemilihan dan penempatan
karyawan pada posisi yang tidak tepat juga dapat menyebabkan stress.
f) Faktor di luar pekerjaan. Faktor kepribadian seseorang (ekstrovert atau introvert)
sangat berpengaruh terhadap stressor yang diterima. Konflik yang diterima oleh dua
orang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda satu sama lain. Perselisihan antar
anggota keluarga, lingkungan tetangga dan komunitas juga merupakan faktor penyebab
timbulnya stress yang kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan kerja.