Anda di halaman 1dari 14

Nama : Tyas Ayu Permadani

Kelas : 2B
NIM : 041910365

RESUME
AKUNTANSI ASET TETAP

A. Standar Akuntansi
Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No. 07 merupakan Standar yang
mengatur tentang Akuntansi Aset Tetap. Tujuannya adalah mengatur perlakuan akuntansi
untuk aset tetap, yang meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan
perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat aset tetap.
Standar ini tidak diterapkan untuk :
1. Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative natural
resources)
2. Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas alam, dan
sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui (non-regenerative natural
resources)
B. Dasar Hukum
Akuntansi aset tetap pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24
Tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan No. 07 (PSAP 07) tentang
Akuntansi Aset Tetap.
C. Pengertian Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan
untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama
aset pemerintah, dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk dalam aset
tetap pemerintah :
1. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lain,
seperti instansi pemerintah lainnya, universitas, atau kontraktor.
2. Hak atas tanah
Yang tidak termasuk dala definisi asset tetap adalah asset yang dikuasai untuk
dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan(materials) dan
perlengkapan(supplies), karena asset ini termasuk dalam persediaan.
D. Klasifikasi Aset Tetap
Berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas,
klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut :
1. Tanah, yaitu tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
2. Peralatan dan Mesin, mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik,
inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya
lebih dari 12 bulan dan dalam kondisi siap pakai.
3. Gedung dan Bangunan, mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap pakai.
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan, mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh
pemerintah serta dimiliki dan atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
pakai.
5. Aset Tetap lainnya, merupakan aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
6. Konstruksi dalam Pengerjaan, mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
E. Pengakuan Aset Tetap
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya
dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, harus dipenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Berwujud
2. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan
3. Biaya perolehan aset dapat diukur secara anda
4. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas
5. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan
Manfaat ekonomi masa yang akan datang akan mengalir ke suatu entitas dapat
dipastikan bila entitas tersebut akan menerima manfaat dan menerima resiko terkait.
Dalam keadaan suatu asset yang dikontruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang
dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas
tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam
proses kontruksi.
Tujuan utama dari perolehan asset tetap adalah untuk digunakan oleh pemerintah
dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan dimaksudkan untuk dijual.
Pengakuan asset tetap akan handal bila asset tetap telah diterima dan diserahkan hak
kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Saat pengakuan asset akan
dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan
dan atau penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan
kendaraan bermotor. Apabila perolehan asset tetap belum didukung dengan bukti secara
hokum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti
pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli dan sertifikat kepemilikan
di instansi berwenang, maka asset tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti
bahwa penguasaan atas asset tetap tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi
pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas pemilik sebelumnya.
Contoh : Pemda A di Bandung membeli generator listrik dari PT Listrikindo di
Surabaya. Harga mesin diketahui sebesar Rp. 1.200.000.000.- Pada 31 Desember 2007
generator tersebut masih dalam perjalanan. Apabila syarat penyerahan hak kepemilikan
dengan prinsip FOB-destination, maka mesin tersebut belum diakui sebagai asset tetap
oleh Pemda A; jika syarat penyerahan kepemilikan adalah FOB-shipping point, maka asset
tersebut sudah menjadi milik Pemda A, walaupun barangnya belum sampai ke Pemda A
(masih dalam perjalanan).
F. Pengukuran Aset Tetap
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan.Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada
nilai wajar pada saat perolehan.
1. Penilaian Awal Aset Tetap
Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan
dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya
perolehan.Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah
sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu asset pada saat perolehan
atau kontruksi sampai dengan asset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk digunakan. Sedangkan nilai wajar adalah nilai tukar asset atau penyelesaian
antar pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
Contoh : Pemda A menerima hibah dari PT Developerindo tanah seluas 100000
m2. Harga tanah secara wajar belum diketahui, maka tanah tersebut dinilai dengan
prinsip sebagai berikut :
1) Nilai perolehan, yaitu nilai beli dan biaya-biaya lain yang relevan yang
dikeluarkan oleh developer.
2) Berdasarkan nilai jual objek pajak (NJOP) yang dikeluarkan oleh Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) setempat apabila harga jual
taksiran lebih kecil dari NJOP.
3) Berdasarkan nilai jual taksiran apabila NJOP lebih kecil dari nilai jual taksiran.
Nilai taksiran adalah nilai yang diperkirakan oleh developer atau appraisal.
Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap
yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun.Untuk
periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu
entitas menggunakan biaya perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada.
2. Komponen Biaya
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga beli atau konstruksinya,
termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam
membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk
penggunaan yang dimaksudkan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung adalah biaya persiapan tempat, biaya pengiriman awal dan biaya simpan dan
bongkar muat, biaya pemasangan, biaya professional seperti arsitek dan insiyur, serta
biaya konstruksi.
3. Biaya atas Tanah
Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan.Biaya perolehan mencakup
harga pembelian atau baiaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya
yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai.Nilai tanah juga meliputi nilai
bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut
dimaksudkan untuk dimusnahkan.
Contoh : Pemda A membeli tanah dan bangunan pabrik yang masih wajar, namun
bangunan tersebut tidak layak baik dari segi arsitektur, maupun desain dan tata
ruangnya sehingga bangunan tersebut akan dibongkar. Biaya yang telah disepakati
dan dibayar tunai adalah sebagai berikut :
1) Harga tanah Rp 8.000.000.000.-
2) Bangunan Rp 2.000.000.000.-
3) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
yang ditanggung oleh Pemda Rp 2.500.000.000.
4) Sertifikat hak milik dan komisi Rp 500.000.000.-
Total pembebasan tanah dan bangunan Rp 13.000.000.000.-
5) Biaya perataan/pembongkaran dan
pembersihan bangunan Rp 2.000.000.000.-
Harga perolehan atas tanah Rp 15.000.000.000.-
6) Di atas tanah tersebut dibangun gedung perkantoran dengan nilai kontrak sebesar
Rp 20.000.000.000.- dan pada 31 Desember baru dibayar senilai 60%.
Berdasarkan contoh di atas, maka :
a. Nilai tanah adalah sebesar Rp 15.000.000.000,-
b. Nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan sebesar
60% × Rp 20.000.000.000.- sama dengan Rp 12.000.000.000.-
c. Nilai Ekuitas :
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap adalah :
Tanah Rp 15.000.000.000.-
KDP Rp12.000.000.000.
Jumlah Rp 27.000.000.000.-
4. Biaya atas Peralatan dan Mesin
Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang
telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai.
Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi,
serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan
dan mesin tersebut siap digunakan.
Contoh : Pemda membeli mesin generator listrik. Harga mesin sebesar Rp
1.500.000.000.- potongan 10%, Pajak Pertambahan Nilai 10%, Biaya Pemasangan
dan instalasi sebesar Rp 11.000.000.- termasuk PPN 10%. Nilai perolehan mesin
dihitung sebagai berikut :
a) Harga mesin Rp 1.500.000.000.-
Potongan 10% Rp 150.000.000.-
Harga beli neto Rp 1.350.000.000.-
b) Biaya lain : PPN 10% Rp 135.000.000.-
Biaya Instalasi Rp 11.000.000.-
Jumlah Rp 146.000.000.-
Harga perolehan mesin Rp 1.496.000.000.-
Sehingga nilai mesin adalah Rp 1.496.000.000.- bukan sebesar Rp 1.350.000.000.-
5. Biaya atas Gedung dan Bangunan
Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini
antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya
pengurusan IMB, notaris, dan pajak.
6. Biaya atas Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai.Biaya ini
meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan
sampai jalan, irigasi, dan jaringan tersebut siap pakai.
Misalnya, Pemda A membebaskan lahan untuk jalan senilai Rp 20.000.000.000.-
Pembangunan jalan menelan biaya sebanyak Rp 12.000.000.000.- dan pemangunan
irigasi & jaringan senilai Rp 5.000.000.000.- Pemangunan tersebut per 31 Desember
telah selesai seluruhnya. Maka biaya untuk jalan, irigasi, dan jaringan adalah sebesar
Rp 17.000.000.000.- bukan Rp 37.000.000.000.-, karena nilai sebesar Rp 20 milyar
adalah nilai aset tetap berupa tanah. Tanah untuk jalan tidak masuk dalam akun
“Jalan, Irigasi, dan Jaringan”.
7. Biaya atas Aset Tetap Lainnya
Biaya perolehan aset tetaplainnya menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap dipakai
8. Biaya atas Aset yang Dibangun
Biaya perolehan suatu aset yang dibangun dengan cara swakelola ditentukan
menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang dibeli.
9. Biaya Administrasi dan Biaya Umum Lainnya
Biaya Administrasi dan Biaya Umum Lainnya bukan merupakan suatu komponen
biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatrubusikan secara langsung
pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya.Demikian pula
biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa tidak merupakan bagian
biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi
kerjanya; dan setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian.
10. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan atau melewati satu
periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum selesai tersebut digolongkan dan
dilaporkan sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai
dan siap dipakai. Pernyataan PSAP No 8 mengenai kontruksi dalam pengerjaan
mengatur secara rinci mengenai perlakuan asset dalam penyelesaian, termasuk rincian
biaya kontruksi asset tetap baik yang dikerjakan secara swakelola atau yang
dikerjakan oleh kontraktor.
11. Perolehan secara Gabungan
Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.
Misalnya, Pemda A memenangkan lelang tanah, bangunan, kendaraan dan mesin,
jalan-irigasi, dan jaringan dari PT Fasilindo Wisata senilai Rp 100.000.000.000.-
Hasil appraisal nilai asset tersebut adalah sebagai berikut :
1) Tanah Rp 80.000.000.000.-
2) Bangunan Rp 50.000.000.000.-
3) Kendaraan dan mesin (Peralatan dan Mesin) Rp 40.000.000.000.-
4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan Rp 30.000.000.000.
Jumlah nilai appraisal Rp 200.000.000.000.-
Berdasarkan nilai appraisal harga perolehan sebesar Rp 100.000.000.000.- di atas
dialokasikan ke masing-masing pos/akun aktiva tetap, yaitu sebagai berikut :

No Kelompok Aset Rincian Jumlah (Rp)


1 Tanah 8/20 × Rp 100.000.000.000 40.000.000.000
2 Bangunan 5/20 × Rp 100.000.000.000 25.000.000.000
3 Peralatan dan Mesin 4/20 × Rp 100.000.000.000 20.000.000.000
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 3/20 × Rp 100.000.000.000 15.000.000.000

12. Pertukaran Aset (Exchanges of Assets)


Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran sebagian aset
tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos semacam itu diukur
berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh, yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat
aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas dan
kewajiban lain yang ditransfer atau diserahkan.
Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas suatu aset yang serupa
yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa. Suatu aset
tetap juga dapat dilepas dalam pertukaran dengan kepemilikan aset yang serupa.
Dalam keadaan tersebut tidak ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam
transaksi ini.Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat atas aset
yang dilepas. Nilai wajar asset yang diterima tersebut dapat memberikan bukti adanya
suatu pengurangan nilai atas asset yang dilepas.
13. Aset Donasi
Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai
wajar pada saat perolehan. Apabila perolehan asset tetap memenuhi kriteria perolehan
asset donasi, maka perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan operasional. Yang
tidak termasuk perolehan asset tetap donasi, apabila penyerahan asset tetap tersebut
dihubungkan dengan kewajiban entitas lain kepada pemerintah.
G. Pengeluaran Setelah Perolehan (Subsequent Expenditures)
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan
datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus
ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.
Kapitalisasi biaya harus ditetapkan dalam kebijakan akuntansi suatu entitas berupa
criteria seperti pada paragraf/ dan/atau suatu batasan jumlah tertentu untuk dapat
digunakan dalam dalam penentuan apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau
tidak.
Contoh : Pemda A menetapkan nilai minimal pengeluaran untuk perbaikan atau
pemeliharaan aset tetap yang dikapitalisir sebesar Rp 50.000.000.- baik dapat memper-
panjang masa manfaat aset tetap atau tidak memperpanjangnya. Pada 2007 Pemda A
mengeluarkan kas untuk keperluan pembelian suku cadang mesin generator yang dapat
menambah masa produksi, atau masa manfaat. Nilai tersebut sebesar Rp 35.000.000.- dan
melakukan renovasi ruangan kantor yang menambah kenyamanan. Biaya renovasi senilai
Rp 51.000.000.- Transaksi tersebut diperlakukan sebagai berikut :
a. Nilai sebesar Rp 35.000.000.- tidak dimasukkan dalam akun asset tetap “Peralatan
dan Mesin”, walaupun menambah masa manfaat mesin tersebut.
b. Nilai sebesar Rp 51.000.000.- dimasukkan dalam akun asset tetap “Gedung dan
Bangunan” walaupun tidak menambah masa manfaat bangunan tersebut.
1) Pengukuran Berikutnya (Subsequent Measurement) Terhadap Pengakuan Awal
Asset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan asset tetap tersebut dikurangi
akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian
kembali, maka asset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing – masing
akun asset tetap dan akun ekuitas.
2) Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu asset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat asset yang bersangkutan.Nilai
penyusutan untuk masing – masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat
asset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional.  Selain
tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh asset tetap disusutkan sesuai dengan
sifat dan karakteristik asset tersebut.
Metode penyusutan yang dapat dipergunakan ialah:
a. Metode garis lurus, Metode ini menghasilkan nilai yang sama untuk setiap periode
akuntansi. Oleh karena itu biasanya digunakan dasar waktu atau masa manfaat.
Dasar perhitungan metode ini adalah harga perolehan dikurangi (jika ada) dengan
nilai sisa asset tetap yang bersangkutan. Nilai sisa atau nilai risidu adalah taksiran
nilai wajar asset tetap apabila masa manfaatnya telah habis.
Contoh : Pemda A menetapkan masa manfaat asset tetap sebagai berikut :

No Jenis Aset Masa Manfaat Tarif


Penyusutan
1 Gedung dan Bangunan 10 Tahun 10%
- Tidak Permanen

- Permanen 20 Tahun 5%
2 Peralatan dan Mesin 4 Tahun 25 %
3 Jalan, Irigasi dan Jaringan 4 Tahun 25 %
Pemda A memperlakukan aset tetap tidak mempunyai nilai residu (nilai
sisa); dan asset tetap disusutkan berbasis bulan. Selama 2007 pemda A
melakukan transaksi pengadaan asset tetap sebagai berikut :

1. Maret membeli tanah Rp 10.000.000.000.-


2. Bangunan dan sudah digunakan mulai September 2007. Nilai bangunan
tersebut sebesar Rp 20.000.000.000.- Bangunan ini bersifat permanent.
3. Jembatan selesai dan digunakan sejak Juli 2007. Nilai jembatan sebesar Rp
4.000.000.000.-
Maka Nilai penyusutan untuk 2007 adalah sebagai berikut :
No Jenis Aset Perhitungan Nilai Penyusutan

1 Gedung dan Bangunan

- Permanen 5% × Rp 20.000.000.000 × 333.333.333


4/12

2 Jembatan 25% × Rp 4.000.000.000 ×6/12 500.000.000

Jumlah 833.333.333

Untuk 2008 aset tetap tersebut disusutkan sebagai berikut :

No Jenis Aset Perhitungan Nilai Penyusutan

1 Gedung dan Bangunan

- Permanen 5% × Rp 20.000.000.000 1.000.000.000

2 Jembatan 25% × Rp 4.000.000.000 1.000.000.000

Jumlah 2.000.000.000

b. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method). Metode ini
dapat dilakukan dengan cara tarif metode garis lurus dikalikan dua, namun dasar
penyusutannya adalah nilai buku, yaitu harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan. Berdasarkan contoh di atas, maka nilai penyusutan untuk
2007 adalah sebagai berikut :
No Jenis Aset Perhitungan Nilai Penyusutan

1 Gedung dan Bangunan

- Permanen 10% × Rp 20.000.000.000 × 666.666.666


4/12

2 Jembatan 50% × Rp 4.000.000.000 ×6/12 1.000.000.000

Jumlah 1.666.666.666

Untuk 200 aset tetap tersebut disusutkan dengan nilai sebagai berikut :
No Jenis Aset Perhitungan Nilai
Penyusutan
1 Gedung dan Bangunan 10% × (Rp 20.000.000.000 – Rp 1.933.333.333
- Permanen 666.666.666)

2 Jembatan 50% × (Rp 4.000.000.000 – Rp 1.500.000.000


1.000.000.000)
Jumlah 3.433.333.333

c. Metode unit produksi (unit of production method). Contoh. Pemda A membeli


generator listrik. Biaya perolehan sampai dengan digunakan senilai Rp 4 milyar.
Generator mempunyai kapasitas 2.000.000 Kwh. Pada 2007 Pemda A
memanfaatkan generator sebanyak 10000 Kwh, maka nilai penyusutan adalah
10.000/2.000.000 × Rp 4.000.000.000.- = Rp 20.000.000.-
3. Penilaian Kembali Aset Tetap (Revaluation)
Penilaian kembali atau revaluasi asset tetap pada umumnya tidak diperkenankan
karena Standar Akuntansi Pemerintahan menganut penilaian asset berdasarkan biaya
perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan
berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional. Selisih antara nilai
revaluasi dengan nilai tercatat asset tetap dibukukan dalam ekuitas dana pada akun
diinvestasikan pada Aset Tetap.
H. Akuntansi Tanah
Tanah yang dimiliki dan atau dikuasai pemerintah tidak diperlakukan secara khusus,
dan pada prinsipnya mengikuti ketentuan seperti yang diatur pada pernyataan tentang
akuntansi asset tetap. Pemerintah tidak dibatasi satu periode tertentu untuk kepemilikan
dan/atau penguasaan tanah yang dapat berbentuk hak pakai, hak pengelolaan, dan hak
atas tanah lainnya yang dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Oleh karena itu, setelah perolehan awal tanah, pemerintah tidak memerlukan biaya untuk
mempertahankan hak atas tanah tersebut.
Pengakuan tanah di luar negeri sebagai asset tetap hanya dimungkinkan apabila
perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang – undangan yang berlaku di Negara
tempat Perwakilan Republik Indonesia berada mengindikasikan adanya penguasaan yang
bersifat permanen. Penguasaan atas tanah dianggap permanen apabila hak atas tanah
tersebut merupakan hak yang kuat diantara hak-hak atas tanah yang ada di Negara
tersebut dengan tampa batas waktu.
I. Aset Bersejarah (Heritage Assets)
Pernyataan ini tidak mengharuskan pemerintah untuk menyajikan asset bersejarah di
neraca namun asset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
Beberapa asset tetap dijelaskan sebagai asset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya,
lingkungan, dan sejarah. Contohnya adalah bangunan bersejarah, monument, tempat –
tempat purbakala (candi), dan karya seni lainnya. Berikut adalah karakteristik yang
seringkali dianggap sebagai cirri khas asset bersejarah:
a. Nilai cultural, lingkungan, pendidikan dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh
dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar.
b. Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat
pelepasannya untuk dijual.
c. Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan
walaupun kondisi fisiknya semakin menurun.
d. Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat
mencapai ratusan tahun.
Asset bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pemerintah bisa saja memiliki asset bersejarah yang diperoleh selama bertahun-
tahun dan dengan cara perolehan beragam, diantaranya adalah pembelian, donasi,
warisan, rampasaan atau sitaan. Asset ini jarang dikuasai dikarenakan alasan
kemampuannya untuk menghasilkan aliran kas masuk, dan akan mempunya masalah
sosial dan hokum bila memamfaatkannya dengan tujuan tersebut.
Asset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit koleksi
yang dimiliki atau jumlah unit monument, dalam Catatan atas laporan keuangan dengan
tanpa nilai.biaya untuk perolehan, kontruksi, peningkatan, rekontruksi harus dibebankan
sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Beberapa asset bersejarah juga
memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai
contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut,
asset ini akan diterapkan prinsip – prisip yang sama seperti asset tetap lainnya.
J. Aset Infrastruktur (Infrastructure Assets)
Beberapa asset biasanya dianggap sebagai asset infrastruktur. Walaupun tidak ada
definisi yang universal digunakan, asset ini biasanya mempunyai karakteristik:
a. Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan
b. Sifatnya khusus dan tidak ada alternative lain penggunaannya
c. Tidak dapat dipindah – pindahkan
d. Terdapat batasan – batasan untuk pelepasannya.
Walaupun kepemilikan dari asset infrastruktur tidak hanya oleh pemerintah, asset
infrastruktur secara signifikan sering dijumpai sebagai asset pemerintah.Asset
infrastruktur memenuhi definisi asset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip
– prinsip yang ada pada pernyataan ini.Contoh dari asset ini ialah jaringan, jalan dan
jembatan, sistem pembuangan, dan jaringan komunikasi.
Aset Militer (Military Assets)
Peralatan militer, baik yang umum maupun khusus, memenuhi definisi asset tetap
dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip – prinsip yang ada pada pernyataan ini.
K. Penghentian dan Pelepasan (Retirement and Disposal)
Suatu asset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila asset secara
permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan
datang. Asset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari
Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.Asset tetap yang
dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi asset tetap dan
harus dipindahkan ke pos asset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
Pengungkapan Aset Tetap
Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing – masing jenis asset tetap yakni:
a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, dan jika ada
mutasi asset tetap lainnya.
c. Informasi penyusutan, meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan yang
digunakan, masa manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan, dan nilai tercatat
bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.
Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
1. Eksistensi dan batasan hak milik atas asset tetap
2. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan asset tetap
3. Jumlah pengeluaran pada pos asset tetap dalam konstruksi
4. Jumlah komitmen untuk akuisisi asset tetap
Jika asset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka hal – hal yang berikut
harus diungkapkan:
a. Dasar peraturan untuk menilai kembali asset tetap
b. Tanggal efektif penilaian kembali
c. Jika ada, nama penilai independen
d. Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti
e. Nilai tercatat setiap jenis asset tetap

Anda mungkin juga menyukai