Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kliping Sejarah

“Corak Kehidupan Masyarakat Pra Aksara &


Perkembangan Teknologinya”

D
I
S
U
S
U
N

Oleh:

Nama : Sondang Nainggolan


Kelas : X IPS 1

1.Corak Kehidupan Masyarakat Pra Aksara :

a. Pola hunian {tempat tinggal}


Masyarakat praaksara memiliki dua pola hunian, yakni kedekatan dengan sumber
air dan kehidupan di alam terbuka. Pola ini bergantung dengan letak geografis dan
kondisi lingkungan di sekitar.
Biasanya, hunian yang dekat dengan sumber air dipilih lantaran air mengundang
kehadiran binatang di lingkungan sekitar. Lokasi yang dekat dengan air juga
membuat tanaman tumbuh subur. Selain itu, mayarakat juga bisa berpindah dengan
mudah lewat sungai.

*Pola hunian kedekatan dengan sumber air

*Pola hunian kehidupan di alam terbuka

b. Cara berburu, meramu dan bercocok tanam

*Masa Berburu dan Meramu atau Mengumpulkan Makanan


Kegiatan pada manusia pada jaman ini dalam memenuhi kebutuhan pangannya
dilakukan dengan cara berburu dan meramu atau istilahnya Food Gathering.
Kehidupan yang dijalani pada jaman ini adalah berpindah-pindah dengan
kelompok masing-masing. Apabila makanan telah habis dan wilayah yang
didiaminya tidak lagi menghasilkan maka kelompok-kelompok pada jaman ini
akan berpindah mencari wilayah yang subur, banyak binatang buruan untuk
memenuhi hajat kebutuhan makan. Pada masa ini kehidupan sosial masih terbatas
yaitu pada kelompok-kelompok kecil dan juga sudah mengenal yang namanya
berladang, apabila ladang yag digarap sudah tidak subur lagi maka akan berpindah
menjadi lahan baru untuk dibuat ladang.

*Masa Bercocok Tanam

Kelajutan dari masa berburu dan meramu dengan hidup berpindah-pindah adalah
kehidupan yang sudah mengenal bercocok tanam. Kehidupan bercocok tanam pada
masa ini membuat hidup kehidupan tidak lagi berpindah dari satu tempat ketempat
yang lain tetapi sudah menetap. Kehidupan sosial pada jaman ini juga sudah
semakin maju yang ditandai dengan adanya desa dan pemimpin yang dipilih untuk
memimpin kelompok atau warga.

c. Sistem kepercayaan
Manusia purba mulai mengenal sistem kepercayaan pada zaman Neolithikum
(Batu Baru). Kita dapat menelusuri konsep dan karakteristik sistem kepercayaan
manusia purba dari artefak zaman Neolithikum. Pada zaman Neolithikum
berkembang kebudayaan Megalithikum yang erat kaitannya dengan eksistensi
sistem kepercayaan manusia purba. Kebudayaan Megalithikum merupakan suatu
tradisi dan kebudayaan manusia purba yang menghasilkan batu-batu besar untuk
keperluan religius. Hasil Kebudayaan Megalithikum seperti menhir, dolmen, arca,
waruga, sarkofagus dan punden berundak dapat memberikan penjelasan kepada
kita tentang sistem kepercayaan manusia purba. Baca juga: Sangiran, Tempat
Penemuan Banyak Fosil Manusia Purba Indonesia Sistem Kepercayaan manusia
purba pada masa pra-aksara bisa dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu : Dapatkan
informasi, inspirasi dan insight di email kamu.

*Animisme

Kata animisme berasal dari bahasa Latin anima yang memiliki arti roh. Menurut
buku Sejarah Asia Tenggara: Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer (2013)
karya M.C Ricklefs, animisme adalah sistem kepercayaan yang memuja makhluk
halus dan roh nenek moyang. Karakteristik manusia purba yang menganut paham
ini adalah mereka mereka yang selalu memohon perlindungan dan permintaan
sesuatu kepada roh nenek moyang seperti kesehatan, kesuburan, keselamatan, dan
lainnya.

*Dinamisme

Secara harfiah, Dinamisme berasal dari bahasa Inggris dynamic yang berarti daya,
kekuatan, dinamis. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu
yang dianggap memiliki kekuatan supranatural seperti pohon besar dan batu besar.
Dalam buku Primitive Culture : Research into Development of Mythology,
Philosophy, Religion, Language, Art, and Custom (1871) karya Edward B Tylor,
dijelaskan unsur dinamisme manusia purba lahir dari ketergantungan manusia
terhadap kekuatan lain yang berada di luar dirinya. Manusia purba pada masa pra-
aksara memiliki banyak keterbatasan sehingga mereka membutuhkan pertolongan
dari benda-benda yang dianggap mampu memberi keselamatan.

*Totemisme

Totemisme merupakan sistem kepercayaan yang menganggap bahwa hewan atau


tumbuhan tertentu memiliki kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan
atau malapetaka kepada penganutnya. Manusia purba yang menganut kepercayaan
Totemisme cenderung mengeramatkan hewan atau tumbuhan tertentu, sehingga
mereka tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi hewan dan tumbuhan tersebut.

2. Perkembangan Teknologi {alat yang digunakan} pada zaman Paleotikum,


Mesolitikum dan Neolitikum.

*Alat yang digunakan pada zaman Paleotikum

-Kapak genggam

Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut
“chooper” (alat penetak/pemotong).
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak,
tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakaannya dengan cara digenggam.
Pembuatan kapak gengggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi
batu sampai tajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat
menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan
menguliti binatang.

-Kapak perimbas

Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai
senjata. Manusia kebudayaan Pacitan adalah jenis Pithecanthhropus. Alat ini juga
ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), Lahat(Sumatera
Selatan), dan Goa Choukoutieen(Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di
daerah pacitan, sehingga leh Ralp Von Koenigswald disebut Kebudayaan Pacitan.
-Alat-alat dari tulang binatang dan tanduk rusa

Salah satu alat peninggalan zaman Paleotikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-
alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari
tulang ini berupa alat penusuk(belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat
ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga
biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.

-Flakes

Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan
untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong.
Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan buah buahan.

*Alat yang digunakan pada zaman Mesolitikum

-Pebble Sumatra (Kapak Genggam Sumatera)


V VAN Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang pada tahun 1925
dan menemukan sebuah kapak genggam. Berdasarkan usianya, kapak tersebut
dinyatakan sebagai salah satu peralatan pada zaman mesolitikum. Kapak genggam
yang dinamai pebble ini terbuat dari batu kali. Baca juga

Bentuk pebble hampir mirip dengan kapak genggam pada zaman paleolitikum.
Cara membuat alat ini ialah dengan membenturkan antara batu hingga pecah dan
tajam pada salah satu sisinya. Sesuai dengan namanya, kapak ini digunakan dengan
cara menggenggam pada salah satu bagian. Fungsi utama pebble ialah untuk
memotong hewan buruan. Baca juga: 

-Hachecourt (Kapak Pendek)

Kapak pendek berbentuk setengah lingkaran. Cara pembuatannya seperti


pembuatan kapak genggam yaitu dengan memecah, memukul batu tetapi tidak
diasah. Sisi tajamnya berada pada sisi yang lengkung. Selain itu ditemukan pula
benda yang disebut pipisan (batu penggiling beserta landasannya).
Pipisan tidak hanya digunakan untuk menggiling makanan, namun juga untuk
menghaluskan bahan pembuat cat merah. Cat merah ini mungkin digunakan untuk
melukis manusia purba di dinding gua tempat ia tinggal atau mungkin sebagai
sarana spritual.

-Pipisan
Pipisan merupakan batu penggiling yang disertai dengan landasannya. Bentuk
pipisan sangat sederhana, yakni menyerupai batang besar dan landasannya seperti
bongkahan batu cenderung balok. Fungsi utama dari alat ini ialah untuk
menggiling makanan yang akan dikonsumsi oleh manusia purba pada zaman itu.
Baca juga: 
Selain menggiling makanan, pipisan juga digunakan untuk menghaluskan cat
merah. Fungsi cat merah ialah untuk melakukan berbagai proses ritual pada masa
itu. Zaman mesolitikum memang sudah mengenal kepercayaan. Manusia pada
zaman ini percaya bahwa nenek moyang mereka memiliki kekuatan magis.
Dapat disimpulkan bahwa alat-alat zaman mesolitikum hampir sama dengan alat
pada zaman paleolitikum. Kesamaannya ialah menggunakan bahan dasar berupa
batu serta cara pembuatannya yang sangat sederhana. Akan tetapi, zaman
mesolitikum telah mengalami banyak perkembangan.

*Alat yang digunakan pada zaman Neolitikum

-Beliung persegi

Alat ini ditemukan hampitr di seluruh Indonesia, terutama wilayah Barat. Alat ini
terbuat dari batu Chalcedon. Bagian atas atau pangkal biasanya tidak digosok.
Bagian bawah atau tajaman digosok dan diasah sehingga tajam dan halus.Cara
penggunaannya adalah batu ini diikat pada setangkai kayu sehingga menyerupai
cangkul. Alat ini berguna untuk melubangi kayu dan jika yang berukuran kecil
dapat dginakan untuk mengukir.

-Kapak lonjong
Kapak ini berbentuk lonjong dengan bagian tajaman runcing dan sediikit melebar.
Bagian tajaman digosok dan diasah pada dua sisi sehingga menghasilkan tajaman
yang simetris. Kapak ini umumnya terbuat dari batu kali yang berwarna hitam.
Kapak ini banyak ditemukan di wilayah Minahasa, Maluku dann Papua.

-Tembikar

Tembikar ini banyak ditemukan di wilayah Sumatera dan Jawa. Periuk ini
kemungkinan digunakan untuk meletakkan berbagai hasil panen. Sedang di
Sumbawa, banyak ditemukan periuk yang berisi tulang belulang manusia.

Anda mungkin juga menyukai