Anda di halaman 1dari 18

FATOFISIOLOGI KELAINAN PADA SISTEM ENDOKRIN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK : JUVENILE DIABETES DAN


DAMPAKNYA TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN MANUSIA
(DALAM KONTEKS KELUARGA)

Disusun Oleh :

Nama : Sehlly Apriani

(SKP.19.02.008)

Dosen Pembimbing : Ns, Lisda Maria, S.Kep, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PALEMBANG

ROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan endokrin adalah penyakit yang terkait dengan kelenjar endokrin pada tubuh.
Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan hormon, yang merupakan sinyal
kimia yang dikeluarkan melalui aliran darah. Hormon membantu tubuh mengatur berbagai
proses, seperti nafsu makan, pernapasan, pertumbuhan, keseimbangan cairan, feminisasi, dan
virilisasi (pembentukan tanda-tanda seks sekunder seperti pembesaran payudara atau testis) serta
pengendalian berat badan.

Sistem endokrin mengatur dan mempertahankan fungsi tubuh dan metabolisme tubuh, jika
terjadi ganguan endokrin akan menimbulkan masalah yang komplek terutama metabolisme
fungsi tubuh terganggu salah satu gangguan endokrin adalah Diabetes Melitus yang disebabkan
karena defisiensi absolute atau relatif yang disebabkan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein (Maulana. 2017).

Di Indonesia penderita Diabetes Melitus ada 1,2 % sampai 2,3 % dari penduduk berusia
diatas 15 tahun, sehingga Diabetes Melitus (DM) tercantum dalam urutan nomor empat dari
prioritas pertama adalah penyakit kardiovaskuler, kemudian disusul penyakit selebrolaskuler dan
katarak (Depkes RI,2016).

Di Jawa Tengah berdasarkan atas pola penyakit penderita puskesmas dan rumah sakit dari
berbagai tingkat umur, jumlah kasus Diabets Melitus menempati nomor dua. Setelah penyakit
neoplasma ganas, sedangkan berdasarkan data pola kematian menurt penyakit penyebab
kematian pasien dirawat di rumah sakit Jawa Tengah DM menempati urutan ke 16 dengan
jumlah 430 orang dari jumlah kematian 37.279 orang dengan kematian penyakit lainnya (Dinkes
Jateng,2016).

Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke 4 dengan jumlah
penderita Diabetes terbesar didunia setelah India, Cina, Amerika Serikat. Dengan prevalensi
8,6% dari total penduduk dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12.4 juta
penderita. Sedangkan dari data Departemen Kesehatan , jumlah pasien Diabetes mellitus rawat
inap maupun rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit
endokrin. (Maulana. 2018)

Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya
terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90%
termasuk diabetes tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun.
(Dinkes Jateng,2017).
Hal ini terjadi karena adanya faktor- faktor yang menghambat diantaranya adalah sosial
ekonomi yang kurang, perumahan dan lingkungan yang kotor, pengetahuan tentang DM yang
masih kurang. Faktor pengetahuan keluarga merupakan penghambat yang sering terjadi, karena
dengan pengetahuan yang kurang akan mengetahui proses pengobatan penyakit.

Akibat dari kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit DM perlu dilaksanakan suatu
tindakan yaitu memberikan asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah
Diabetus Mellitus.

1.2 Tujuan Umum

• Menambah pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan juvenile diabetes

• Mengetahui cara pencegahan dan penanganan yang benar terhadap juvenile diabetes

• Mengetahui pengertian dari juvenile diabetes

1.3 Manfaat

• Membantu mempermudah mahasiswa memahami/mengatasi tentang penyakit juvenile


diabetes
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Juvenile Diabetes

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2019, diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.

Juvenile Diabetes atau diabetes melitus tipe 1 adalah Suatu kondisi dimana kadar gula darah
dalam tubuh melebihi nilai normal, kelebihan darah ini diakibatkan oleh ketidakmampuan tubuh
untuk memproduksi insulin. Insulin pada tubuh berfungsi sebagai zat yang membantu makanan
masuk ke dalam sel. Jika insulin tidak ada atau terganggu, maka gula didalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, dan lama-kelamaan akan menyebabkan penyakit diabetes.

Penyakit diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif,
dengan gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja
insulin, atau keduanya (Darmono, 2010).

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2009).

Diabetes Melitus adalah gangguan yang melibatkan metabolisme karbohidrat primer dan
ditandai dengan defisiensi (relatif/absolute) dari hormon insulin. (Dona L. Wong, 2013)

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan pada endokrin yang merupakan hasil dari
proses destruksi sel pankreas sehingga insulin mengalami kekurangan. (Suriadi. 20010).

Diabetes Melitus Juvenilis adalah diabetes melitus yang bermanifestasi sebelum umur 15
tahun. (FKUI, 2010).

2.2 penyebab

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia sebelum 15 tahun.
Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes ( DM Tipe I ), gangguan ini ditandai dengan adanya
hiperglikemia (meningkatnya kadar glukosa darah plasma >200mg/dl). Etiologi DM tipe I adalah
sebagai berikut :

1) Faktor genetic
Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart,
2002). Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat 3 hingga 5 kali
lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).

Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang diturunkan secara resesif,
dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan penetrasi umur kira-kira 70% untuk laki-laki dan 90%
untuk wanita.

2) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya
infeksi virus (dari lingkungan). Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human
coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang
menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Virus atau mikroorganisme akan menyerang
pulau – pulau langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin.

3) Faktor imunologi

Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas.

2.3 Gejala Juvenile Diabetes

Gejala yang dirasakan pada diabetes melitus tipe satu hampir sama dengan gejala diabetes pada
umumnya seperti :

• Sering lapar

• Sering haus

• Sering buang air kecil

• Berat badan menurun

• Pandangan kabur.

• Kelelahan.

• Mudah diserang penyakit infeksi.

• Luka yang lama sembuh.


• Merasa kaku atau kesemutan pada kaki.

Untuk mendiagnosa diabetes melitus tipe satu diperlukan pemeriksaan penunjang, seperti
pemeriksaan kadar C-peptida didalam darah. Perubahan kepribadian yang dimaksud harus
diperiksakan terlebih dahulu karena apa, pemeriksaan tersebut dilakukan oleh dokter. Perubahan
kepribadian yang dimaksud bisa disebabkan karena anak setiap hari merasa lelah untuk diberikan
terapi insulin. Karena pada diabetes melitus tipe 1 atau juvenile, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin, sehingga harus diberikan obat yang mengandung insulin, agar tubuh
mampu memecah glukosa dan dapat masuk ke dalam sel.

2.4 Faktor Risiko Diabetes Tipe 1

Beberapa faktor risiko terjadinya diabetes tipe 1, antara lain:

• Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu saat seseorang akan lebih memiliki risiko
terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena
berhubungan dengan gen tertentu.

• Faktor geografi. Orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di
Finlandia dan Sardinia, paling banyak terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena
kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya memicu
penyakit autoimun.

• Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4-7 tahun,
kemudian pada anak-anak usia 10-14 tahun.

• Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air yang
mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan,
memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta mengidap penyakit kuning saat lahir.

2.5 Komplikasi Diabetes Tipe 1

Bila tidak segera ditangani, diabetes tipe 1 bisa menyebabkan komplikasi sebagai berikut:

• Retinopati diabetes, yaitu kerusakan pembuluh darah pada retina yang berpotensi menyebabkan
kebutaan.

• Neuropati diabetes, yaitu kerusakan pada pembuluh darah halus dan saraf, sehingga
menyebabkan gejala kesemutan di ujung-ujung jari yang dapat menyebar ke bagian tubuh lain,
mual, muntah, diare, dan konstipasi.

• Stroke dan penyakit jantung koroner karena peningkatan risiko atherosklerosis, akibat kadar
glukosa darah yang tinggi.
• Nefropati diabetes, yaitu kerusakan ginjal akibat gangguan pada pembuluh darah ginjal karena
glukosa darah yang tinggi.

• Disfungsi seksual, yang mengakibatkan gangguan ereksi, kepuasan seksual yang menurun,
kurangnya gairah seks, gagal mencapai orgasme, rasa sakit saat berhubungan intim, serta vagina
yang kering.

• Keguguran serta lahir mati pada janin jika kadar glukosa darah tidak ditangani secara saksama.

2.6 Pengobatan Diabetes Tipe 1

Diabetes tidak bisa disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah dan mengendalikan gejala. Selain itu, pengobatan juga
dilakukan untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi di kemudian hari. Beberapa
pengobatan yang diberikan dokter, antara lain:

• Insulin untuk mengontrol glukosa darah pengidap. Pemberian insulin ini dengan cara
disuntikkan pada lapisan di bawah kulit sekitar 3-4 kali sehari sesuai dosis yang dianjurkan
dokter.

• Pola makan sehat dan olahraga teratur untuk membantu mengontrol tingkat glukosa darah.

• Merawat kaki dan memeriksakan mata secara berkala untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

2.7 Pencegahan Diabetes Tipe 1

Upaya pencegahan pada diabetes tipe 1, antara lain:

• Menjalani pengobatan intensif jika terdapat anggota keluarga yang mengidap diabetes tipe 1.

• Menjalani tes DNA untuk mengetahui adanya gen pembawa atau penyakit diabetes tipe 1.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian

Diabetes Melitus Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. Penyakit diabetes melitus adalah
penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan gejala hiperglikemi yang
disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya (Darmono)
Diabetes Melitus Juvenilis adalah diabetes melitus yang bermanifestasi sebelum umur 15 tahun.
(FKUI).

3.2 Etiologi

InsulinDependentDiabetesMellitus(IDDM)Seringterjadipadausiasebelum15tahun.Biasanyajugadi
sebutJuvenilleDiabetes(DMTipeI),gangguaniniditandaidenganadanyahiperglikemia(meningkatny
akadarglukosadarahplasma>200mg/dl).

EtiologiDMtipeIadalahsebagaiberikut:

3.2.1.FaktorGenetik

Faktorherediter,jugadipercayamemainkanperanmunculnyapenyakitini(Brunner&Suddart,2002).P
enderitadiabetestidakmewarisidiabetestipeIitusendiritetapimewarisisuatupresdisposisiataukecend
erungangenetickearahterjadinyadiabetestipeI.Kecenderungangeneticiniditentukanpadaindividuya
ngmemililikitipeantigenHLA(HumanLeucocyteAntigen)tertentu.HLAmerupakankumpulangenya
ngbertanggungjawabatasantigentranplantasidanprosesimunlainnya.Resikoterjadinyadiabetestipe1
meningkat3hingga5kalilipatpadaindividuyangmemilikisalahsatudarikeduatipeHLA(DR3atauDR4
).Diabetesmelitusjuvenilismerupakansuatupenyakitketurunanyangditurunkansecararesesif,dengan
kekerapangenkira-kira0,30danpenetrasiumurkira-kira70%untuklaki-lakidan90%untukwanita.

3.2.2.Faktorlingkungan

LingkunganmerupakanfaktorpencetusIDDM.Olehkarenaituinsidenlebihtinggiatauadanyainfeksivi
rus(darilingkungan).ViruspenyebabDMadalahrubela,mumps,danhumancoxsackievirusB4.Melalu
imekanismeinfeksisitolitikdalamselbeta,virusinimengakibatkandestruksiatauperusakansel.Bisajug
a,virusinimenyerangmelaluireaksiotoimunitasyangmenyebabkanhilangnyaotoimundalamselbeta.
Virusataumikroorganismeakanmenyerangpulau–
pulaulangerhanspankreas,yangmembuatkehilanganproduksiinsulin.
3.2.3.Faktorimunologi

Responautoimmune,dimanaantibodysendiriakanmenyerangselbetapankreas.

3.3 Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan etiologi (ISPAD 2009) :

• Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)

• Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

• Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya

Diabetes mellitus gestasional (GDM) Menurut ADA (American Diabetes Association), diabetes
melitus dibagi menjadi :

1. Diabetes Melitus Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut,
baik melalui proses imunologik atau idiopatik.

2. Diabetes Melitus Tipe 2 Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. 3.
Diabetes Melitus Tipe Lain

a. Defek genetik fungsi sel beta kromosom 12, kromosom 7, kromosom 20,
deoxyribonucleid acid(DNA) Mitokondria.

b. Defek genetik kerja insulin Resistance insulin type A, leprechaunism, sindrom Rabson-
Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.

c. Penyakit Eksokrin Pankreas Pankreatitis, trauma/pankreatektomi, Neoplasma,


Cysticfibrosis, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus.

d. Endokrinopati Akromegali, sindroma cushing, feokromositoma, hipertiroidisme,


somatostatinoma, aldosteronoma.

e. Karena Obat/Zat kimia Vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid,
tiazid, dilantin, interferon alfa, diazoxide, agonis β-adrenergic.

f. Infeksi Rubella kongenital dan cytomegalovirus (CMV).

g. Imunologi (jarang) antibodi anti reseptor insulin, sindrom ”Stiff-man”.

h. Sindroma genetik lain Sindrom Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Sindrom
Prader Willi, ataksia friedreich’s, sindrom laurence-Moon-Biedl. 4} Diabetes Melitus
Gestasional (Kehamilan). Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama
kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila
tidak ditangani dengan benar.

3.4 Patofisiologi

Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang
retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio – dorsal dan
bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu
bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika
superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus
unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.

2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.

pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya
berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler. Pulau langerhans
mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-
kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin.
Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi
antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang
juga kompleks dengan seng.

Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau
agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian
diangkut ke apparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula
ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin
ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta
kapiler berdekatan dan endotel fenestrate kapiler untuk mencapai aliran darah. Sel alfa yang
mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10
% dari seluruh sel mensekresikan somatostatin. Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme
glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel – sel dipulau
langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar
glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.

Fisiologi Insulin : Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau Langerhans
menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormone lainnya,
contohnya : insulin menghambatsomatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin. sekresi
glucagon, Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau langerhans.
Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah peningkatan kadar glukosa darah.
Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan
cara berkaitan dengan reseptor insulin dan setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara
kedua untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat segera
digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati (Guyton & Hall) Insulin
dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang dibutuhkan untuk pemanfaatan glukosa sebagai bahan
energi seluler dan diperlukan untuk metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Pada Diabetes
tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta
pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post
prandial. Apabila insulin tidak dihasilkan maka akan mengalami gangguan metabolisme,
karbohidrat, protein dan lemak yang mana bila tanpa insulin Glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel dan tetap dalam kompartemen vascular yang kemudian terjadilah hiperglikemi dengan
demikian akan meningkatkan konsentrasi dalam darah. Terjadinya hiperglikemi akan
menyebabkan osmotic diuresis yang kemudian menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari
rongga intraseluler ke dalam rongga interstisial kemudian ke ekstrasel. Terjadinya osmotik
diuretik menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urine (polyuria) sehingga sel akan
kekurangan cairan dan muncul gejala Polydipsia(kehausan). Terjadinya polyuria mengakibatkan
hilangnya secara berlebihan potassium dan sodium dan terjadi ganggunag elektrolit. Dengan
tidak adanya glukosa yang mencapai sel, maka sel akan mengalami “starvation” (kekurangan
makanan atau kelaparan) sehingga menimbulkan gejala polyphagia, fatigue dan berat badan
menurun. Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat difiltrasi oleh
glomerulus karena melebih ambangmenyebabkan lolos dalam urine yang disebut glikosuria.

Renal sehingga Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan
terjadi peningkatan ketonyangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah
terjadinya ketoasidosis.

Pada DM tipe I terjadi suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak
terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal
merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen
untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan
peningkatan kadar glukosa darah. Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin
lingkungan yang menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan
predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B
pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang
disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen
kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit
yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi
atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah
infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap
virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun tertentu
yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun
terhadap sel sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah
autoregresi.

3.6 Manifestasi Klinis

Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak (diabetes melitus juvenil)
mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung insulin dengan kadar glukosa darah
yang labil. Penderita biasanya datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis.
Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:

a. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).

b. Poliuria Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe 1 pada anak.

c. Polidipsia

d. Poliphagia

e. Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan

f. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)

g. Ketonemia dan ketonuria Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan
koma.

h. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak.

i. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri atau kekakuan
abdomen dan gangguan kesadaran ( koma ) Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:

1. Fase Inisial Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase ini
sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.

2. Fase Penyembuhan Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut
penyakit ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.

3. Fase Remisi (Honeymoon period) Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat
ini, kebutuhan insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak
disesuaikan.

Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebabkan hipoglikemia maka pemberian
insulin harus dihentikan. Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara
teratur untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa minggu
sampai beberapa bulan.

Diperlukan penyuluhan pada penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti
penyembuhan penyakitnya. 4. Fase Intensifikasi Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis
ditegakan. Pada fase ini terjadi kekurangan insulin endogen.

3.7 Komplikasi

Diabetes Melitus Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang
beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu alat saja, tetapi
berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart).

3.7.1. Komplikasi metabolik akut

Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :

1. Hipoglikemia Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya.
Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah kurang dari 80 mg/dl. Hipoglikemi sering membuat
anak emosional, mudah marah, lelah, keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen
sehingga mengganggu fungsi organ dan proses tumbuh kembang anak. Hipoglikemik disebabkan
oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat
makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.

2. Koma Diabetik Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi,
dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:

• Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar).

• Minum banyak, kencing banyak

• Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta
berbau aseton

• Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus
segara dibawa ke rumah sakit

3.7.2. Komplikasi vaskular

komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah tahun ke-5) berupa :

1. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik dijumpai pada 1 diantara 3


penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina. Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu
Kesehatan Anak. 1988 ) :

• Gangguan pertumbuhan dan pubertas

• Katarak

• Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)

• Hepatomegali

3.8 Dampak Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Dalam Konteks Keluarga):

3.8.1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan

Klien tidak bisa menjaga pola makan dan sering sekali minum minuman yang manis secara
berlebihan dan belum tahu mengenai penyakit diabetes mellitus, jika sakit klien selalu
memeriksakan kesehatanya ke rumah sakit atau klinik terdekat. Selama sakit, klien mengatakan
cemas akan penyakitnya.

3.8.2. Pola Pemenuhan Nutrisi dan metabolisme

Klien dengan diabetes makan 3x sehari dengan makanan diet Diabetes dan tidak dihabisakan ½
porsi. Minum 11-12 gelas/hari dengan minuman yang disediakan keluarga dengan jenis
minuman teh tawar dan air putih.

3.8.3. Pola Eliminasi

Klien saat dirawat di rumah klien BAB 1 kali perhari dengan karakteristik feces lunak berbentuk,
bau khas BAK 8-9 kali perhari dengan karakteristik urine kuning jernih, bau khas, jumlah
1400cc.

3.8.4. Pola Aktivitas Selama sakit

klien merasa lelah saat setelah melakukan aktifitas dan melakukan aktifitas pun perlu dibantu
keluarga dan seperti makan, minum, pergi kekamar mandi dan beraktifitas di tempat tidur.

3.8.5. Pola Tidur dan Istirahat

Pola tidur 4-5 jam atau saat dirawat di rumah klien tidur lebih /hari karena klien merasa cemas
dengan kondisinya saat ini dan merasakan pegal-pegal pada daerah paha dan pingang.

3.8.6. Pola koping dan stress

Saat ada masalah pastikan didiskusikan dengan keluarga dan maupun saudara saudara
terdekatnya dan menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah. Klien terlihat cemas dan stress
akan penyakit yang di deritanya. Maka dari itu perlu perhatian dan dukungan dari keluarganya.
Dalam penatalaksanaan di rumah dan dapat dilakukan keluarga dengan cara:

1. Diet Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes
mielitus.

- Penentuan gizi, hitung persentase, Relatief Body Weigth.

- Jika kerja berat atau latihan berat maka jumlah kalori bertambah. - Untuk klien DM
pekerja biasa:

1) Kurus; < 90% : BB x 40-60 kal/hr.

2) Normal; 90-110% : BB x 30 kal/hr.

3) Gemuk; > 110% : BB x 20 kal/hr.

- Komposisi diet

1) Lemak 20%

2) Protein 20%

3) Karbohidrat 60%

2. Latihan atau Olahraga Menimbulkan penurunan kadar gula darah yang disebabkan oleh
tingginya penggunaan glukosa didarah perifer dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.
Tidak berlaku bagi klien dengan kadar gula darah tinggi.

3. Pemantauan Glukosa

4. Terapi atau Obat-obatan Pengobatan dengan oral, hipoglikemik agent yaitu bagi klien
yang belum pernah mendapat terapi insulin, ibu atau klien yang tidak hamil, pasien gemuk dan
pasien yang berusia >40 tahun. Pengobatan dengan injeksi insulin 2 x/hari atau bahkan lebih
sering lagi dalam sehari.

5. Pendidikan dan Pertimbangan Perawatan di Rumah Diabetes merupakan penyakit kronis


yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup, sehingga harus
belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari. Pasien diabetes juga harus memiliki
perilaku prepentif dalam gaya hidupnya untuk mencegah komplikasi sehingga memerlukan
pendidikan atau informasi. Keluarga juga harus perlu mendukung untuk perawatan lebih optimal
terhadap pasien diabetes agar lebih memperhatikan kesehatan serta pola hidup sehat dalam
keluarga
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gangguanendokrinadalahpenyakityangterkaitdengankelenjarendokrinpadatubuh.Sistemendo
krinadalahjaringankelenjaryangmenghasilkanhormon,yangmerupakansinyalkimiayangdikeluarka
nmelaluialirandarah.

Sistem endokrin mengatur dan mempertahankan fungsi tubuh dan metabolisme tubuh, jika
terjadi ganguan endokrin akan menimbulkan masalah yang komplek terutama metabolisme
fungsi tubuh terganggu salah satu gangguan endokrin adalah Diabetes Melitus yang disebabkan
karena defisiensi absolute atau relatif yang disebabkan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein.

MenurutAmericanDiabetesAssociation(ADA)2019,diabetesmelitusmerupakansuatukelompo
kpenyakitmetabolikdengankarakteristikhiperglikemiayangterjadikarenakelainansekresiinsulin,ker
jainsulinataukedua-duanya.

JuvenileDiabetesataudiabetesmelitustipe1adalahSuatukondisidimanakadarguladarahdalamtu
buhmelebihinilainormal,kelebihandarahinidiakibatkanolehketidakmampuantubuhuntukmemprod
uksiinsulin.Insulinpadatubuhberfungsisebagaizatyangmembantumakananmasukkedalamsel.

4.2 Saran

Jagalah pola makan, istirahat dan olahraga. Kurangin makan - makanan yang terlalu tinggi
glukosa atau yang manis - manis, dan seimbangkan dengan olahraga. Agar tubuh tetap sehat dan
bisa beraktifitas seperti biasanya.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.
Diabetes Care volume 35 Supplement 1 pp. 64-71.

Balammal., G., Muneeshwari, K. & Khan, P. H., 2012. Recent Trends In Insulin DrugDelivery
System. International Journal of Pharmaceutical Development & Technology, 1(2), pp.
20-28

Edward, S. 2005. Diabetes Distress Learning Center. Diabetes Master ClinicianProgram.

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G., 2010. Buku Ajar KeperawatanKeluarga: Riset,
Teori & Praktik. Alih bahasa oleh Achir Yani S, et al.Guyton A.C & Hall, John E., 2011.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 ed.Jakarta: EGC.

Hamid. A, 2008 Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

IkatanDokterAnakIndonesia.RegistriDMtipe-1padaanak[belumdipublikasi].Jakarta:IDAI;2018

Pulungan A. Increasing incidence of DM type 1 in Indonesia. Int J Pediatr Endocrinol 2013;


Suppl 1: O12.

Perkeni, 2010. Petunjuk praktis pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC. Kozier, Barbara.
2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VII
Volume 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai