KELOMPOK 10 – TLM 3B
1) Soleha Pane
2) Sri Shinta Utami
3) Travici Bella Saputri
4) Windi Septiani
5) Yolanda Ayulyani
6) Zalfaa Nurninayah
Pembahasan :
JAWABAN D
Pemeriksaan hematokrit dengan metode mikrohematokrit :
1. Memasukkan darah EDTA ke dalam pipet kapiler,
2. Menutup ujung pipet kapiler dengan plastisin,
3.Meletakkan pipet kapiler yang sudah ditutup dengan plastisin ke dalam
centrifuge mikrohematokrit dengan posisi ujung tabung yang tertutup plastisin
menghadap ke luar,
4. Meletakkan pipet kapiler yang berisi sampel lainnya pada posisi yang
berlawanan sebagai
penyeimbang,
5. Menutup flat penutup rotor centrifuge,
6. Memutar darah selama 5 menit dengan kecepatan 10.000 rpm, Setelah selesai,
7. Centrifuge dibuka kembali dan nilai hematokrit diukur dengan mengukur
tinggi endapan eritrosit pada pipet kapiler menggunakan skala pembaca
mikrohematokrit. ( Data nilai hematokrit dengan pengukuran tinggi endapan
eritrosit pada pembuatan serum setelah disentrifugasi selama 5 menit, 10 menit,
dan 15 menit dibandingkan terhadap nilai hematokrit dengan metode
mikrohematokrit.
Kesalahan Dalam Pemeriksaan Hematokrit
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam pemeriksaan hematokrit yaitu :
1. Penggunaan antikoagulan EDTA yang lebih dari kadar 1,5 mg/ ml darah
mengakibatkan eritrosit mengkerut sehingga nilai hematokrit akan turun atau
rendah palsu.
2. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan
dilakukan.
3. Penempatan tabung kapiler pada lubang jai – jari centrifuge yang kurang tepat
serta penutup yang kurang rapat sehingga menyebabkan nilai hematokrit tinggi
palsu.
4. Kecepatan putar centrifuge harus diatur secara tepat agar eritrosit memadat
secara maksimal.
5. Pemakaian microntrifuge dalam waktu lama akan mengakibatkan alat manjadi
panas sehingga menjadi hemolisis dan nilai hematokrit rendah palsu.
6. Tabung hematokrit tidak bersih dan kering. (Gandasoebrata, 2010).
Sumber :
http://jambs.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/download/193/149
http://repository.unimus.ac.id/1046/3/BAB%20II.pdf
92. Seorang laki-laki umur 21 tahun mengeluh demam selama 5 hari, lemas,
nafsu makan berkurang. Dokter meminta pada seorang analis untuk memeriksa
adanya ptechia untuk mendukung diagnose demam berdarah. Uji apa yang
digunakan untuk mendukung pemeriksaan tersebut ? *
A. Rumpel Leede
B. Retraksi bekuan
C. Masa pembekuan
D. Bleeding Time
E. Protombin Time
Pembahasan :
JAWABAN A
Rumple Leed merupakan uji bendung untuk menguji ketahanan pembuluh darah
kapiler. Dikatakan positif bila muncul ptekie (bintik-bintik merah di bawah
kulit) lebih dari 10 pada diameter lingkatan 5 cm. Rumple Leed dilakukan
biasanya pada kasus demam berdarah dengue, selain itu Rumple Leed atau
timbulnya ptekie bisa karena adanya gangguan di kapiler darah
Sumber :
https://www.klikdokter.com/tanya-dokter/read/2739126/hasil-pemeriksaan-
widal-leukosit-dan-rumple-leed
Pembahasan :
JAWABAN B
Metode mikrohematokrit menggunakan tabung kapiler, sampel dapat
menggunakan darah vena atau darah kapiler, diputar dengan kecepatan 16000
rpm selama 3-5 menit Yang banyak dipakai terutama untuk laboratorium
sederhana adalah metode mikro hematokrit, karena metode ini mempunyai
beberapa kelebihan : sampel yang dibutuhkan sedikit, cepat dan dapat
menggunakan sampel tanpa anti koagulan yang dapat diperoleh secara langsung.
Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan ini:
- Mengambil darah terlalu sedikit
- Darah hemolisis karena kesalahan pengambilan darah
- Menutup tabung kapiler tidak sempurna
- Terbalik menempatkan tabung kapiler pada alat sentrifuge
- Kesalahan membaca hasil
Prosedur kerja pemeriksaan hematokrit metode mikrohematokrit :
- sampel darah EDTA dimasukan kedalam tabung kapiler
- ujung tabung kapiler ditutup dengan sealant, yang berfungi untuk menyumbat
sampel darah agar tidak keluar pada saat disentrifuge
- Tabung kapiler diletakkan pada sentrifuge dengan posisi sumbatan menghadap
ke luar, dan pastikan seimbang.
- setelah disentrifuge sampel akan terpisah
- pembacaan hasil menggunakan mikrohematocrit reader (skala hematokrit)
dengan cara meletakkan bagian bawah eritrosit pada skala nol dan bagian atas
plasma pada skala seratus, kemudian membaca bagian atas eritrosit tepat pada
skalanya. Hasil dilaporkan dengan satuan%
Sumber :
http://repository.unand.ac.id/21301/1/Penuntun%20KK%20blok%201.3.pdf
Modul praktikum Hematologi I, Poltekkes Banten
Pembahasan :
Retikulosit adalah sel darah merah yang masih muda dan tidak berinti, berasal
dari proses pematangan normoblas di sumsum tulang. Pemeriksaan hitung
jumlah retikulosit digunakan sebagai indikator produktivitas dan aktivitas
eritropoesis di sumsum tulang, dan untuk menentukan klasifikasi anemia.
Pewarnaan yang digunakan untuk menghitung retikulosit adalah pewarnaan
supravital, dikarenakan Ribosom mempunyai sifat dapat bereaksi dengan zat
pewarna Azure B, Brilliant Cressyl Blue, atau New Methylen Blue, dan akan
membentuk endapan filamen sehingga menghasilkan granula berwarna biru.
Reaksi ini hanya akan berlangsung dalam sediaan vital yang tidak difiksasi
(pewarnaan supravital). Reagen pewarna yang digunakan pada pewarnaan
supravital yaitu Brilliant Cressyl Blue (BCB) 1%,
Sumber : http://repository.poltekkesbdg.info/items/show/403
Modul praktikum Hematologi I, Poltekkes Banten
Pembahasan:
JAWABAN C
Penambahan HCl pada pemeriksaan Hemoglobin sahli adalah untuk mengubah
hemoglobin menjadi acid hematin sehingga akan terbentuk warna merah muda
hingga merah tua yang akan dibandingkan dengan standar warna yang ada
secara visual. Karena HCl yang akan mempengaruhi warna, maka semakin pekat
HCl maka semakin pekat juga warna yang akan dihasilkan.
Sumber: http://jurnalfpk.uinsby.ac.id
98. Seorang pasien dengan keluhan lemah, letih dan lesu datang ke laboratorium
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium berdasarkan permintaan dokter.
Kemudian analis melakukan pemeriksaan dengan pengambilan darah yang
ditetes pada kertas isap dan dibandingkan dengan warna kertas standar.Apakah
metode pemeriksaan yang tepat untuk dilakukan?
A. Sahli
B. Talqvist
C. Sianmethemoglobin
D. Oksihemoglobin
E. Sulfhemoglobin\
Pembahasan :
JAWABAN B
Prosedur kerja metode Tallquist :
a. Mengambil contoh darah dengan pipet tetes
b. Meneteskan darah pada kertas isap yang telah tersedia, kemudian
mengeringkannya 2
c. Membandingkan bercak/ tetesan darah dengan warna standar yang ada
pada buku standart tallquist adam.
d. Menentukan dan membaca kadar Hb-nya.
Pada metode Tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu
skala warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna
merah tua. Skala warna ini mempunyai lubang ditengahnya sehingga darah dapat
dilihat dan dibandingkan secara visual langsung. Kesalahan metode Tallquist
dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50% (Shalehah, 2011).
Sumber : http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2586/2/BAB%20I.pdf
99. Pada proses pembentukan Cel Darah dalam tubuh, Eritropoitin adalah
polipeptida yang sangat terglikolisilasi terdiri dari 165 asam amino dengan berat
molekul 34 kDa. Secara normal 90% hormon ini dihasilkan dalam sel-sel
interstisial peritubular ginjal dan 10% dihati dan tempat lain. Dalam proses
apakah hormon eritropoitin diperlukan ?
A. Eritropoiesis
B. Hemopoietin
C. Hemopoesis
D. Prothrombin
E. Thrombin
Pembahasan :
JAWABAN A
Eritropoiesis merupakah istilah untuk menunjukkan proses pembentukan eritrosit
di dalam sumsum tulang. Eritropoiesis ini merupakan bagian dari hemopoiesis.
Hemopoiesis sendiri meliputi eritropoiesis, leukopoiesis dan trombopoiesis.
Eritropoiesis dalam keadaan normal terjadi, sebagai proses untuk menggantikan
eritrosit yang mengalami penghancuran oleh organ lien akibat penuaan.
Eritropoiesis ini akan meningkat aktivitasnya manakala kebutuhan eritrosit di
sirkulasi meningkat, sebagai contoh pada keadaaan anemia.
Untuk dapat memulai proses eritropoiesis, maka sumsum tulang memerlukan
signal berupa hormon dan sitokin. Hormon dan sitokin yang merangsang
eritropoiesis ini diproduksi oleh organ dan sel lain di luar sumsum tulang. Seperti
halnya hormone eritropoietin yang dihasilkan dari organ ginjal, glukokortikoid
dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal, sedangkan sitokin
berupa IL-3, IL-6 dihasilkan sel T, sel monosit, yang semuanya akan bersama-
sama menuju sumsum tulang dan selanjutnya terikat pada reseptor sel progenitor
eritroid di sumsum tulang.
Bagaimana eritropoiesis berlangsung?
Setelah hormon dan sitokin sebagai faktor pertumbuhan melekat pada reseptor sel
progenitor, yaitu sel yang merupakan cikal bakal eritrosit, maka berikutnya akan
mengaktivasi sinyal-sinyal untuk proliferasi sel progenitor. Tahapan pembelahan
sel dimulai. Ada proses proliferasi dengan tahapan fase G1, sintesis, G2 dan
mitosis. Sel selanjutnya membelah menjadi 2 anak sel yang sama, satu di
antaranya melanjutkan tahapan maturasi sebelum menjadi eritrosit matur, dimulai
dari pronormoblast, basofilik normoblast, ortokromik normoblast,
polikromatofilik normoblast, retikulosit dan akhirnya eritrosit. Dari sel progenitor
hingga tahapan retikulosit ini terjadi di sumdum tulang. Retikulosit selanjutnya
dilepaskan ke sirkulasi dan matang menjadi eritrosit dalam waktu 24 jam di
sirkulasi.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2020/12/07/apakah-eritropoiesis/