Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KLINIS II (HEMATOLOGI)

KELOMPOK 10 – TLM 3B
1) Soleha Pane
2) Sri Shinta Utami
3) Travici Bella Saputri
4) Windi Septiani
5) Yolanda Ayulyani
6) Zalfaa Nurninayah

91. Pemeriksaan hematokrit dilakukan dengan menggunakan metode


mikrohematokrit. Prosedurnya dilakukan dengan memasukan darah ke dalam
pipa kapiler kemudian dilakukan sentrifugasi. Setelah disentrifugasi ternyata
darah keluar dari pipa kapiler, sehingga tidak didapatkan nilai hematokrit.
Apakah yang menjadi penyebab utama kejadian tersebut?
A. Centrifuge tidak ditutup
B. Sampel yang digunakan kurang
C. Centrifuge yang digunakan sudah rusak
D. Creatoceal kurang menyumbat pipa kapiler
E. Kadar hematokrit dari pasien tersebut rendah

Pembahasan :
JAWABAN D
Pemeriksaan hematokrit dengan metode mikrohematokrit :
1. Memasukkan darah EDTA ke dalam pipet kapiler,
2. Menutup ujung pipet kapiler dengan plastisin,
3.Meletakkan pipet kapiler yang sudah ditutup dengan plastisin ke dalam
centrifuge mikrohematokrit dengan posisi ujung tabung yang tertutup plastisin
menghadap ke luar,
4. Meletakkan pipet kapiler yang berisi sampel lainnya pada posisi yang
berlawanan sebagai
penyeimbang,
5. Menutup flat penutup rotor centrifuge,
6. Memutar darah selama 5 menit dengan kecepatan 10.000 rpm, Setelah selesai,
7. Centrifuge dibuka kembali dan nilai hematokrit diukur dengan mengukur
tinggi endapan eritrosit pada pipet kapiler menggunakan skala pembaca
mikrohematokrit. ( Data nilai hematokrit dengan pengukuran tinggi endapan
eritrosit pada pembuatan serum setelah disentrifugasi selama 5 menit, 10 menit,
dan 15 menit dibandingkan terhadap nilai hematokrit dengan metode
mikrohematokrit.
Kesalahan Dalam Pemeriksaan Hematokrit
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam pemeriksaan hematokrit yaitu :
1. Penggunaan antikoagulan EDTA yang lebih dari kadar 1,5 mg/ ml darah
mengakibatkan eritrosit mengkerut sehingga nilai hematokrit akan turun atau
rendah palsu.
2. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan
dilakukan.
3. Penempatan tabung kapiler pada lubang jai – jari centrifuge yang kurang tepat
serta penutup yang kurang rapat sehingga menyebabkan nilai hematokrit tinggi
palsu.
4. Kecepatan putar centrifuge harus diatur secara tepat agar eritrosit memadat
secara maksimal.
5. Pemakaian microntrifuge dalam waktu lama akan mengakibatkan alat manjadi
panas sehingga menjadi hemolisis dan nilai hematokrit rendah palsu.
6. Tabung hematokrit tidak bersih dan kering. (Gandasoebrata, 2010).

Sumber :
http://jambs.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/download/193/149
http://repository.unimus.ac.id/1046/3/BAB%20II.pdf

92. Seorang laki-laki umur 21 tahun mengeluh demam selama 5 hari, lemas,
nafsu makan berkurang. Dokter meminta pada seorang analis untuk memeriksa
adanya ptechia untuk mendukung diagnose demam berdarah. Uji apa yang
digunakan untuk mendukung pemeriksaan tersebut ? *
A. Rumpel Leede
B. Retraksi bekuan
C. Masa pembekuan
D. Bleeding Time
E. Protombin Time

Pembahasan :
JAWABAN A
Rumple Leed merupakan uji bendung untuk menguji ketahanan pembuluh darah
kapiler. Dikatakan positif bila muncul ptekie (bintik-bintik merah di bawah
kulit) lebih dari 10 pada diameter lingkatan 5 cm. Rumple Leed dilakukan
biasanya pada kasus demam berdarah dengue, selain itu Rumple Leed atau
timbulnya ptekie bisa karena adanya gangguan di kapiler darah
Sumber :
https://www.klikdokter.com/tanya-dokter/read/2739126/hasil-pemeriksaan-
widal-leukosit-dan-rumple-leed

93. Seorang analis sedang membaca hasil pemeriksaan hematokrit metode


mikrohemotokrit. Setelah disentrifuger 16.000 rpm selama 5 menit pipet kapiler
diletakan pada reading device untuk mengetahui nilai hematokrit. Bagaimana
cara meletakkan pipet mikrohematokrit untuk mengetahui nilai hematokrit
tersebut?
A. Menepatkan bagian bawah eritrosit pada skala nol dan bagian atas plasma
pada skala seratus, lalu membaca bagian atas plasma tepat pada skalanya
B. Menepatkan bagian bawah eritrosit pada skala nol dan bagian atas
plasma pada skala seratus, lalu membaca bagian atas eritrosit tepat pada
skalanya
C. Menepatkan bagian bawah pipet pada skala nol dan bagian atas eritrosit tepat
pada skala seratus
D. Menepatkan bagian bawah pipet pada skala nol dan bagian atas pipet pada
skala seratus, lalu membaca bagian atas eritrosit tepat pada skalanya
E. Menepatkan bagian bawah eritrosit pada skala nol dan bagian atas plasma
pada skala seratus, lalu membaca bagian bawah eritrosit tepat pada skalanya

Pembahasan :
JAWABAN B
Metode mikrohematokrit menggunakan tabung kapiler, sampel dapat
menggunakan darah vena atau darah kapiler, diputar dengan kecepatan 16000
rpm selama 3-5 menit Yang banyak dipakai terutama untuk laboratorium
sederhana adalah metode mikro hematokrit, karena metode ini mempunyai
beberapa kelebihan : sampel yang dibutuhkan sedikit, cepat dan dapat
menggunakan sampel tanpa anti koagulan yang dapat diperoleh secara langsung.
Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan ini:
- Mengambil darah terlalu sedikit
- Darah hemolisis karena kesalahan pengambilan darah
- Menutup tabung kapiler tidak sempurna
- Terbalik menempatkan tabung kapiler pada alat sentrifuge
- Kesalahan membaca hasil
Prosedur kerja pemeriksaan hematokrit metode mikrohematokrit :
- sampel darah EDTA dimasukan kedalam tabung kapiler
- ujung tabung kapiler ditutup dengan sealant, yang berfungi untuk menyumbat
sampel darah agar tidak keluar pada saat disentrifuge
- Tabung kapiler diletakkan pada sentrifuge dengan posisi sumbatan menghadap
ke luar, dan pastikan seimbang.
- setelah disentrifuge sampel akan terpisah
- pembacaan hasil menggunakan mikrohematocrit reader (skala hematokrit)
dengan cara meletakkan bagian bawah eritrosit pada skala nol dan bagian atas
plasma pada skala seratus, kemudian membaca bagian atas eritrosit tepat pada
skalanya. Hasil dilaporkan dengan satuan%
Sumber :
http://repository.unand.ac.id/21301/1/Penuntun%20KK%20blok%201.3.pdf
Modul praktikum Hematologi I, Poltekkes Banten

94. Atas rekomendasi dokter Seorang analis diminta melakukan pemeriksaan


hitung jumlah retikulosit pada pasien dengan diagnosa anemia hemolitik.
Apakah jenis pewarnaan yang tepat untuk menghitung retikulosit ?
A. Pewarnaan Giemsa
B. Pewarnaan Romanowsky
C. Pewarnaan MGG
D. Pewarnaan Sitokimia
E. Pewarnaan Supravital

Pembahasan :
Retikulosit adalah sel darah merah yang masih muda dan tidak berinti, berasal
dari proses pematangan normoblas di sumsum tulang. Pemeriksaan hitung
jumlah retikulosit digunakan sebagai indikator produktivitas dan aktivitas
eritropoesis di sumsum tulang, dan untuk menentukan klasifikasi anemia.
Pewarnaan yang digunakan untuk menghitung retikulosit adalah pewarnaan
supravital, dikarenakan Ribosom mempunyai sifat dapat bereaksi dengan zat
pewarna Azure B, Brilliant Cressyl Blue, atau New Methylen Blue, dan akan
membentuk endapan filamen sehingga menghasilkan granula berwarna biru.
Reaksi ini hanya akan berlangsung dalam sediaan vital yang tidak difiksasi
(pewarnaan supravital). Reagen pewarna yang digunakan pada pewarnaan
supravital yaitu Brilliant Cressyl Blue (BCB) 1%,

Sumber : http://repository.poltekkesbdg.info/items/show/403
Modul praktikum Hematologi I, Poltekkes Banten

95. Seorang analis melakukan pemeriksaan Differental Count , pada


pemeriksaan ditemukan Besar sel 8 – 20 mikron, inti eksentrik bulat, warna
keunggulan, kromatin tersusun retikuler, membrane inti tidak jelas, sitoplasma
ukuran sedang berwarna oxyphyl dan mempunyai perinuclear. Bentuk inti
bermacam macam .Sel tersebut adalah….
A. Monosit
B. Limposit
C. Sel mast
D. Plasma sel
E. Eosinofil
Pembahasan :
JAWABAN A
Berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan bahwa memiliki bentuk inti yang
bermacam-macam, monosit adalah sel leukosit yang memiliki bentuk inti sel yang
beragam, berwarna oxyphyl dan ukuran sitoplasma yang sedang
Sumber: https://www.slideshare.net/birosmsFAunbrah/leukosit

96. Seorang mahasiswa analis memeriksa Kadar Hb metoda Sahli di


laboratorium Jur. Analis. Yang dilakukan pertama adalah membuat larutan HCl
0,1 N. Selanjutnya sampel darah dimasukkan ke dalam tabung sahli dan
ditambahkan dengan larutan HCl tersebut dan diencerkan dengan aquadest
hingga tanda batas. Ternyata campuran tersebut menghasilkan warna hitam yang
seharusnya dari reaksi tersebut dihasilkan warna merah muda sampai warna
merah tua yang menandakan terbentuknya acid hematin. Pada kasus ini,
kesalahan apakah yang terjadi sehingga menghasilkan warna hitam tersebut?
A. Sampel darah yang ditambahkan lebih banyak dari semestinya
B. pengenceran tidak menggunakan aquadest tetapi air kran
C. HCl yang dibuat terlalu pekat
D. sampel darah mengandung EDTA
E. sampel darah hemolisis

Pembahasan:
JAWABAN C
Penambahan HCl pada pemeriksaan Hemoglobin sahli adalah untuk mengubah
hemoglobin menjadi acid hematin sehingga akan terbentuk warna merah muda
hingga merah tua yang akan dibandingkan dengan standar warna yang ada
secara visual. Karena HCl yang akan mempengaruhi warna, maka semakin pekat
HCl maka semakin pekat juga warna yang akan dihasilkan.
Sumber: http://jurnalfpk.uinsby.ac.id

97. Dilakukan pemeriksaan Hemoglobin dengan menggunakan larutan drabkin


dan dibaca dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm.Apakah metode
yang digunakan ?
A. Sahli
B. Talqvist
C. Sianmethemoglobin
D. Oksihemoglobin
E. Sulfhemoglobin
Pembahasan :
JAWABAN C
Metode sianmethemoglobin adalah metode referensi untuk estimasi hemoglobin.
Prinsip dari pemeriksaan sianmethemoglobin adalah heme (ferro) dioksidasi oleh
kalium ferrisianida menjadi (ferri) methemoglobin kemudian methemoglobin
bereaksi dengan ion sianida membentuk sianmethemoglobin yang berwarna
coklat, absorban diukur dengan kolorimeter atau spektrofotometer pada λ 540 nm.
Jumlah sel leukosit yang tinggi dapat menyebabkan kekeruhan dan mengganggu
pembacaan spektrofotometer.
Berdasarkan prinsip tersebut, maka jawabannya adalah Sianmethemoglobin.
Sumber : http://repository.unair.ac.id/39137/1/gdlhub-gdl-s2-2014-norsiahwah-
34529-6.ringk-n.pdf

98. Seorang pasien dengan keluhan lemah, letih dan lesu datang ke laboratorium
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium berdasarkan permintaan dokter.
Kemudian analis melakukan pemeriksaan dengan pengambilan darah yang
ditetes pada kertas isap dan dibandingkan dengan warna kertas standar.Apakah
metode pemeriksaan yang tepat untuk dilakukan?
A. Sahli
B. Talqvist
C. Sianmethemoglobin
D. Oksihemoglobin
E. Sulfhemoglobin\

Pembahasan :
JAWABAN B
Prosedur kerja metode Tallquist :
a. Mengambil contoh darah dengan pipet tetes
b. Meneteskan darah pada kertas isap yang telah tersedia, kemudian
mengeringkannya 2
c. Membandingkan bercak/ tetesan darah dengan warna standar yang ada
pada buku standart tallquist adam.
d. Menentukan dan membaca kadar Hb-nya.
Pada metode Tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu
skala warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna
merah tua. Skala warna ini mempunyai lubang ditengahnya sehingga darah dapat
dilihat dan dibandingkan secara visual langsung. Kesalahan metode Tallquist
dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50% (Shalehah, 2011).
Sumber : http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2586/2/BAB%20I.pdf

99. Pada proses pembentukan Cel Darah dalam tubuh, Eritropoitin adalah
polipeptida yang sangat terglikolisilasi terdiri dari 165 asam amino dengan berat
molekul 34 kDa. Secara normal 90% hormon ini dihasilkan dalam sel-sel
interstisial peritubular ginjal dan 10% dihati dan tempat lain. Dalam proses
apakah hormon eritropoitin diperlukan ?
A. Eritropoiesis
B. Hemopoietin
C. Hemopoesis
D. Prothrombin
E. Thrombin

Pembahasan :
JAWABAN A
Eritropoiesis merupakah istilah untuk menunjukkan proses pembentukan eritrosit
di dalam sumsum tulang. Eritropoiesis ini merupakan bagian dari hemopoiesis.
Hemopoiesis sendiri meliputi eritropoiesis, leukopoiesis dan trombopoiesis.
Eritropoiesis dalam keadaan normal terjadi, sebagai proses untuk menggantikan
eritrosit yang mengalami penghancuran oleh organ lien akibat penuaan.
Eritropoiesis ini akan meningkat aktivitasnya manakala kebutuhan eritrosit di
sirkulasi meningkat, sebagai contoh pada keadaaan anemia.
Untuk dapat memulai proses eritropoiesis, maka sumsum tulang memerlukan
signal berupa hormon dan sitokin. Hormon dan sitokin yang merangsang
eritropoiesis ini diproduksi oleh organ dan sel lain di luar sumsum tulang. Seperti
halnya hormone eritropoietin yang dihasilkan dari organ ginjal, glukokortikoid
dihasilkan oleh kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal, sedangkan sitokin
berupa IL-3, IL-6 dihasilkan sel T, sel monosit, yang semuanya akan bersama-
sama menuju sumsum tulang dan selanjutnya terikat pada reseptor sel progenitor
eritroid di sumsum tulang.
Bagaimana eritropoiesis berlangsung?
Setelah hormon dan sitokin sebagai faktor pertumbuhan melekat pada reseptor sel
progenitor, yaitu sel yang merupakan cikal bakal eritrosit, maka berikutnya akan
mengaktivasi sinyal-sinyal untuk proliferasi sel progenitor. Tahapan pembelahan
sel dimulai. Ada proses proliferasi dengan tahapan fase G1, sintesis, G2 dan
mitosis. Sel selanjutnya membelah menjadi 2 anak sel yang sama, satu di
antaranya melanjutkan tahapan maturasi sebelum menjadi eritrosit matur, dimulai
dari pronormoblast, basofilik normoblast, ortokromik normoblast,
polikromatofilik normoblast, retikulosit dan akhirnya eritrosit. Dari sel progenitor
hingga tahapan retikulosit ini terjadi di sumdum tulang. Retikulosit selanjutnya
dilepaskan ke sirkulasi dan matang menjadi eritrosit dalam waktu 24 jam di
sirkulasi.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2020/12/07/apakah-eritropoiesis/

100.Pemeriksaan hematokrit dilakukan pada sampel darah EDTA. Pemeriksaan


dilakukan dengan prinsip pemadatan sel darah melalui mikrosentrifus. Apakah
metode pemeriksaan yang dimaksud?
A. Makrohematokrit
B. Mikrohematokrit
C. Otomatisasi
D. Pipa kapiler
E. Wintrobe
Pembahasan:
JAWABAN B
Prosedur pemeriksaan hematokrit dengan metode mikrohematokrit :
1. Memasukkan darah EDTA ke dalam pipet kapiler, Menutup ujung pipet
kapiler dengan plastisin
2. Meletakkan pipet kapiler yang sudah ditutup dengan plastisin ke dalam
centrifuge mikrohematokrit dengan posisi ujung tabung yang tertutup
plastisin menghadap ke luar
3. Meletakkan pipet kapiler yang berisi sampel lainnya pada posisi yang
berlawanan sebagai penyeimbang
4. Menutup flat penutup rotor centrifuge
5. Memutar darah selama 5 menit dengan kecepatan 10.000 rpm
6. Setelah selesai, centrifuge dibuka kembali dan nilai hematokrit diukur
dengan mengukur tinggi endapan eritrosit pada pipet kapiler menggunakan
skala pembaca mikrohematokrit.
Data nilai hematokrit dengan pengukuran tinggi endapan eritrosit pada pembuatan
serum setelah disentrifugasi selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dibandingkan
terhadap nilai hematokrit dengan metode mikrohematokrit. Data dianalisis secara
statistik menggunakan uji One Way Anova pada tingkat kepercayaan 95% atau α=
0,05. Uji One Way Anova digunakan jika data terdistribusi normal dan homogen,
apabila data tidak terdistribusi normal dan atau tidak homogen maka digunakan
uji Kruskal-Wallis.
Sumber :
http://jambs.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/download/193/149

Anda mungkin juga menyukai