Anda di halaman 1dari 9

A.

Pendahuluan

Pada dasarnya, pengaturan urusan kehidupan dan hubungan sosial manusia tidak
akan benar, menurut timbangan keadilan Tuhan dan logika manusia, apabila tidak
disertai dengan akidah yang benar, etika yang kukuh dan prinsip-prinsip serta hukum-
hukum yang komprehensif  yang dapat mengatur seseorang, baik dalam keadaan
tersembunyi maupun terang-terangan, keluarga dan masyarakat luas yang teratur
dibawah kekuasaan negara.
Dalam kita berhubungan sosial dengan manusia, ada salah satu ibadah yang
memang erat hubungannya dengan manusia sekaligus berhubungan dengan Tuhan.
Ibadah tersebut adalah zakat. Zakat merupakan salah satu rukun islam ke tiga yang
diwajibkan kepada setiap muslim. Zakat infaq dan shadaqah merupakan salah satu topic
selalu menarik untuk dikaji dan didiskusikan. Karena  zakat, infaq, dan shadaqah dalam
peranannya memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengentasan kemiskinan.

B.     Permasalahan

1.      Apakah zakat, infaq, dan shadaqah itu ?


2.      Apa perbedaan zakat, infaq, dan shadaqah itu ?
3.      Hikmah apa saja yang dapat kita peroleh dengan adanya zakat, infaq, dan
shadaqah ?

1
C. Pembahasan
1.             Zakat
Zakat menurut lughat adalah subur, bertambah. Menurut syara’ adalah pemberian
suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut sifat-sifat dan
ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya[1]. Zakat
adalah hak yang telah ditentukan besarnya yang wajib dikeluarkan pada harta-harta
tertentu (haqqun muqaddarun yajibu fi amwalin mu’ayyanah).[2]
Mazhab Maliki mendefinisikannya dengan, “ Mengeluarkan sebagian yang khusus
dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab ( batas kuantitas yang
mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiqq)-nya.
Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun), bukan barang
tambang dan bukan pertanian”.[3]
Menurut mazhab Imam Syafi'i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau
tubuh sesuai dengan secara khusus. Sedangkan menurut mazhab Imam Hambali, zakat
ialah hak  yang wajib dikeluarkan dari harta  yang khusus untuk kelompok yang khusus
pula, yaitu kelompok delapan yang disyaratkan dalam Al-Qur'an.[4]
Zakat merupakn suatu ibadah yang penting. Kerap kali dalam Al-Qur'an
menyebutkan zakat beriringan dengan urusan shalat. Ini menunjukkan bahwa antara
zakat dengan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya.
Sembahyang dipandang seutama-utama 'ibadah badaniah dan zakat dipandang seutama-
utama 'ibadah Maliyah[5]. Zakat itu wajib untuk semua ummat islam, sama dengan
wajib sholat. Allah Swt telah mewajibkan zakat atas hamba-hambanya.
Firman Allah SWT:
...َ‫ َواَقِ ْي ُموْ ا الصَّلوةَ َواتُوْ ا ال َّزكوة‬.......
Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”. (QS. Al-Muzammil :
20).
Tujuan zakat dapat ditinjau dari berbagai aspek[6], diantaranya:
1.              Hubungan manusia dengan Allah.
2.              Hubungan manusia dengan dirinya.
3.              Hubungan manusia dengan masyarakat.
4.              Hubungan manusia dengan harta benda.

2
Secara umum, zakat dapat dibedakan menjadi dua: pertama, zakat harta dan kedua
zakat fitrah. Cara pengumpulan zakat sebagai dijelaskan dalam al-Qur’an, adalah para
petugas (‘amilin) melakukan kegiatan yangbersifat aktif ( bukan menunggu kerelaan
para wajib zakat).[7]
Macam-macam zakat dan dasar-dasar hukumnya[8] :
a.       Menurut garis besarnya, zakat dapat dibagi dua bagian:
         Zakat harta (zakat mal) : misalnya, zakat emas, perak, binatang ternak, hasil tumbuh-
tumbuhan baik berupa buah-buahan maupun biji-bijian, dan harta perniagaan.
         Zakat jiwa (zakat nafs) : zakat ini populer di dalam masyarakat dengan nama zakatul
fitri yaitu zakat yang harus dikeluarkan oleh setiap muslim di bulan Ramadhan
menjelang shalat Idul Fitri. 
b.      Adapun ulama yang mengadakan pembagian dari segi apakah harta itu terlihat dengan
nyata atau yang dapat disembunyikan oleh pemiliknya. Mereka membagi zakat kepada
2 bagian pula yaitu:
         zakat harta yang nyata, seperti binatang ternak dan hasil tumbuh-tumbuhan.
         Zakat yang tidak nyata, seperti : Emas, perak dan harta perniagaan.
Tentang zakat fitrah ada yang menempatkannya pada bagian pertama dan ada pula yang
menempatkannya pada bagian kedua.
Syarat-syarat wajib zakat[9]
Syarat-syarat wajib zakat bagi harta benda yang dikenakan zakat adalah:
a.       Cukup haul artinya harta yang sampai nishab itu sudah sampai satu tahun dimilikinya.
b.      Cukup nishab artinya apabila keadaan harta itu jumlahnya/ banyaknya cukup nishab
(minimal nishab).
Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhak menerima zakat (menjadikannya
sebagai mustahiq) adalah seorang muslim yang merdeka (yakni bukan budak), bukan
seorang anggota suku Bani Hasyim atau Bani Muthallib, dan harus memiliki salah satu
sifat diantara sifat-sifat kedelapan ashnaf  (kelompok) yang tersebut dalam al-
Qur’an[10].

Delapan ashnaf yang dimaksud adalah fakir, miskin, ‘amil, muallaf, budak yang
dijanjikan kebebasannya, orang yang berutang, pejuang fi sabilillah, ibnu sabil. Adapun

3
anak yang belum dewasa atau seorang gila boleh disalurkan kepada mereka apabila
yang menerimanya ialah seorang wali (penanggung jawab) atas urusan-urusan mereka.

2.             Infaq
Infaq  berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk
kepentingan sesuatu[11]. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan / penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Ada pula pendapat yang mengatakan, secara bahasa Infaq bermakna :
keterputusan dan kelenyapan, dari sisi leksikal infaq bermakna : mengorbankan harta
dan semacamnya dalam hal kebaikan. Dengan demikian, kalau kedua makna ini di
gabungkan maka dapat dipahami  bahwa harta yang dikorbankan atau didermakan pada
kebaikan itulah yang mengalami keterputusan atau lenyap dari kepemilikan orang yang
mengorbankannya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka setiap pengorbanan (pembelanjaan) harta
dan semacamnya pada kebaikan disebut al-infaq. Dalam infaq tidak di tetapkan bentuk
dan waktunya, demikian pula dengan besar atau kecil jumlahnya.  Tetapi infaq biasanya
identik dengan harta atau sesuatu yang memiliki nilai barang yang di korbankan. Infaq
adalah jenis kebaikan yang bersifat umum, berbeda dengan  zakat. Jika seseorang ber-
infaq, maka kebaikan akan kembali pada dirinya, tetapi jika ia tidak melakukan hal itu,
maka tidak akan jatuh kepada dosa, sebagaimana orang yang telah memenuhi syarat
untuk berzakat, tetapi ia tidak melaksanakannya.
3.             Shadaqah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Shadaqah adalah pemberian
harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain
yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan[12]. Shadaqah atau yang dalam
bahasa Indonesia sering di tuliskan dengan sedekah memiliki makna yang lebih luas lagi
dari zakat dan infaq.
 Shadaqah dapat dimaknai dengan satu tindakan yang dilakukan karena
membenarkan adanya pahala / balasan dari Allah SWT. Sehingga shadaqah dapat kita

4
maknai dengan segala bentuk / macam kebaikan yang dilakukan oleh seseorang karena
membenarkan adanya pahala / balasan dari Allah SWT. Shadaqah dapat berbentuk harta
seperti zakat atau infaq, tetapi dapat pula sesuatu hal yang tidak berbentuk harta.
Misalnya seperti senyum, membantu kesulitan orang lain, menyingkirkan rintangan di
jalan, dan berbagai macam kebaikan lainnya.
Seperti halnya infaq, dalam shadaqah tidak di tetapkan bentuknya, bisa berupa
barang, harta maupun satu sikap yang baik. Jika ia berupa harta atau barang, maka
shadaqah tidak di tetapkan waktunya, dan jumlahnya.
 Shadaqah adalah jenis kebaikan yang sifatnya lebih luas dari zakat dan infaq,
maka seringkali kita menemukan kata shadaqah ini di artikan dengan zakat atau dengan
infaq. Dan shadaqah seringkali juga di gunakan untuk ungkapan kejujuran seseorang
pada agama / keimanan seseorang. Ketika seseorang ber-shadaqah maka ia akan
mendapatkan balasan dari apa yang ia lakukan, tetapi jika ia tidak melakukan hal ini,
maka ia tidak berdosa seperti ia tidak membayar zakat hanya saja ia kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan pahala.
Shadaqah  ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah,
waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non
materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta,
memberikan senyuman dan wajah yang manis kepada saudaranya dsb. Dan shadaqah
adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.

Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah


Zakat hukumnya wajib sedangkan infaq dan shadaqah hukumnya sunnah, zakat
ditentukan nisabnya sedangkan infaq dan shadaqah tidak memiliki batas, zakat
ditentukan siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan infaq dan shadaqah boleh
diberikan kepada siapa saja. Infaq ada yang wajib ada juga yang sunah. Infaq yang
wajib diantaranya zakat, kafarat, nazar, dan lain-lain. Infaq sunah diantaranya, infaq
kepada para fakir miskin, sesama muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan
lain-lain.
Hikmah zakat, infaq, dan shadaqah
Secara umum tujuan zakat, infaq, dan shadaqah adalah untuk meningkatkan taraf
hidup dan mengangkat martabat manusia dari kemiskinan, sehingga di dalamnya

5
mengandung banyak hikmah, baik bagi orang yang mengeluarkan maupun bagi orang
yang menerimanya. Adapun hikmahnya adalah sebagai berikut.
a.       Hikmah bagi orang yang mengeluarkan:
1.      Sebagai ungkapan rasa syukur seseorang kepada Allah SWT. atas segala limpahan
nikmat dan rahmat yang diberikan kepadanya.
2.      Dapat membersihkan diri dan harta, menjaga dan memelihara harta dari incaran mata
dan tangan para pendosa dan pencuri.
3.      Memberikan motivasi untuk bekerja keras agar dapat sederajat dengan orang lain.
4.      Akan memperoleh pahala yang besar.
5.      Menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil.
b.      Hikmah bagi orang yang menerimanya:
1.      Dapat merasakan dan menikmati harta yang dimiliki oleh orang kaya.
2.      Menghilangkan perasaan hasud, iri, dan dengki.
3.      Dapat meringankan beban yang harus ditanggungnya.
4.      Dapat tertolong kesulitan dan kesusahannya.
c.       Hikmah bagi masyarakat:
1.      Dapat menolong orang yang lemah dan susah.
2.      Jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin makin diperkacil.
3.      Mendidik masyarakat untuk berjiwa dan memiliki kepedulian sosial.

6
D.    Kesimpulan

Zakat adalah pemberian suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta
tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak
menerimanya.
Infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan / penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai
imbalan
Adapun yang membedakan antara zakat, infaq dan shadaqah adalah bentuk,
nishab, waktu, serta hukumnya.
Sedangkan hikmah-hikmah yang dapat diambil itu banyak sekali, baik dari pihak
pemberi maupun dari pihak penerima.

E.     Penutup
Demikian makalah yang  dapat kami sajikan, penulis sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun kami
harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bisa
menjadikan manfaat bagi kita semua.

7
Daftar Pustaka

Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat al-Ghazali, Karisma,


Bandung, cet.VIII, 1997
Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002
DR. Wahbah Al- Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1995
Prof. DR. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, PT. Pustaka Rizki
Putra, Semarang, 2000
Prof. Dr. Zakiah Daradjat,dkk., Ilmu Fiqh jilid 1, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995
Yunus, Mahmud, Al Fiqhul Wadhih Juz II, Maktabah As Sa’diyah Putra, Padang, 1936
Zallum, Abdul Qadim,  Al Amwal fi Daulati, 1983

[1] Prof. Dr. Zakiah Daradjat,dkk., Ilmu Fiqh jilid 1, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta,
1995, hal. 213
[2] Zallum, Abdul Qadim, Al Amwal fi Daulati, 1983, hal. 147
[3] DR. Wahbah Al- Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1995, hal.83
[4] DR. Wahbah Al-Zuhayly, ibid., hal.84
[5] Prof. DR. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, PT. Pustaka Rizki
Putra, Semarang, 2000, hal. 212
[6] Prof. DR. Zakiah Daradjat, op.cit., hal. 217
[7] Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hlm. 172
[8] Prof. DR. Zakiah Daradjat, op.cit., hal. 223
[9] Prof. DR. Zakiah Daradjat, ibid.,hal. 233
[10] Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat al-Ghazali, Karisma,
Bandung, cet.VIII, 1997, hal.95
[11] http://www.amany.org/tanya-jawab/40-ziswaf/66-apa-perbedaan-beda-zakat-infaq-dan-
sadaqah-.html

[12]  Yunus, Mahmud, Al Fiqhul Wadhih Juz II, Maktabah As Sa’diyah Putra, Padang, 1936, hal
33

8
9

Anda mungkin juga menyukai