Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ULLUMUL QURAN

“MEMAHAMI ULUMUL QURAN DAN YANG BERKAITAN DENGANNYA”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah dirosah ulumul quran

Dosen Pengampu : Ahmad Fathur Rosyadi, M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 1

GHONIIMAH GHINA RANTI 419.48.25


HUYAINATUL WALIDAH 419.48.28

B/KP/V

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kekuatan dan petunjuk
untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang telah
ditugaskan kepada kelompok kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai
rintangan, namun dengan penuh kesabaran kami mencoba untuk menyelesaiakn makalah ini.

Makalah ini memuat tentang “ ULUMUL QURAN ” . Tema yang akan dibahas di
makalah ini sengaja dipilih oleh dosen pembimbing kami untuk kami pelajari lebih dalam.
Butuh waktu untuk mendalami materi ini supaya bisa menyelesaikan dengan baik.

Kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah banyak membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Semoga makalah yang kami
buat ini dapat dinilai dengan baik dan dihargai oleh pembaca. Meskipun makalah ini masih
mempunyai kekurangan, kami selaku penyusun mohon kritik dan sarannya. Terima kasih.

Yogyakarta, 20 September 2021

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Rasul
Allah (Nabi Muhammad SAW). Al-Qur’an dijadikan sebagai pedoman umat Islam
dalam menata dan melaksanakan kehidupan dunia dan akhirat. Al-Qur’an adalah
sumber utama dari segala sumber hukum dalam kehidupan, Al-Qur’an sebagai way of
life, untuk itu umat Islam harus berusaha mengetahui dan memahami isi kandunganny
secara komprehensif. Pengetahuan dan pemahaman terhadap Al-Qur’an semestinya
diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bukan hanya
pada tahu dan paham tentang isi dari kandungannya namun juga pada pengetahuan
dan pemahaman cara mengkaji Al Qur’an tersebut. Sehingga pemahaman terhadap
Al-Qur’an bukan hanya sebata materi saja, tetapi berlanjut pada tahap pengkajian
terhadap Al-Qur’an itu sendiri termasuk mendalami ilmu-ilmu yang melandasi dalam
penafsiran Al-Qur’an. Sehingga dengan demikian akan melahirkan sebuah
pengetahuan Ilmu Tafsir Al-Qur’an.
Al-Qur’an sebagai lentera kehidupan umat Islam memiliki kesucian,
keaslian, dan keluasan pembahasan yang tidak pernah kering, bahkan tidak
terbantahkan lagi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Eksistensi Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad
SAW yang berbentuk mushaf memiliki dinamika yang sangat menarik dan kompleks
untuk dipelajari dan diamalkan menjadi penuntun kehidupan umat manusia.
Mempelajari buku-buku keagamaan yang lain semisal kalam, fiqih, dan
khususnya hadits juga penting, tetapi betapa pun banyaknya buku-buku keagamaan
dan keislaman yang tumbuh dan berkembang dewasa ini, semangat untuk
mempelajari ilmu-ilmu al-Qur’an janganlah diabaikan. Inilah beberapa pokok pikiran
yang menjadi dasar utama bagi penulis.

2. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian Ulumul quran


2. Menjelaskan ruang lingkup
3. Menjelaskan objek ulumul quran
4. Menjelaskan sejarah perkembangan ulumul quran

3. Tujuan Penulisan

            Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa
pada umumnya mampu memahami Ulumul quran dan perkembangannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ulumul Quran


         Kata ulum Qur’an tersusun dari dua kata secara idhofi, yaitu terdiri
dari mudhof dan mudhof ilaih, kata ulum diidhofahkan pada al-Qur’an. Dari dua unsur kata
tersebut maka didapat makna ulum dan al-Qur’an dan menjadi kalimat ulumul-Qur’an.
1.       Arti kata ulum
           Kata ulum secara etimologi adalah merupakan jamak dari ilmu, kata ilmu itu sendiri
adalah mashdar yang mempunyai arti pengetahuan atau pemahaman.

2.      Arti kata al-Qur’an


            Secara etimologi kata al-Qur’an merupakan mashdar dari kata qaraa yang maknanya
sama dengan kata qiraah yang berarti bacaan, kemudian diberi makna sebagai isim
maful yaitu maqru yang artinya ‘yang dibaca’. Pemaknaan ini sebagaimana diisyaratkan dari
QS. al-‘Alaq yang merupakan perintah kepada umat manusia untuk membaca (iqra),
penamaannya termasuk katagori ‘tasmiyah al-maful bil mashdar’ (penamaan isim maful
dengan mashdar). Penamaan ini merujuk pada QS al-Qiyamah (75) ayat 17-18

‌ۚ ‫َوقُ ۡر ٰان َ ٗ ۚه مَج ۡ َعهٗ َعلَ ۡينَا ِا َّن‬ ‫قُ ۡر ٰاهَن ٗ َفات َّ ِب ۡع َق َر ۡانٰ ُه فَ ِا َذا‬
Artinya : 17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. 18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaannya itu.

Dari segi terminologinya al-Qur’an di definisikan para pakar ushul fiqih, fiqih dan
bahasa Arab adalah sebagai : ‘Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Yang lapazh-lafazhnya mengandung mukjijat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang
diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat al-Fatihah (1)
sampai akhir surat an-Nas (114)

Definisi al-Quran yang dikemukakan para ulama yang maknanya mampu


membedakan dengan definisi yang lain adalah :

‫بتالوته لمتعبد ا السالم عليه محمد على لمنزال كالم هللا هو القرآن‬

Artinya : Quran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhamad saw.
Yang pembacanya merupakan suatu ibadah`.

Untuk mendapatkan penjelasan Arti Quran secara istilah (etimologi), maka


dikemukakan pengertian-pengertian sebagai berikut :

a) Definisi `kalam` (ucapan) merupakan kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan
dengan menghubungkannya dengan Allah ( kalamullah ) berarti tidak semua masuk
dalam kalam manusia, jin dan malaikat.
b) Batasan dengan kata-kata (almunazzal) `yang diturunkan` maka tidak termasuk kalam
Allah yang sudah khusus menjadi milik-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Firman
Allah dalam surat al-Kahfi ayat 109 yang artinya “ Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi
tinta untuk kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu “
c) Batasan dengan definisi hanya `kepada Muhammad saw` tidak termasuk yang diturunkan
kepada nabi-nabi sebelumnya seperti taurat, injil dan yang lain.
d) Sedangkan batasan (al-muta'abbad bi tilawatihi) `yang pembacanya merupakan suatu
ibadah` mengecualikan hadis ahad dan hadis-hadis qudsi .

Al-Qur’an sebagai Kalamullah meliputi pengertian kalam Nafsi dan kalam Lafzhi.
Kalam Nafsi adalah kalam dalam pengertian abstrak, ada pada Zat (Diri) Allah, bersifat
qadim dan azali tidak berubah oleh adanya perubahan ruang, waktu dan tempat, dengan
demikian Kalamullah bukanlah makhluk. Sedangkan kalam Lafzhi dalam pengertian yang
sebenarnya (hakikat), dapat ditilis, dibaca dan disuarakan oleh makhluqNya, yakni berupa al-
Qur’an yang biasa dibaca sehari-hari oleh kaum muslimin, dengan demikian kalam Lafzhi
bersifat hadits (baru) dan termasuk makhluk.

Al-Qur’an merupakan formulasi kalam Nafsi Allah ke dalam kalam Lafzhi dan
menempatkannya di Lauh Mahfuzh, sebagaimana firman Allah yang tertuang dalam QS al-
Buruj (85) ayat 21-22. Artinya : 21. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang
mulia, 22. Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.

Setelah itu Allah mewahyukan kepada Malaikat Jibril untuk diturunkan ke Langit
Dunia (Baitul Izzah) dengan penurunan yang sekaligus, setelah itu Jibril menurunkannya
kepada Nabi Muhammad SAW. secara berangsur-angsur.

Al-Qur’an diturunkan sebagai mukjizat dengan karena kejadiannya luar biasa,


redaksinya indah dan akurat, banyak memberitakan hal ghaib dan memiliki isyarat keilmuan
(ilmiah).

3. Arti Ulumul Qur’an

Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham dan
menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam
yang disusun secara ilmiah.

Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-Qur’an, ilmu dengan
pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran, adapun definisi al-
Qur’an secara terminologi menurut Abu Syahbah, adalah : ‘Sebuah ilmu yang memiliki
banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an, mulai proses penurunan,
urutan penulisan, penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-
mansukh, muhkam-mutayabih, sampai pembahasan-pembahasan lain’.[4]

Jadi, yang dimaksud dengan u`lumul-Qu`ran ialah ilmu yang membahas masalah-
masalah yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi asbaabu nuzuul."sebab-sebab
turunnya al-Qur`an", pengumpulan dan penertiban Qur`an, pengetahuan tentang surah-surah
Mekah dan Madinah, An-Nasikh wal mansukh, Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan Qur`an.

Terkadang ilmu ini dinamakan juga ushuulu tafsir (dasar-dasar tafsir) karena yang
dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang Mufassir
sebagai sandaran dalam menafsirkan Qur`an.

B. Ruang Lingkup Ulumul Quran

Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan
yang sangat luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an,
baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu
balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang
tercakup di dalamnya. Dalam kitab Al- Itqan, Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80 cabang
ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia
mengutip Abu Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari
77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-qur’an dengan
dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna Dzohir, batin,
terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan inimasih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika
dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung.
Firman Allah :’ Katakanlah: Sekiranyalautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).(Q.S. Al-Kahfi :109).

Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an sangat luas al-Imam al-Sayuthi dalam bukunya ‘al-
Itqan fi ’Ulum Al-Qur’an, menguraikan sebanyak 80 cabang, dan setiap cabang masih dapat
diperinci lagi menjadi beragam cabang lagi. Menurut Dr. M. Quraish Shihab, materi-materi
cakupan ‘Ulum fsirt al-Qur’an dapat dibagi dalam 4 (empat) komponen :

1. Pengenalan Terhadap Al-Qur’an

2. Kaidah-kaidah tafsir

3. Metode-metode tafsir

4. Kitab-Kitab tafsir dan para mufassir.

Komponen pertama (Pengenalan terhadap al-Qur’an) mencakup :

(a) Sejarah al-Qur’an, (e) qushah al-Qur’an,

(b) Rasm al-Qur’an, (f) jadal al-Qur’an,

(c) I’jaz al-Qur’an, (g) aqsam al-Qur’an,

(d) Munasabah al-Qur’an, (h) amtsal al-Qur’an,


(i) nasikh dan mansukh, (k) al-qiraat, dan sebagainya.

(j) muhkam dan mutasyabih,

Komponen kedua (Kaida-kaidah tafsir) mencakup :

(a) ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan al-Qur’an,

(b) sistematika yang hendaknya ditempuh dalam menguraikan penafsiran, dan

(c) patokan-patokan khusus yang membantu pemahaman ayat-ayat al-Qur’an,baik dari ilmu-
ilmu bantu, seperti bahasa dan ushul fiqhi, maupun yang ditarik langsung dari penggunaan al-
Qur,an. Sebagai contoh, dapat dikemukakan kaidah-kaidah berikut :

(a) kaidah ism dan fi’il,

(b) kaidah ta’rif dan tankir,

(c) kaidah istifham dan macam-macamnya,

(d) ma’aniy al-huruf seperti : asa; la’alla, in, iza; dan lain-lain,

(e) kaidah su’al dan jawab,

(f) kaidah pengulangan,

(g) kaidah perintah sesudah larangan,

(h) kaidah penyebutan nama dalam kishah,

(j) kaidah penggunaan kata dan uslub al-Qur’an, dan lain-lain.

Komponen ketiga (metode-metode tafsir) mencakup metode-metode tafsir yang


dikemukakan oleh ulama mutaqaddim dengan ketiga coraknya : al-ra’yu, al-ma’tsur, al-
isyariy, disertai penjelasan tentang syarat-syarat diterimanya suatu penafsiran serta metode
pengembangannya, dan juga mencakup juga metode mutaakhir dengan keempat macamnya :
tahliliy, ijmaliy, muqarran, maudhu’iy.

Komponen keempat (kitab tafsir dan para mufassir) mencakup pembahasan tentang
kitab-kitab tafsir baik yang lama maupun yang baru, yang berbahasa arab, inggris, atau
indonesia, dengan mempelajari biografi, latar belakang dan kecenderungan pengarangnya,
metode dan prinsip-prinsip yang digunakan, serta keistimewaan dan kelemahannya.

Dari uraian diatas menggambarkan bahwa “ulumul al-Qur”an mencakup bahasan


yang sangat luas, antara lain ilmu nuzul al-Qur’an, asbab al-nuzul, qiraat, ilmu an-nasikh wa
al-mansukh dan ilmu fawatih as-suwar serta masih banyak yang lainnya. Karena begitu
luasnya cakupan kajian ‘Ulumul Qur’an, maka para ulama harus mengakhiri definisi yang
mereka buat dengan ungkapan “dan lain-lain”. Ungkapan ini menunjukkan, kajian ulumul
quran tidak hanya hal-hal yang disebutkan dalam definisi itu saja, tetapi banyak hal yang
secara keseluruhan tidak mungkin disebutkan dalam definisi. Ibnu Arabi (w 544 H), seperti
yang dikutip oleh Az-Zarkasyi, menyebutkan, Ulumul Qur’an mencakup 77.450 ilmu sesuai
dengan bilangan kata-katanya. Hal itu sesuai dengan pendapat sebagian kaum salaf, yang
melihat bahwa setiap kata dalam Al-Quran mempunyai makna lahir dan bathin, selain itu
terdapat pula hubungan-hubungan dan susunan-susunannya. Maka dengan demikian, ilmu ini
tidak terkira banyaknya dan Allah sajalah yang mengetahuinya secara pasti.

Sedang pemilihan kitab atau pengarang disesuaikan dengan berbagai corak atau
aliran tafsir yang selama ini dikenal, seperti corak : Fiqhi, sufi; ‘ilmi, bayan, falsafi, adabi,
ijtima’iy, dan lain-lain.”

C. Objek Ulumul-Qur’an

Objek ulumul-Qur’an adalah al-Qur’an itu sendiri dari seluruh segi-segi kitab tersebut
yang meliputi persoalan turunnya, sanad, qiraat penafsirannya dan lain-lain. Sehubungan
dengan hal tersebut Hatta Syamsudin (2008 : 6) mengamukakan bahwa Objek Pembahasan
Ulumul Qur'an dibagi menjadi tiga bagian besar .

1. Sejarah & Perkembangan Ulumul Qur'an

Meliputi : sejarah rintisan ulumul quran di masa Rasulullah SAW, Sahabat, Tabi'in, dan
perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama ulama dan karangannya di bidang
ulumul quran di setiap zaman dan tempat.

2. Pengetahuan tentang Al-Quran

Meliputi : Makna Quran, Karakteristik Al-Quran, Nama-nama al-Quran, Wahyu,


Turunnya Al-Quran, Ayat Mekkah dan Madinah, Asbabun Nuzul, dst.

3. Metodologi Penafsiran Al-Quran

Meliputi : Pengertian Tafsir & Takwil, Syarat-syarat Mufassir dan Adab-adabnya,


Sejarah & Perkembangan ilmu tafsir, Kaidah-kaidah dalam penafsiran Al-Quran, Muhkam &
Mutasyabih, Aam & Khoos, Nasikh wa Mansukh, dst.

D. Sejarah Perkembangan Ulumul Quran

Sejarah perkembangan ulumul-Quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana tiap-


tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ulumul-Qquran
menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut
beberapa fase / tahapan perkembangan ulumul-Quran.

1. Ulumul-Qur’an pada masa Rasulullah SAW.

Embrio awal ulumul quran pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-Quran langsung
dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan antusiasime para sahabat
dalam bertanya tentang makna suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.

a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat.


Dari Uqbah bin Amir ia berkata : " aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata
diatas mimbar, "dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal
:60 ), ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah" (HR Muslim)

b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.

Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan : " mereka yang


membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta
yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak
melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada didalamnya, mereka berkata
'kami mempelajari qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus.'"

c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai upaya menjaga
kemurnian AlQuran.

Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata: Janganlah kamu tulis
dari aku; barang siapa menuliskan aku selain qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa
yang dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaku,
ia akan menempati tempatnya di api neraka."(HR Muslim)

2. Ulumul-Qur’an pada masa khalifah

Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ulumul-Quran mulai


berkembang pesat, di antaranya dengan kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana
berikut:

a. Khalifah Abu Bakar :dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Quran yg pertama


yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit

b. Kekhalifahan Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu


mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf
ini juga dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul
'Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu
Rasmil Qur'an.

c. Kekalifahan Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad Ad-Du'ali


meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan
ketentuan harakat pada qur'an. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.

3. Ulumul-Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in

a. Peranan Sahabat dalam Penafsiran Al-Quran dan Tokoh-tokohnya.

Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-


makna al-qur'an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka, sesuai dengan
kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama
dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW , hal demikian diteruskan oleh murid-
murid mereka , yaitu para tabi'in.

Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat adalah Empat orang Khalifah
( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali )

1. Ibnu Masud, 4. Zaid bin sabit,

2. Ibnu Abbas, 5. Abu Musa al-Asy'ari dan

3. Ubai bin Kaab, 6. Abdullah bin Zubair.

Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin
Masud dan Ubai bin Kaab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka tidak berarti merupakan
sudah tafsir al-Quran yang sempurna. Tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat
dengan penafsiran apa yang masih samar dan penjelasan apa yang masih global.

b. Peranan Tabi'in dalam penafsiran Al-Quran dan Tokoh-tokohnya

Mengenai para tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil
ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan
ijtihad dalam menafsirkan ayat, yang terkenal di antara mereka , masing-masing sebagai
berikut :

1. Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin Jubair, Mujahid, 'iKrimah
bekas sahaya ( maula ) Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al Yamani dan 'Ata' bin abu Rabah.

2. Murid Ubai bin Kaab, di Madinah : Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan Muhammad bin
Ka'b al Qurazi.

3. Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad bin
Yazid, 'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin Di'amah as Sadusi.

Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil Qur'an,
ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki wal madani dan imu Nasikh dan Mansukh, tetapi semua ini
tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan (imla).

4. Masa Pembukuan (tadwin)

Perkembangan selanjutnya dalam ulumul-Quran adalah masa pembukuan ulumul-


Quran, pembukuan ini melewati beberapa perkembangan sebagai berikut :

a. Pembukuan tafsir Al-Quran menurut riwayat dari hadits, Sahabat dan tabi'in
Pada abad kedua hijriah tiba masa pembukuan ( tadwin ) yang dumulai dengan
pembukuan hadist denga segala babnya yang bermacam-macam, dan itu juga menyangkut hal
yang berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir al-Qur'an yang
diriwayatkan dari Rasulullah SAW dari para sahabat atau dari para tabi'in.

Diantara mereka yang terkenal adalah Yazid bin Harun as Sulami, ( wafat 117 H ),
Syu'bah bin Hajjaj ( wafat 160 H ), Waqi' bin Jarrah ( wafat 197 H ), Sufyan bin 'uyainah
( wafat 198 H), dan Aburrazaq bin Hammam ( wafat 112 H ).

Mereka semua adalah para ahli hadits, sedangkan tafsir yang mereka susun merupakan salah
satu bagiannya, namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai ketangan kita.

b. Pembukuan tafsir berdasarkan susunan ayat[11]

Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama'. Mereka menyusun tafsir
Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal diantara mereka
ada Ibn Jarir at Tabari ( wafat 310 H ).

Demikianlah tafsir pada awal permulaanya dinukil (dipindahkan) melalui


penerimaan (dari mulut ke mulut) melalui riwatyat, kemudian dibukukan sebagai salah satu
bagian hadits, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses
kelahiran at-Tafsir bil Ma'tsur (berdasarkan riwayat), lalu diikuti oleh at-Tafsir bir Ra'yi
(berdasarkan penalaran ).

c. Munculnya pembahasan cabang-cabang ulumul-Quran selain tafsir

Disamping ilmu tafsir, lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai pokok-pokok
pembahasan tertentu yang berhubungan dengan al-Quran, dan hal ini sangat diperlukan oleh
seorang mufasir, di antaranya :

1) Ulama abad ke-3 Hijri

a) Ali bin al Madini (wafat 234 H) guru Bukhari, menyusun karangannya mengenai asbabun
nuzul

b) Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam (wafat 224 H) menulis tentang Nasikh Mansukh dan
qira'at.

c) Ibn Qutaibah (wafat 276 H) menyusun tentang problematika al-Quran (musykilatul quran).

2) Ulama Abad Ke-4 Hijri

a) Muhammad bin Khalaf bin Marzaban (wafat 309 H) menyusun al- Hawi fa 'Ulumil
Qur'an.
b) Abu muhammad bin Qasim al Anbari (wafat 751 H) juga menulis tentang ilmu-ilmu al-
Qur'an.

c) Abu Bakar As Sijistani (wafat 330 H) menyusun Garibul Qur'an.

d) Muhammad bin Ali bin al-Adfawi (wafat 388 H) menyusun al Istigna' fi 'Ulumil Qur'an.

3) Ulama Abad Ke-5 dan setelahnya

a) Abu Bakar al Baqalani (wafat 403 H) menyusun i'jazul-Qur'an,

b) Ali bin Ibrahim bin Sa'id al Hufi (wafat 430 H) menulis mengenai i'rabul-Qur'an.

c) Al Mawardi (wafat 450 H) menegenai tamsil-tamsil dalam al-Qur'an (amsalul-Qur'an).

d) Al Izz bin Abdussalam ( wafat 660 H ) tentang majaz dalam al-Qur'an.

e) Alamuddin Askhawi ( wafat 643 H ) menulis mengenai ilmu qra'at (cara membaca al-
Qur'an ) dan aqsamul-Qur'an.

4) Mulai pembukuan secara khusus ulumul-Quran dengan mengumpulkan cabang-


cabangnya.

Pada masa sebelumnya, ilmu-ilmu al-Quran dengan berbagai pembahasannya di tulis


secara khusus dan terserak, masing-masing dengan judul kitab tersendiri, kemudian, mulailah
masa pengumpulan dan penulisan ilmu-ilmu tersebut dalam pembahasan khusus yang
lengkap, yang dikenal kemudian dengan ulumul-Qur'an. Di antara ulama-ulama yang
menyusun secara khusus ulumul-Quran adalah sebagai berikut :[12]

a) Ali bin Ibrohim Said (330 H) yang dikenal dengan al Hufi dianggap sebagai orang
pertama yang membukukan ulumul-Qur'an.

b) Ibnul Jauzi (wafat 597 H) mengikutinya dengan menulis sebuah kitab berjudul fununul
Afnan fi 'Aja'ibi 'ulumil Qur'an.

c) Badruddin az-Zarkasyi (wafat 794 H) menulis sebuah kitab lengkap dengan judul Al-
Burhan fii ulumilQur`an .

d) Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) memberikan beberapa tambahan atas Al-Burhan di


dalam kitabnya Mawaaqi`ul u`luum min mawaaqi`innujuum.

e) Jalaluddin As-Suyuti (wafat 911 H) juga kemudian menyusun sebuah kitab yang
terkenal al-itqaan fii u`luumil qur`an.

Kitab Al-Burhan (Zarkasyi) dan Al-Itqon (As-Suyuti) hingga hari ini masih dikenal
sebagai referensi induk / terlengkap dalam masalah ulumul-Qur'an. Tidak ada peneliti tentang
ulumul-Quran, kecuali pasti akan banyak menyandarkan tulisannya pada kedua kitab
tersebut.

5. Ulumul-Qur’an pada masa modern (kontemporer)

Sebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan ulumul-Quran pada masa


kontemporer ini juga berlanjut seputar penulisan sebuah metode atau cabang ilmu al-Quran
secara khusus dan terpisah, sebagaimana ada pula yang kembali membali menyusun atau
menyatukan cabang-cabang ulumul-Quran dalam kitab tersendiri dengan penulisan yang
lebih sederhana dan sistematis dari kitab-kitab klasik terdahulu.

Kitab yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang ilmu Quran atau
pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-Quran di antaranya :

1) Kitab i`jaazul quran yang ditulis oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i,

2) Kitab At-Tashwirul fanni fiil qu`an dan masyaahidul qiyaamah fil qur`an oleh Sayyid
Qutb

3) Tarjamatul qur`an oleh syaikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang salah satu
pembahasannya ditulis oleh Muhibuddin al-hatib,

4) Masalatu tarjamatil qur`an oleh Musthafa Sabri,

5) An-naba`ul adziim oleh DR Muhammad Abdullah Daraz dan

6) Muqaddimah tafsir Mahaasilu ta`wil oleh Jamaluddin Al-qasimi.

Kitab yang membahas secara umum ulumul quran dengan sistematis, diantaranya :

1) Syaikh Thahir Al-jazaairy menyusun sebuah kitab dengan judul At-tibyaan fii u`luumil
qur`an.

2) Syaikh Muhammad Ali Salamah menulis pula Manhajul furqan fii u`luumil qur`an yang
berisi pembahasan yang sudah ditentukan untuk fakultas ushuluddin di Mesir dengan
spesialisasi da`wah dan bimbingan masyarakat dan diikuti oleh muridnya,

3) Muhammad Abdul a`dzim az-zarqani yang menyusun Manaahilul i`rfaan fii u`lumil
qur`an.

4) Syaikh Ahmad Ali menulis muzakkiraat u`lumil qur`an yang disampaikan kepada
mahasiswanya di fakultas ushuluddin jurusan dakwah dan bimbingan masyarakat.

5) Kitab Mahaabisu fii u`lumil qur`an oleh DR Subhi As-Shalih.

Pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan u`luumul qur`an, dan kata ini kini telah
menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut. Kitab Mabahitsul Quran yang
ditulis Manna'ul Qattan ini juga termasuk kitab ulumul quran kontemporer yang banyak
mendapat sambutan di universitas-universitas di Timur Tengah dan Dunia Islam pada
umumnya. Kitab ini juga dijadikan modul untuk perkuliahan Ulumul Quran semester 1 di
Universitas International Afrika, Khartoum Sudan, sebagai mata kuliah umum untuk semua
mahasiswa di berbagai jurusannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham dan
menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam
yang disusun secara ilmiah.

Ulumul Qur’an secara etimologi adalah ilmu-ilmu tentang al-Qur’an, ilmu dengan
pengertian pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran

Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an sangat luas al-Imam al-Sayuthi dalam bukunya ‘al-Itqan
fi ’Ulum Al-Qur’an, menguraikan sebanyak 80 cabang, dan setiap cabang masih dapat
diperinci lagi menjadi beragam cabang lagi. Menurut Dr. M. Quraish Shihab, materi-materi
cakupan ‘Ulum fsirt al-Qur’an dapat dibagi dalam 4 (empat) komponen :

1. Pengenalan Terhadap Al-Qur’an

2. Kaidah-kaidah tafsir

3. Metode-metode tafsir

4. Kitab-Kitab tafsir dan para mufassir.

Sejarah perkembangan ulumul-Quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap


fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ulumul-Qquran
menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut
beberapa fase / tahapan perkembangan ulumul-Quran.

1. Ulumul-Qur’an pada masa Rasulullah SAW.

2. Ulumul-Qur’an pada masa khalifah

3. Ulumul-Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in

4. Masa Pembukuan (tadwin)

5. Ulumul-Qur’an pada masa modern (kontemporer)


DAFTAR PUSTAKA

Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit Amzah, Oktober 2005.

Anwar R, 2007. Ulum Al-qur’an. Pustaka Setia. Bandung

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV. Diponegoro,
2005.

Dr. Rosihon Anwar, M.ag, Ulumul Quran. Pustaka Setia, Bandung, 2008

Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000

Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali. Ulumul Quran I,Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Ahmad Syadali. ‘Ulumul Qur’an I. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Kamaluddin Marzuki, Ulumul Quran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994

Muhammad ali Ash-Shabuuny, Studi Ilmu Al-Quran, Bandung : CV Pustaka Setia, h. 15

Anda mungkin juga menyukai