Anda di halaman 1dari 10

Nama : Lavenia Indah Safitri

Nim : 1041811067

Tugas Bahan Alam Laut

Pemanfaatan Organisme Laut Untuk Sediaan Farmasi

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3 Jurnal 4 Jurnal 5


Judul Jurnal Formulasi Kandungan Pengaruh Rasio Bubur Kandungan
Pelembab dan Senyawa Komposisi Rumput Laut Senyawa
Tabir Surya Penangkal Sinar Rumput Laut Euchema cottonii Bioaktif Bubur
Alami Sediaan Ultra Violet dari (Euchema dan Sargasum sp. Rumput Laut
Gel Kombinasi Ekstrak Rumput cottonii) dan Sebagai Formula Sargassum
Lidah Buaya Laut Echeuma Tepung Beras Krim Tabir Surya plagyophyllum
dan Rumput cottoni dan Terhadap Sifat dan Euchema
Laut Merah Turbinaria Kimia dan cottonii Sebagai
conoides Sensoris Masker Bahan Baku
Wajah Krim Pencerah
Kulit
Jurnal SEMNASKes Biosfera Vol 34, Fishtech, Jurnal JPHPI, Vol 19, No JPHPI, Vol 20
No 2 Teknologi Hasil 3 No 3
Perikanan Vol 7,
No 2 : 111-119
Tahun Jurnal 2019 2017 2018 2016 2017
Penulis Srie Rezeki Rini Yanuarti, Putri Lestari, Novi Luthfiyana, Maretty
Nur Endah, Nurjanah, Indah Widiastuti, Nurjanah, Mala Twentyna
Eddy Effionora Anwar, Susi Lestari. Nurilmala, Dolorosa,
Suhardiana. Ginanjar Pratama. Effionora Anwar, Nurjanah, Sri
Taufik Hidayat. Purwaningsih,
Effionora
Anwar, Taufik
Hidayat.
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perawatan kesehatan kulit merupakan
faktor pendorong terjadinya peningkatan permintaan produk-produk kosmetik perawatan kulit.
Menurut Schneider et al, 2012 melaporkan kosmetik umumnya mengandung campuran
senyawa kimia dan tidak banyak yang berasal dari sumber alami. Bahan baku dari hasil
perairan memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan menjadi kosmetika salah satunya
rumput laut.

Rumput laut merupakan tumbuhan laut yang tidak dapat dibedakan akar, batang dan
daun, sehingga seluruh tubuhnya disebut thallus. Rumput laut dibedakan menjadi tiga kelas
berdasarkan kandungan pigmen yang terdapat dalam thallus yaitu kelas Chlorophyceae,
Rhodophyceae, dan Phaeophyceae. Ketiga kelas rumput laut tersebut bernilai ekonomis
penting karena kandungan senyawa kimiannya (Soenardjo, 2011).

Rumput laut merah (E.cottonii) menurut Zhaohui dan Gao, 2005 mengandung senyawa
phycocyanin yang mengandung asam myscosporine (MAAs) dan terdiri atas derivat imine
yang mengandung kromofor aminocycloheximine pengabsorbsi UV. Misonou et al, 2003
melaporkan bahwa jenis rumput laut merah mengandung senyawa antioksidan yang dapat
menghambat penetrasi sinar UV yang kuat kedalam jaringan atau sel. Selain itu Nurjanah et al,
2015 melaporkan aktivitas antioksidan E.cottonii menunjukkan IC 50 sebesar 105,04 µg/mL.
Komponen aktif yang dihasilakn antara lain flavonoid, fenol hidrokuinon dan triterpenoid.

Rumput laut Turbinaria sp merupakan rumput laut dengan jumlah spesies yang sangat
sedikit yaitu 17 spesies. Spesies rumput laut seperti T.conoides, T.ornata dan T.decurent
merupakan jenis rumput laut coklat yang banyak ditemukan diperairan Indonesia (Wynne,
2002). Rumput laut T.conoides merupakan salah satu jenis rumput laut coklat yang
keberadaannya belum termanfaatkan secara optimal (Willams, 2007). Rumput laut T.conoides
memiliki beberapa aplikasi ekonomi dalam berbagai jenis industri, salah satunya industri
kosmetik (Hafting et al, 2015). Rumput laut T.conoides mengandung zat bioaktif polifenol,
florotanin, dan senyawa tanin (Hermund et al, 2016). Senyawa bioaktif seperti fenol
hidorkuinon, flavonoid, dan triterpenoid yang ditemukan pada rumput laut sangat prospektif
untuk kosmetik (Nurjannah et al, 2016). Rumput laut T.conoides menunjukkan aktvitas
antioksidan paling tinggi daripada rumput laut lainnya (Budhiyanti et al, 2012).

Yangthong, 2009 melaporkan Sargassum sp. memiliki aktivitas antioksidan lebih besar
dibandingkan jenis Caulerpa racemosa, Ulva lactuca, dan Gracilaria tenuistipitata dengan
nilai IC50 masing – masingg 1,08 ±0,83 ; 15,05±0,61 ; 103,73±0,59 ; 24,22±0,87 µg/mL.
Sargassum sp mengandung fucoidan dan komponen fenolik yang mempu menangkap radikal
bebas (Samee et al, 2009).

Hasil dan Pembahasan

 Jurnal 1

Berdasarkan jurnal 1 dijelaskan bahwa rumput laut merah (E.cottonii) ketika dibuat
sediaan dengan lidah buaya dengan formula sebagai berikut :

Dari formula tersebut dibuat sediaan gel dan dilakukan evaluasi sediaan gel yang
meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji viskositas. Untuk uji
organoleptis diperoleh hasil :

Setelah itu dilakukan uji homogenitas, dengan syarat tidak boleh mengandung bahan
kasar yang bisa diraba (Syamsuni, 2006).
Dari hasil pengujian yang diperoleh dikatakan bahwa semya gel memiliki distribusi
yang merata kettika diberi tekanan pada kaca, sehingga semua gel dapat diakatakan
homogenitas baik. Lalu dilakukan uji pH, dan diperoleh hasil :

Hasil yang diperoleh pada uji pH, gel memiliki pH yang sama yaitu pH 6. Syarat uji pH
antara lain 4,5 – 6,5 sehingga sediaan gel memenuhi syarat uji pH. Selanjutnya uji daya sebar
dan diperoleh hasil :

Dan untuk uji selanjutnya yaitu uji viskositas dengan hasil yang diperoleh :

Dari hasil pengujian evaluasi sediaan gel yang dilakukan formula yang paling baik dan
memnuhi persyaratan gel adalah formula I yaitu dengan konsentrasi ekstrak rumput laur merah
5% dan gel lidah buaya 10%.

 Jurnal 2

Berdasarkan jurnal 2 dilakukan pembuatan sediaan tabir surya dari E.cottoni dan
T.conoides. Dilakukan ekstrasi, skrinning fitokimia, penentuan rendemen ekstrak, dan
perhitungan nilai spf untuk sediaan tabir surya.
Rumput laut E.cottoni dan T.conoides dilakukan ekstraksi dengan pelarut n-heksana, etil
asetat, metanol. Setelah itu dilakukan skrinning fitokimia dan diperoleh hasil :

Lalu dilakukan penentuan rendemen ekstrak dan diperoleh hasil :

Kemudian dilakukan perhitungan nilai spf yang diperoleh hasil :

Dari hasil penelitian bahwa E.cottoni dan T.conoides memiliki potensi yang baik untuk sediaan
tabir surya karena nilai SPF tinggi dan memiliki senyawa aktif seperti fenol hidrokuinon,
flavonoid, dan triterpenoid.
 Jurnal 3

Berdasarkan jurnal 3 akan dibuat sediaan masker dengan beberapa formula, antara lain
yaitu : A1 (20% rumput laut E.cottonii : 80% tepung beras), A2 ( 40% rumput laut E.cottonii :
60% tepung beras), A3 (60% rumput laut E.cottoni : 40% tepung beras), A4 ( 80% rumput laut
E.cottoni : 20% tepung beras). Setelah itu dilakukan pembuatan sediaan masker dan dilakukan
evaluasi sediaan masker meliputi uji kadar air, uji pH, uji aktivitas antiioksidan metode DPPH,
dan uji sensoris (uji homogen, daya melekat, daya sebar, waktu mengering).

Dari hasil uji kadar air diperoleh hasil :

Nilai kadar air yang diperoleh memenuhi syarat kadar air < 10% (Depkes, 1997). Selanjutnya
dilakukan uji pH diperoleh hasil :

Dari hasil uji pH memenuhi syarat pH masker yaitu 5,4 – 5,9. Lalu dilakukan uji aktivitas
antioksidan metode DPPH diperoleh hasil :

Pada formula A4 memiliki aktvitas antioksidan terbesar karena mampu menurunkan radikal
bebas 50%. Kemudian dilakuka uji sensoris meliputi :

a. Uji homogen
Dari hasil uji pH membuktikan bahwa formula A4 memiliki nilai tertinggi karena
mampu menghasilkan uji homogen yang baik pada saat dicampur rata ke punggung
tangan.
b. Uji daya melekat

Dari hasil uji daya lekat membuktikan bahwa formula A4 memiliki daya lekat yang
baik karena mampu melekat dengan baik saat diaplikasikan ke punggung tangan.
c. Uji daya sebar

Dari hasil uji daya sebar membuktikan bahwa formula A4 karena mampu menyebar
dengan baik saat diaplikasikan ke punggung tangan.
d. Uji waktu mengering

Dari hasil uji waktu mengering membuktikan bahwa formula A4 memiliki waktu
mengering tercepat saat diaplikasikan ke punggung tangan.

Berdasarkan jurnal 3 bahwa rumput laut E.cottoni dapat dibuat sediaan masker.

 Jurnal 4
Berdasarkan jurnal 4 akan dibuat sediaan krim tabir surya dari rumput laut E.cottoni
dan Sargassum sp. Dilakukan pembuatan sediaan krim tabir surya dan evaluasi
sediaannya. Pada formula sediaan yang dihasilkan diperoleh antioksidan sebesar :

Setelah itu dilakukan perhitungan nilai SPF diperoleh hasil sebesar :

Selanjutnya dilakukan evaluasi sediaan meliputi uji mikroba, uji organoleptis, uji pH,
uji homogenitas, uji konsistensi krim, uji cycling test, uji centrifungal. Dari evaluasi
sediaan diperoleh bahwa rasio terbaik sediaan krim tabir surya adalah dengan
penambahan E.cottonii dan Sargassum sp. Sebesar (1 :1).
 Jurnal 5
Berdasarkan jurnal 5 akan dibuat sediaan krim pencerah kulit dari rumput laut
E.cottonii dan Sargassum sp. Dilakukan pembuatan sediaan krim pencerah kulit dan
evaluasi sediaannya. Pada evaluasi sediaan dilakukan antara lain : kadar air, logam
berat, total mikroba, kandungan fitokimia, dan antioksidan.
a. Kadar air
Kadar air Sargassum plagyophyllum diperoleh sebesar 16,71% dan E.cottoni
sebesar 19,79%.
b. Logam berat

c. Total mikroba
Total mikroba Sargassum plagyophyllum : 2,3 x 102 koloni/g dan E.cottoni : 2,2
x 103 koloni/g. Jumlah ini masih memenuhi standar batas layak konsumsi ALT
menurut BSN, 2009 yaitu 1 x 105 koloni/g.
d. Kandungan fitokimia

e. Antioksidan
Nilai aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam IC50 yang terdapat dalam
sediaan bubur Sargassum. plagyophyllum dan E. Cottonii masing-masing sebesar
109 ppm dan 130,62 ppm dibandingkan dengan nilai IC50 dari vitamin C (L-asam
askorbat) sebesar 6,56 ppm.

Dari jurnal 5 bahwa rumput laut E.cottonii dan Sargassum plagyophyllum dapat dibuat menjadi
sediaan krim pencerah kulit.

Kesimpulan

Berdasarkan literatur jurnal acuan, pada penelitian yang sudah dilakukan membuktikan bahwa
rumput laut merah (E.cottonii) dapat dibuat sediaan farmasi terutama kosmetik. Pembuatan
sediaan kosmetik rumput laut merah (E.cottonni) dilakukan dengan tambahan beberapa
formula lainya, salah satunya dengan rumput laut coklat (Sargassum p. Dan Turbilaria
conoides).

Daftar Pustaka

1. Budhiyanti, S.A, Raharjo, S., Djagal, W., Marseno, Lelana, I.Y.B. 2012. Antioxidant
activity of brown algae Sargassum species extract from the coastline of Java Island.
American Journal of Agricultural and Biological Sciences. 7 (3) : 337-346
2. Depkes. 1997. Kodeks Kosmetik Indonesia Ed I Vol 1. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan
3. Hafting, J.T. Craigie, J.S., Stengel, D.B., Loureiro, R.R., Buschmann, A. H, Yarish,C.,
Edwards, M.D., Cristchley, A.T. 2015. Prospects and Challenges for Industrial
Production of Seaweed Bioactoves. Journal Phycological 51 : 821-837
4. Hermund, D.B., Karadag, A., Andersen, U.,Jonsdottir, R., Kristinsson, H.G., Alasarval,
C., Jacobsen, C. 2016. Oxidative stability of granola bars enriched with multilayered
fish oil emulsion in presence of novel brown seaweed based antioxidants. Journal of
Agricultural and Food Chemistry. 64 (44) : 8359-8368
5. Misonou T, Saitoh J, Oshiba S, Tokitomo Y, Maegawa M, Inoue Y, Hori H, Sakurai T.
2003. UV-absorbing substance in red alga Prophyra yezoensis (Bangiales,
Rhodophyta) block thymine photodimer production. Mar Biotechnol 5 : 194-200.
6. Nurjannah, Nurilmala, N., Anwar, E., Luthfiyana, N. 2015. Identification of bioactive
compounds seaweed as raw sunscreen cream. The 2nd International Symposium on
Aquqtic Products Processing and Health (ISAPROSH).
7. Nurjannah, Nurimala, M. Hidayat, T., Sudirdjo, F. 2016. Characteristics of seaweed as
raw materials for cosmetics. Aquatic Procedia. 7 : 177-180
8. Samee H, Li ZH, Lin H, Khalid J, Guo YC. 2009. Antialergic effects of ethanol extracs
from brown seaweed. Journal of Zhejiang University Science B 10 (2) : 147- 153
9. Soenardjo, N. 2011. Aplikasi budi daya rumput laut Eucheuma cottonii (weber van
bosse) dengan metode jaring lepas (net bag) model Cidaun. Buletin Oseanografi
Marina. 1 : 36-44
10. Williams, A.M. 2007. Analysis of Beneifts of Sargassum on Galveston Island and
Indications for Beach Management Policy. (Thesis). Graduate Studies of Texas A & M
University. Texas : USA
11. Wynne MJ. 2002. Turbinaria foliosa sp. nov. (Fucales, Phaeophyceae) from the
Sultanate of Oman, with a census of currently recognized species in the genus
Turbinaria. Phycological Research. 50 : 283-293
12. Yangthong M. 2009. Antioxidant activities of four edible seaweeds from the southern
coast of Thailand. Plant Foods Human Nutrition, 64 : 218 – 223. NewYork : Taylor
and Francis Group.
13. Zhaohui Z, Gao X. 2005. The isolation of prophyra- 334 from marine algae and its UV-
Absorption behavior. Chinese Journal of Oceanology and Limnology 23 (4) : 400-405.

Anda mungkin juga menyukai