Anda di halaman 1dari 35

Disusun Sebagai Tugas Terstruktur Ujian Akhir Tengah Semester (UAS) Mata Kuliah

Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu:

Dr. Taufiq Ramdhani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Juliana Ayu Puspita Dewi

NIM : L1B021110

Prodi/kelas : Ilmu Komunikasi/C

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS FISIPOL
UNIVERSITAS MATARAM
2021

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI………… ………………………………………………………………………… 2

PEMBAHASAN………………………………………………………………………………… 3

A. Istidraj……………………………….. …..………………………………………….. 3

B. Hadits Qudsi Tentang Hukum Yang Disegerakan …………………….………............6

C. Berita Kenabian Rasulullah Saw Yang Dimuat Di Kitab-Kitab Suci Agama


Lain…………………………………………… ……………………………………….. 11

D. Al Qur’an Sebagai Sumber Sains Dan Teknologi……………………………………18


E. Safussilah Yang Sesungguhnya …………………………………………………..…29

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………… 35

2
PEMBAHASAN

A. ISTIDRAJ

1. Pengertian istidraj

Istidraj adalah nikmat yang diberikan Allah kepada orang-orang yang membangkang
terhadap-Nya. Ini merupakan hukuman dari Allah agar orang tersebut terus terjerumus dalam
kesesatan. Istidraj bisa disebut sebagai jebakan bagi umat muslim yang bertujuan untuk menguji
keimanan pribadi tersebut.

Nikmat yang diberikan bukanlah bentuk kasih sayang Allah, melainkan murka Allah terhadap
mereka. Nikmat tersebut hanyalah alat untuk menghukum mereka, baik di dunia maupun di
akhirat kelak. Ia mengatakan bahwa saat orang melakukan kemaksiatan, seketika itu pula Allah
memberikan mereka nikmat sebagai hukuman. Allah SWT berfirman bahwa orang yang
mendustakan ayat-ayat-Nya akan dibinasakan, yaitu dibinasakan dengan cara istidraj.

Dalam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj menurut surat Al An’am ayat 44 artinya dikeluarkan
dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang dia kehendaki,
dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri. Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah
panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat
maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-
konyong.

Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran. Yaitu pembiaran
karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan
peringatan keras dari Allah
SWT.

Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj adalah
pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai.

3
Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu
dalam penyesalan yang terlambat.

Ciri-ciri Istidraj

 Pekerjaan terasa lancar meskipun tak beribadah


 Rezeki berlimpah meskipun tak beribadah
 Merasakan ketenangan meskipun lalai menjalankan ibadah atau melakukan kegiatan yang
sifatnya maksiat.
 Jarang sakit meskipun sering lalai beribadah dan melakukan perbuatan maksiat.

2. Dalil-dalil istidraj
۟ ‫َوٱلَّ ِذينَ َك َّذب‬
ُ ‫ُوا بِٔـََٔ]ا ٰيَتِنَا َسنَ ْستَ ْد ِر ُجهُم ِّم ْن َحي‬
َ‫ْث اَل يَ ْعلَ ُمون‬

Artinya: Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka
dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.

Ayat ini ditafsirkan oleh Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ Li’ Ahkami sebagai
pesan tersirat bahwa Allah akan menghukum hamba-Nya yang durhaka dan maksiat
dengan cara istidraj.

‫اط َو َم]ٓا اُوْ تِ َي ُموْ ٰس]ى‬ ِ َ‫ب َوااْل َ ْس]ب‬ َ ْ‫ق َويَ ْعقُ]و‬ َ ‫]ز َل ع َٰلٓى اِب ْٰ]ر ِه ْي َم َواِ ْس]مٰ ِع ْي َل َواِ ْس] ٰح‬ ‫هّٰلل‬ ٰ
ِ ‫قُلْ ا َمنَّا بِا ِ َو َمٓا اُ ْن ِز َل َعلَ ْينَا َو َمٓا اُ ْن‬
َ‫ق بَ ْينَ اَ َح ٍد ِّم ْنهُ ۖ ْم َونَحْ نُ لَهٗ ُم ْسلِ ُموْ ن‬
ُ ‫َو ِعي ْٰسى َوالنَّبِيُّوْ نَ ِم ْن َّربِّ ِه ْْۖ]ۖم اَل نُفَ ِّر‬

Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan
yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya´qub, dan anak-anaknya, dan apa yang
diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri”. (QS Ali Imran
: 84).

‫ۚ َو ْي ٌل لِّ ُكلِّ هُ َم َز ٍة لُّ َم َز ٍة ۙ الَّ ِذيْ َج َم َع َمااًل َّو َع َّدد َٗه ۙيَحْ َسبُ اَ َّن َمالَهٗ ٓ اَ ْخلَد َٗه‬ 

4
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung.  Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya.“(QS. Al-
Humazah : 1-3).

ۤ
ْ َ‫ب ُكلِّ َش ْي ٍء ۗ  َح ٰتّى اِ َذا فَ ِرحُوْ ا بِ َم ۤا اُوْ تُ ۤوْ ا ا‬
َ‫خَذ ٰنهُ ْم بَ ْغتَةً فَا ِ َذا هُ ْم ُّم ْبلِسُوْ ن‬ َ ‫فَلَ َّما نَسُوْ ا َما ُذ ِّكرُوْ ا بِ ٖه فَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم اَ ْب َوا‬

"Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun
membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka
ketika itu mereka terdiam putus asa."

 hadis dari  ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah Saw bersabda:


ِ ‫ْطي ْال َع ْب َد ِمنَ ال ُّد ْنيَا َما يُ ِحبُّ َوه َُو ُمقِي ٌم َعلَى َم َعا‬
َ ِ‫ص ْي ِه فَإِنَّ َما َذل‬
‫ك ِمنهُ ا ْستِ ْد َرا ٌج‬ ِ ‫إِ َذا َرأَيْتَ هللاَ تَ َعالَى يُع‬

Artinya: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah)
bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad
4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain).

َ‫ْطي ْال َع ْب] َد ِمن‬ ِ ‫ “إِ َذا َرأَيْتَ هَّللا َ تَ َع]]الى يُع‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ِ ‫ع َْن ُع ْقبَةَ ْب ِن عَا ِم ٍر َر‬
‫ (فَلَ َّما‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس ]لَّ َم‬
َ ِ ‫ ثُ َّم تَاَل َرسُو ُل هَّللا‬،”ٌ‫ك ِم ْنهُ ا ْستِ ْد َراج‬ ِ ‫ال ُّد ْنيَا َما ي ُِحبُّ َوهُ َو ُمقِي ٌم َعلَى َم َعا‬
َ ِ‫صي ِه فَإِنَّ َما َذل‬
‫اب ُكلِّ َش ْي ٍء َحتَّى إِ َذا فَ ِرحُوا بِ َما أُوتُوا أَخ َْذنَاهُ ْم بَ ْغتَةً فَإ ِ َذا هُ ْم ُم ْبلِسُونَ ( (رواه‬
َ ‫نَسُوا َما ُذ ِّكرُوا بِ ِه فَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم أَ ْب َو‬
)‫أحمد‬

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah saw bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi pada
hamba (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-
Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan)
dari Allah.” Kemudian Rasulullah saw membaca ayat yang berbunyi, “Maka tatkala mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua
pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang
telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa (Qs Al-An’am: 44).” (HR. Ahmad)

B. HADITS QUDSI TENTANG HUKUM YANG DISEGERAKAN

5
 Dalil-dalil

Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia.

‫الل يضر ةركب يبأ نع‬


َ ‫هنع‬، ‫ ك الق ملسو هيلع هللا ىلص يبنال نع‬: ‫وي ىإل ءاش ام اهنم هللا رخؤي بونذ ل‬

‫يغبال الإ ةمايقال‬، ‫نيدالوال َقوقعو‬، ‫محرال ةعيطق وأ‬، ‫تومال لبق ايندال يف اهبحاصل لجعي‬

Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrh RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap dosa
akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali al-baghy
(zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di
dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak No 7345).

Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. Zalim adalah perbuatan
melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti
sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa
besar. Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:

‫ميأل باذع مهل كئلوأ ۚق حال ريغب ضراْل يف نوغبيو سانال نوملظي نيذال ىلع ليبسال امنإ‬

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui
batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42)

Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta tidak
menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah penyebab
keberadaan kita di dunia ini. Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari
Allah SWT di dunia ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-
anak mereka. Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu
kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam firman
Allah SWT:

‫الو فأ امهل لقت لَف امهلَ]ك وأ امه]دحأ ربكال ك]دنع نغل]بي ام]إ ۚا ناس]حإ ني]دالوالبو] هاي]إ الإ اودبعت الأ ك]بر‬
‫ىضقو‬

6
‫رك الوق امهل لقو امهرهنت‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).

Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orangorang yang
memutuskan tali persaudaraan. Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang
memutuskan tali persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad
Jubiar bin Muth’im RA:

‫الل لوسر نأ هنع هللا يضر معطم نب ريبج دمحم يبأ نع‬
َ ‫ ال الق ﷺ‬: ‫عطاق ةنجال لخدي‬

“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan Muslim).

Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang yang tidak
mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan ancaman yang keras,
yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh mengerikan.

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫موي هب ىفوي ىتح هبنذب هنع كسمأ رشال هدبعب ال َّل دارأ اذإو ايندال ىف ةبوقعال هل لجع ريخال هدبعب ال َّل دارأ اذإ‬

‫ةمايقال‬

Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika
Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia
perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HRTirmidzi no. 2396, hasan shahih
kata Syaikh Al Albani)

hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫طخسال هلف طخس نمو اضرال هلف ىضر نمف مهالتبا اموق بحأ اذإ ال َّل نإو ءالبال مظع عم ءازجال مظع نإ‬

7
Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah
mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka Barangsiapa yang ridho,
maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan
murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata.(Syaikh Al Albani)

Penjelasan dari dua hadits di atas:

1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala
yang besar.

2. Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih
mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,

3. Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan
mendapat pahala yang besar.

4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.

5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.

6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia
dalam keadaan bersih dari dosa.

7. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy
berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas
hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.”
(Lihat Faidhul Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)

8. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap
sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk
meminta musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”

‫ َو أَ َّن َع َذابِي هُ َو ْال َع َذابُ األَلِي َم‬. ‫نَبِّئْ ِعبَا ِدي أَنِّي أَنَا ْال َغفُو ُر ال َّر ِحي ُم‬

8
Artinya: “Kabarkanlah pada para hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat
pedih”. (Q.s. Al-Hijr: 49-50).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menggambarkan bagaimana kasih sayang dan


adzab Allah. Beliau bersabda,

‫ َولَوْ يَ ْعلَ ُم ْال َكافِ ُر َما ِع ْن َد هَّللا ِ ِم ْن الرَّحْ َم ِة َم]]ا قَنَ ]طَ ِم ْن‬،‫لَوْ يَ ْعلَ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُ َما ِع ْن َد هَّللا ِ ِم ْن ْال ُعقُوبَ ِة َما طَ ِم َع بِ َجنَّتِ ِه أَ َح ٌد‬
‫َجنَّتِ ِه أَ َح ٌد‬

“Andaikan mukmin mengetahui azab yang disediakan Allah; niscaya tidak ada seorangpun yang
berharap bisa mendapatkan surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui kasih sayang
yang ada pada Allah; niscaya tak ada seorangpun yang tidak berharap bisa meraih surga-
Nya”. (HR. Muslim)

Penjelasan dari dalil diatas:

Hendaknya seorang muslim berhati-hati nikmat yang terus-menerus dan disertai keadaan tidak
mengenal Allah bisa jadi adalah Istidraj (semacam jebakan). Istidraj yaitu Allah berikan dunia
kepada seorang hamba, ia hanya bersenang-senang saja akan tetapi hakikatnya Allah sudah tidak
peduli kepadanya. Ia hanya akan menunggu balasannya di hari kiamat dan hanya “bersenang-
senanglah” sebentar saja.

‫يوم‬
ِ ‫ب يؤ ِخ ُر هللاُ منها ما شا َء إلى‬ ِ ‫عَن أَبِي بَ ْك َرةَ َر‬
ٍ ‫ كلُّ ذنو‬:  ‫صلى هللا عليه وسلم قال‬  ‫ ع َِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
‫ت‬ َ ‫ يُع ِج ُل لصاحبِها في ال ُّدنيا‬،‫َّحم‬
ِ ‫قبل ال َمو‬ َ ‫ وعقو‬،‫القيام ِة إاَّل البَغ َي‬ 
ِ ‫] أو قطيعةَ الر‬،‫ق الوالدَي ِن‬

Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap  dosa
akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali al-baghy
(zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di
dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak No 7345). Pertama, dosa
orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. zalim adalah perbuatan melampaui batas
dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki,

9
ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa besar. Manusia
yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.

 Contoh kasus

Seseorang yang pernah mengalami masalah hidup yang sangat berat,terlilit hutang, sakit yang
sangat langka dengan kwmungkinan hidup yang sangat tipis,namun Allah begitu mencintainya.
Entah dia pernah berbuat dosa atau apa pun sebelumnya ,hanya Allah yang tahu namun setelah
semua kejadian yang sulit itu dia menjadi sangat dekat dengan Allah SWT. Begitu hebatnya
kepiawaian Dewa Eka Prayoga dalam bidang pemasaran digital hingga ia mendapat julukan
'Dewa Selling'. Namun, pria yang juga akrab disapa Kang Dewa ini mengalami serentetan ujian
yang mungkin membuat banyak orang menyerah. Keterpurukan pertama sudah dirasakan saat
usia muda, tepatnya ketika ia masih menjalani semester tujuh perkuliahan. Nilai utang yang
harus ditanggung pun tidak sepele, yakni mencapai Rp7,7 miliar. Ya, nilai uang yang besar
memang sudah didapatkannya sejak kuliah karena saat itu sudah bisa membentuk personal
branding yang cukup terkenal. "Waktu itu saya bawa uang banyak karena saya sudah punya
personal branding lantaran sering diundang seminar di luar kampus. Sampai sampai ada teman
yang nawarin saya proyek pengadaan laptop dan lain-lain untuk keperluan kantor," papar Dewa
yang kala itu berhasil mengumpulkan puluhan investor. Nahas, teman yang dipercaya nyatanya
hanya penipu yang menjual proyek bodong. Saat mengetahui sang teman kabur, Dewa yang saat
itu merupakan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia segera melapor ke polisi. Meski
dengan kasus itu pada awalnya masih ada 40 investor bertahan, kemudian hanya tersisa dua
orang. Untuk membayar utang, Dewa yang kala itu baru beberapa hari menikah pun mencoba
berjualan jajanan dari berkeliling menjual ceker pedas, krupuk, hingga seblak. Ia beruntung
karena sang istri, Wiwin Supiyah, rela membanting tulang bersama meski masih menjadi
pengantin baru. Kemudian jalan mulai membaik saat ia ditawari menulis buku oleh seorang
teman. Berbekal laptop jadul, Dewa berhasil menulis kisahnya hanya dalam tujuh hari ke dalam
buku berjudul 7 Kesalahan Pengusaha Pemula. Buku itu tidak disangka laris hingga Dewa bisa
berpendapatan Rp120 juta per bulan. Namun, di tengah masa perbaikan dalam melunasi
utangnya, ujian baru datang lagi. Dewa terdiagnosis menderita GBS (guillain barre syndrome),
yaitu sebuah gangguan saraf yang mengakibatkan seluruh badanya lumpuh total. Ia pun terpaksa
harus dirawat secara intensif selama dua bulan akibat penyakit tersebut hingga menelan biaya

10
perawatan sebesar Rp700 juta. Meski terpuruk, Dewa tetap bersyukur karena dapat sembuh
dalam waktu empat bulan. Penulis buku Melawan Kemustahilan itu juga merasa ujian yang ia
alami telah menjadikannya sebagai pribadi yang lebih baik.

C. Berita Kenabian Rasulullah SAW Yang Dimuat Di Kitab-Kitab Suci Agama Lain

1. Kitab suci Kristen

Seperti dikutip dari buku berjudul "Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Volume 1" oleh
Moenawar Khalil, disebutkan bahwa datangnya Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia
telah disebutkan dan dinyatakan dalam kitab Taurat dan Injil. Hal demikian sebagaimana
disebutkan dalam Alquran surah al-A'raaf ayat 157 yang berbunyi, "(Yaitu) orang-orang yang
mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan
Injil."

Perjanjian Lama dalam bahasa Arab disebut al-‘Ahdu al-Qadim dan dalam bahasa Belanda
disebut Ould Testament, atau yang dianggap sebagai kitab Taurat oleh kaum Yahudi dan
Nasrani. Sedangkan Perjanjian Baru dalam bahasa Arab disebut  al-‘Ahdu al-Jadid dan dalam
bahasa Belanda disebut Niew Testament, dan itulah yang dianggap kitab Injil oleh kaum
Nasrani. Perjanjian Lama berisi himpunan kitab suci dari nabi-nabi sebelum Nabi Isa AS, dan
Perjanjian Baru adalah yang berisi himpunan kitab suci yang dibawa Nabi Isa AS. 

Di dalam buku tersebut disebutkan beberapa ayat dari kitab-kitab agama terdahulu, yang
menjelaskan tentang akan datangnya Nabi Muhammad SAW. Buku tersebut mengutip bunyi
kalimat bahasa Indonesia dari ayat Bibel, yang disalin dari Bibel yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Nederlandsch Bibel Genootschap di Amsterdam pada
1916.

Salah satunya disebutkan dalam kitab Ulangan, 18:15, yang berbunyi, "Bahwa seorang Nabi
dari antara kamu dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku ini yaitu akan dibangkitkan
oleh Tuhan Allahmu bagi kamu maka dia haruslah kamu dengar."

Di beberapa ayat dalam Kitab Ulangan itu disebutkan akan diutusnya Nabi Muhammad
SAW dengan semua yang dikatakannya membawa atau menyebut Nama Tuhan dan bukan nama

11
dewa. Nabi Muhammad SAW juga wafat tidak karena dibunuh orang. Selain itu, apa yang
dikatakan oleh Nabi Muhammad tentu terjadi, meski baru terjadi pada masa beberapa abad
sesudah wafatnya dan yang terjadi pada masa hidupnya.

"Bahwa kalau Nabi itu berkata atas Nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tak jadi
atau tak datang, itulah perkataan yang bukan sabda Tuhan, melainkan Nabi itu berkata dengan
angkaranya: jangan kamu takut akan dia." (Ulangan, 18:22).

Kemudian dalam Injil Yahya juga disebutkan ayat yang mengarah pada akan kedatangan
Nabi Muhammad. Seperti dalam Yahya, 14:26, yang berbunyi, "Tetapi penghibur, yaitu Ruhul
Kudus, yang akan disuruh oleh Bapa sebab namaku, yaitu akan mengajarkan segala perkara itu
kepadamu dan mengingatkan kamu segala perkara yang telah kukatakan kepadamu itu." "Maka
sekarang sudah kukatakan kepadamu sebelum jadinya, supaya apabila ia jadi kelak, boleh kamu
percaya" (Yahya, 14:29).

Dari ayat itu dijelaskan, bahwa Nabi Muhammad SAW akan datang dan diperintah oleh
Tuhan dan akan mengajarkan segala perkara kepada manusia. Hal demikian juga telah
dinyatakan dalam Alquran. Kemudian dalam ayat lainnya di Kitab Injil Yahya, Nabi Muhammad
digambarkan sebagai penghibur (Rahul Kudus) dan yang akan memuliakan Nabi Isa karena ia
akan mengambil beberapa keterangan dari apa yang telah diterangkan oleh Nabi Isa kepada
kaumnya.

Di dalam Kitab Injil Barnabas, kedatangan Nabi Muhammad SAW lebih jelas dinyatakan.
Barnabas sendiri adalah nama seorang sahabat atau pembela Nabi Isa. Karenanya, Injil Barnabas
ditulisnya sendiri dari wasiat yang didengarnya dari Nabi Isa AS. Di dalam kitab itu
memberitakan kedatangan Nabi SAW, bahkan dijelaskan pula tentang peristiwa disalibnya Nabi
Isa, bukanlah Nabi Isa yang disalib, melainkan Yahuda. Injil Barnabas termasuk injil yang kuno,
yang tertulis pada abad pertama Masehi.  

Dalam ayat di kitab Injil Barnabas, misalnya, disebutkan bahwa saat Nabi Isa AS
memberitahu para hawari (penolong) bahwa beliau akan berpaling meninggalkan alam. Saat itu,
Isa berkata agar hati mereka tidak bergoncang dan tidak takut. Sebab, Isa bukanlah yang
menjadikan mereka, tetapi Allah yang menjadikan dan memelihara mereka.

12
"Adapun tentang ketentuan tugasku, sesungguhnya aku datang untuk menyediakan jalan bagi
Rasulullah yang akan datang dengan membawa tugas kelepasan alam ini." (Barnabas, 72:10).

2. Kitab Suci Agama Hindu

Kitab suci umat Hindu terbagi menjadi tiga, yaitu Vedas, Upanishads, and Puranas.
Ketiganya dibedakan berdasarkan umurnya, beberapa menyebutkan kitab tersebut berasal dari
sekitar 4.000 tahun yang lalu. Baru-baru ini telah ditemukan bahwa Nabi Muhammad SAW
disebutkan dalam kitab-kitab tersebut. Selanjutnya, disebutkan Mahamad, yang diperkirakan
maksudnya adalah Muhammad, dimana dalam kitab tersebut digambarkan sebagai orang yang
akan menuntun orang-orang yang sesat

Dalam kitab itu, disebutkan dia akan disunat, berjenggot, fasih, dia akan membuat revolusi
besar, dia akan mengumumkan panggilan untuk beribadah, dia akan makan daging hewan halal
yang bukan dari babi, dan dia akan melawan bangsa yang tidak beragama. Kesemua itu
mengarah pada ciri-ciri Rasulullah Muhammad SAW.

Bhavishya Purana yang merupakan salah satu Puranas terpenting, memberikan bukti lain.
Disebutkan bahwa di negeri asing akan ada seorang guru spiritual yang bernama Muhammad.
Dimana dia akan menjadi penghuni Arabia, dia akan mengumpulkan kekuatan besar untuk
melawan atau membunuh iblis dan Allah akan melindunginya dan lawan-lawannya.

Kitab Upanishad, yang merupakan kitab tinggi dari Vedas, dan banyak digunakan sebagai
literatur pelajar Hindu menyebutkan nama nabi Muhammad. Karena dalam kitab tersebut
terdapat pengetahuan yang bersifat ketuhanan yang mengajarkan bagaimana mendekatkan diri
kepada sang Khaliq. Selain itu juga, terdapat bukti penting yang disebutkan "tidak ada tuhan
kecuali Allah", dan itu disebutkan lebih dari sekali. Disebutkan pula deskripsi untuk Allah, yaitu
nama dewa adalah Allah, Dia adalah salah satu, Raja seluruh dunia, Dia adalah yang Terbesar
dari semua, Terbaik, Paling Sempurna, paling suci dari semua, Memelihara dari seluruh dunia,
yang merupakan pengejawantahan bumi dan ruang, dan Tuhan dari semua ciptaan.
Dia menciptakan matahari, bulan, bintang-bintang, dan langit. Dia Memelihara dari semua
burung, binatang, hewan yang hidup di laut dan mereka yang tidak terlihat oleh mata. Dia adalah
Penghapus segala kejahatan dan bencana, dan Muhammad adalah Rasul Allah.

13
Dalam Atharva Veda disebutkan 'yang patut dipuji' yang setiap orang harus memujinya,
dan disebutkan namanya Muhammad. Disebutkan pula Muhammad adalah sosok penunggang
unta. Menariknya, hal itu kontras karena nabi Indian dilarang untuk menunggang unta. Dan nabi
Isa disebutkan mengendarai keledai bukan unta. Sehingga jelaslah yang dimaksud sang
pengendara unta adalah Muhammad.

Pada mantra ketujuh menyebutkan ada orang yang akan menuntun semua manusia, dan
Muhammad selalu menegaskan tidak ada pengkhususan yang dituntun, bukan hanya bangsa
Israel ataupun bangsa Arab saja, melainkan seluruh umat. Kemudian pada Mantra keenam
berbicara tentang beberapa orang pemberani yang kalah tanpa pertempuran dan jumlah lawan
mereka adalah 10 ribu. Hal itu bisa menjadi acuan untuk pertempuran sekutu atau parit yang
berlangsung pada masa Nabi Muhammad. Jumlah orang-orang yang melakukan pengepungan di
sekitar Madinah memang 10 ribu, dan mereka kalah tanpa pertempuran karena Allah
mengirimkan badai yang akhirnya setelah pengepungan panjang, memaksa mereka untuk
meninggalkan lokasi

Selanjutnya, dalam Rig Veda, yang berbicara tentang seseorang yang digambarkan sebagai
jujur dan dapat dipercaya, kuat dan murah hati yang akan menjadi terkenal dengan 10 ribu.
Semua ini adalah karakteristik dari Nabi Muhammad, dan jumlah 10 ribu mungkin dimaksudkan
untuk jumlah para sahabat Nabi Muhammad yang masuk dalam pemenangan Makkah.

3. Kitab Suci Budha

Dalam Kitab Budha terdapat beberapa penggambaran yang seolah-olah mirip dengan sosok
sang Nabi Muhammad. Seperti halnya kaum Muslim ketahui, Tuhan telah memberikan firman-
Nya pada kitab-kitab-Nya yang terdahulu yang sekarang mungkin sudah tercampur dengan
tulisan-tulisan manusia. Apakah ayat-ayat ini merupakan firman Tuhan yang masih tersisa?.  Hal
ini telah diungkap oleh seorang ulama Islam yaitu Dr Zakir. Dalam tulisannya beliau menulis
beberapa hal sebagai berikut (Anda boleh percaya boleh tidak) :

Menurut Chakkavatti Sinhnad Suttanta D. III, 76:

14
Akan muncul di dunia seorang Budha bernama Maitreya (yang baik hati), seorang yang suci
dan kuat, yang tercerahkan, penuh kebajikan dalam tingkah laku, tepat, dan mengenal alam
semesta “.

“Apa yang telah dinyatakannya oleh pengetahuan supernatural miliknya akan di terbitkan ke
seluruh alam semesta. Dia akan mengkotbahkan agamanya, mulia dalam keasliannya, mulia pada
puncaknya, mulia pada tujuannya, dalam jiwa dan tulisan. Dia akan memproklamasikan
kehidupan religius, murni dan sempurna sepenuhnya, seperti saat aku sekarang mengkotbahkan
agamaku dan memproklamasikan semacam kehidupan religius. Dia akan membuat masyarakat
rahib berjumlah ribuan, seperti saat sekarang aku membentuk masyarakat yang berjumlah
ratusan”.

Menurut Sacred Books of the East volume 35 pg. 225:


“Aku bukanlah Budha satu-satunya yang berkuasa dalam memerintah dan mengatur.
Setelahku ada Budha yang lain, bernama “Maitreya” yang penuh kebajikan akan datang. Aku
sekarang hanya memimpin ratusan, sedangkan dia akan memimpin ribuan.
Menurut The Gospel of Buddha by Carus pg. 217 and 218 (From Ceylon sources):
Ananda bertanya kepada yang terberkati : “siapa yang akan mengajar kami setelah engkau
pergi?”.
“Yang terberkati menjawab : ” Aku bukanlah Budha pertama yang datang di atas bumi dan
tidak akan menjadi yang terakhir. Pada waktunya seorang Budha akan muncul di dunia, yang
suci, yang sangat tercerahkan,, penuh kebajikan dalam laku, tepat, mengenal alam semesta,
seorang pemimpin yang tak tertandingi manusia. Dia akan mengungkapkan kepada anda
kebenaran abadi yang sama, yang saya ajarkan. Dia akan mengkotbahkan agamanya, mulia
sifatnya, mulia pada puncaknya dan mulia pada tujuannya. Dia akan mendeklarasikan suatu
kehidupan beragama, sepenuhnya sempurna dan murni sepertisekarang saya nyatakan. Murid-
muridnya akan berjumlah ribuan sedangkan muridku hanya ratusan.
Ananda bertanya : “bagaimana kita mengenalnya?”
Yang terberkati menjawab : “dia dikenal sebagai Maitreya”.
Kata Sansekerta ‘Maitreya’ atau ekuivalen dalam bahasa Pali “Metteyya” berarti mencintai,
penuh kasih, penuh belas kasihan dan murah hati. Hal ini juga berarti kebaikan dan keramahan,

15
simpati, dll Satu kata Arab yang setara dengan semua kata-kata ini adalah ‘Rahmat’. Dalam
Surah Al-Anbiya:
Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi semua makhluk (QS
21:107)

Kata ini hampir disebutkan 409 kali di Al-Quran. Huruf “Muhammad” juga dieja sebagai
“Mahamet” dan berbagai ejaan lain. Kata “Maho” atau “Maha” dalam bahasa Pali dan
Sansekerta berarti Agung dan Mulia, dan “Metta” berarti rahmat. Dan dalam bahasa Arab
Sendiri Muhammad berarti “Penuh Kasih”.

Menurut Sacred Books of the East, volume 11, pg. 36 Maha-Parinibbana Sutta chapter 2
verse 32:
“Aku telah memberitakan kebenaran tanpa membuat perbedaan antara doktrin exoteris dan
isoteris dalam hal kebenaan, Ananda, Tataghata tidak seperti guru yang memiliki kepalan
tertutup yang merahasiakan sesuatu di belakang”.

Nabi Muhammad dalam menyebarkan ajarannya (Al-Quran) tidak ada yang ditutup-tutupi.
Semua umat Islam dari rakyat jelata sampai raja menerima ajaran yang sama dan dapat membaca
kitab suci yang sama pula secara langsung sampai sekarang.

Menurut Sacred Books of the East volume 11 pg. 97 Maha-Parinibbana Sutta Chapter 5


verse 36:
Arahat-Budha memiliki Servitor pada jaman dahulu, seperti Ananda adalah Servitorku sekarang,
dan dimasa datang Arahat Budha akan ditemani oleh Servitor juga.
Nabi Muhammad juga memiliki Servitor yaitu “Anas” yang merupakan anak dari “Malik”. Anas
diberikan oleh orang tuanya kepada Nabi Muhammad. Anas bercerita  “Ibuku berkata padanya
“Oh utusan Tuhan, inilah pembantu kecilmu”, anas melanjutkan “aku melayani Rasul sejak usia
8 tahun dan rasul memanggilku anaknya dan kekasih kecil tersayangnya”. Anas menemani Rasul
dalam segenap keadaan baik sakit, gembira, perang (umur 11 saat perang uhud dan 16 saat
perang hunain), ataupun damai sampai akhir hayatnya.

16
Enam kriteria Budha menurut Budha Gautama (the Gospel of Buddha by Carus pg.
214:)“mengenai Tathagata/Budha” :
1. Seorang Budha mencapai pemahaman tertinggi dan sempurna di waktu malam.
2. Kelihatan cerah setelah pencerahan yang lengkap.
3. Seorang Budha mati dalam kematian yang alami.
4. Meninggal diwaktu malam.
5. Tampak terang sebelum kematiannya.
6. Setelah kematiannya , seorang Budha tidak ada lagi di bumi.

Seperti disebutkan dalam Al-Quran, Nabi Muhammad menerima wahyu disaat malam hari. Demi
Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam
yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan (QS 44:2-
3).Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (QS
97:1). Yang mana nabi Muhammad pemahamannya langsung diterangi oleh cahaya Surgawi.
Nabi Muhammad meninggal dengan cara alami dan nampak terang di malam kematian beliau
(Aisyah/Anas). Setelah pemakaman Nabi Muhammad (SAW) ia tidak pernah terlihat lagi dalam
bentuk tubuh-Nya di bumi ini.

Menurut Dhamapada “Sacred Books of East vol 10 pg. 67


Jathagata/Budha hanyalah pemberi peringatan, seperti halnya Nabi Muhammad yang hanya
pemberi peringatan.
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi
peringatan(QS 88:21)
Menurut Dhammapada, Mattaya Sutta, 151:
“Yang dijanjikan” akan memiliki :
1. Pengasih bagi seluruh ciptaan.
2. Seorang utusan perdamaian dan pembuat perdamaian.
3. Yang paling sukses di dunia
Maitreya sebagai pengkhotbah moral akan bersifat :
1. Jujur.
2. Menghargai diri sendiri.

17
3. Lembut dan mulia.
4. Tidak membanggakan diri.
5. Sebagai layaknya raja terhadap makhluk.
6. Teladan dalam tingkah laku dan tutur kata

D. AL QUR’AN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia
dalam mengarahkan kehidupannya. Secara garis besar, al-Qur’an mengandung ajaran tentang
aqidah, syariah, dan akhlak, namun al-Qur’an juga mengandung isyarat-isyarat ilmiah yakni
mengandung ayat-ayat sains dan teknologi. Untuk dapat mengenal, memahami, dan menafsirkan 
al-Qur’an tidak hanya berbekal pengetahuan bahasa Arab, melainkan dibutuhkan berbagai
macam ilmu guna untuk mengungkap makna yang terkandung dalam al-Qur’an.
 Al-Qur’an telah memperkenalkan dirinya dengan beberapa atribut. Salah satu di antaranya
adalah berfungsi sebagai hudan li al-nas. Ia merupakan kamus kehidupan yang di dalamnya
memuat kata-kata kunci yang sangat bermanfaat untuk berkomunikasi dengan Dzat yang Maha
Tunggal, alam, dan manusia, bahkan dengan egonya sendiri sebagai ego terbatas, guna untuk
meraih kualitas spiritual dalam bentuk taqwa. Dewasa ini, al-Qur’an lebih banyak dipahami oleh
masyarakat sebagai kitab sakral dan ritual yang telah mengkristal dalam bentuk budaya dan adat
istiadat. Akibatnya, pemahaman terhadap al-Qur’an sudah mulai keluar dari fungsi hidayahnya
sebagaimana telah ditunjukkan oleh al-Qur’an sendiri. Ia hanya dipandang sebagai ‘dokumen
lama’ yang telah kehilangan rohnya. Al-Qur’an yang berupa naskah itu, dianggap memiliki nilai
sakti atau petuah yang mengandung daya penangkal bala’ dan untuk menjauhkan manusia dari
mara bahaya, bahkan al-Qur’an sekarang ini banyak dipakai sebagai alat legitimasi dan simbol
untuk memberikan justifikasi kepada keinginan dan kepentingan pribadi dan kelompok yang
bersifat subyektif.

Di antara pesan-pesan Tuhan yang kini banyak terlupakan dan kurang mendapat perhatian
adalah pesan-pesan yang menyangkut masalah keilmuan (sains), yang dalam terminologi ilmu-
ilmu al-Qur’an biasa disebut sebagai al-ayat al-kauniyah). Kenyataan yang demikian tidaklah
terlalu mengherankan, sebab, al-Qur’an diwahyukan Allah kepada nabi Muhammad untuk
disampaikan kepada umat manusia tidak dimaksudkan untuk mengajarkan tentang ilmu

18
pengetahuan modern (sains). Memahami konsepsi al-Qur’an tentang sains modern dan teknologi,
tidak dilihat dari banyaknya ayat-ayat al-Qur’an yang secara langsung membicarakan tentang
teori-teori ilmiah, melainkan harus dilihat adakah ayat-ayat al-Qur’an atau jiwa ayat-ayatnya
menghalangi ilmu pengetahuan. Demikian juga, harus meletakkan al-Qur’an pada proporsi yang
lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan kesuciannya. Mengenai hal ini Quraish Shihab menulis
sebagai berikut:
Membahas hubungan al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dengan banyaknya
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul di dalamnya, bukan pula dengan menunjukkan
kebenaran teori-teori ilmiah, tetapi pembahasan hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebih
tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian al-Qur’an dan sesuai pula dengan logika ilmu
pengetahuan itu sendiri. Membahas hubungan antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan
melihat, misalnya, adakah teori relativitas atau bahasan tentang angkasa luar; ilmu komputer
tercantum dalam al-Qur’an; tetapi yang lebih utama adalah melihat adakah jiwa ayat-ayatnya
menghalangi ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat al-Qur’an yang
bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan?

Sementara itu, menurut Jalaluddin Rahmat,[ sedikitnya ada lima pendekatan dalam


membicarakan hubungan Islam (al-Qur’an), sains dan teknologi. Pertama, menunjukkan bagai-
mana al-Qur’an mendorong, membangkitkan, merangsang, dan mengilhami penemuan sains dan
teknologi.kedua, mengulas sumbangan umat Islambagi perkembangan sains dan teknologi,
ketiga, membahas secara falsafi nisbah Islam, sains dan teknologi. Apakah Islam hanya
memberikan landasan aksiologis atau menentukan epitimologi dan ontologis sains? Pendekatan
ini erat hubungannya dengan pendekatan keempat, keempat, menentukan apakah ada sains yang
Iislami?, dan kelima, menggambarkan bagaimana perkembangan sains dan teknologi dewasa ini,
lalu apa yang dilakukan umat Islam?

Sejarah telah membuktikan bahwa – dengan menggunakan pendekatan yang disebutkan


pertama – umat Islam sampai abad ke tiga belas, selama lima abad secara terus menerus telah
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat pada tokoh-tokoh ilmuan
Muslim seperti Ibnu Sina, Jabir Ibn Hayan, al-Biruni, al-Farabi dan tokoh-tokoh ilmuwan lain
yang sezamannya. Keunggulan umat Islam atas bangsa-bangsa lain dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi ini digambarkan secara ekspresif oleh Ibn Taimiyyah sebagai berikut:

19
Kaum muslim mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, baik yang bersifat kenabian
(agama) maupun rasional, yang juga pernah dikembangkan oleh umat-umat sebelumnya. Tapi
mereka, orang-orang muslim itu memiliki keunggulan dengan ilmu pengetahuan yang tidak
dipunyai oleh umat-umat yang lain. Ilmu pengetahuan rasional dari umat-umat lain yang sampai
ke tangan orang-orang muslim kemudian di kembangkan, baik pengungkapan maupun isinya,
sehingga menjadi lebih baik daripada yang ada pada umat-umat yang lain itu, kemudian
dibersihkan dari patokan-patokan yang palsu,dan di tambahkan kepdanya unsur kebenaran
sehingga orang-orang Muslim itu menjadi lebih unggul daripada orang-orang lain.

Usaha mencari ilmu pengetahuan di samping diperintahkan oleh Rasululah saw, kapan dan
dimanapun berada, al-Qur’an sendiri juga telah memerintahkan hal yang sama. ayat Al-Qur’an
yang pertama kali diturunkan Allah kepada nabi Muhammad saw adalah perintah untuk
mambaca, yang merupakan unsur pertama dalam pengambil-alihan ilmu.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang mencipta-kan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS.
al-‘Alaq/96: 1-5)

Al-Qur’an secara tegas memerintahkan umat Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
(sains) lewat proses membaca (iqra’) yang didasari oleh rasa iman kepada Dzat Pemberi Ilmu.
Tuntutan untuk membaca ini tidak hanya terbatas pada obyek-obyek yang tersurat saja (al-
Qur’an), melainkan juga terhadap obyek-obyek yang tersirat (alam semesta). Bukan hanya
menyelidiki alam semesta tetapi juga meneliti diri manusia sendiri.

Realitas membaca bukan hanya terpaku pada melihat, tetapi termasuk di dalamnya juga harus
merenungkan dan memikirkan (tafakkur) terhadap apa yang dibaca. Membaca sebagai suatu
proses pencapaian ilmu pengetahuan sudah barang tentu memerlukan bahan bacaan dan tempat
untuk mengumpulkan bahan bacaan. Dalam konteks ini, segenap kosmos, baik alam mikro
maupun alam makro, kesemuanya merupakan ruang baca, dan perpustakaan raksasa yang sarat
akan ilmu pengetahuan.

Dalam banyak ayat, al-Qur’an telah menganjurkan dan mendorong umat manusia agar
mempergunakan akal dan fikirannya untuk menemukan rahasia-rahasia Allah yang ada di alam

20
yang fana ini. Dengan menggunakan akal dan fikiran tersebut diharapkan ilmu pengetahuan yang
sebelumnya tidak diketahui dan masih tersembunyi akan dapat terkuak, yang pada akhirnya
dapat dikembangkan guna kepentingan masyarakat luas.

Sebagai sampel, di sini dapat dikemukakan tentang proses penciptaan langit dan bumi –
seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya – yang terdapat dalam QS. al-
Anbiya/21: 30, sebagai berikut:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS.
al-Anbiya/21: 30)

Dalam memahami atau menafsirkan ayat ini tidaklah mudah. Pemaknaan terhadap ayat ini jika
tidak didukung dengan kegiatan intidhar terhadap alam semesta ini, maka akan terasa sulit dan
membingungkan. Bagaimana menafsirkan pernyataan al-Qur’an yang mengatakan bahwa langit
dan bumi itu bersatu padu? Orang biasa memahami kata langit sebagai batas ruang yang tampak
di atas kepala kita  dan melingkupi bumi. Dan bagaimana pula menafsirkan pemisahan antara
keduanya, langit dan bumi itu?

Dalam ayat al-Qur’an yang lain juga ditegaskan bahwa Allah telah menciptakan langit dan
bumi ini dalam jangka waktu enam hari. Ilustrasi yang demikian ini antara lain dapat ditemukan
dalam QS. al-Sajdah/32: 4, sebagai berikut;

Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas `arsy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya
seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa`at. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan? (QS. al-Sajdah/32: 4)

Di samping itu, kita juga akan temukan dalam al-Qur’an bahwa Allah membangun langit itu
berdasarkan kekuasaannya.Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (QS. al-Dzariyat/51: 47)

Ayat-ayat al-Qur’an sebagaimana telah disebutkan, dan juga ayat-ayat lain yang senada, akan
terasa sulit dimengerti dan dipahami seandainya tidak diketahui adanya gejala-gejala alam

21
tersebut dari hasil intidhar atau observasi yang serius dalam sains. Kecuali, jika Allah
mengungkapkan fenomena-fenomena tersebut secara langsung dalam al-Qur’an kepada kita.
Namun demikian, dalam melakukan proses intidhar terhadap ayat-ayat Allah di alam semesta ini
tidak boleh dilakukan secara gegabah, tetapi harus dilakukan secara teliti dan kehati-hatian.
Artinya, intidhar yang dilakukan secara hati-hati dan disertai dengan rasa keimanan kepada
Allah, maka akan ditemukan keserasian antara ayat-ayat Allah yang terdapat dalam alam semesta
ini dengan ayat-ayat Allah yang terdapat dalam al-Qur’an, yang keduanya sama-sama berasal
dari Tuhan yang Satu, yaitu Allah swt.

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan
sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap
sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-Naml/27: 88)

Sebenarnya, berbagai ayat yang nampak saling bertentangan dan kontradiktif tersebut jika
dikaji secara teliti dan mendalam kesemuanya tidak ada yang bertentangan. Artinya, setelah di
adakan inthidhar atau observasi yang dilakukan oleh para ilmuwan terhadap asal-usul kejadian
manusia dapat diketahui bahwa unsur-unsur pembentuk manusia yang disebutkan dalam al-
Qur’an tersebut kesemuanya merupakan komponen yang serasi. Maurice Bucaille, seorang ahli
bedah berkebangsaan Perancis, dengan jelas mengatakan hal itu.

Makna spiritual utama asal-usul manusia dari tanah tidak menyingkirkan pengertian yang ada
dalam al-Qur’an, tentang apa yang pada masa kini disebut sebagai ‘komponen-komponen’
kimiawi tubuh manusia yang bisa ditemukan di tanah agar bisa membawakan pengertian ini –
yang pada masa kini diakui sebagai tepat secara saintik – kepada orang-orang yang hidup ketika
al-Qur’an diwahyukan, maka terminologi yang sesuai dengan tingkat pengetahuan pada masa itu
harus digunakan. Manusia dibentuk dari komponen-komponen yang dikandung di dalam tanah.

Bahwa pemahaman seseorang tentang ayat-ayat al-Qur’an yang menyangkut fenomena


kealaman seperti ini sangat di-pengaruhi dan tergantung pada tingkat pengetahuannya mengenai
fenomena kelaman itu sendiri. Seseorang yang mengaharapkan dapat menciptakan sains dari
membaca al-Qur’an, tanpa melakukan penelitian dan intidhar terhadap alam semesta, sama
halnya pungguk merindukan bulan. Artinya, hal itu tidak akan terjadi. Sebab, apa yang

22
dicetuskannya adalah konsepsinya sendiri dan bukan arti ayat-ayat tersebut yang didukung oleh
ayat-ayat Allah yang ada di alam semesta ini.

Dengan berkembang dan sempurnanya sains modern seperti sekarang ini, kita akan
mempunyai informasi yang lebih akurat dan lebih banyak untuk memahami lebih banyak ayat-
ayat al-Qur’an yang sebelumnya sulit untuk dimengerti dan dipahami, yang secara khusus
menyangkut fenomena kealaman (al-ayat al-kauniyah).

Isyarat Perkembangan Sains Modern dalam al-Qur’an

Apa yang telah dijelaskan dan dipaparkan pada pembahasan sebelumnya merupakan suatu
isyarat al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan (sains).  Bahkan, di dalam al-Qur’an
juga dapat ditemukan ayat-ayat yang berkaitan dengan pengembangan teknologi. Kenyataan ini
dapat dijumpai antara lain dalam QS. al-Anbiya’/21: 80-81, sebagai berikut:

Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu
dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). Dan (telah Kami
tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan
perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui
segala sesuatu (QS. al-Anbiya’/21: 80-81)

Kedua ayat ini menunjukkan bahwa nabi Daud as. diberi teknologi pengerjaan bahan besi
untuk dibuat baju besi sebagai perisai, sedangkan nabi Sulaiman diberi pengetahuan teknik
pemanfaatan energi angin oleh Allah. Keterangan seperti tersebut di atas juga didapati dalam QS.
Sa ba’/34: 10-12, sebagai berikut:

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman):
“Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami
telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah
anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
kerjakan. Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama
dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan
(pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di
hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di

23
antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-
nyala. (QS. Saba’/34: 10-12)

Dengan demikian, maka ditonjolkanlah ilmu metalurgi, teknik konstruksi berat, teknologi
energi angin dan komunikasi. Sebagaimana diketahui oleh setiap muslim bahwa kitab suci ketika
mengungkapkan sesuatu tidak sekedar asal-asalan, melainkan sebagai dorongan untuk masa
depan dan sebagai contoh untuk diikuti oleh masyarakat.

Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir (QS. al-Hasyr/59: 21)

Keadaan semacam ini akan dapat dicapai manakala umat Islam mau mengikuti apa yang
diperintahkan Allah, yaitu berintidhar terhadap alam semesta, sehingga kita dapat melihat ayat-
ayat Allah sebagai tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya..

al hasil, apa yang telah dijanjikan Allah bahwa Dia akan memperlihatkan kepada manusia tanda-
tanda-Nya (al-ayat) yang ada pada seluruh horizon (alam makro) dan dalam diri manusia sendiri
(alam mikro), akan menjadi kenyataan, dan bahwa dia adalah sumber kebanaran. Hal ini
sebagaimana dijanjikan Allah dalam QS. Fushshilat/41: 53, sebagai berikut:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar.
Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala
sesuatu? (QS. Fushshilat/41: 53)

Al-Qur’an surat Fushshilat ayat 53 tersebut secara khusus menunjukkan suatu isyarat akan
tumbuhnya berbagai jenis ilmu pengetahuan serta tujuannya. Hal ini dapat dilihat pada huruf
‘sin’ yang terdapat pada kata ‘sanurihim’ yang berarti ‘Kami akan memperlihatkan’. Huruf ‘sin’
yang dihubungkan dengan kata kerja imperfektum (fi’l al-mudharik) tersebut mengandung
makna masa yang akan datang (al-mustaqbal). Di mana masa yang akan datang tersebut tidak
berkesudahan, bahkan merupakan suatu yang berkesinambungan sampai hari pengadilan nanti.

Seandainya segala ilmu pengetahuan – baik yang terdapat dalam alam makro maupun alam
mikro – dikumpulkan menjadi satu, maka ia tidak akan lepas dari makna firman Allah, ayatina fi

24
al-afaq wa fi anfusihim, yang ada di segenap penjuru (cakrawala) dan pada diri manusia sendiri.
Yakni, cakrawala alam dan cakrawala manusia.

Tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat dalam alam semesta ini maupun yang ada pada
diri manusia, adalah lebih terang dari sinar matahari, dan lebih cemerlang dari fajar yang terbit
pada kejernihan langit. Takkan ada seorang pun yang merasa kesulitan dan takkan ada sebiji
matapun yang kesulitan melihatnya. Cukuplah dengan membuka kitab yang berupa alam ciptaan
Tuhan ini, kemudian dibaca, pasti akan mendapati tanda-tanda kekuasaan-Nya. Mengenai hal ini
Dr. Muhammad al-Khatib menulis sebagai berikut:

Saya tidak perlu menyuruh anda memenuhi laboratorium dengan berpuluh-puluh perkakas dan
peralatan yang paling mutakhir. Tidak perlu mengajak anda menjelajah ruang angkasa dengan
sebuah pesawat atau menyelam ke dalam lautan dalam sebuah kapal selam. Dan tidak terlalu
penting anda pelajari buku-buku, baik yang pernah ditulis oleh orang-orang dulu maupun
sekarang. Semua itu tidak perlu kalau hanya untuk mengetahui ke-Esaan dan Ke-Tuhanan Dia
Yang Maha pencipta. Lihat saja diri anda sendiri. Perhatikan ujung jari anda, pangkal leher anda,
perhatikan sati saja di antara persendian-persendian yang etrdapat dalam tubuh anda, anda pasti
menemui bukti yang kuat yang tak bisa diragukan lagi. Pasti anda temui bukti akan adanya
Allah.

‫ۙ َم َر َج ْالبَحْ َر ْي ِن يَ ْلتَقِ ٰي ِن‬

“Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu,” (QS. Ar-Rahman 55:
Ayat19)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫ۚ ْينَهُ َما بَرْ َز ٌخ اَّل يَب ِْغ ٰي ِن‬

“di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”(QS. Ar-Rahman 55:
Ayat 20)

Pertemuan antara dua arus laut ini terjadi di Selat Gibraltar, tepatnya di antara Spanyol dan
Maroko. Menurut para ilmuwan, fenomena tersebut terjadi karena air laut dari Samudera
Atlantik dan dari Laut Mediterania memiliki karateristik yang berbeda, dilihat dari suhu air,

25
kadar garam, dan kerapatannya. Mengenai fenomena bertemunya dua lautan ini, Al-Qur’an telah
menjelaskannya 14 abad silam, sesuai dgn Firman Allah SWT tersebut.

‫ض َك]]ا نَـتَا َر ْتقًا فَفَتَ ْق ٰنهُ َم]]ا ۗ َو َج َع ْلنَ]]ا ِمنَ ْال َم]]ٓا ِء ُك] َّل َش] ْي ٍء َح ٍّي ۗ اَفَاَل‬
َ ْ‫ت َوا اْل َ ر‬ َّ ‫]ر الَّ ِذ ْينَ َكفَ]ر ُۤوْ ا اَ َّن‬
ِ ‫الس]مٰ ٰو‬ َ ]َ‫اَ َولَ ْم ي‬
َ‫ي ُْؤ ِمنُوْ ن‬

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak
beriman?” (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 30)

Big Bang diyakini sebagai peristiwa yang menyebabkan terbentuknya alam semesta. Teori ini
didasarkan pada kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta.
Berdasarkan teori ini, dikatakan bahwa alam semesta awalnya dalam keadaan sangat panas dan
padat, lalu mengembang secara terus-menerus hingga hari ini. Hal tersebut ternyata sudah
disampaikan di dalam Al-Quran tepatnya Surah Al-Anbiya ayat 30.

‫ۙ َوا ْلبَحْ ِر ْال َم ْسجُوْ ِر‬

“dan laut yang di dalam tanahnya ada api,”(QS. At-Tur 52: Ayat 6)

Fenomena ini ditemukan oleh seorang ahli geologi asal Rusia, Anatol Sbagovich dan Yuri
Bagdanov, dan seorang ilmuwan asal Amerika Serikat. Mereka meneliti kerak bumi dan
patahannya di dasar laut lepas pantai Miami. Mereka kemudian menemukan lava cair yang
mengalir disertai abu vulkanik yang suhunya mencapai 231 derajat celcius.

ٍ َ‫س َوا ْلقَ َم َر ۗ ُك ٌّل فِ ْي فَل‬


َ‫ك يَّ ْسبَحُوْ ن‬ َ ‫ق الَّ ْي َل َوا لنَّهَا َر َوا ل َّش ْم‬
َ َ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ خَ ل‬

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
beredar pada garis edarnya.”(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 33)

Menurut ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan 720.000 km/jam ke arah
bintang Vega dalam sebuah garis edar yang dinamakan Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak
sejauh 17.280.000 kilometer dalam sehari. Selain matahari, semua planet dan satelit dalam

26
sistem gravitasi matahari juga berjalan dalam jarak ini. Semua bintang yang ada di alam semesta
pun sama. 

‫ت َّو ٰه َذا ِم ْل ٌح اُ َجا ٌج ۚ َو َج َع َل بَ ْينَهُ َما بَرْ زَ ًخا َّو ِحجْ رًا َّمحْ جُوْ رًا‬
ٌ ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ َم َر َج ْالبَحْ َر ْي ِن ٰه َذا ع َْذبٌ فُ َرا‬

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar
dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang tidak tembus.”(QS. Al-Furqan 25: Ayat 53).
Fenomena sungai di dasar laut ditemukan oleh ilmuwan asal Prancis bernama Jaques Yves
Cousteau. Para ahli menyebut fenomena ini sebagai lapisan hidrogen sulfida, karena air yang
mengalir di sungai dasar laut ini memiliki rasa air tawar. Selain itu sungai dasar laut ini
ditumbuhi daun-daun dan pohon.
‫ْض ۗ اِ َذ ۤا اَ ْخ]] َر َج‬
ٍ ‫ق بَع‬ َ ْ‫ضهَا فَو‬ ُ ‫ت بَ ْع‬ ٌ ۢ ٰ‫ت فِ ْي بَحْ ٍر لُّـ ّجـ ِ ٍّي يَّ ْغ ٰشٮهُ َموْ ٌج ِّم ْن فَوْ قِ ٖه َموْ ٌج ِّم ْن فَوْ قِ ٖه َس َحا بٌ ۗ ظُلُم‬
ٍ ٰ‫اَوْ َكظُلُم‬
‫يَد َٗه لَ ْم يَ َك ْد يَ ٰرٮهَا ۗ َو َم ْن لَّ ْم يَجْ َع ِل هّٰللا ُ لَهٗ نُوْ رًا فَ َما لَهٗ ِم ْن نُّوْ ٍر‬
“atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang
diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah
gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak
dapat melihatnya. Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia
tidak mempunyai cahaya sedikit pun.”(QS. An-Nur 24: Ayat 40).
Manusia tak mampu menyelam 40 meter di bawah laut tanpa peralatan khusus. Dalam sebuah
buku berjudul “Oceans” dijelaskan, pada kedalaman 200 meter hampir tak dijumpai cahaya,
sedangkan pada kedalaman 1.000 meter tak terdapat cahaya sama sekali. Kondisi dasar laut yang
gelap baru bisa diketahui setelah penemuan teknologi canggih. Namun, Al-Qur’an Surah An-Nur
ayat 40 telah menjelaskan keadaan dasar lautan tersebut sejak ribuan tahun yang lalu.
ٗ‫ۗ اَيَحْ َسبُ ااْل ِ ْن َسا نُ اَلَّ ْن نَّجْ َم َع ِعظَا َمه‬
“Apakah manusia mengira,bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang-belulangnya?”(QS.Al-Qiyamah 75: Ayat 3)
Sidik jari ditemukan pada akhir abad ke-19. Sebelumnya, mayoritas orang menganggap jika
sidik jari adalah lengkukan-lengkukan biasa tanpa makna khusus. Setiap manusia, termasuk
mereka yang terlahir kembar identic, memiliki pola sidik jari yang berbeda. Dengan kata lain,
salah satu tanda pengenal manusia terdapat pada ujung jari mereka. Al-Quran Surah Al-Qiyamah
ayat 3- 4 telah menjelaskan tentang kesempurnaan jari manusia ini.

27
‫ۗ َوا ل َّش ْمسُ تَجْ ِريْ لِ ُم ْستَقَ ٍّر لَّهَا ۗ ٰذلِكَ تَ ْق ِد ْي ُر ْال َع ِزي ِْز ْال َعلِي ِْم‬

“dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang


Maha Perkasa,Maha Mengetahui.”(QS. Ya-sin 36: Ayat 38)

Orang pertama yang menyadari bila matahari juga berotasi seperti Bumi adalah Galileo
Galilei. Di tahun 1612, dia menyadari bila bintik hitam matahari bergerak di sekitar
khatulistiwanya. Sampai saat ini, pakar astronomi masih menggunakan posisi bintik hitam
matahari untuk mengukur kecepatan rotasi matahari. Di bagian khatulistiwa matahari, kecepatan
putarannya paling tinggi, yakni 25 hari untuk satu putaran penuh. Dan semakin naik ke atas atau
turun ke bawah menjauhi garis khatulistiwa, kecepatan rotasi matahari menurun. Bagian sekitar
kutub utara dan selatan matahari memerlukan waktu 35 hari untuk sekali putaran. Ya, kecepatan
putaran bagian kutub dan khatulistiwa matahari berbeda hingga 10 hari.

َ‫س ع َْن ٰا ٰيتِنَا لَ ٰغفِلُوْ ن‬


ِ ‫ك ٰايَةً ۗ َواِ َّن َكثِ ْيرًا ِّمنَ النَّا‬
َ َ‫ك لِتَ ُكوْ نَ ِل َم ْن خَ ْلف‬ َ ‫فَا ْليَوْ َم نُـنَ ِّج ْي‬
َ ِ‫ك بِبَ َدن‬

“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”(QS. Yunus 10: Ayat 92)

Maurice Bucaille kemudian menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama
dalam penelitian tentang mumi. Hasil penelitian menemukan hal yang mengejutkan bahwa sisa-
sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah petunjuk bahwa Firaun meninggal karena
tenggelam.

Hal tersebut mulai sesuai dengan penggambaran kematian Firaun di Alquran bahwa dia mati
karena ditelan ombak. Bucaille kemudian merilis laporannya yang berjudul “Les momies des
Pharaons et la midecine” (Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern)”. Ia lalu mendengar
bahwa Alquran sebenarnya telah mengisahkan cerita tenggelamnya Firaun. Kabarnya, setelah
mencari riwayat di berbagai kitab termasuk Taurat dan Injil, Bucaille beralih ke Islam. Ia
menemui sejumlah ilmuwan autopsi Muslim dan diberitahu mengenai salah satu ayat Alquran.
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami.

28
E. SAFUSSILAH YANG SESUNGGUHNYA

Secara bahasa, salafus shalih berasal dari tiga huruf, yaitu sim, lam, dan fa. Tiga huruf
ini menunjukkan makna “yang terdahulu atau orang-orang yang telah lampau”.

Para ulama membagi salafus shalih menjadi tiga golongan, yaitu para sahabat nabi, tabi’in,
dan tabi’ut tabi’in. ketiga golongan ini diyakini sebagai orang-orang terbaik yang hidup setelah
Rasulullah SAW.

‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬،‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬،‫اس قَرْ نِي‬
ِ َّ‫» َخ ْي ُر الن‬
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada
masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR. Bukhari (2652),
Muslim (2533))

Secara etimologis, manhaj berarti jalan yang terang dan jelas, sebagaimana dalam firman
Allah :

ً ‫ش ْر َعةً َو ِم ْن َه‬
“‫اجا‬ ِ ‫”لِ ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم‬

“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang”  (Q.S. Al-Maaidah: 48)

Secara terminologis, manhaj berarti kaidah-kaidah dan norma-norma yang mengontrol setiap
usaha pengkajian ilmiah (metode)[2], seperti kaidah bahasa Arab, aqidah, fiqh dan tafsir yang
mana ilmu-ilmu ini merupakan materi pengkajian Islam dan dasar-dasarnya.

Secara etimologis kata “Salaf” memiliki beberapa arti[4], di antaranya: Pertama, meratakan.


Darinya diambil kata “mislafah” yang berarti alat untuk meratakan tanah.
Kedua, salah satu bentuk jual beli, di mana pembayaran dilakukan dimuka dan penyerahan
barang dilakukan pada waktu yang ditentukan kemudian.
Ketiga, dahulu atau telah berlalu. Dari itu ungkapan “Salaful-Insaan” berarti orang tua dan
kerabat seseorang yang telah mendahuluinya meninggal. Jadi, generasi pertama dari para
Sahabat dan Tabi’in disebut Salafus-Shalih, dan makna inilah yang umumnya dimaksud ketika

disebut kata “Salaf”. Dalam hal ini bisa dilihat firman Allah  :

‫سنَّةُ األَ َّولِي ِن‬ َ ‫سلَفَ َوإِنْ يَ ُعودُو ْا فَقَ ْد َم‬


ُ ْ‫ضت‬ َ ‫قُل لِلَّ ِذينَ َكفَ ُرو ْا إِن يَنتَ ُهو ْا يُ َغفَ ْر لَ ُهم َّما قَ ْد‬

29
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang
sudah lalu, dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka)
sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu.” (Q.S. Al-Anfaal: 38)

Begitu pula perkataan Fir’aun dan kaumnya yang diceritakan oleh Allah   dakam firman-
Nya:

َ‫فَ َج َع ْلنَاهُ ْم َسلَفا ً َو َمثَالً لِآْل ِخ ِرين‬

“Dan kami jadikan mereka sebagai pendahulu dan contoh bagi orang-orang yang
datang kemudian.” (Q.S. Al-Zukhruuf: 56)

Begitu pula dalam Sunnah, di mana Rasululullah r bersabda:

َ َ‫”إِ َّن هَّللا َ َع َّز َو َج َّل إِ َذا أَ َرا َد َرحْ َمةَ أُ َّم ٍة ِم ْن ِعبَا ِد ِه قَب‬
“‫ض نَبِيَّهَا قَ ْبلَهَا فَ َج َعلَهُ لَهَا فَ َرطًا َو َسلَفًا بَ ْينَ يَ َد ْيهَا‬

“Sesungguhnya Allah bila menghendaki rahmat untuk satu umat dari hamba-hamba-
Nya, Dia mencabut nyawa nabi mereka, hingga ia menjadi pendahulu bagi mereka.”

Di kesempatan lain, Rasulullah r berkata kepada Faathimah:

ِ َ‫ك أَ َّو ُل أَ ْهلِي لُحُوقًا بِي َونِ ْع َم ال َّسلَفُ أَنَا ل‬


“‫ك‬ َ ‫” َواَل أُ َرانِي إِاَّل قَ ْد َح‬
ِ َّ‫ض َر أَ َجلِي َوإِن‬

“Aku merasa ajalku segera datang, dan sungguh engkau adalah keluargaku yang paling
dulu bertemu denganku. Sesungguhnya aku adalah pendahulu yang baik bagimu.”

Makna Salaf Secara Termonologis


Yang dimaksud dengan Salaf adalah para Sahabat Rasulullah y dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik (Tabi’in) serta pengikutnya (Tabi’ut Tab’in), juga para ulama
Islam yang memiliki keilmuan dan kedudukan tinggi dalam agama serta diterima oleh umat
secara aklamasi, diterima oleh kaum Muslimin dari generasi ke generasi.
Tidak termasuk ke dalam kategori ini orang-orang yang dituduh melakukan bid’ah atau dijuluki
dengan julukan yang tidak baik, seperti: Khawarij, Rafidhah, Qadariyyah, Murjiah, Asy’ariyyah,

30
Mu’tazilah, Jahmiyah, dan sejenisnya.
Rasulullah r bersabda:

“‫اس قَرْ نِي ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬
ِ َّ‫” َخ ْي ُر الن‬

“Manusia yang paling baik adalah generasi (yang hidup bersama)ku, kemudian generasi
setelahnya, kemudian generasi setelahnya.”[9]

Mungkin pula istilah Salaf ditujukan kepada setiap orang yang menermpuh jalan tiga generasi
di atas dan mengikuti manhaj mereka.[10]Hal mana sesuai dengan sabda Rasulullah r:

“ َ‫ق اَل يَضُرُّ هُ ْم َم ْن خَ َذلَهُ ْم َحتَّى يَأْتِ َي أَ ْم ُر هَّللا ِ َوهُ ْم َك َذلِك‬


ِّ ‫طائِفَةٌ ِم ْن أُ َّمتِي ظَا ِه ِرينَ َعلَى ْال َح‬
َ ‫”اَل تَ َزا ُل‬

“Akan tetap ada satu kelompok dari umatku yang berada di atas kebenaran, mereka
tidak akan dicelakakan oleh orang yang mencelakakan mereka, sampai datang urusan
Allah dan mereka tetap dalam keadaan seperti itu.”[11]

Salafiyyah adalah manhaj (metode) yang dipegang dan ditempuh oleh Salaf dalam berakidah,
bermu’malah, berhukum, mendidik, berdakwah dan membersihkan jiwa.
Manhaj ini dalam menerima, memahami, mengamalkan dan mendakwahkan agama, adalah yang
dimaksud dalam firman Allah :

ِّ ‫َو ِم َّم ْن َخلَ ْقنَا أُ َّمةٌ يَ ْه ُدونَ بِ ْال َح‬


َ‫ق َوبِ ِه يَ ْع ِدلُون‬

“Dan di antara orang-orang yang telah Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk
dengan (dasar) kebenaran, dan dengan itu (pula) mereka berlaku adil.” (Q.S. Al-
A’raaf:181).

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utasimin berkata: “Salafiyyah adalah mengikuti manhaj
Nabi r dan para Sahabatnya, karena mereka adalah Salaf (pendahulu) yang telah mendahului
kita. Maka mengikuti mereka disebut Salafiyyah.”[12]
Siapakah yang Disebut Salafi
Salafi adalah setiap orang yang mengikuti manhaj Salaf[13], dalam akidah, syari’at, akhlak dan
dakwahnya. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz berkata: “Salaf adalah orang-orang pada tiga kurun

31
utama, maka orang yang berjalan di atas manhaj mereka disebut Salafi, dan yang menyelisihi
mereka termasuk golongan Khalaf.”

 DALIL-DALIL

1. Surat An-Nisa ayat 115

‫صيرًا‬ ْ ‫ق ال َّرسُو َل ِم ْن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ْالهُدَى َويَتَّبِ ْع َغي َْر َسبِي ِل ْال ُم ْؤ ِمنِينَ نُ َولِّ ِه َما ت ََولَّى َونُصْ لِ ِه َجهَنَّ َم َو َسا َء‬
ِ ‫ت َم‬ ِ ِ‫َو َم ْن يُ َشاق‬

Artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam
itu seburuk-buruk tempat kembali.”

2. Surat At-Taubah ayat 100

‫ت تَجْ ِري‬ ٍ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ْم َو َرضُوا َع ْنهُ َوأَ َع َّد لَهُ ْم َجنَّا‬
ِ ‫ار َوالَّ ِذينَ اتَّبَعُوهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن َر‬
ِ ‫ص‬ ِ َ‫َوالسَّابِقُونَ األ َّولُونَ ِمنَ ْال ُمه‬
َ ‫اج ِرينَ َواأل ْن‬
‫تَحْ تَهَا األ ْنهَا ُر خَالِ ِدينَ فِيهَا أَبَدًا َذلِكَ ْالفَوْ ُز ْال َع ِظي ُم‬

Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Itulah kemenangan yang besar."

3. Hadis Rasulullah SAW


َ‫ َويَ ُخونُونَ َوال‬، َ‫ ثُ َّم إِ َّن بَ ْع َد ُك ْم قَوْ ًما يَ ْشهَ ُدونَ َوالَ يُ ْستَ ْشهَ ُدون‬،‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬،‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬،‫خَ ْي ُر أُ َّمتِي قَرْ نِي‬
ْ َ‫ َوي‬، َ‫ َويَ ْن ُذرُونَ َوالَ يَفُون‬، َ‫ي ُْؤتَ َمنُون‬
ُ‫ظهَ ُر فِي ِه ُم ال ِّس َمن‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup pada
masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian akan datang
suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya
mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari (3650), Muslim (2533))

32
4.Generasi sahabat

Tabi’in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat
Nabi dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad. Usianya tentu saja lebih muda dari
Sahabat Nabi bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup.

Tabi’in disebut juga sebagai murid Sahabat Nabi.

Tokoh-tokoh Tabi’in

 Uwais Al-Qorniy
 Said bin Al-Musayyib
 Urwah bin Az-Zubair
 Saalim bin Abdillah bin Umar
 Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud
 Muhammad bin Al-Hanafiyah
 Ali bin Al-Hasan Zainal Abidin
 Al-Qaasim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq
 Al-Hasan Al-Bashriy
 Muhammad bin Sirin
 Abu Hanifah Umar bin Abdul Aziz

 Muhammad bin Syihab Az-Zuhriy.

Tabi’ut tabi’in atau Atbaut Tabi’in artinya pengikut Tabi’in, adalah orang Islam teman
sepergaulan dengan para Tabi’in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi’ut tabi’in
disebut juga murid Tabi’in. Menurut banyak literatur Hadis : Tab’ut Tabi’in adalah orang Islam
dewasa yang pernah bertemu atau berguru pada Tabi’in dan sampai wafatnya beragama Islam.
Dan ada juga yang menulis bahwa Tabi’in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat
ingatannya. Karena Tabi’in yang terahir wafat sekitar 110-120 Hijriah. Dalam kalangan 4 imam
mazhab ahli sunnah waljamaah imam Hanafi tidak termasuk dalam tabi’ tabiin karena beliau
pernah berguru dengan sahabat Nabi. Manakala baik 3 imam yaitu imam Malik dan imam Syafi’i

33
adalah tabi’ tabiin karena mereka berguru dengan tabiin. Tabi’in seperti definisi di atas tapi
bertemu dengan Sahabat. Sahabat yang terahir wafat sekitar 80-90 Hijriah.

Tokoh-tokoh Tabi’ut tabi’in

 Malik bin Anas


 Al-Auza’iy
 Sufyan Ats-Tsauriy
 Sufyan bin Uyainah Al-Hilaliy
 Al-Laits bin Saad
 Abdullah bin Al-Mubaarok
 Waki’
 Asy Syafi’i
 Abdurrahman bin Mahdiy
 Yahya bin Said Al-Qathan
 Yahya bin Ma’in
 Ali bin Al-Madiniy.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.popbela.com

34
https://news.detik.com

https://www.idntimes.com

https://kumparan.com

https://www.republika.co.id

https://bdkaceh.kemenag.go.id

https://rumaysho.com

https://www.hidayatullah.com

https://ejournal.kopertais4.or.id

https://core.ac.uk

35

Anda mungkin juga menyukai