Anda di halaman 1dari 14

1.

ARUS LISTRIK DAN PENGUKURANNYA


Arus listrik adalah aliran muatan-muatan listrik yang melalui suatu penghantar.
Dalam suatu rangkaian listrik, dapat terjadi arus listrik jika terdapat beda potensial listrik
(beda tegangan listrik).
Semakin banyak muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu dikatakan semakin
besar (kuat) arus listriknya. Arah arus listrik dalam suatu rangkaian listrik yaitu dari
potensial tinggi (+) ke potensial rendah (-). Dalam sebuah penghantar, sesungguhnya
pembawa muatan listrik adalah elektron. Walaupun demikian, telah disepakati bahwa
arah arus listrik berlawanan dengan arah gerak elektron.
Kuat arus listrik dapat diukur dengan alat Amperemeter sedangkan beda potensial
listrik dapat diukur dengan alat voltmeter.

1.   Kuat Arus Listrik (I)


Besaran fisika yang menyatakan kuantitas arus listrik adalah kuat arus listrik (diberi
simbol I), didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik positif Q yang mengalir melalui
penampang seutas kawat penghantar per satuan waktu (t). Secara matematis,

2.   Cara Membaca Skala Hasil Ukur Amperemeter dan Voltmeter


Berdasarkan gambar di atas untuk mendapatkan hasil ukur, maka:

2. HUKUM OHM

Pengertian, Rumus dan Bunyi Hukum Ohm – Dalam Ilmu Elektronika, Hukum dasar
Elektronika yang wajib dipelajari dan dimengerti oleh setiap Engineer Elektronika
ataupun penghobi Elektronika adalah Hukum Ohm, yaitu Hukum dasar yang menyatakan
hubungan antara Arus Listrik (I), Tegangan (V) dan Hambatan (R). Hukum Ohm dalam
bahasa Inggris disebut dengan “Ohm’s Laws”. Hukum Ohm pertama kali diperkenalkan
oleh seorang fisikawan Jerman yang bernama Georg Simon Ohm (1789-1854) pada tahun
1825. Georg Simon Ohm mempublikasikan Hukum Ohm tersebut pada Paper yang
berjudul “The Galvanic Circuit Investigated Mathematically” pada tahun 1827.
Bunyi Hukum Ohm

Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm adalah :

“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan
berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.
Secara Matematis, Hukum Ohm dapat dirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah
ini :

V=IxR

I=V/R

R=V/I

Dimana :
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))
Dalam aplikasinya, Kita dapat menggunakan Teori Hukum Ohm dalam Rangkaian
Elektronika untuk memperkecilkan Arus listrik, Memperkecil Tegangan dan juga dapat
memperoleh Nilai Hambatan (Resistansi) yang kita inginkan.

Hal yang perlu diingat dalam perhitungan rumus Hukum Ohm, satuan unit yang dipakai
adalah Volt, Ampere dan Ohm. Jika kita menggunakan unit lainnya seperti milivolt,
kilovolt, miliampere, megaohm ataupun kiloohm, maka kita perlu melakukan konversi ke
unit Volt, Ampere dan Ohm terlebih dahulu untuk mempermudahkan perhitungan dan
juga untuk mendapatkan hasil yang benar.
Contoh Kasus dalam Praktikum Hukum Ohm

Untuk lebih jelas mengenai Hukum Ohm, kita dapat melakukan Praktikum dengan
sebuah Rangkaian Elektronika Sederhana seperti dibawah ini :

Kita memerlukan sebuah DC Generator (Power Supply), Voltmeter, Amperemeter, dan


sebuah Potensiometer sesuai dengan nilai yang dibutuhkan.

Dari Rangkaian Elektronika yang sederhana diatas kita dapat membandingkan Teori
Hukum Ohm dengan hasil yang didapatkan dari Praktikum dalam hal menghitung Arus
Listrik (I), Tegangan (V) dan Resistansi/Hambatan (R).

a) Menghitung Arus Listrik (I)

Rumus yang dapat kita gunakan untuk menghitung Arus Listrik adalah

I=V/R

b) Menghitung Tegangan (V)

Rumus yang akan kita gunakan untuk menghitung Tegangan atau Beda Potensial
adalah

V = I x R. 
c) Menghitung Resistansi / Hambatan (R)

Rumus yang akan kita gunakan untuk menghitung Nilai Resistansi adalah

R=V/I

3. ARUS LISTRIK PADA RANGKAIAN TERTUTUP

Muatan bebas merupakan partikel-partikel bermuatan listrik yang mudah bergerak


dalarn medan listrik. Gerakan muatan tersebut disebut arus listrik. Arah arus listrik
disepakati sebagai arah muatan positif. Akan tetapi, sebenarnya elektronlah yang
bergerak dalamkonduktor dengan arah berlawanan arah arus listrik. Jadi, arah arus listrik
seolah-olah berlawanan dengan arah gerak elektron. Hal ini disebabkan oleh jumlah
elektron yang berpindah dalam suatu penghantar sama dengan jumlah muatan positif
yang berpindah dalam penghantar itu. 
Arus listrik dapat mengalir jika dihubungkan dengan sumber potensial listrik pada
kedua ujung penghantar. Arus listrik bergerak dari kutub positif menuju ke kutub negatif,
sedangkan di dalam sumber energi listrik (misalnya baterai), arus bergerak dari kutub
negatif menuju kutub posistif. Arus listrik akan mengalir dalam rangkaian tertutup dan
akan bernilai nol pada rangkaian terbuka. Kuat arus listrik rata-rata merupakan
banyaknya muatan listrik yang mengalir pada konduktor dalarn interval waktu tertentu.
Secara matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
I=Q/t
dengan, I = kuat arus listrik (A), Q = besar muatan listrik (C), dan t = selang waktu (s).
Alat untuk mengukur kuat arus listrik
adalah amperemeter, basicmeter, dan galvanometer. Untuk mengukur kaut arus listrik,
maka alat pengukur listrik harus dirangkai secara seri pada rangkaian.
4. HAMBATAN SEPOTONG KAWAT PENGHANTAR
Suatu kawat pengantar juga memiliki nilai hambatan, yang mempengaruhi suatu kawat
penghantar memiliki hambatan atau nilai resistansi (R) adalah :
l = Panjang pengantar (m)
A = Luas penampang kawat (m2)
ρ = Hambatan jenis kawat (Ωmm2/m)
maka diperoleh rumus :

Bahan yang digunakan untuk membuat kawat penghantar juga mempengaruhi nilai
hambatan jenis suatu kawat penghantar, maka jenis hambatan suatu jenis logam dengan
logam lain akan berbeda berbeda. Berikut ini tabel bahan dan nilai hambatan jenis :
5. RANGKAIAN HAMBATAN
Rangkaian Seri
Pada rangkaian seri hambatan listrik atau resistor dihubungkan atau disusun secara
berurutan satu sama lainnya seperti pada gambar di bawah ini.

Pada rangkain seri ini  berlaku ketentuan sebagai berikut.

1.      Besarnya kuat arus pada masing masing tahanan (resistor) akan sama besar
I1 = I2 = I3 = I

2.      Besarnya beda potensial (tegangan listrik) pada masing – masing hambatan akan
berbeda – beda jika nilai hambatannya berbeda sesuai dengan prinsip hukum ohm.
VR1 = I x R1
VR2  = I x R2
VR3 = I x R3
3.      Besarnya hambatan total pada rangkaian ini merupakan total penjumlahan dari
masing – masing nilai resistor yang terhubung
Rtotal = R1 + R2 + R3

Rangkaian Paralel
Pada rangkaian hambatan paralel, resistor disusun secara paralel atau sejajar sehingga
mempunyai dua ujung yang sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar rangkaian
paralel pada gambar berikut.

Pada rangkaian paralel berlaku ketentuan sebagai berikut.


1.  Besarnya kuat arus pada masing – masing resistor berbeda – beda bergantung pada
besarnya nilai hambatan resistor.
I1 ≠ I2 ≠ I3 ≠ I tetapi I = I1 + I2 + I3

2.      Besarnya beda potensial atau tegangan pada masing – masing resistor akan sama
V R1 = V R2 = V R3 = V Rp
3.      Besarnya hambatan total dapat dihitung dengan dengan rumus berikut.
Rangkaian Seri Paralel
Merupakan gabungan dari rangkaian seri dan paralel. Rangkaian ini juga biasa disebut
dengan rangkaian campuran atau rangkaian kombinasi. Salah satu contohnya dapat
dilihat pada gambar berikut.

Untuk menghitung nilai hambatan total dari rangkaian seri paralel, maka kita dapat
menggunakan teori rangkaian seri dan paralel di atas. Biasanya untuk memudahkan
perhitungan, didahulukan menghitung rangkaian serinya, kemudian baru dihitung bagian
paralelnya. Terakhir lakukan penjumlahan dari rangkaian total keduanya(sangat
tergantung dari bentuk rangkaian campurannya). Sebagai contoh dapat dilihat gambar
berikut.
6. GABUNGAN SUMBER TEGANAGN LISTRIK
hubungan beberapa elemen identik dalam suatu rangkaian seri atau pararel uang
dapat mempengaruhi besar kuat arus yang mengalir melalui rangkaian tersebut

7. HUKUM II KIRCHOFF
Hukum ini berlaku pada rangkaian yang tidak bercabang yang digunakan untuk
menganalisis beda potensial (tegangan) pada suatu rangkaian tertutup. Hukum II Kirchoff
biasa disebut Hukum Tegangan Kirchoff atau Kirchoff’s Voltge Law (KVL). Bunyi
Hukum II Kirchoff: Total beda potensial (tegangan) pada suatu rangaian tertutup
adalah nol. Versi lain Hukum II Kirchoff yaitu pada rangkaian tertutup jumlah aljabar
GGL (ε) dan jumlah penurunan potensial (IR) sama dengan nol.

Berdasarkan gambar di atas, total tegangan pada rangkaian adalah Vab + Vbc + Vcd + Vda =
0. Hukum II Kirchoff ini menjelaskan bahwa jumlah penurunan beda potensial sama
dengan nol artinya tidak ada energi listri yang hilang dalam rangkaian atau semua energi
listrik diserap dan digunakan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai:

 
Terdapat perjanjian tanda untuk tegangan GGL (ε):
1. Jika arah kuat arus listrik searah dengan arah loop dan kuat arus listrik bertemu dengan
kutub (+) potensial tegangan terlebih dulu, maka tanda tegangan GGL adalah (+)
ε (+) ➔ 
2. Jika arah kuat arus listrik searah dengan arah loop dan kuat arus listrik bertemu dengan
kutub (-) potensial tegangan terlebih dulu, maka tanda tegangan GGL adalah (-).

ε (-) ➔ 
Terdapat perjanjian tanda untuk arah kuat arus listrik (I) pada penurunan
potensial tegangan (I.R):
1. Jika arah kuat arus listrik searah dengan arah loop, maka tanda kuat arus listrik adalah
(+).

I (+) ➔ 
 
2. Jika arah kuat arus listrik berlawanan arah dengan arah loop, maka tanda kuat arus
listrik adalah (-).
I(-) ➔ 

8. ENERGI DAN DAYA LISTRIK


A. ENERGI LISTRIK

Pada rangkaian tertutup seperti gambar di samping, arus listrik I mengalir melalui
hambatan R. Arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial yang lebih
rendah. Arus listrik tersebut tidak lain adalah gerakn muatan listrik yang melalui
rangkaian tersebut. Besarnya muatan listrik yang mengalir pada rangkaian adalah Q
=I.t
Energi listrik adalah energi yang disebabkan oleh mengalirnya muatan listrik dalam
suatu rangkaian listrik tertutup. Energi listrik yang diberikan oleh suatu sumber dc
bertegangan V (Volt) yang mencatu arus I (ampere) selama selang waktu t (sekon)
dinyatakan oleh,

W=VxIxt

Karena V = I R
Maka

maka energi listrik W dapat juga dinyatakan oleh :


W = I2  R  t
Atau

Dengan W adalah energi listrik dalam Joule (J).


Energi listrik W dapat dirubah menjadi energi kalor Q dari sebuah pemanas air
listrik. Jika efisiensi alat dianggap 100%, maka berlaku hubungan.

B. DAYA LISTRIK

Daya listrik. Daya listrik baterai V yang mencatu arus I melalui resistor (hambatan)
R dinyatakan oleh :

atau

Arus listrik I yang mengalir melalui resistor R akan menyebabkan daya yang dikirim
baterai hilang dalam bentuk panas ini disebut daya disipasi, dan dirumuskan oleh

 atau

Jika elemen listrik dengan V 1 volt, P1 diberi tegangan V 2 volt,maka karena hambatan
listrik elemen tetap diperoleh besar daya disipasinya adalah:
Untuk mengukur energi listrik yang digunakan dalam pemakaian sehari-hari oleh
pelanggan listrik, PLN mengukurnya dengan satuan kWh (kilowatt-hour).
1 kWh = (1 kW) x (1 jam)
= (1000 W) x (3600 s)
1 kWh = 3,6 x 106 J
Jika pada alat listrik (lampu) tertera data (label) yang tertulis pada lampu adalah
60W/220V. Ini berarti daya listrik yang dipakai oleh alat tersebut tepat 100 watt jika
tegangan yang diberikan pada alat itu tepat 220 volt. Daya listrik didefinisikan
sebagai energi per satuan waktu, yaitu dalam hal ini adalah sebesar 60 Joule per satu
detik.

Anda mungkin juga menyukai