Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

VESIKOLITIASIS

Disusun Oleh :

Waode Sonita 214119049 Indrastata 214119038


Abdul Rahman 214119015 Riki Panji A 214119045
Alysha Rahma 214119032 Nedia Riyanti 214119046
Wina Kurniawati 214119035 Karima Budi A 214119048
Yoga Rangga F 214119022 Suci Fazriyah 214119050
Vika dwi R 214119037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2020
A. KONSEP DASAR TEORI

1. Definisi

Vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada

vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut

batu kandung kemih ( Smeltzer and Bare, 2012).

Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang

menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar

ke paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui

menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid,

diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu

vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam

kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya (Brunner and

Suddarth, 2011)

2. Etiologi

a. Obstruksi kelenjar prostat yang membesar

b. Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)

c. Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada

neuron yang menginervasi bladder)

d. Benda asing , misalnya kateter

e. Divertikula,urin dapat tertampung pada suatu kantung di dinding

vesika urinaria

f. Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium, lesi

mengarah keganasan
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin,

infeksi, maupun radang. Menurut Smeltzer (2012) bahwa, batu kandung

kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage

renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).

Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut batu kandung kemih

(Vesikolitiasis) adalah :

a. Hiperkalsiuria

Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan

karena hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan

masukan tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme

primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.

b. Hipositraturia

Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam

air kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus

ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan

diare dan masukan protein tinggi.

c. Hiperurikosuria

Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat

memacu pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang

berlebih.

d. Penurunan jumlah air kemih

Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.

e. Jenis cairan yang diminum

Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus

apel dan jus anggur.


f. Hiperoksalouria

Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian

ini disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi

kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi

pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.

g. Ginjal Spongiosa Medula

Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium

idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolik).

h. Batu Asan Urat

Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih

rendah, dan hiperurikosuria (primer dan sekunder).

i. Batu Struvit

Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih

dengan organisme yang memproduksi urease.

Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :

1) 75 % kalsium.

2) 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).

3) 6 % batu asam urat.

4) 1-2 % sistin (cystine).

3. Manifestasi Klinis / Tanda Gejala

Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi

dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika

terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin

atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat
mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual

muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2012).

a. Dapat tanpa keluhan

b. Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing)

c. Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian

dijalarkan ke ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita).

d. Terdapat hematuri pada akhir kencing

e. Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing

walaupun VU belum penuh).

f. Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra

interna. Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis

maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi,

dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat

(Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri

yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada

sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara

perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala

atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang

punggung. Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain

menurut adalah:

1) Hematuri.

2) Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.

3) Demam.

4) Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.

5) Mual.
6) Muntah.

7) Nyeri abdomen.

8) Disuria.

9) Menggigil.

4. Patofisiologi

Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih,

baik parsial maupun total. Obstruksi total dapat berakibat menjadi

hidronefrosis.

Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari

matriks seputar, seperti pus, darah, tumor dan urat. Komposisi

mineral dari batu bervariasi, kira-kira 3/2 bagian dari batu adalah

kalsium fosfat, asam,urine dan custine.

Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat intake cairan yang

rendah dan juga peningkatan bahan organik akibat ISK atau urine

statis, menjadikan sarang untuk pembentukan batu, ditambah adanya

infeksi, meningkatkan lapisan urine yang berakibat presipitasi kalsium

fosfat dan magnesium ammonium fosfat.

Teori menurut Nursalam ( 2012) antara lain :

a. Teori matriks

Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adnay substansia

organic sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan

mukoprotein yang akan memepermudah kristalisasi dan agregasi

substansu pembentukan batu.


b. Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urine seperti

sistin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah

terbentuknya batu.

c. Teori berkurangnya faktor penghambat

Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat,

polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan

mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.


Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang

meliputi pemeriksaan:

a. Urinalisa

1) Warna kuning, coklat atau gelap.

2) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting,

organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium

phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu

asam urat.

3) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada

penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih

akan meningkat.

4) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang

berkontribusi dalam proses pembentukan batu saluran kemih.

5) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat

apakah terjadi hiperekskresi.

b. Darah

1) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.

2) Leukosit terjadi karena infeksi.

3) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

4) Kalsium, fosfat dan asam urat.

c. Radiologis

1) Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah

terjadi bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal

maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat


dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad

pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.

2) PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih

3) Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung

kencing.

4) Foto KUB. Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter,

menunjukan adanya batu.

d. Endoskopi ginjal. Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.

e. EKG. Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.

f. Foto Rontgen. Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.

g. IVP ( intra venous pylografi ). Menunjukan perlambatan pengosongan

kandung kemih,membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli

kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.

h. Vesikolitektomi ( sectio alta ). Mengangkat batu vesika urinari atau kandung

kemih.

i. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal. Prosedur menghancurkan

batu ginjal dengan gelombang kejut.

j. Pielogram retrograd. USG (Ultra Sono Grafi). Untuk mengetahui sejauh mana

terjadi kerusakan pada jaringan ginjal. Menunjukan abnormalitas pelvis

saluran ureter dan kandung kemih.

Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi

intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam

24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan

volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan

medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih
dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang

mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien.

6. Penatalaksanaan

Menurut Soeparman ( 2010) pengobatan dapat dilakukan dengan :

a. Mengatasi Simtom

Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari

vesikolitiasis, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis

prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan

pasang kateter.

b. Pengambilan Batu

1) Batu dapat keluar sendiri

Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya

melebihi 6 mm.

2) Vesikolithotomi : Suatu tindakan pembedahan untuk

mengeluarkan batu dari buli-buli dengan membuka buli-buli dari

arterior.

3) Ruang Lingkup : Semua penderita yang datang dengan keluhan nyeri

pada akhir miksi, hematuria dan miksi yang tiba-tiba berhenti serta dalam ke

bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan gelombang kejut atau

sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian

yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

c. Metode endourologi pengangkatan batu

Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi

mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat


dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu

alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai

gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.

d. Ureteroskopi

Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan

memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat

dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik,

atau ultrasound kemudian diangkat.

e. Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)

1) Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)

2) Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat

(kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau

lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan

masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu

baru.

3) Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari

masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg

BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium

(80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.

4) Pemberian obat

Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat,

disesuaikan kelainan metabolik yang ada.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik


a. Anamnesa

1) Identitas Klien

Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

agama/suku, warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan,

pekerjaan, alamat rumah.

2) Data Medik

Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat

pengkajian.

3) Keluhan Utama

Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes

setelah berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, sering

berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan, dan ukuran

pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih

sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri pinggang,

peningkatan suhu tubuh disertai menggigil, penurunan fungsi

seksual, keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan menurun,

mual,muntah dan konstipasi.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum

Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan

tanda-tanda vital.

2) Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah

terdapat masa bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan

rambut klien.

3) Muka

Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah

terdapat paralysis otot muka dan otot rahang.

4) Mata

Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis

mata, kelopak mata, kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada

kelainan, apakah daya penglihatan klien masih baik.

5) Telinga

Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret,

serumen dan benda asing, membran timpani utuh atau tidak,

apakah klien masih dapat mendengar dengan baik.

6) Hidung

Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi

diviasi, apakah terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah

daya penciuman masih baik.

7) Mulut Faring

Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih

utuh, mukosa mulut apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi,

otot lidah apakah masih baik, pada tonsil dan palatum masih utuh

atau tidak.

8) Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk,

kelenjar limfe terjadi pembesaran atau tidak.

9) Dada

Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.

10) Abdomen

Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan

setempat, peristaltik usus meningkat atau menurun, hepar dan

ginjal apakah teraba, apakah terdapat nyeri pada abdomen.

11) Inguinal /Genetalia/ anus

Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana

bentuk penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak,

pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun

tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan

rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran prostat dan

konsistensinya.

12) Ekstermintas

Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan

gerak, nyeri sendi atau edema, bagaimana kekuatan otot dan

refleknya.

Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa

kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak

batu dan penyulit yang ditimbulkan. Pemeriksaan fisik umum :

hipertensi, febris, anemia, syok.

Pemeriksan fisik khusus urologi


a) Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal

b) Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh

c) Genitalia eksterna : teraba batu di uretra


: teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)
d) Colok dubur

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek

anestesi

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pernafasan

akibat efek anestesi .

c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan penekanan

saraf tepi akibat insisi

d. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan

muntah

e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

perdarahan akibat insisi

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka akibat operasi

Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan

drainase luka.
Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


1 Bersihan jalan nafas tidakTidak terjadi gangguan pernafasan dengan1. Kaji pola nafas klien
efektif berhubungan dengankriteria hasil : 2. Kaji perubahan tanda vital secara drastis
efek anestesi.  Tidak tersedak 3. Kaji adanya syanosis
 Sekret tidak menumpuk di jalan nafas 4. Bersihkan sekret dijalan nafas.
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
 Tidak ditemukan tanda cyanosis
2 Pola nafas tidak efektifPola nafas menjadi normal (vesikuler),1. Pertahankan jalan nafas dengan memiringkan kepala,
berhubungan dengandengan kriteria hasil : hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral.
depresi pernafasan akibat  Pola nafas efektif 2. Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan.
efek anestesi . 3. Posisikan klien dengan nyaman
 Bebas dari sianosis atau tanda-tanda
hipoksia. 4. Observasi pengembalian fungsi otot pernafasan.
5. Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan.
6. Berikan oksigen jika diperlukan.
ras

3 Gangguan a nyaman :Klien merasa nyaman, dengan kriteria1. Kaji tanda vital klien
nyeri berhubungan denganhasil : 2. Catat lokasi dan lamanya intensitas nyeri.
penekanan saraf tepi akibat  Klien tidak gelisah 3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
insisi .  Skala nyeri 1-2 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
5. Kolaborasi pemberian analgesik (Narkotik), anti spasmodik
 Tanda vital normal.
dan kortikosteroid.
4 Nutrisi kurang dariKebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan1. Kaji tanda vital klien
kebutuhan berhubungankriteria hasil : 2. Kaji kebutuhan nutrisi klien
 Klien habis satu porsi dari rumah

dengan mual dan muntah. sakit 3. Timbang berat badan klien setiap hari
 Tidak mengeluh lemas 4. Kaji turgor klien
5. Awasi input dan output klien
 Membran mukosa lembab
6. Cacat insiden muntah dan catat karakteristik dan frekuensi
 Tanda vital normal.
muntah

7. Berikan makan sedikit tetapi sering

8. Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien.


Ganggua

5 n keseimbanganMembaiknya keseimbangan cairan dan1. Monitor tanda vital

cairan dan elektrolitelektrolit, dengan kriteria hasil : 2. Monitor urin meliputi warna hemates sesuai indikasi

berhubungan dengan  Tanda-tanda vital normal 3. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe

perdarahan akibat insisi.  Produksi urine normal pemasukan cairan

4. Monitor status mental klien

 Hasil laboratorium normal

5. Monitor berat badan tiap hari

6. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, dan natrium urin)

7. Kolaborasi pemberian diuretik.

6 Resiko tinggi infeksiTidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil:1. Kaji lokasi dan luas luka

berhubungan dengan insisi  Limfosit dalam batas normal 2. Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor,
3.
luka operasi  Tanda vital normal kolor, tumor dan perubahan fungsi)
 Tidak ditemukan tanda infeksi. Pantau tanda vital klien
4. Kolaborasi pemberian antibiotik.

5. Ganti balut dengan prinsip steril.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s . 2011. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi

kedelapan). Jakarta : EGC.

Nurafif, Amin Huda.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis Dan Nanda Nic-Noc Jilid 2.Yogyakarta : Mediaction Publishing

Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem

perkemihan. Salemba Medika: Jakarta.

Price, Sylvia. (2013). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi

6. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. EGC:

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai