A. DEFINISI
Keratosis seboroik disebut juga nevus seboroika, kutil senilis, veruka
seboroika senilis, atau papiloma sel basal (3, 4). Keratosis seboroik adalah suatu
tumor jinak, berpigmen, lebih sering ditemukan pada orang tua yang berusia
50 tahun ke atas dan tersusun dari keratinosit epidermis. Keratosis seboroik
umumnya berbentuk papul verukosa, stuck-on, asimtomatik atau dengan
keluhan gatal (3-5).
B. EPIDEMIOLOGI
Keratitis seboroik sangat sering terjadi dan biasanya multipel. Lesi ini
(4, 6)
muncul seiring bertambahnya usia . Biasanya muncul pada dekade kelima
pada daerah beriklim sedang namun dapat lebih awal di daerah tropis.
Kemungkinan hilang sendiri kecil dan lesi akan tetap ada sampai bertahun-
tahun. Dalam studi di Australia, hanya 30% penderita berusia di bawah 30
tahun dan meningkat hingga 100% pada orang berusia lebih dari 50 tahun.
Prevalensi di Inggris sedikit lebih rendah dengan 75% penderita berusia di
atas 70 tahun (4).
Dapat terjadi pada pria dan wanita dengan awitan biasanya pada dekade
(3, 6)
empat sampai lima . Prevalensi keratosis seboroik di Australia pada pria
20% dan wanita 25% dalam rentang usia 15 – 25 tahun (6).
Tipe khas di badan lebih sering ditemukan pada orang kulit putih.
Namun dermatosis papulosa nigra, tipe khas di wajah, lebih sering pada ras
campuran Amerika Afrika dan orang Asia (6).
1
Gambar dikutip dari kepustaan (2) Gambar dikutip dari kepustaan (2)
Gambar 1. Keratosis seboroik (papilloma sel Gambar 2. Keratosis seboroik kecil yang
basal) menunjukkan gambaran stuck-on. multipel.
C. ETIOLOGI
(2-6)
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum diketahui pasti . Namun ada
beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya keratosis seboroik seperti di
bawah ini:
1. Genetik (2-5, 7)
Banyak individu dengan keratosis seboroik memiliki riwayat keluarga
(2)
dengan penyakit yang sama . Disebutkan bahwa penyakit ini
berhubungan dengan faktor genetik dengan pola penurunan secara
(3)
dominan autosomal . Tampak adanya kelainan pada pengekspresian
apoptosis marker p53 dan Bcl-2, meskipun tidak didekteksi adanya
ketidakseimbangan lokus gen atau kromosom (2).
2
derived growth factors yang mengikuti peningkatan tumor necrosis
factor-α dan endethelin-converting enzyme secara lokal. Kemudian
keduanya akan meningkatkan keratinocyte melanogen, endothelin-1,
yang menyebabkan hiperpigmentasi pada keratosis seboroik (2).
3
papillomavirus (HPV) terdeteksi pada 40 biopsi keratosis seboroik
genital, namun 42 dari 55 kasus keratosis seboroik non genital (76%)
memberi hasil positif. Penemuan ini mengindikasikan adanya peran
infeksi virus terhadap keratosis seboroik non-genital (2).
D. PATOGENESIS
4
regulasi pertumbuhan, diferensiasi, migrasi dan penyembuhan sel. Mutasi
FGFR3 terdapat pada 40% keratosis seboroik hiperkeratosis, 40% keratosis
seboroik akantosis, dan 85% keratosis seboroik adenoid (4).
E. GEJALA KLINIS
F. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
5
1. Biasanya asimptomatik, pasien hanya mengeluh terdapat bejolan hitam
terasa tidak nyaman.(5)
2. Lesi kadang dapat terasa gatal, ingin digaruk atau dijepit.(6)
3. Lesi tidak dapat sembuh sendiri secara tiba-tiba.(4)
4. Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga yang diturunkan.(7)
5. Tanyakan mengenai kebiasaan atau pekerjaan untuk mengetahui adanya
riwayat terkena paparan sinar matahari yang kronis.(5)
6. Lesi paling sering ditemukan ada wajah, punggung, dan dada. Dapat
juga ditemukan pada kepala, leher dan ekstremitas.(3, 4, 6)
b. Pemeriksaan fisik
Warna lesi bervariasi dari putih pucat sampai hitam. Kadang sulit
dibedakan dengan nevus atau melanoma. Karena melanoma, karsinoma sel
basal, dan keganasan kulit lainnya dapat muncul pada keratosis seboroik.
Karena itu perlu diperhatikan jika terdapat pertumbuhan yang cepat,
simptomatik, atau lesi yang tidak biasa. (2)
6
Lesi yang telah berkembang penuh sering tampak mengalami
pigmentasi yang gelap dan tertutup oleh skuama berminyak.(3)
c. Pemeriksaan penunjang
7
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan
histopatologi. Keratosis seboroik terdiri sel basaloid dengan campuran sel
skuamosa. Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan tanda khas. Sarang-
sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama pada tipe irritated. Satu dari
tiga keratosis seboroik terlihat hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-
eosin. Setidaknya ada 5 gambaran histologi yang dikenal : akantosis (solid),
reticulata (adenoid), hiperkeratosis (papilomatous), clonal dan irritated.
Gambaran yang bertumpang tindih biasa dijumpai (2).
8
Gambar dikutip dari kepustaan (2)
Gambar dikutip dari kepustaan (2) Gambar dikutip dari kepustaan (2)
G. DIAGNOSIS BANDING
a) Melanoma Maligna(3)
Awalnya berupa tahi lalat yang berubah warna, ukuran, mulai timbul
gejala (terbakar, gatal, sakit), terjadi peninggian lesi, dan muncul lesi satelit.
Akademi dermatologi Amerika menekankan pentingnya evaluasi lesi
berpigmen, yaitu: A = asimetri, B = border irregularity, C = color
variegation, D = diameter lebih dari 0,6 mm (1).
9
Predileksi terutama pada wajah, jarang pada lengan, tangan, badan,
tungkai, dan kaki. Lesi dapat berupa papul atau nodul kecil dengan diameter
kurang 2 cm dengan tepi meninggi dan berwarna hitam atau coklat.
Permukaan tampak mengkilap, sering dijumpai telangiektasia dan kadang ada
skuama halus atau krusta tipis (1).
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi obat
2. Terapi operasi
10
berfrekuensi tinggi yang terkontrol untuk menghasilkan destruksi
jaringan secara selektif agar jaringan parut yang terbentuk cukup
estetis den aman baik bagi dokter maupun penderita. Tehnik yang
dapat dilakukan dalam bedah listrik adalah : elektrofulgurasi,
elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau elektrotomi,
elektrolisis den elektrokauter (3, 5).
I. PROGNOSIS
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman
bagi kesehatan individu. Lesi keratosis seboroik umumya tidak mengecil
namun akan bertambah besar dan tebal seiring dengan waktu, dan tidak
berubah menjadi ganas (2, 3).
11