Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Dasar Pengujian, Pengujian Bersifat Merusak dan


Tidak Merusak

Nama : Azis Sigit Wardoyo


NIM : 2018-11-127
Kelas : Teknik Tegangan Tinggi (B)
Jurusan: S1 Teknik Elektro

INSTITUT TEKNOLOGI PLN JAKARTA


2021

1
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pengetahuan
bahan listik dengan judul “dasar pengujian, pengujian bersifat merusak dan tidak
merusak " tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah- makalah selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dasar – Dasar Pengujian
2.2 Pengujian Bersifat Merusak
2.3 Pengujian Tidak Merusak

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Yang dimaksud dengan tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga


listrik (elektrik power engineering) adalah semua tegangan yang dianggap
cukup tinggi oleh kaum teknisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan
pengukuran tegangan tinggi yang semuanya bersifat khusus dan memerlukan
teknik-teknik tertentu (sujektif), atau dmana gejala-gejala tegangan tinggi
mulai terjadi (objektif). Batas yang menyatakan kapan suatu tegangan dapat
dikatakan tinggi H.V (high Voltage), dan kapan sudah ahrus dsebut tinggi
sekali E.H.V (Extra High Voltage) serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High
Voltage). Tegangan ini berbeda-beda untuk setiap negara atau perusahaan
tenaga listrik dinegara-negara tersebut, dan biasanya tergantung
kepada kemajuan tekniknya masing-masinng. Salah satu faktor yang
menentukan ialah tingginya tegangan transmisi yang dipakai. Sebagi mana
diketahui, ini tegantung kepada besarnya tenaga yang harus disalurkan dari
pusat-pusat listrik kepusat beban (load centres) dan jarak yang harus ditempuh
untuk memindahkan tenaga tersebut secara ekonomis. Dinegara –negara yang
sudah maju H.V. dianggap mulai pada tegangan 20-30 kV, E.H.V pada
tegangan 220 kV, sedangkan U.H.V pada tegangan 765 kV. Tentu saja harga-
harga tersebut dapat berubah menurut keadaan setempat dan kemajuan –
kemajuan yang tercapai.

Besarnya tegangan pengujian yang harus diterapkan pada pengujian


tegangan tinggi tergantung pada tegangan nominal alat lisrik yang diuji pada
standar yang berlaku. Tegangan tinggi yang diterapkan atau yang dialami oleh
sistem tenaga dapat berupa :

 Tegangan biasa (nominal) yaitu tegangan yang seharusnya dapat


ditahan oleh sistem tersebut untuk waktu yang tak terhingga.

 Tegagan lebih (Over Voltage) yang hanya dapat ditahan untuk waktu
terbatas.
Pada pengujian tegangan tinggi tersebut terdapat pengujian yang
bersifat merusak dan tidak merusak alat yang diuji, pengujian ang sifatnya
merusak pada umumnya terdiri dari tahap yang tegantung pada tingkat
tegangan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Adapun perumusan masalah dari pembahasan ini adalah :

- Apa itu Dasar – Dasar Pengujian ?

- Apa saja Pengujian Bersifat Merusak ?

- Apa saja Pengujian Tidak Merusak ?

1.3. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah :

- Menjelaskan Dasar – Dasar Pengujian


- Menjelaskan Pengujian Bersifat Merusak
- Memahami Pengujian Tidak Merusak
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Dasar - Dasar Pengujian Tegangan Tinggi

Pengujian pada peralatan tegangan tinggi dapat bersifat merusak


(destructive) maupun tidak merusak (non destructive).Pengujian yang sifatnya
merusak, misalnya, pengukuran tahanan isolasi, pengukuran faktor daya
dielektrik (dielectric power factor), pengukuran korona, dan sebagainya.
Pengujian yang sifatnya merusak umumnya terdiri dari tiga tahap yang
bergantung kepada tingkat tegangan.

 PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI

Dikelompokkan kedalam :

a. Pengujian sifat-sifat dielektrik temuan baru.

b. Pengujian untuk memeriksa kualitas isolasi peralatan listrik.

c. Mengetahui ketahanan isolasi peralatan dalam memikul


tegangan lebih yang terjadi

2.2. Pengujian Tidak Merusak

a. Pengukuran tahanan isolasi


b. Pengukuran faktor rugi-rugi dielektrik
c. Pengukuran korona
d. Pengukuran konduktivitas

a. PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI

Mengetahui besarnya tahanan isolasi dari suatu peralatan listrik


merupakan hal yang penting untuk menentukan apakah peralatan tersebut
dapat dioperasikan dengan aman.
Secara umum jika akan mengoperasikan peralat-an tenaga listrik
seperti generator, transformator dan motor, sebaiknya terlebih dahulu
memeriksa tahanan isolasinya, tidak peduli apakah alat tsb baru atau lama
tidak dipakai.
Untuk mengukur tahanan isolasi digunakan Megger (Mega Ohm
Meter).
Isolasi yg dimaksud adalah isolasi antara bagian yang bertegangan
dengan bertegangan maupun dengan bagian yang tidak bertegangan
seperti body / ground.
Meger adalah alat untuk mengukur besarnya nilai tahanan isolasi.

 Jenis megger adalah:


1. Megger dengan engkol sbg pembangkit tegangan. Sumber tenaga
pada megger jenis ini berasal dari generator pembangkit tenaga
listrik yang ada dalam alat ukur ini dan untuk membangkitkannya
poros megger harus diputar; dengan alat penunjukannya jarum
2. Megger dengan sumber tenaga dari baterai dan alat penunjukkanya
berupa jarum juga.Salah satu contoh penggunaan dari alat ukur ini
adalah untuk mengukur kemungkinan gangguan lain adalah
terjadinya hubung singkat pada belitan antar phasa, antara phasa
dengan bodi dan antar belitan pada phasa yang sama, Megger
digunakan untuk mengukur tahanan isolasi instalasi tegangan
menengah maupun tegangan rendah.
- Untuk instalasi tegangan menengah digunakan Megger dengan batas
ukur Mega sampai Giga Ohm dan tegangan alat ukur antara 5.000
sampai dengan 10.000 Volt arus searah.
- Untuk instalasi tegangan rendah digunakan Megger dengan batas ukur
sampai Mega Ohm dan tegangan alat ukur antara 500 sampai 1.000
Volt arus searah

Ketelitian hasil ukur dari Megger ditentukan oleh cukup tidaknya


tegangan generator / baterai yang dipasang pada alat ukur.
Dan banyak pula Megger yang mengeluarkan tegangan tinggi,
yang didapatkan dari baterai sebesar 8 – 12 volt (megger dengan sistem
elektronis).
Megger dgn bateri umumnya membangkit kan tegangan tinggi
yang jauh lebih stabil dibanding megger dengan generator yang diputar
dengan tangan.
 Prinsip pengukuran Megger

Prinsip pengukuran Megger sama dengan ohm meter, yaitu


memberikan tegangan dari alat ukur ke isolasi peralatan, dan karena nilai
resistance isolasi ini cukup tinggi maka diperlukan tegangan yang cukup
tinggi pula agar arus dapat mengalir.Tegangan pengukuran yang
digunakan tergantung pada tegangan kerja dari alat yang akan diukur.
Tegangan untuk mengetes isolasi dapat diubah2 tergantung pada
kelas isolasi yang digunakan seperti:

- Tegangan DC 500 Volt untuk mengukur rangkaian tegangan rendah


- Tegangan DC 1000 Volt s/d DC 5000 Volt untuk mengukur
rangkaian tegangan sampai dengan 6000 Volt.Besar tegangan
tersebut pada umumnya adalah : 500, 1000, 2000 atau 5000 volt

Batas pengukuran dapat bervariasi antara 0,02 sampai 20 ohm dan


5 sampai 5000 ohm dll, sesuai dengan sumber tegangan dari megger
tersebut.
Dengan demikian, maka sumber tegangan megger yang dipilih
tidak hanya tergantung dari batas pengukur, akan tetapi juga terhadap
tegangan kerja (system tegangan) dari peralatan ataupun instansi yang
akan diuji isolasinya.
Ada pun untuk mengetahui standart harga minimal hasil
pengukuran tahanan isolasi suatu peralatan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus pendekatan :
Dimana :
R = Tahanan isolasi minimal.
U = Tegangan kerja.
Q = Tegangan Megger.
1000 = Bilangan tetap.
2,5 = Faktor Keamanan (apabila baru).

b. Faktor Rugi-Rugi Dielektrik

Salah satu karakteristik material isolasi yang penting adalah faktor


daya atau tangen rugi-rugi dielektrik. Nilainya dapat digunakan sebagai
petunjuk bagaimana kualitas dielektrik tersebut. Karakteristik tangen delta
(tan δ) merupakan alat yang berharga untuk mengevaluasi dielektrik dan
cukup peka untuk mendeteksi dan menilai kerusakan dielektrik karena
telah dipergunakan dalam waktu yang cukup lama. Pengujian tangen δ
dapat menentukan apakah zat-zat kontaminan yang ada masih dalam batas
yang diizinkan.
Rugi dielektrik pada tegangan bolak-balik diakibatkan oleh rugi
polarisasi dan rugi konduksi dari ion. Sifat rugi-rugi ini merupakan ukuran
kualitas isolasi. Selain itu nilai-nilai tersebut juga dapat menjelaskan
mekanisme fisik yang terjadi dan dapat membantu pemilihan isolasi yang
sesuai untuk penerapan-penerapan khusus. Penempatan nilai fungsi tangen
δ = f (V) pada tegangan mula Ve dapat disimpulkan rugi-rugi ionik
tambahan, akan tetapi perubahan konduktivitas elektrolit yang bergantung
pada kuat medan juga menghasilkan bentuk kurva yang sama. Bentuk
tangen δ = f (V) menunjukkan nilai temperatur batas dengan rugi konduksi
ion melebihi rugi polarisasi ion. Rugi dielektrik dari suatu isolasi dengan
kapasitansi C pada frekuensi jaringan dapat dihitung dengan menggunakan
faktor disipasi

Pdiel = Ve ω C tan δ

dengan :
Pdiel = kekuatan dielektrik minyak transformator
Ve = tegangan awal
ω = frekuensi sudut (rad/s)
C = rugi dielektrik isolasi
Tan δ = faktor disipasi

Untuk menentukan kekuatan dielektrik dan breakdown dari suatu


minyak transformator yang belum dipakai, minyak campuran (minyak
transformator baru ditambah minyak transformator yang sudah dipakai),
dan minyak transformator yang sudah dipakai dapat dilakukan melalui
pengujian.
c. Pengukuran korona

Dengan semakin besarnya energi listrik yang disalurkan melalui


kawat transmisi, maka makin tinggi pula kerugiannya, Namun hal ini dapat
diminimalkan dengan menaikkan tegangan dari kawat tersebut, seperti
telah dijelaskan pada artikel tegangan transmisi dan rugi-rugi daya disini.
Akan tetapi dengan menaikkan tegangan kerja transmisi, akan timbul pula
faktor-faktor lain yang dahulunya belum kelihatan dan masih diabaikan.

Adapun faktor-faktor itu diantaranya:

 Adanya gejala korona yang semakin menonjol, yang berakibat


adanya kerugian energi dan gangguan RI (radio interference)
yang sifatnya merugikan.
 Dengan semakin tingginya tegangan maka timbul persoalan
mengenai isolasi kawat, bentuk tower dan mungkin prosedur
pengoperasiannya yang berbeda.
 Timbulnya masalah isolasi pada alat-alat yang menyebabkan
perubahan konstruksi sehingga perlu menyelidiki lebih lanjut
mengenai bahan-bahan isolasi.

Semua hal tersebut diatas, mengakibatkan kenaikan investasi yang


lebih tinggi sehingga diperlukan penyelidikan, penyesuaian konstruksi,
operasi dan lain-lain. Sedangkan persoalan yang akan dibahas disini
hanyalah masalah yang pertama, yaitu timbulnya gejala korona.

d. Pengukuran konduktivitas

Conductivity atau juga sering disebut dengan konduktivitas


merupakan kemampuan dalam menghantarkan listrik oleh suatu benda.
Dalam suatu larutan konduktivitas ini sering dihubungkan dengan
kemampuan suatu larutan dalam menghantarkan listrik yang tentunya
sangat bergantung pada banyaknya ion di dalam larutan tersebut.
Nilai / parameter konduktivitas ini sering dijadikan salah satu
parameter dari kualitas air di dalam suatu industri terutama industri
farmasi selain nilai pH, TOC dan lain sebagainya.

Alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengukur nilai


conductivity dalam suatu larutan disebut dengan conductivity meter. Saat
ini dimana teknologi sudah serba canggih, conductivity meter biasanya
sudah build in dengan alat ukur parameter lain seperti pH, TDS, dll.

Pengukuran dari conductivity / konduktivitas sangat dipengaruhi


oleh nilai temperatur. Bahkan suatu larutan standar conductivity pun akan
memberikan perbedaan yang besar apabila terjadi perbedaan temperatur.
Hal ini bisa anda buktikan sendiri dengan cara mengukur nilai standar
tersebut pada suhu yang sudah tertera disertifikat standar, kemudian
mengukur larutan yang sama pada temperatur yang berbeda.

Ada beberapa brand larutan standar yang memberikan nilai


konversi perubahan nilai conductivitynya (sangat disarankan teman teman
membeli larutan yang jenis ini untuk kegiatan kalibrasi conductivity)
tetapi ada juga yang tidak memberikan nilai konversinya.

Dalam prakteknya di lapangan, larutan yang diukur nilai


konduktivitas nya sangatlah mudah sekali berubah, sehingga tak jarang
pada saat ini banyak sekali perusahaan lebih suka memakai yang sistem
inline (terutama banyak digunakan di industri farmasi) dimana
konduktivitas diukur dengan conductivity meter yang langsung terangkai
dalam sistem pipa bersangkutan.

Point penting yang juga diperhatikan terhadap alat ukur


conductivity meter adalah lakukan verivikasi terhadap instrument dengan
menggunakan standar solution paling tidak pada rentang dimana alat ini
akan digunakan, karena hampir mirip seperti pH meter dimana komponen
pengukurnya adalah probe / elektroda yang mempunyai sifat sangat
sensitif. Standar conductivity dapat kita temukan di pasaran mulai dari 1
mikrosiemens sampai dengan 112 milisiemens.
Conductivity meter adalah alat untuk mengukur nilai
konduktivitas listrik (specific/electric conductivity) suatu larutan atau
cairan. Nilai konduktivitas listrik sebuah zat cair menjadi referensi atas
jumlah ion serta konsentrasi padatan (Total Dissolved Solid / TDS) yang
terlarut di dalamnya. Pengukuran jumlah ion di dalam suatu cairan
menjadi penting untuk beberapa kasus.

Konsentrasi ion di dalam larutan berbanding lurus dengan daya


hantar listriknya. Semakin banyak ion mineral yang terlarut, maka akan
semakin besar kemampuan larutan tersebut untuk menghantarkan listrik.
Sifat kimia inilah yang digunakan sebagai prinsip kerja conductivity
meter.

Sebuah sistem conductivity meter tersusun atas dua elektrode, yang


dirangkaikan dengan sumber tegangan serta sebuah ampere meter.
Elektrode-elektrode tersebut diatur sehingga memiliki jarak tertentu antara
keduanya (biasanya 1 cm). Pada saat pengukuran, kedua elektrode ini
dicelupkan ke dalam sampel larutan dan diberi tegangan dengan besar
tertentu. Nilai arus listrik yang dibaca oleh ampere meter, digunakan lebih
lanjut untuk menghitung nilai konduktivitas listrik larutan.

2.3. Pengujian Bersifat Merusak Meliputi :

a. Pengujian ketahanan (Withstand Test)


b. Pengujian Peluahan (Discharge Test)
c. Pengujian Kegagalan (Breakdown Test)

a. Pengujian ketahanan (Withstand Test)

Pengujian ketahanan (Withstand Test) : tegangan diberikan pada


benda uji bertahap sampai suatu nilai diatas tegangan normalnya.
Kemudian tegangan dipertahankan tetap dalam waktu terbatas, jika isolasi
peralatan tidak tahan memikul tegangan lebih tersebut,akan terjadi arus
bocor yang besar.

b. Pengujian Peluahan (Discharge Test)


Pengujian Peluahan (Discharge Test) : mengukur tegangan yang
membuat terjadinya peluahan pada benda uji. tegangan uji diberikan diatas
tegangan pengujian ketahanan dan dinaikkan secara bertahap sampai
terjadi peluahan, hasil pengukuran dinyatakan dalam keadaan standar.

c. Pengujian Kegagalan (Breakdown Test)

Pengujian kegagalan (Breakdown Test) : mengukur tegangan


tembus benda uji, tegangan ini lebih tinggi dari tegangan peluahan dan
dinaikkan secara bertahap sampai benda uji tembus listrik.
BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Pada pengujian tidak merusak terdapat beberapa jenis yaitu Pengukuran


tahanan isolasi, Pengukuran faktor rugi-rugi dielektrik, Pengukuran
korona dan Pengukuran konduktivitas.
2. Kemudian pada pengujian bersifat merusak terdapat beberapa jenis
yaitu Pengujian ketahanan (Withstand Test), Pengujian Peluahan
(Discharge Test) dan Pengujian Kegagalan (Breakdown Test).
DAFTAR PUSTAKA

https://deltaengineer.wordpress.com/2012/09/10/pengukuran-tahanan-
isolasi/#:~:text=Untuk%20mengukur%20tahanan%20isolasi%20digunakan
%20Megger%20%28Mega%20Ohm,mengukur%20besarnya%20nilai
%20tahanan%20isolasi.%20Jenis%20megger%20adalah%3A

https://mappiara.blogspot.com/2011/02/pengujian-tegangan-tinggi.html?
view=magazine

https://arsipazhari.blogspot.com/2011/11/faktor-rugi-rugi-dielektrik.html

https://www.bing.com/search?
q=Pengukuran+korona+dalam+tegangan+tinggi&qs=n&form=QBRE&sp=-
1&pq=pengukuran+korona+dalam+tegangan+tinggi&sc=0-
39&sk=&cvid=A45E7DA56E594A80AE7ADBB99B05C069

https://www.bing.com/search?q=d.
%09Pengukuran+konduktivitas&qs=n&form=QBRE&sp=-1&pq=d.
+pengukuran+konduktivitas&sc=0-
27&sk=&cvid=6F08258A391B4D7CA1F66DD2ABA20691

Anda mungkin juga menyukai