Anda di halaman 1dari 56

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK

DENGAN KASUS GASTROENTERITIS DI INSTALASI RAWAT INAP


RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL DI YOGYAKARTA PERIODE
JANUARI-JUNI 2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Winarti Rambu Tagu Dima

NIM: 168114068

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
Persetujuan Pembimbing

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK


DENGAN KASUS GASTROENTERITIS DI INSTALASI RAWAT INAP
RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL DI YOGYAKARTA PERIODE
JANUARI-JUNI 2019

Skripsi yang diajukan oleh :

Winarti Rambu Tagu Dima

NIM: 168114068

Telah disetujui oleh

Pembimbing Utama

apt. Dra. T. B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes.,Ph.D.


Pengesahan Skripsi Berjudul

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK


DENGAN KASUS GASTROENTERITIS DI INSTALASI RAWAT INAP
RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL DI YOGYAKARTA PERIODE
JANUARI-JUNI 2019

Oleh:

Winarti Rambu Tagu Dima

NIM: 168114068

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Pada tanggal:..1...8..M
...a
..r..e..t..2.0..2.1
.......

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(Dr. Yustina Sri Hartini, Apt.)

Panitia Penguji: Tanda tangan

1. apt. Dra. T. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D.

2. apt. Dr. Yosef Wijoyo M.Si.

3. apt. Putu Dyana Christasani M.Sc.


HALAMAN PERSEMBAHAN

Kata Yesus kepadanya : “Karena engkau telah melihat Aku, maka


engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun
percaya.” (Yohanes 20:29)

“Berbahagialah orang yang tidak meragukan Dia”

Karya ini kupersembahkan untuk :


Tuhan Yesus,
Bapak, Ibu dan kakak-kakak tercinta
Keluarga besar dan sahabat terkasih
Serta Almamater tercinta Universitas Sanata
Dharma
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak termuat


dalam karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini,


maka saya bersedia menganggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 25 Februari 2021

Penulis

Winarti Rambu Tagu Dima


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Winarti Rambu Tagu Dima

Nomor Mahasiswa : 168114068

Demi Pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK


DENGAN KASUS GASTROENTERITIS DI INSTALASI RAWAT INAP
RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL DI YOGYAKARTA PERIODE
JANUARI-JUNI 2019

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 25 Februari 2021

Yang menyatakan

Winarti Rambu Tagu Dima


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan naskah
skripsi yang berjudul “ Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Anak
dengan Kasus Gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati
Bantul di Yogyakarta Periode Januari-Juni 2019” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dahrma.

Penulis menyadari bahwa berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
dalam proses penyusunan naskah skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis
sampaikan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus karena telah mengizinkan penulis menyelesaikan dan


melancarkan penyusunan naskah penelitian ini.
2. Ibu Dra. T. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes.,Ph.D., Apt. selaku dosen
pembinmbing skripsi yang telah membimbing, mendedikasikan waktu dan
membagikan ilmunya melalui kritikan dan saran demi menyempurnakan
naskah penelitian ini.
3. Bapak Dr.Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt. dan Ibu Putu Dyana Christasani,
M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas semua saran dan dukungan yang
diberikan.
4. Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Duta Wacana Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
5. RSUD Panembahan Senopati Bantul yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
6. Ibu Puji selaku ketua ruangan Rekam Medis yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini agar menjadi hasil karya yang lebih baik lagi.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkebangan
ilmu pengetahuan khusunya dibidang kesehatan. Terima Kasih dan Tuhan
Memberkati. Yogyakarta, 25 Februari 2021

Penulis

(Winarti Rambu Tagu Dima)


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................ ii

HALAMAN ENGESAHAN ................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. v

PRAKATA ............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix

DAFTRA LAMPIRAN ........................................................................................... xi

ABSTRAK ............................................................................................................. xii

ABSTRACK ........................................................................................................... xiii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

METODOLOGI PENELITIAN............................................................................... 3

Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................................... 3

Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 3

Populasi dan Sampel .......................................................................................... 3

Kriteria Inklusi dan Kriterian Eksklusi................................................................ 3

Alat dan Bahan Penlitian .................................................................................... 4

Jenis Data dan Teknik Sampling......................................................................... 5

Jenis data.................................................................................................. 5

Teknik Sampling ...................................................................................... 5

Variabel Penelitian ............................................................................................. 5

Defenisi Operasional` ......................................................................................... 6

Tata Cara Penelitian ........................................................................................... 6


Persiapan Awal ........................................................................................ 6

Permohonan Ethical Clearence................................................................. 6

Pengambilan Data .................................................................................... 7

Pengolahan dan Analisis Data................................................................... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9

Karakteristik Pasien berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ......................... 9

Karakteristik Pasien berdasarkan Gejala/Penyakit..................................... 9

Distribusi Pasien berdasarkan Keluhan Utama .......................................... 10

Distribusi pasien berdasarkan lama rawat inap dengan outcome klinik ...... 11

Proril penggunaan antibiotik ..................................................................... 11

Distribusi rute pemberian antibiotik pada pasien .............................. 17

Evaluasi Rasinalitas Penggunaan Antibiotik .................................... 20

Kesesuaian Penggunaan Antibiotik dengan Formularium RS ........... 20

Rasionalitas Penggunaan Antibiotik ................................................ 21

Tepat Indikasi ............................................................................. 22

Tepat Obat .................................................................................. 25

Tepat pasien................................................................................ 29

Tepat dosis ................................................................................. 30

Tepat rute pemberian .................................................................. 32

Tepat cara pemberian .................................................................. 34

KESIMPULAN dan SARAN ........................................................................ 37

Kesimpulan .............................................................................................. 37

Saran ....................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 38

LAMPIRAN ................................................................................................. 40
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Karakteritik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ................. 9

Tabel 2 Distribusi Gejala/Keluhan Penyakit .................................................. 11

Tabel 3 Deskripsi Lama Perawatan Pasien .................................................... 12

Tabel 4 Jenis Antibiotik yang Digunakan ...................................................... 14

Tabel 5 Cara Penggunaan Antibiotik pada Pasien .......................................... 19

Tabel 6 Kesesuaian Antibiotik dengan Formularium RS ............................... 22

Tabel 7 Distribusi Tepat Indikasi ................................................................. 23

Tabel 8 Distribusi Tepat Obat ...................................................................... 24

Tabel 9 Distribusi Tepat Pasien .................................................................... 30

Tabel 10 Distribusi Tepat Dosis ................................................................... 31

Tabel 11 Distribusi Tepat Cara Pemberian ................................................... 33

Tabel 12 Distribusi Lama Pemberian ........................................................... 35


DAFTAR LAMPIRAN

Ethical Cleanrence ...................................................................................... 41

Surat Ijin Penelitian RS ................................................................................ 42

Surat Pengantar Penelitian ........................................................................... 43


ABSTRAK

Gastroentertis merupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran


pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri, virus
dan parasit. Gastroenteritis masih merupakan penyebab kematian utama didunia,
terhitung 5-10 juta kematian per tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari
tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit gastroenteritis. Menurut
World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 setiap tahunnya terdapat 1,7
miliar kasus peyakit gastroenteritis yang terjadi pada anak dengan angka kematian
sekitar 525.000 anak balita. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Intensitas penggunaan
antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan
ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara
tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan
antibiotik. Penelitan ini bertujuan untuk melakukan evaluasi penggunaan
antibiotika pada pasien anak dengan kasus Gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap
RS Panembahan Senopati Bantul Di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif analitik dengan pengumpulan data secara retrospektif dan
dianalisis secara deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 96 pasien anak gastroenteritis
di instalasi rawat inap periode Januari – Juni 2019, diperoleh jenis antibiotik yang
digunakan adalah Cefotaxime (37,5%), Ceftriaxone (19,80%), Ampicillin
(11,46%), Metronidazole (8,34%), Cefixime (10,42%). Evaluasi penggunaan
antibiotik pada pasien anak gastroenteritis berdasarkan Formularium Rumah Sakit
sebesar 100% dan menurut World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines (WGO 2012) meliputi tepat indikasi 89,59, tepat obat 89,59%, tepat
pasien 100%, tepat dosis 94,80%, tepat cara pemberian 100% dan tepat lama
pemberian 97,91%.

Kata kunci : Antibiotik, Gastroenteritis, Evaluasi Rasionalitas, Pasien Anak


ABSTRACT

Gastroentertis is a collection of symptoms of infection in the digestive tract that


can be caused by several organisms such as bacteria, viruses and parasites.
Gastroenteritis is still the leading cause of death in the world, accounting for 5-10
million deaths per year. The magnitude of the problem can be seen from the high
morbidity and mortality rates due to gastroenteritis. According to the World
Health Organization (WHO) in 2013 each year there were 1.7 billion cases of
gastroenteritis that occurred in children with a mortality rate of around 525,000
children under five. Antibiotics are the most widely used drugs for infections
caused by bacteria. The relatively high intensity of antibiotic use causes various
problems and is a global threat to health, especially bacterial resistance to
antibiotics. Various studies have found that about 40-62% of antibiotics are used
inappropriately, among other things, for diseases that do not require antibiotics.
This study aims to evaluate the use of antibiotics in pediatric patients with
gastroenteritis cases in the Inpatient Installation of Panembahan Senopati Bantul
Hospital in Yogyakarta. This research is a descriptive analytic study with
retrospective data collection and analyzed descriptively. The sampling technique
used was purposive sampling. The results showed that out of 96 pediatric
gastroenteritis patients in the inpatient installation for the period January - June
2019, the types of antibiotics used were Cefotaxime (37.5%), Ceftriaxone
(19.80%), Ampicillin (11.46%), Metronidazole. (8.34%), Cefixime (10.42%).
Evaluation of the use of antibiotics in gastroenteritis pediatric patients based on
the Hospital Formulary for 100% and according to the World Gastroenterology
Organization Global Guidelines (WGO 2012) includes 89.59 precise indications,
89.59% correct drug, 100% correct patient, 94.80% correct dose , 100% correct
method of administration and 97.91% correct duration of administration.

Keywords: Antibiotics, Gastroenteritis, Evaluation of Rationality, Pediatric


Patients
PENDAHULUAN

Gastroenteritis merupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi pada


saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme
seperti bakteri, virus dan parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya
menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui makanan dan minuman
yang telah tercemar oleh organisme tersebut (food borne disease)
(Depkes RI, 2011).
Gastroenteritis masih merupakan penyebab kematian utama
didunia, terhitung 5-10 juta kematian per tahun. Besarnya masalah
tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit diare. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun
2013 setiap tahunnya terdapat 1,7 miliar kasus peyakit gastroenteritis
yang terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 anak
balita. Prevalensi kejadian gastroenteritis pada tahun 2013, penderita yang
terkena gastroenteritis di Indonesia dialami oleh semua umur namun
prevalensi tertinggi penyakit gastroenteritis diderita oleh balita terutama
pada usia <1 tahun (7%) dan 1-4 tahun (6,7%)( Basailin et al, 2018).
Berdasarkan data United Nation Children’s Fund (UNICEF) dan
World Health Organization (WHO) (World Health Organization, 2013),
secara global terdapat dua juta anak meninggal dunia setiap tahunnya
karena gastroenteritis. Jumlah penderita Kejadian Luar Biasa (KLB)
gastroenteritis tahun 2013 di Indonesia menurun secara signifikan
dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada tahun
2013. KLB gastroenteritis pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan
penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus
( Hartati,2018).
Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi
bakteri. Antibiotika bisa bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau
bakteriostatik (mencegah berkembangbiaknya bakteri) (Permenkes,
2011). Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan
berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan

15
terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada
morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap
ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di
tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan
masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae (SP), Staphylococcus
aureus, dan Escherichia coli.
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu
obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara
lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus, antiprotozoa. Berbagai
studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara
tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak
memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik di
berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak
didasarkan pada indikasi (Permenkes,2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartikaningrum


(2015) bahwa penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap anak
penderita Gastroenteritis di RSUD Kota Madiun periode November-
Desember, pada analisis kesesuaian tepat indikasi sebanyak 59,02% yang
artinya tidak tepat indikasi sebanyak 40,98% dan tepat dosis sebanyak
78,85% yang artinya presentase tidak tepat dosis sebanyak 21,15 %.
Sedangkan untuk tepat obat dan tepat pasien sbanyak 100%. Berdasarkan
permasalahan di atas, maka alasan dilakukan penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik pada pasien panak
dengan kasus Gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul di Yogyakarta pada tahun 2019.

16
METODE PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian non-eksperimental dengan


pendekatan deskriptif analitik, pengambilan data secara retrospektif dengan
melihat rekam medis pasien anak dengan kasus gastroenteritis di Instalasi
Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul di Yogyakarta. Data yang diambil
berupa catatan rekam medik penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan
kasus gastroenteritis berdasarkan kategori tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat
obat, tepat dosis, tepat pasien, tepat interval waktu. Pengolahan data dilakukan
dengan rancangan deskriptif, yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk
melakukan menggambarkan terhadap kejadian yang ditemukan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Ruang Penyimpanan Rekam Medis di


Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta dan pengambilan data
dilaksanakan pada bulan Januari.

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah pasien anak berusia 2-12 tahun yang
didiagnosis Gastroenteritis yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul pada periode Januari-Juni 2019.

Pada penelitian ini sampel yang diteliti dihitung menggunakan rumus:

𝑍₁₋ₐ/₂² (1 − 𝑃)
n=
𝑑²

17
Keterangan:

n = Besar sampel
𝑍₁₋ₐ/₂² = Nilai Z pada derajat kemaknaan = 95%
P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap
populasi, bila tidak diketehui
proporsinya, ditetapkan 50% (0,50%)
d = Derajat penyimpangan terhadap
populasi yang diinginkan 10% (0,10)
1,96 2𝑋0,50(1 − 0,50)
n= = 96,04
0,102
(Notoadmodjo,2012).
Jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian ini sebesar 96 rekam
medis pasien yang memenuhi krteria inklusi.

Kriterian Inklusi dan Kriteria Eksklusi

Kriteria Inklusi

1. Pasien dengan diagnosis Gastroenteritis, berusia 2-12 tahun yang


menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati
Bantul pada periode 6 bulan yaitu Januari-Juni 2019.

2. Data rekam medis lengkap, minimal memuat: nomor rekam medis, umur,
jenis kelamin, keadaan keluar, nama antibiotik, dosis, aturan pakai,
frekuensi penggunaan antibiotika.

Kriteria Eksklusi

Data rekam medis yang tidak lengkap meliputi nomor rekam


medis, umur, jenis kelamin, berat badan untuk anak-anak, keadaan
keluar, nama antibiotik, dosis, aturan pakai,frekuensi penggunaan
antibiotika.

18
Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah buku pustaka berupa
Formularium Rumah Sakit dan World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines (WGO 2012) dan tatalaksana diare akut menurut Amin (2015).

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sumber data berupa
rekam medis dari pasien anak dengan kasus gastroenteritis di Instalasi Rawat
Inap RS Panembahan Senopati Bantul di Yogyakarta.

Jenis Data dan Teknik Sampling

Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari Rekam Medis pasien yang dirawat di Instalasi Rawat Inap pada
periode Januari-Juni 2019 di RS Panembahan Senopati Bantul di Yogyakarta
yang meliputi resep dan kelengkapan data pasien ( seperti umur, jens kelamin,
diagnosa, hasil pemeriksaan laboratorium ).

Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling,


yaitu dengan cara mengambil data setiap pasien yang memenuhi kriteria
penelitian secara keseluruhan berurutan dimasukkan ke dalam penelitian
sampai kurun waktu tertentu. Kriteria yang dipakai dalam penelitian ini
adalah pasien anak yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul dengan kasus Gastoenteritis periode Januari-Juni 2019,
berusia 2-12 tahun, mendapatkan terapi antibiotik, dan memiliki data rekam
medis lengkap minimal meliputi nomor rekam medis, umur, jenis kelamin,
nama antibiotik, dosis, aturam pakai dan frekuensi penggunaan
antibiotika.

19
Variabel Penelitian

1. Umur, jenis kelamin, lama rawat inap dengan outcome klinik pada
pasien anak dengan kasus gastroenteritis.
2. Rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan
kasus Gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul di Yogyakarta periode Januari- Juni 2019
berdasarkan kategori tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat obat,
tepat dosis, tepat pasien, tepat interval waktu.

Definisi Operasional

a. Evaluasi penggunaan obat pada anak yang mengalami


gastroenteritis berdasarkan tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat
obat, tepat dosis, tepat pasien, tepat interval waktu pada pasien
anak penderita diare di instalasi rawat inap RS Panembahan
Senopati Bantul.

b. Tepat diagnosis adalah jika obat tersebut diberikan sesuai dengan


diagnosis yang diberikan.
c. Tepat indikasi adalah pemilihan obat yang sesuai dengan indikasi
gastroenteritis dan diberikan sesuai dengan diagnosa.
d. Tepat pasien adalah ketepatan pemilihan obat yang tidak
dikontraindikasikan pada pasien anak penderita diare.
e. Tepat obat adalah pemilihan obat berdasarkan dengan efek terapi
yang sesuai dan merupakan drug of choice.
f. Tepat dosis adalah ketepatan dalam besaran dosis, frekuensi,
durasi yang di berikan untuk balita penderita diare.
g. Tepat interval waktu pemberian artinya obat diberikan
berdasarkan waktu minumnya.

20
Tata Cara Penelitian
Persiapan Awal
Pada tahap ini peneliti mengajukan surat izin dari fakultas ke pihak
RS Panembahan Senopati Bantul di Yogyakarta untuk mendapatkan izin
penelitian.
Permohonan Ethical Clearence
Prosedur dalam penelitian ini telah disetujui oleh Komisis Etik
Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta dengan nomor
1227/C.16/FK/2021.
Pengambilan Data
Pengambilan data dimulai dengan melihat Rekam Medis pasien
Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul yang memenuhi kriteria Inklusi
untuk dijadikan sampel yang meliputi nama pasien, nomer rekam medik,
diagnosa, umur, berat, nama obat, dosis obat, rute pemberian, frekuensi
pemberian, durasi pemberian, dan tanggal pemberian.

Pengolahan dan Analisis Data

1. Data karakteristik umum pasien mencakup jenis kelamin, lama rawat


inap dengan outcome klinik pada pasien anak dengan kasus
gastroenteritis diolah menjadi bentuk tabel yang menyajikan jumlah
dan persentasenya.
2. Data penggunaan antibiotik dan rute pemberian terapi antibiotik pada
pasien anak yang terjadi selama pasien rawat inap sampai pulang
diolah menjadi bentuk tabel yang menyajikan jumlah dan
persentasenya.
3. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel
untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien anak
dengan kasus Gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul di Yogyakarta periode Januari-Juni 2019 yang
berdasarkan kategori tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat obat, tepat

21
dosis, tepat pasien, tepat interval waktu pemberian sesuai FRS dan
World Gastroenterology Organisation Global Guidelines (WGO
2012).
4. Data hasil evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien anak
dengan kasus gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul di Yogyakarta periode Januari-Juni 2019 dapat
diketahui menjadi bentuk tabel yang menyajikan jumlah dan persentase
kesesuian

22
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan data rekam medis pasien anak gastroenteritis


dengan usia 2-12 tahun yang diperoleh dari bagian Instalasi Rekam Medik RS
Panembahan Senopati Bantul periode Januari-juni 2019. Data rekam medik yang
diperoleh dari instalasi rekam medik RS Panembahan Senopati Bantul periode
Januari-Juni 2019 yang menggunakan antibiotik dan didiagnosis gastroenteritis
berjumlah 130 pasien dan diperoleh 96 kasus yang memenuhi kriteria inklusi
sebagai bahan penelitian yang mempunyai data rekam medis lengkap meliputi
jenis kelamin, umur, jenis obat yang digunakan, rute pemberian, dosis, frekuensi
pemberian, serta lamanya pemberian obat.

Karakteristik Pasien berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Pengelompokan pasien berdasarkan jenis kelamin bertujuan untuk


mengetahui banyaknya pasien anak gastroenteritis dengan usia 2-12 tahun yang
menggunakan terapi antibotik pada jenis kelamin tiap kelompok terapi.

Tabel 1. distribusi jenis kelamin dan usia pada pasien anak dengan kasus
gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul
periode Januari-Juni 2019
Karakteristik Kategori Jumlah Sampel Persentase %
Sampel (n=96) (n=96)
Jenis Kelamin Laki-laki 53 55,20%
Perempuan 43 44,80%
Umur 2-4 th 77 80,20%
5-7 th 11 11,46%
8-10 th 8 8,34%

23
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa pasien anak terdiagnosis
gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul
periode Januari-Juni 2019 lebih banyak pasien berjenis kelamin laki-laki
dibandingkan jenis kelamin perempuan. Pasien laki-laki ditemukan sebanyak
53 pasien dengan persentase 55,20%, sedangkan pasien dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 43 pasien dengan persentase 44,80%.

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa usia pasien yang paling banyak


terdiagnosis gastroenteritis pada usia 2-4 tahun yaitu sebanyak 77 pasien
(80,20%). Selanjutnya pada usia 5-7 tahun sebanyak 11 pasien (11,46%) dan
yang berusia 8-10 tahun sebanyak 8 pasien (8,34%). Pasien pada kelompok
usia 1-5 tahun lebih rentan terjadi atau beresiko mengalami Diare. Pada
penenelitian yang dilakukan oleh Korompis dkk (2013), yang menjelaskan
bahwa rentang usia dimana anak mulai aktif bermain dan sistem imunitas anak
belum sempurna. Sistem imunitas yang belum sempurna menyebabkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit infeksi menjadi berkurang, sehingga anak
mudah terinfeksi bakteri penyebab diare pada saat bermain di lingkungan
yang kotor serta menerapkan cara hidup yang kurang bersih.

Menurut Kemenkes (2011) tersebar di semua kelompok umur dengan


prevalensi tertinggi terjadi pada anak balita (1-4 tahun). Sedangkan menurut
jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama. Pada hasil
penelitian ini ada perbedaan hasil pada pasien berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan yang dikarenakan pengambilan sampel tidak secara total tetapi
hanya sampel yang dipilih dan memenuhi kriteria inklusi, sehingga idak dapat
menggambarkan distribusi secara keseluruhan.

24
Karakteristik Pasien berdasarkan Gejala/Penyakit
Gastroenteritis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi atau
peradangan pada saluran pencernaan. Hal ini ditandai dengan mual, muntah,
diare dan kram perut. Gejala lain termasuk demam, sakit kepala, darah atau
nanah dalam feses, kehilangan nafsu makan, kembung, lesu dan nyeri tubuh
(Anonim,2010). Gejala atau keluhan penyakit yang banyak dialami oleh
pasien anak dengan diagnosis gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS
Panembahan Senopati Bantul adalah diare sebanyak 100%, mual muntah
69,80%, demam 54,16%, lemas/lesu 23,95% serta nyeri perut 14,58% (Tabel
2).

Distribusi Pasien berdasarkan Keluhan Utama


Pengelompokan pasien berdasarkan keluhan utama pasien bertujuan
untuk mengetahui gejala atau keluhan penyakit yang banyak dialami oleh
pasien anak dengan gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019 adalah diare, mual muntah,
demam, lemas/lesu, feses berampas, nafsu makan berkurang dan nyeri perut.
Tabel 2. menunjukan distribusi berdasarkan keluhan utama pasien anak
dengan kasus gastroenteritis.

Tabel 2. Distribusi gejala/keluhan penyakit gastroenteritis pada anak di


Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode Januari-
Juni 2019
Gejala/keluhan Jumlah pasien Persentase n=96
Diare 96 100%
Mual,muntah 67 69,80%
Demam 96 100%
Lemas/lesu 23 23,95%
Nyeri perut 96 100%
Feses berampas 33 48,53%
Nafsu makan/minum 10 14,71%
berkurang

25
Jumlah pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul periode Januari-Juni yang memenuhi kriteria inklusi adalah
sebanyak 96 pasien. Distribusi keluhan utama pasien anak dengan gastroenteritis
seperti diare, demam, nyeri perut dirasakan oleh semua pasien (n=96) dengan
persentase 100% hal ini karena setiap pasien memiliki gejala dan keluhan lebih
dari satu. Gejala penyerta dapat berupa mula muntah, lemas/lesu, feses berampas
(Saputri, Isnanto dan Windasari 2017).

Distribusi pasien berdasarkan lama rawat inap dengan outcome klinik


Pengelompokan pasien berdasarkan berdasarkan lama rawat inap
bertujuan untuk mengetahui berapa lama rata-rata rawat inap tiap pasien anak
gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode
Januari-Juni 2019.

Tabel 3. Deskripsi lama perawatan pasien anak dengan kasus


gastroenteritis di Instalasi Raw at Inap RS Panembahan Senopati Bantul
Lama perawatan Jumlah pasien Outcome Persentase n=96
(hari) klinik
3-4 43 Membaik 44,80%
5-6 41 Membaik 42,70%
7-8 12 Membaik 12,5%
Total pasien 96 100%

Jumlah pasien anak terdiagnosis gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS


Panembahan Senopati Bantul yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 96
pasien. Distribusi pasien dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan
lama rawat inap yaitu jumlah terbanyak dirawat inap dalam rentang waktu 3-4
hari sebanyak 43 pasien (44,80), 5-6 hari sebanyak 41 pasien (42,70%) dan 7-8
hari sebanyak 12 pasien (12,5%).

Penelitian yang dilakukan Fithria dan Di’fain (2015) tentang rasionalitas


terapi antibiotik pada pasien diare akut anak usia 1-4 tahun di Rumah Sakit
Banyumanik Semarang tahun 2013 pada distribusi lama perawatan dengan
outcome klinik rata-rata pasien anak gastroenteritis menjalani rawat inap 3-4 hari.
Periode perawatan yang singkat tersebut kemungkinan disebabkan kondisi pasien

26
yang sudah membaik, tidak mengalami dehidrasi berat, serta diijinkan untuk
pulang sehingga perawata dapat diteruskan di rumah.

Lama rawat inap pada pasien anak dengan gastrointeritis di RS


Panembahan Senopati Bantul jumlah terbanyak dirawat inap dalam rentang waktu
3-4 hari berdasarkan dengan seberapa keparahan kasus diare yang diderita pasien
dan keefektifan obat yang diberikan kepada pasien sehingga meunjukan kondisi
pasien mengalami perbaikan dan berkurangnya frekuensi BAB, berkurangnya rasa
mual dan muntah, dan tidak adanya darah pada feses. Pada pasien yang dirawat
lebih dari 5 hari adalah pasien yang mengalami gastroenteritis dengan dehidrasi
sedang sampai berat sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
menyebuhkan gastroenteritisnya.

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Pengelompokan pasien berdasarkan profil penggunaan antibiotik bertujuan


untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik yang digunakan pada pasien anak
dengan gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul
periode Januari-Juni 2019 Cefotaxime, Ceftriaxone, Cefixim, Metronidazole,
Ampicilin, Levofloxacin dan Meropenem yang meliputi jenis terapi, jenis
antibiotik, golongan antibiotik yang akan disajikan dalam bentuk tabel disertai
beberapa penjelasan singkat. Jenis terapi antibiotik yang diberikan meliputi obat
tunggal, obat kombinasi dan obat yang diganti.

Tabel 4. Jenis antibiotik yang digunakan pada pasien anak dengan kasus
gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul

Jenis Terapi Jenis Golongan Jumlah Persentase


Antibiotik (n=96)
Tunggal Apicilin Penisilin 11 11,46%
Cefotaxime Sefalosporin 36 37,5%
generasi ke 3
Cefixime Sefalosporin 10 10,42%
generasi ke 3
Ceftriaxone Sefalosporin 19 19,80%
generasi ke 3
Metronidazole Nitroimidazole 8 8,34%

27
Jenis Terapi Jenis Golongan Jumlah Persentase
Antibiotik (n=96)
Kombinasi Ampicilin Penislin ganti 2 2,08%
ganti Sefalosporin
Cefotaxime generasi ke 3
Ampicilin Penislin ganti 1 1,04%
ganti Sefalosporin
Ceftriaxone generasi ke 3
Cefotaxime Sefalosporin 2 2,08%
ganti generasi ke 3
Ceftriaxone ganti
Sefalosporin
generasi ke 3
Ceftriaxone Sefalosporin 1 1,04%
ganti generasi ke 3
Cefixime ganti
Sefalosporin
generasi ke 3
Metronidazole Nitriimidazole 1 1,04%
+ Ceftriaxone + Sefalosporin
generasi ke 3
Meropenem + Karabapenem 1 1,04%
Levofloxaxin +
Flouroquinolon
Cefotaxime + Sefalosporin 2 2,08%
Ampicilin generasi ke 3 +
Penisilin

Tabel 4 menunjukan bahwa jumlah pasien anak dengan gastroenteritis di


Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019
yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 96 pasien. Profil penggunaan
antibiotik yang meliputi jenis terapi, jenis antibiotik dan golongan antibiotik. Jenis
terapi meliputi penggunaan antibiotik tunggal dan penggunaan antibiotik
kombinasi bahkan penggunaan antibiotik yang kemudian diganti.

Pasien anak gastroenteritis yang paling banyak menggunakan jenis sediaan


tunggal antibiotik yaitu Cefotaxime golongan Sefalosporin generasi ketiga
sebanyak 36 pasien (37,5%), hal ini dikarenakan Cefotaxime merupakan golongan

28
antibiotik Sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas yang kuat terhadap
bakteri gram negatif dan lebih tahan terhadap latamase atau beta laktam.
Antibiotik ini efektif terhadap spesies bakteri yang sudah kebal terhadap
Sefalosporin generasi sebelumnya dan untuk golongan antibiotik lainnya.
Cefotaxime lebih dipilih untuk anak-anak daripada Ceftriaxone karena tidak
mempengaruhi metabolisme bilirubin sebagaimana Ceftriaxone (Resse,2000).
Dosis Cefotaxime yang diberikan pada anak adalah 100-200 mg/kg/hari dalam
dosis terbagi tiap 6-8 jam (maksimal 6 g/hari) selama 2-5 hari.

Urutan kedua jenis sediaan tunggal antibiotik yaitu Ceftriaxone golongan


Sefalosporin generasi ketiga sebanyak 19 pasien (19,80%). Menurut WGO 2012,
apabila terinfeksi bakteri Shigella, maka perlu diberikan antibiotik yang efektif
terhadap kemungkinan terjadinya shigellosis salah satunya yaitu menggunakan
Ceftriaxone sebagai lini pertama terapi antibiotik terhadap pengobatan
gastroenteritis (Resse, 2000). Ceftriaxone yang direkomendasikan untuk terapi
Shigella pada anak-anak sebesar 2-4 gram sebagai dosis tunggal.

Urutan ketiga jenis sediaan tunggal antibiotik yaitu Ampicilin golongan


Penisilin sebanyak 11 pasien (11,46%). Berdasarkan Ikatan Dokter Anak
Indonesia (2013) dosis penggunaan Ampicillin dengan rute IV untuk infeksi biasa
yaitu 10-25 mg/kgBB/dosis setiap 6 jam, untuk infeksi berat yaitu 50 mg/kgBB/
dosis setiap 4 jam dosis tersebut disesuaikan dengan berat badan masing-masing
pasien rawat inap.

Urutan keempat jenis sediaan antibiotik tunggal yaitu Cefixim golongan


Sefalosporin generasi ketiga sebanyak 10 pasien (10,42%). Cefixime adalah
antibiotik golongan Sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai spektrum lebih
luas, khususnya terhadap bakteri Gram negatif dan sangat stabil terhadap
hisrolisis beta laktamase dibandingkan generasi pertama dan kedua, dari segi
biaya Ceftriaxone dan Cefixime masih lebih murah dari golongan Sefalosporin
yang lain (Resse,2000). Dosis Cefixime yang diberikan pada anak-anak yaitu PO :

29
8 mg/kg/hari dosis terbagi setiap 12-24 jam ( maksimal 400 mg/hari) selama 10-
14 hari (MacPeds,2015).

Urutan terakhir jenis sediaan antibiotik tunggal yaiitu Metronidazole


golongan Nitroimidazole sebanyak 8 pasien (8,34%). Metronidazole merupakan
antibiotik yang bersifat bakterisid/membnuh bakteri serta memberikan hasil
klinik yang baik pada Giardiasis dan Amoebiasis. Mekanisme kerja
Metronidazole adalah dengan cara menghambat sintesis DNA dan merusak DNA
melalui oksidasi yang menyebabkan putusnya rantai DNA serta menyebabkan
bakteri mati. Metronidazole tepat digunakan untuk infeksi bakteri anaerob, serta
mempunyai keuntungan biaya rendah dan efek samping ringan (WHO,2010).
Dosis Metronidazole yang diberikan pada anak-anak yaitu 10 mg/kg/3x1/hari
selama 5 hari ( maksimal 0.5-1.5 gr/hari) (WGO,2012) dan Metronidazole 250-
500 mg 4x sehari, 7-14 hari, oral atau IV (Amin,2015).

Untuk penggunaan antibiotik dan kemudian diganti dalam pengobatan


yaitu Ampicilin diganti Cefotaxime kemudian Cefotaxime diganti dengan
Ceftriaxone masing-masing berjumlah 2 pasien (2,08%). Sedangkan untuk
antibiotik Ampicilin diganti Ceftriaxone, Ceftriaxone diganti Cefixim, Ampicilin
diganti Metronidazole dan Cefotaxime ganti Cefixim masing-masing sebanyak 1
pasien ( 1,04%). Untuk antibiotik kombinasi sebanyak 3 pasien yaitu 2 pasien
(2,08%) menggunakan terapi Cefotaxime + Ampicilin dan sebanyak 1 pasien
menggunakan (1,04%) Metronidazole + Ceftriaxone, Meropenem + Levofloxacin.

Meropenem adalah antibiotik golongan Karbapenem memiliki outcome


klinis yang sama yaitu dengan menekan pertumbuhan bakteri dengan
menghambat proses akhir sintesis peptidoglikan pada dinding sel bakteri sehingga
menyebabkan bakteri menjadi lisis ( Abdullah et al,2016). Meropenem juga
merupakan antibiotik sintesis β-lactam dan efektif sebagai anti pseudomonal.
Penggunaannya dibatasi karena hanya untuk infeksi oleh bakteri resisten Penisilin,
Sefalosporin atau multiobat antibiotika ( misalnya P. aureginosa dan
Acinetobacter spp. ( Fauziyah et al,2011). Meropenem yang diberikan pada anak-

30
anak yaitu 20 mg/kg/IV dosis tiap 8 jam (max 1gr/hari) selama 5-10 hari
(MacPeds,2015).

Levofloxacin adalah antibiotik golongan Flouroquinolon yang memiliki


aktivitas yang cukup baik dalam mengobati bakteri aerob kusunya bakteri gram
negatif. Flouroquinolon efektif digunakan untuk pasien infeksi yang disebabkan
oleh Shigella, Salmonella, ETEC dan Campylobacter (Katzung,2018).
Levofloxacin memiliki sifat yang lebih aktif dalam melawan bakteri gram positif
seperti Streptococcus Pneumoniae.

Antibiotik golongan Sefalosporin memiliki spektrum aktivitas antimikroba


yang sama luas dan efek samping yang lebih kecil daripada Flouroquinolon
sehingga digunakan sebagai obat terbaik untuk pengobatan empiris pada
gastroenteritis karena infeksi yang terjadi pada anak-anak. Mekanisme kerja
antibiotik golongan Sefalosporin ini adalah dengan menghambat sintesis dinding
sel bakteri. Antibiotik ini merusak peptidoglikan yang menyusun dinding sel
bakteri gram posotof dan ram negatif. Oleh karena tekanan osmotik dalam sel
bakteri lebih tinggi dari luar sel, maka kerusakan dinding sel bakteri akan
menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada
bakteri yang peka (Meila,2016) contohnya seperti yang digunakan pada peda
penelitian ini yaitu Cefotaxime, Ceftriaxone dan Cefixime.

Distribusi rute pemberian antibiotik pada pasien

Pengelompokan pasien berdasarkan rute pemberian antibiotik bertujuan untuk


mengetahui rute pemberian antibiotik pada pasien anak gastroenteritis di Instalasi
Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019 adalah
per oral atau parenteral. Tabel 5. menunjukan distribusi rute pemberian antibiotik
pada pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati
Bantul.

31
Tabel 5. Cara penggunaan Antibiotik pasa pasien anak dengan kasus
gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul
periode Januari-Juni 2019

Cara Jumlah Peresepan Persentase terhadap jumlah


Penggunaan pasien (n=96)
Parenteral 87 90,62%
Oral 7 7,30%
Kombinasi 2 2,08%
Total 96 100%

Jumlah pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan


Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019 yang memenuhi kriteria inklusi adalah
sebanyak 96 pasien yang menggunakan terapi antibiotik. Distribusi rute
pemberian antibiotik pada pasien paling banyak adalah parenteral (intravena)
yaitu sebanyak 87 pasien (90,62%) dalam bentuk sediaan injeksi dan rute
pemberian secara oral sebanyak 7 pasien (7,30%). Sedangkan rute pemberian
secara kombinasi oral dan parenteral terdapat 2 pasien (2,08%) dalam bentuk
sediaan sirup dan injeksi.

Penggunaan obat lebih banyak secara parenteral karena pada umumnya


pasien gastroenteritis yang datang ke rumah sakit dalam keadaan darurat sehingga
perlu segera mendapatkan pertolongan maupun terapi yang cepat. Obat-obat
parenteral dapat memberikan efek terapi yang cepat, karena obat didistribusikan
secara langsung tanpa melalui proses absorbsi terlebih dahulu, sedangkan terapi
oral biasanya digunakan sebagai terapi pengganti atau apabila kondisi pasien
sudah mulai membaik (Shea et al,2001). Pemberian sediaan oral untuk anak-anak
dapat menjadi hal rumit bagi orang tua ataupun perawat dan masalah kepatuhan
dari pasien (Noprizon, Rikmasari, Halim,2019).

Berdasarkan rute pemberian antibiotik dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu :

a. Pemberian antibiotik secara oral, menyatakan bahwa pasien mendapatkan


terapi antibiotik secara per oral saja. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa terdapat 7 pasien (7,30%) yang mendapat terapi antibiotik secara

32
peroral dalam bentuk sediaan sirup yaitu Cefixim, Metronidazole,
Ampicilin dan Cefotaxime.
b. Pemberian antibiotik secara parenteral, menyatakan bahwa pasien
mendapatkan terapi antibiotik secara parenteral (injeksi) saja. Hasil
penelitian ini menunjukan terdapat 87 pasien (90,62%) yang mendapatkan
terapi antibiotik secara parenteral yaitu Ampicillin, Ceftriaxone,
Cefotaxime, Cefixime, Metronidazole, Levofloxacin dan Meropenem.
Pemberian antibiotik rute parenteral biasanya disesuaikan dengan kondisi
pasien yang mual, muntah sehingga tidak dapat dilakukan pemberian
peroral. Disamping itu, pemberian antibiotik secara parenteral ditujukan
untuk mendapatkan efek terapi yang cepat.
c. Rute pemberian kombinasi adalah pasien yang mendapatkan terapi
antibiotik melalui rute pemberian secara peroral dan parenteral. Pada
penelitian ini kombinasi antara pemberian oral-parenteral yaitu terdapat 2
pasien (2,08%) dalam bentuk sediaan sirup dan injeksi yaitu obat
Cefotaxime dan Cefixime, Ampicillin dan Cefotaxime.

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik

Data hasil penelitian yang diperoleh dan dianalisis secara deskriptif dalam
bentuk tabel untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien
anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul
periode januari-Juni 2019 yang berdasarkan kategori obat tepat diagnosis, tepat
indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, tepat interval waktu pemberian.
Sesuai dengan FRS dan Guideline Gastroenterology Organisation (WGO 2012).

1. Kesesuaian Penggunaan Antibiotik dengan Formularium Rumah Sakit

Data kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Rumah Sakit


(FRS) bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antibiotik antara resep yang
diberikan dokter dengan FRS pada pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat
Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019 meliputi jenis
antibiotik, golongan antibiotik dan bentuk sediaan masing-masing antibiotik.

33
Tabel 6. Kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Rumah
Sakit pada pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS
Panembahan Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019

No Antibiotik yang digunakan Formularium Rumah Sakit


Sesuai Tidak sesuai
1. Ampicillin √
2. Cefotaxime √
3. Ceftriaxone √
4. Cefixime √
5. Metronidazole √
6. Meropenem √
7. Levofloxacin √
Total 100%

Tabel 6. menunjukan bahwa penggunaan antibiotik dengan Formularium


Rumah Sakit pada pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS
Panembahan Senopati Bantul periode januari-Juni 2019 sudah sesuai dengan
persentasenya 100%. Obat antibiotik yang tercantum dalam formularium Rumah
Sakit merupakan obat yang direkomendasikan oleh dokter untuk pengobatan
dimana sudah dipertimbangkan efektivitas kerja obat, keamanan serta harga yang
terjangkau.

2. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik


Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan hal penting untuk
meningkatkan kualitas kesehatan atau kualitas pengobatan pasien sehingga
penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan pengobatan menjadi
kurang efektif dan dapat menimbulkan terjadinya resistensi bakteri pada pasien.
Evaluasi penggunaan antibiotik yang rasional meliputi tepat indikasi, tepat dosis,
tepat pasien, tepat rute pemberian dan tepat frekuensi/ lama pemberian. Penelitian
ini mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien anak gastroenteritis di
Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019
dan membandingkannya dengan Guideline World Gastroenterology Organisation
(WGO,2012) dan Tatalaksana Diare Akut Menurut Amin (2015).

34
2.1. Tepat indikasi
Tepat indikasi penyakit adalah obat yang diberikan harus tepat diagnosa
penyakit gastroenteritis. Diagnosa gastroenteritis ditentukan oleh dokter
berdasarkan keterangan empiris dengan melihat gelaja atau gambaran klinis pada
pasien dengan adanya hasil laboratorium feses yang membuktiakn terinfeksi
bakteri sehingga memerlukan terapi penggunaan antibiotik yang sesuai dengan
WGO (2012) dan Tatalaksana Diare Akut Menurut Amin (2015) yang digunakan
pada pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati
Bantul periode Januari-Juni 2019.

Tabel 7. Distribusi tepat indikasi penggunaan antibiotik pada pasien


anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati
Bantul periode Januari-Juni 2019
No Hasil Jumlah Persentase
1. Tepat indikasi 86 89,59%
2. Tidak tepat indikasi 10 10,41
Total 96 100%

Tabel 7. menunjukan bahwa pengobatan pasien anak gastroenteritis di


Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul adalah tepat indikasi
sebanyak 86 pasien (89,59%) sesuai dengan Guideline WGO (2012) dan Evidence
base : Tatalaksana diare akut menurut Amin (2015) yaitu penggunaa antibiotik
yang diindikasikan pada pasien anak gastroenteritis berdasarkan keterangan
empiris dengan melihat gejala dan tanda diare infeksi, seperti diare cair >3
kali/hari, sakit perut atau mulas, demam atau panas, mual muntah, nafsu makan/
minum berkurang, dehidrasi, pemeriksaan feses rutin yang menunjukan feses cair
atau berampas, feses berlendir, feses berdarah, dan feses yang mengandung positif
bakteri. Selain itu, pertimbangan yang mendasari pemberian antibiotik adalah
hasil pemeriksaan leukosit dan suhu tubuh pasien. Kedua parameter tersebut juga,
umumnya menjadi pertimbangan keputusan pemberian antibiotik tunggal maupun
kombinasi.

35
Ketepatan indikasi dalam penggunaan antibiotik pasien anak
gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul yang
paling banyak digunakan adalah Cefotaxime dan Ceftriaxone yang berdasarkan
keterangan empiris dengan melihat gejala atau gambaran klinis infeksi dan
pathogen diare yang dipilih dapat menimbulkan tanda seperti rasa sakit perut,
demam, mual muntah, bukti feses inflasai, feses berlendir dan berdarah yang
berarti dicurigai terinfeksi bakteri Shigella, maka perlu diberikan antibiotik yang
efektif hanya untuk anak-anak dengan berdarah terhadap kemungkinan besar
terjadinya Shigellosis (WGO, 2012).
Ketepatan indikasi juga pada pasien yang diberikan Metronidazole yang
berdasarkan keterangan empiris dengan adanya gambaran klnis infeksi patogen
yaitu BAB cair berwarna merah terang >4x/hari, dengan ditandai feses yang
positif bakteri dan hasil pemeriksaan feses positif Amoeba, positif leukosit dan
positif eritrosit serta menunjukan tanda seperti meningkatnya suhu badan (panas
atau demam), nyeri perut, mual muntah yang berarti dicurigai terinfeksi Amoeba,
hal ini sudah sesuai dengan guidline WGO dan Evidence Base: Tatalaksana diare
akut menurut Amin (2015) yaitu diberikan antibiotik Metronidazole.
Penelitian yang dilakukan oleh Rizqiani (2016) tentang Evaluasi
penggunaan antibiotik untuk penyakit diare pada pasien balita di Instalasi Rawat
Inap RSI Sultan Agung Semarang tahun 2015, pada penentuan pengguanaan
antibiotik dengan hasil data laboratorium yang menegaskan adanya bakteri yang
terdapat dalam feses yang terdapat adanya lendir pada feses dan feses berwarna
kehijauan, meskipun dalam data rekam medik pasien yaitu gejala pasien hanya
tertulis secara umumnya saja seperti diare dan demam tetapi hal ini membuktikan
bahwa diare yang dialami 63 pasien tersebut terjadi karena infeksi bakteri
sehingga memperlukan terapi antibiotik. Hasil penelitian yaitu 100% tepat
indikasi dalam pemberian antibiotik tunggal yang paling banyak digunakan adalah
sefotaksim sebanyak 44,4%, seftriakson sebanyak 36,5%, sefuroksim dan
kloramfenikol sebanyak 3,2% serta antibiotik kombinasi sefotaksim dan
metronidazol yaitu sebesar 4,8%.

36
Ketidaktepatan indikasi sebanyak 10 pasien (14.71%) yaitu pada kasus
pasien dinyatakan tidak tepat indikasi dalam penggunaan antibiotik pada pasien
anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul yaitu
pada penggunaan Amoxicillin, Metronidazole, Cefixime, Levofloxacin dan
Morepenem karena dalam menggunakan antibiotik tidak dibuktikan dengan
adanya pemeriksaan kultur feses dan terdapat gambaran klinis infeksi spesifik
yang membuktikan bahwa pasien terinfeksi bakteri yang dicurigai terinfeksi
shigella tetapi pasien diberikan antibiotik tidak sesuai dengan guideline WGO
(2012) dan Evidence Base: Tatalaksana diare akut menurut Amin (2015) dalam
terapi pengobatan diare akut untuk pengobatan terinfeksi shigella.
Ketidaktepatan indikasi dalam penlitian ini yang dilakukan di Instalasi
Rekam Medik RS Panembahan Senopati Bantul masih banyaknya data yang tidak
terlampir dalam buku rekam medis (medical record) terkait data penunjang
(pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan tinja/feses, hasil kutur atau pemeriksaan
mikroba) dan kurangnya menuliskan keluhan atau tanda gambaran klinis pasien
yang dapat menegakkan diagnosa secara spesifik dalam menandakan suatu infeksi
patogen tertentu sehingga pemberian antibiotik yang tidak sesuai dengan indikasi
pada guideline WGO (2012) atau pedoman terapi antibiotik yang sesuai dalam
pengobatan pasien anak gastroenteritis.

2.2. Tepat Obat


Tepat pemilihan obat adalah obat yang dipilih harus memiliki efek terapi
tepat pada penyakit sesuai dengan FRS, guideline WGO (2012) dan Evidence
Base: Tatalaksana diare akut menurut Amin (2015) dalam terapi penggunaan
antibiotik yang digunakan pada pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat
Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019.

37
Tabel 8. Distribusi tepat obat penggunaan antibiotik pada pasien anak
gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RSPanembahan Senopati Bantul
periode Januari-Juni 2019
No Hasil Jumlah Persentase
1. Tepat obat 86 89,59%
2. Tidak tepat obat 10 10,41%
Total 96 100%

Tabel 8. menunjukan bahwa penggunaan antibiotik pada pasien anak


gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul adalah
tepat obat sebanyak 58 pasien (85,29%) yaitu antibiotik yang digunakan
Cefotaxime, Ceftriaxone, dan metronidazole sesuai dengan Guideline WGO
(2012) dan Evidence Base: Tatalaksana diare akut menurut Amin (2015) dalam
terapi pengobatan diare akut. Ketepatan obat dalam penggunaan antibiotik pasien
anak diare akut pasien anak diare akut di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul yang paling banyak digunakan adalah Cefotaxime dan
Ceftriaxone karena dicurigai terinfeksi bakteri Shigella yang berdasarkan
keterangan empiris dengan gejala atau gambaran klinis infeksi dan pathogen diare
yang dipilih dapat menunjukkan tanda seperti rasa sakit perut, demam, mual
muntah, bukti feses inflamasi, tinja berlendir dan berdarah (WGO 2012).
Pasien yang ditandai feses yang terinfeksi bakteri Shigella, maka perlu
diberikan antibiotik yang efektif terhadap kemungkinan besar terjadinya
shigellosis salah satunya yaitu menggunakan Ceftriaxone sebagai lini pertama
terapi antibiotik pada pengobatan gastroenteritis, tetapi dalam pemilihan
antimikroba harus didasarkan pada pola kerentanan kekuatan patogen di wilayah
atau daerah sehingga Cefotaxime sebagai antibiotik pilihan kedua untuk penyakit
yang disebabkan oleh Shigella (WGO 2012).
Antibiotik golongan Sefalosporin yang utama digunakan adalah
Cefotaksim dan Ceftriakson. Cefotaksim dan Ceftriakson memiliki tingkat
keberhasilan yang sama dengan Fluoroqunolon dimana kedua antibiotik tersebut
efektif untuk pengobatan Shigellosis. Kelemahan dari penggunaan Cefotaxime
dan Ceftriaxone sebagai terapi empiris untuk pada gastroenteritis yang
dikarenankan infeksi pada anak-anak adalah dapat meningkatkan bahaya resitensi

38
mikroba terhadap antibiotik tersebut (Daniel 2006). Golongan Sefalosporin sering
digunakan karena spektrum luas dari Sefalosporin yang memiliki keuntungan
dalam meningkatkan efektifitas terapi dan keamanan terapi, terutama untuk
sefalosporin generasi kedua dan ketiga (Brunton el al 2006).
Pasien yang diberikan terapi Metronidazole yang berdasarkan keterangan
empiris dengan bukti hasil pemeriksaan feses rutin yaitu positif amoeba, feses
berdarah, feses berlendir, positif leukosit dan positif eritrosit yang berarti dicurigai
terinfeksi bakteri Amoeba, dimana Metronidazol memiliki sifat bakterisidal atau
membunuh bakteri yang diaktifkan oleh bakteri anaerob dengan cara menghambat
sintesis DNA (WHO 2009). Metronidazol memberikan hasil klinik yang bagus
pada terapi giardiasis dan amoebiasis. Mekanisme kerja Metronidazol adalah
dengan cara menghambat sintesa DNA bakteri dan merusak DNA melalui
oksidasi yang menyebabkan putusnya rantai DNA serta menyebabkan bakteri
mati. Metronidazol tepat digunakan untuk infeksi bakteri anaerob, serta
mempunyai keuntungan biaya rendah dan efek samping ringan (Meila 2016).
Ketidaktepatan obat sebanyak 10 pasien (14,71%) dinyatakan tidak tepat
obat dalam penggunaan antibiotik pada pasien anak gastroenteritis di Instalasi
Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul yaitu pada penggunaan Ampicillin,
Levofloxacin, Cefixime, dan Morepenem karena tidak terdapat gambaran klinis
infeksi spesifik, sehingga obat antibiotik yang diberikan tidak sesuai dengan
guideline WGO (2012) dan Evidence Base: Tatalaksana diare akut menurut Amin
(2015) dalam terapi pengobatan diare akut selain itu kemungkinan dikarenakan
kurang spesifiknya penunjang medis, hasil laboratorium, hasil kultur mikroba.
Ketidaktepatan obat pada pasien yang dalam penggunaan antibiotik
tunggal kemudian dalam beberapa hari perawatan diganti dengan antibiotik
tunggal. Selain itu, pada kasus pasien yang dalam penggunaan antibiotik
kombinasi contohnya antibiotik Levoflocaxin dan Meropenem. Ketidaktepatan
obat pada kasus-kasus tersebut karena akibat adanya kombinasi 2 antibiotik atau
bahkan penggantian antibiotik yang tidak sesuai dengan guideline WGO (2012)
dan Evidence Base: Tatalaksana diare akut menurut Amin (2015) dalam 96
pengobatan gastroenteritis pada anak. Penggunaan antibiotika baik tunggal

39
maupun kombinasi yang tidak perlu tidak dianjurkan karena selain efek
sampingnya yang berbahaya juga interaksi obat yang mungkin terjadi serta perlu
diperhatikan juga mengenai resiko terjadinya resistensi. Penggunaan antibiotik
kombinasi diperboleh apabila kombinasi efek sinergis sehingga sehingga dapat
meningkatkan aktivitas aktibiotik pada infeksi sepsifik, memperlambat dan
mengurangi resiko bakteri resistensi, infeksi disebabkan oleh satu bakteri
(Anonim, 2011). Pada pasien juga diberikan terapi Levofloxacin untuk bakteri
Salmonella dimana terapi pertama pada kasus Salmonella yaitu Ciprofoxacin.
Pasien diberikan terapi Levofloxaxin yang masih satu golongan antibiotik yang
sama yaitu kuinolon. Pemberian golongan quinolon tidak direkomendasikan pada
anak <18 tahun sehingga pada kasus ini tidak sesuai karena usia pasien <18 tahun
(Soo-Han et al, 2013).
Pada kasus pasien yang diberikan antibiotik Ampicillin kurang efektif
terhadap spesies shigella dan bakteri penghasil betalaktamase. Ampicillin efektif
terhadap penyakit infeksi saluran kemih (gonore tidak terkomplikasi, uretritis,
sistitis, pielonefritis), infeksi saluran pernapasan kronik dan akut (pneumonia,
faringitis bukan karena gonore, bronchitis, laringitis), infeksi saluran cerna
(disentri basiler) serta infeksi lainnya seperti septikemia, endokarditis. Pemberian
terapi pengobatan dengan Ampicillin dalam kasus gastroenteritis diberikan karena
golongan ini lebih sering digunakan untuk penyakit infeksi dan lebih sering
diresepkan dan juga mempunyai aktivitas anti bakteri yang baik (Narindrani et
al, 2011).

40
2.3 Tepat Pasien
Tabel 9. Distribusi tepat pasien penggunaan antibiotik pada pasien anak
gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul
periode Januari-Juni 2019
No Hasil Jumlah Persentase
1. Tepat pasien 96 100%
2. Tidak tepat pasien 0 0%
Total 96 100%

Data rekam medis pasien tidak semua tercatat adanya keluhan reaksi
hipersensitif (alergi) terhadap antibiotik tertentu, maka rekam medis yang tidak
tertulis adanya keluhan reaksi hipersensitif (alergi) dianggap tidak memiliki
riwayat hipersensitifitas terhadap obat yang digunakan. apabila pasien memiliki
alergi terhadap obat tertentu tetapi tetap diresepkan maka dinyatakan tidak tepat
pasien.

2.4. Tepat Dosis


Tepat dosis adalah jumlah dosis yang diberikan harus dalam jumlah yang
cukup dan sesuai dengan Guideline WGO (2012) dan MacPeds Pediatric
Handbook (2015) dalam terapi penggunaan antibiotik yang digunakan pada
pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati
Bantul periode Januari-Juni 2019.

Tabel 10. Distribusi tepat dosis penggunaan antibiotik pada pasien anak
gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul
periode Januari-Juni 2019
No Hasil Jumlah Persentase
1. Tepat dosis 91 94,80%
2. Tidak tepat dosis 5 5,20%
Total 96 100%

Tabel 10 menunjukan bahwa penggunaan antibiotik pada pasien


gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul adalah
tepat dosis penggunaan antibiotik sebanyak 91 pasien (94,80%), sedangkan yang
mengalami ketidaktepatan dosis sebanyak 5 pasien (5,20%). Hasil persentase

41
tersebut sesuai dengan Guideline WGO (2012), MacPeds Pediatric Handbook
(2015) dan Guideline WHO (2010). Ketepatan dosis yaitu pada perhitungan dosis
tunggal, dosis kombinasi dan dosis obat yang diganti. dosis antibiotik yang
digunakan seperti Ampicillin yaitu untuk anak-anak 10-25 mg/kgBB setiap 6 jam
danuntuk infeksi berat 50 mg/kgBB setiap 4 jam. Pada Cefixime yaitu anak-anak
PO: 8 mg/kg/hari dosis terbagi setiap 12-24 jam (Max: 400 mg/hari) selama 10-14
hari. Pada Ceftriaxone yaitu Anak-anak: 50-100 mg/kg 1×/hari IM/IV selama 2-5
hari. Pada Cefotaxime yaitu dosis anak-anak yaitu 100-200 mg/kg/hari dosis
terbagi tiap 6-8 jam (Max: 6 g/hari) selama 2-5 hari. Pada Metronidazole yaitu
anak-anak 10 mg/kg/3x1/hari selama 5 hari (max: 0.5-1.5gr/hari) dan Morepenem
yaitu anak-anak: 25-40 mg/kg/IVdosis tiap 8 jam (max: 1gr/hari) selama 5-10
hari.
Pada Levofloxaxin untuk usia <5 tahun 10 mg/kg PO / IV dan usia >5
tahun 10 mg/kg PO/IV max 750 mg/hari. Dosis yang diberikan kepada pasien
masih dalam dosis antara dosis lazim dengan dosis maksimumnya, hal ini dengan
cara menghitungnya dengan dosis lazim atau dosis maksimum dikalikan dengan
berat badan pasien maka hasilnya tidak boleh dosis yang diberikan melebihi range
dosis pada literatur atau guideline sesuai berat badan pasien. Jika selama terapi
ada terapi salah satu antibiotik yang dosis penggunaannya tidak tepat maka terapi
antibiotik diasumsikan tidak tepat dosis. Ketidaksesuaian dosis terapi mungkin
disebabkan karena pembulatan dosis baik melebihi maupun dibawah dosis
seharusnya. Hal lain yang juga dapat menyebabkan ketidaksesuaian dosis
berdasarkan berat badan adalah adanya pengelompokkan dosis berdasarkan
kelompok umur tertentu. Ataupun dapat disebabkan karena perbedaan referensi
yang digunakan antara peneliti dengan praktisi medis di lapangan.
Ketidaktepatan dosis pada pasien yang mendapatkan Ampicillin yang
dosisnya lebih besar (overdose) atau hasil perhitungannya dosis yang diberikan
melebihi range dosis pada literatur atau guideline sesuai berat badan pasien.
Pemberian Ampicillin, kemungkinan sebagai pertolongan awal pada saat pasien
belum diketahui hasil laboratorium yang menunjukkan pasien terinfeksi bakteri
spesifik sehingga diasumsikan jika diberikan Ampicillin dengan dosis tinggi dapat

42
menurunkan gejala pasien yang timbul seperti suhu tubuh yang tinggi menjadi
turun atau akan lebih stabil.

2.5 Tepat Rute atau Cara Pemberian


Tepat cara pemberian adalah cara pemberian obat yang tepat sesuai
kondisi pasien dan sesuai dengan Guideline WGO (2012), MacPeds Pediatric
Handbook (2015) dan Guideline WHO (2010) dalam terapi penggunaan antibiotik
yang digunakan pada pasien gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS
Panembahan Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019.

Tabel 11. Distribusi tepat cara pemberian penggunaan antibiotik pada


pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019
No Hasil Jumlah Persentase
1. Tepat cara pemberian 96 100%
2. Tidak tepat cara pemberian 0 0%
Total 96 100%

Tabel 11. menunjukan bahwa rute pemberian antibiotik pasien anak


gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode
Januari-Juni adalah 96 pasien 100% tepat cara pemberian antibiotik dalam
pengobatan. Ketepatan rute atau cara pemberian pada penelitian ini yaitu paling
banyak pada rute pemberian secara intravena yaitu antibiotik Ampicllin,
Cefotaxime, Ceftriaxone, Levofloxaxin, Metronidazole dan Morepenem, selain itu
terdapat rute pemberian kombinasi antara rute pemberian peroral-parenteral
diberikan pada pasien dalam bentuk sediaan sirup dan injeksi yaitu penggunaan
Metronidazole (sediaan sirup) dan Ceftriaxone (sediaan injeksi), sehingga
ketepatan rute atau cara pemberian dalam penggunaan antibiotik pada semua
pasien sudah tepat dan sesuai dengan Guideline WGO (2012), MacPeds Pediatric
Handbook (2015) dan Guideline WHO (2010) yaitu dengan diberikan melalui rute
pemberian secara parenteral dan secara kombinasi (oral dan parenteral), tetapi
paling banyak yang digunakan adalah secara parenteral atau melalui rute
pemberian secara intravena.

43
Rute pemberian intravena dan bentuk sediaan injeksi sering digunakan
karena kesulitan pemberian sediaan per-oral (terutama tablet) karena anak
cenderung menolak, sehingga sering kali obat diberikan dalam rute intravena atau
bentuk sediaan injeksi melalui infus (Shea et al 2001). Alasan lain adalah rute
intravena merupakan rute pilihan untuk kasus infeksi sedang sampai berat karena
onset cepat dan bioavalibilitas obat lebih tinggi, sehingga aksi obat dalam
membunuh mikroba menjadi lebih maksimal (Hakim 2012), selain itu
dikarenakan ada beberapa antibiotik yang tidak dapat diserap di saluran GI
sehingga harus diberikan melalui rute intravena dan intramuskular, seperti
antibiotik golongan sefalosporin.

2.6 Tepat Durasi atau Lama Pemberian


Tepat lama pemberian adalah lama pemberian atau durasi penggunaan
obat dalam tiap hari pengobatan yang sesuai dengan guideline WGO (2012),
MacPeds Pediatric Handbook (2015) dan guideline WHO (2010) dalam terapi
penggunaan antibiotik yang digunakan pada 96 pasien anak gastroenteritis di
Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019.

Tabel 12. Distribusi tepat lama pemberian penggunaan antibiotik pada


pasien anak gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan
Senopati Bantul periode Januari-Juni 2019
No Hasil Jumlah Persentase
1. Tepat lama pemberian 94 97,91%
2. Tidak tepat lama pemberian 2 2,08%
Total 96 100%

Tabel 12 menunjukan bahwa lama pemberian antibiotik pasien anak


gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode
Januari-Juni 2019 adalah tepat lama pemberian sebanyak 94 pasien (97,91%),
sedangkan yang mengalami ketidaktepatan pada lama pemberian antibiotik
sebanyak 2 pasien (2,08%). Lamanya pemberian antibiotik empiris adalah dalam
jangka waktu 48-72 jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data
mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya.

44
Penggunaan antibiotik lini pertama, lini kedua dan lini ketiga yang diberikan
lebih dari 14 hari juga banyak ditemukan (Haryani dan Yusna 2016).
Menurut Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia
yang dikeluarkan oleh Depatemen Kesehatan Republik Indonesia, lama
penggunaan antibiotik minimnal 5 hari untuk menghindari terjadinya resistensi.
Tetapi pada umumnya lama penggunaan antibiotik 3-5 hari masih
diperbolehkan. Pada prinsipnya lama penggunaan antibiotik bergantung pada
tipe dan keparahan infeksi dan seharusnya ditentukan oleh respon klinis dan
bakteriologik pada pasien (DepKesRI 2001).
Ketepatan lama pemberian antibiotik sesuai dengan guideline WGO
(2012), MacPeds Pediatric Handbook (2015) dan Guideline WHO (2010) yaitu
pada Ampicillin selama 14 hari, Cefixime selama 10-14 hari, Ceftriaxone selama
2-5 hari, Cefotaxime selama 2-5 hari, Metronidazole selama 5 hari dan
Morepenem selama 5-10 hari. Penelitian yang dilakukan Rizqiani (2016) tentang
Evaluasi penggunaan antibiotik untuk penyakit diare pada pasien balita di
Instalasi Rawat Inap RSI Sultan Agung Semarang tahun 2015, dalam penentuan
durasi pemberian antibiotik pada penelitian ini dihitung sesuai dengan jumlah
hari pemberian antibiotik selama menjalani rawat inap. Hasil penelitian ini
menunjukkan durasi pemberian antibiotik yang diresepkan bervariasi, yaitu
mulai 2 hari sampai dengan 7 hari. Sebanyak 2 pasien (2,8%) mendapatkan
durasi pemberian antibiotik yang lebih dan 29 pasien (40,8%) mendapatkan
durasi pemberian antibiotik yang kurang.
Durasi pemberian antibiotik pada penelitian ini dihitung sesuai dengan
jumlah hari pemberian antibiotik selama menjalani rawat inap. Pasien yang
dalam 2-3 hari pemberian antibiotik mengalami perbaikan kondisi klinis, maka
pemberian antibiotik tersebut dapat dilanjutkan sampai pasien sembuh.
Sebaliknya jika pasien dalam 2-3 hari setelah pemberian antibiotik tidak
menunjukkan perbaikan kondisi klinis, maka seharusnya dilakukan penggantian
terapi dengan menggunakan antibiotik yang lain (Kemenkes 2011).
Ketidaktepatan lama pemberian antibiotik sesuai dengan Guideline WGO
(2012), MacPeds Pediatric Handbook (2015) dan Guideline WHO (2010) yaitu

45
pada pasien yang mendapatkan dosis tunggal Cefotaxime tetapi lama
pemberiannya hanya 1 hari pengobatan yaitu pada hari terakhir perawatan tetapi
seharusnya selama 2-5 hari, selain itu pada pasien yang mendapatkan antibiotik
kombinasi Morepenem + Levofloxacin hanya 1 hari pengobatan yang seharusnya
selama 5-10 hari. Ketidaktepatan kasus tersebut seharusnya perlu monitoring
karena pasien belum dalam 2-3 hari pemberian antibiotik dan belum atau tidak
menunjukkan perbaikan kondisi klinis, maka seharusnya dilakukan penggantian
terapi dengan menggunakan antibiotik yang lain. Ketidaktepatan pemberian
antibiotik tersebut dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, selain
itu pemberian antibiotik yang tidak tepat akan mengganggu flora usus sehingga
dapat memperpanjang lama diare.
Tidak semua obat yang diberikan memenuhi kriteria lama pemberian obat.
Antibiotik yang diberikan jika tidak diberikan sesuai dengan standar lamanya
pemberian obat dapat menyebabkan perkembangan bakteri yang resistensi. Setiap
orang yang menggunakan terapi antibiotik, maka bakteri akan terbunuh tetapi
bakteri yang resistensi akan tetap hidup, tumbuh dan bereproduksi. Oleh karena
itu, untuk mengontrol perkembangan bakteri yang resistensi yaitu dengan
penggunaan antibiotik yang tepat yang meliputi dosis, frekuensi dan lama
pemberian (Sari dan Rahmawati 2016).

46
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Evaluasi
Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak Gastroenteritis di
Instalasi Rawat Inap RS Panembahan Senopati Bantul periode Januari-Juni
2019”, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Profil antibiotik yang digunakan di RS Panembahan Senopati Bantul periode
Januari-Juni 2019 adalah Cefotaxime (37,5%), Ceftriaxone (19,80%),
Ampicillin (11,46%), Metronidazole (8,34%), Cefixime (10,42%).
2. Ketepatan penggunaan antibiotik di RS Panembahan Senopati Bantul
berdasarkan Formularium Rumah Sakit sebesar 100% dan menurut World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines (WGO 2012) meliputi tepat
indikasi 89,59, tepat obat 89,59%, tepat pasien 100%, tepat dosis 94,80%,
tepat cara pemberian 100% dan tepat lama pemberian 97,91%.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai berikut:
1. Hasil evaluasi menunjukan penggunaan antibiotik dapat dikategorikan
sudah baik, maka saran yang dapat diberikan kepada pihak RS adalah
melakukan monev secara rutin untuk dapat menjaga dan
meningkatkan kualitas penggunaan obat.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut di
rumah sakit lain untuk mendapat gambaran kerasionalan pengobatan
pada kasus yang sama dan perlu dilakukan penelitian Drug Related
Problem dengan data prospektif mengenai pengobatan pasien anak
gastroenteritis.

47
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah R, Kumamba RD, Sinuraya RK, Rahayu C, Barliana MI. 2016.


Analisis Minimalisasi Biaya Penggunaan Antibiotik Meropenem
dan Ceftazidime pada Terapi Febrile Neutropenia. Jurnal Farmasi
Klinik Indonesia, Juni 2016, Vol. 5 No. 2, hlm 132–13, ISSN:
2252–621.

Amin LZ. 2015. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education.


Jakarta: halaman: 504-508.

Basailin, Muji., Agrina., Zulfitri, Reni., 2015. Hubungan Durasi


Pemberian ASI Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi. JOM FKp,
Vol. 5 No. 2 (Juli- Desember) 2018

Brunton L, Lazo JS, Parker KL. (ed). 2006. Goodman & Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th Edition. The
McGraw-Hill Comp. chapter 42

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Buku


Pedoman Pelaksanaan Program Diare. Ditjen PPM dan PLP:
Jakarta

Depkes RI, 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta:
Depkes RI

Fauziyah S, Radji M, Nurgani A. 2011. Hubungan penggunaan antibiotika


pada terapi empiris dengan kepekaan bakteri di ICU RSUP
Fatmawati Jakarta. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 3 Januari
2011: 150 -158

Fithria RF, Di’fain AR. 2015. Rasionalitas Terapi Antibiotik Pada Pasien
Diare Akut Anak Usia 1-4 Tahun Di Rumah Sakit Banyumanik
Semarang Tahun 2013. Journal Pharmacy, Vol.12 No. 02
Desember 2015, ISSN 1693-3591

Hakim L. 2012. Farmakokinetik Klinik. Bursa Ilmu: Yogyakarta. hal.78.

48
Haryani S, Yusna FA. 2016. Evaluasi Terapi Obat pada Pasien Sepsis
Neonatal Di Ruang Perinatologi RSUP Fatmawati Januari–
Februari Tahun 2016 . Journal of Fatmawati Hospital

Hartati, Susi., Nurazila., 2018. Jurnal Edurance : Faktor Yang


Memperngaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rejosari Pekanbaru. Akademi Kebidanan Sempena
Negeri Pekanbaru, Pekanbaru 28294, Indonesia.
Kartikaningrum, Vidya., 2015. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada
Pasien Pediatri Penderita Diare Di Instalasi Rawat Inap RSUD
Kota Madiun Periode November- Desember 2015. Widya
Warta No. 01 Tahun XLI/Januari 2017 ISSN 0854-1981
Katzung BG. 2018. Basic and clinical pharmakology. 14th edition. Mc-
Graw-Hill. USA.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.
Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi
Kemenkes volume 2. Jakarta.
Korompis F, Tjitrosantoso H, Goenawi RL. 2013. Studi Penggunaan Obat
Pada Penderita Diare Akut di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP
Prof Dr. R. D Kandou Manado Periode Januari-Juni 2012. Jurnal
Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 01
Meila O. 2016. Analisis Hubungan Penggunaan Antibiotik dengan Lama
Perawatan Pada Pasien Anak Diare Di RSUP Persahabatan.
SOCIAL CLINICAL PHARMACY INDONESIA JUORNAL
[Vol. 1, No 1, 2016. Jakarta: Universitas 17 Agustus 1945.
Narindrani R, Sunyoto, Hana C. 2011. Ketepatan penggunaan antibiotik
pada kasus diare akut di sertai infeksi bakteri pada anak usia 1-6
tahun pasien rawat inap di RSI Klaten tahun 2011. CERATA
Journal Of Pharmacy Science.
Notoatmodjo,S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Resse RE, Betts R, Gumustop B. 2000. Handbook of Antibiotics 3rd Ed.

49
Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia
Rizqiani N. 2016. Evaluasi penggunaan antibiotik untuk penyakit diare
pada pasien balita di instalasi rawat inap RSI Sultan Agung
Semarang Tahun 2015 [Skripsi]. Semarang: Program Studi
Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo.Ungaran.
Sari A, Rahmawati E. 2016. Evaluasi Pemberian Antibiotik Pada Pasien
Anak Diare Spesifik Di Instalasi Rawat Inap Rs Pku
Muhammadiyah Yogyakarta. Di dalam: Prosiding Rakernas dan
Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474.
Shea K, Florini K, Barlam T. 2001. When Wonder Drugs Don’t Work:
How Antibiotic Resistance Threatens Children, Seniors, and the
Medically Vulnerable. http://www.environmentaldef ense.org.
[WGO] World Gastroenterology Organisation Global Guidelines. 2012.
Acute diarrhea in adults and children: a global perspective. WGO
Press.
[WHO] World Health Organization. 2009. Pocket book of hospital care
for children, guidelines for the management of common illnesses
with limited resources. Geneva: WHO Press.
[WHO] World Health Organization. 2010. Model Formulary for
Children. Geneva: WHO Press.
[WHO] World Health Organization. 2013. World Health Statistic 2013.
Geneva: WHO Press.

50
LAMPIRAN

51
52
KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN
FAKTILTAS KEDOKTERAN UNTVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
GEDUNGKOINONIA
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5 - 25 Yogyakarta Indonesia 55224 Telp: 0274-563929 Ext. L24
Fax:0274 - 8509590 Email: kedokteranukdw@yahoo.com website: http:l/www.ukdw.ac.id

KETERA}{GAN KELAIKAN E,TIK


(Ethical Clearance)

Nomor : 1227 lC. 16lFKl202l

Komisi Etik Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokleran Universitas Kristen Duta Wacana,
setelah mernpelajari dengan seksama rancangan penelitian yang diusulkan, dengan ini
menyatakan bahwa penelitian dengan :

Judul : trVALIJASI PtrNGGTINAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN


ANAK DEhIGAN KASI]S GASTROEIVTERISTTS DI
TNSTALASI RAWAT INAP RS PENE,MBAHAN SENOPATI
BANTT]L DI YOGYAKARTA PtrRIODtr JANTJARI .IUNI
2019

Peneliti : Winarti Rarnbu Tagu Dirna


NIM : 168 t 14068
Pembimbing : I)ra. T. B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes., Ph.D., Apt

Lembaglternpat penelitian : Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Dinyatakan memenuhi persyaratan etik untuk dilaksanakan, dengan catatan sewaktu-waktu


kornisi dapat melakukan pemantauan. Kelaikan etik ini berlaku I (satu) tahun sejak tanggal di
tetapkan.

Yo akarta,04 Januari 2021

'fA vsxl%e

/
dr. Mitra Andini Sigilipoe, MPH Dr. drg. fyani Hutomo, M.f).Sc

(Ketua) (Sekretaris)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FACULTY OF PHARMACY
S AN AT A D H AKM A LIAII IIER SIry
Akreditasi : Prodi S-1 Farmasi : A; Prodi Pendidikan Profesi Apoteker : A.; Prodi S-2 Farmasi : B

Nomor : F ar /51 /1OB/XI/2O2O/ A-1 /KP


Hal : Permohonan lzin Penelitian dan Pengambilan Data
Lamp. : Proposal

lGpada:
Yth. Direktur Rumah Sakit Panembahan Senopati
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Area Sawah, Trirenggo, Kec. Bantul, Bantul
Di Yogyakarta

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penelitian mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dalam rangka penyusunan skripsi :

Nama Mahasiswa : Winarti Rambu Tagu Dima NIM: 168114068


No.HP : 081337407235
Judul : Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Anak Dengan Kasus
Gastroenteritis Di lnstalasi Rawat lnap Rs Panembahan Senopati Bantul
Di Yogyakarta Periode Januari-Juni 2019
Rancangan Penelitian Deskriptif analitik pengambilan data secara retrospektif
Tempat RS Panembahan Senopati Bantul
Waktu Pelaksanaan Bulan November 2020
5ubyek Penelitian Rekam medis pasien
Pembimbing Dra. T. B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes., Ph.D., Apt.

kami mohon izin bagi mahasiswa di atas untuk melakukan penelitian dan pengambilan data
dengan mematuhi peraturan yang berlaku.

Demikian permohonan kami, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

A19
A-
'tff"*; Yogyakarta, 4 November 2O2O
-V"r$l Hormat kami,

ffi
o hui,
E'
ull Ketua Program Studi
z,L
\r?u

Hartini, Apt. atramurti, Apt.

Excellent in Quality, Competitizteness, and Care (e-QCC)


Campus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55282, Indonesia
(P): +62Q7\ 883037, 883968 ext Fakultas: 52334,Prodi S-1 Farmasi: 52325,52326; Prodi Pendidikan Profesi Apoteker: 52354; Prodi S-2 Farinasi: 52333
(W): www.usd.ac.icl/fakultas/farmasi; (E): Fakultas Farmasi: farrnasi@usd.ac.id
(E): Prodi S-1 Farmasi: prodifar@usd.ac.icl; Prodi Pendidikan Profesi Apoteker: profapt@usd.ac.id; Prodi S-2 Farmasi: prodis2far@tsd.ac.id
BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Evaluasi Penggunaan


Antibiotika Pada Pasien Anak Dengan Kasus
Gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap RS Panebahan
Senopati Bantul di Yogyakarta Periode Januari-Juni
2019” bernama Winarti Rambu Tagu Dima. Anak
keempat dari 4 bersaudara dari pasangan Umbu
Kabobu dan April Rambu Sedu Oyi. Penulis lahir di
Wairasa, 08 Januari 1998. Pendidikan formal yang
telah diampuh penulis dari SDM Wairasa (2004-2010),
SMP Kristen Waibakul (2010-2013), SMA Kristen
Waibakul (2013-2016). Pendidikan dilanjutkan hingga
perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Selama perkuliahan, penulis terlibat dalam beberapa
kegiatan kemahasiswaan dan asisten dosen praktikum seperti kegiatan LK I
sebagai peserta (2016), anggota aktif UKF PSF Veronika Farmasi (periode
2016/2017), kegiatan Mental Health Issues Campaign sebagai volunteer (2018),
kegiatan WNTD sebagai volunteer (2018), dan asisten praktikum Pharmaceutical
Care Saraf Renal (periode 2020/2021).

Anda mungkin juga menyukai