Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332212877

POTRET IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS HIGH ORDER THINKING


SKILLS (HOTS) DI SEKOLAH DASAR KOTA MEDAN

Article · January 2018

CITATIONS READS

5 4,308

4 authors, including:

Kustoro Budiarta Faisal Pendas


State University of Medan State University of Medan
6 PUBLICATIONS   9 CITATIONS    27 PUBLICATIONS   31 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Elvi Mailani
State University of Medan
20 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Sukses Mengawal Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar View project

Membaca Pemahaman View project

All content following this page was uploaded by Faisal Pendas on 04 April 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Pembangunan Perkotaan
Volume 6, Nomor 2, Juli – Desember 2018
p-ISSN 2338-6754
e-ISSN 2581-1304
http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP

POTRET IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS HIGH ORDER


THINKING SKILLS (HOTS) DI SEKOLAH DASAR
KOTA MEDAN
Kustoro Budiarta¹, Mukti Hamjah Harahap², Faisal³, Elvi Mailani³

¹Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan


²Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan
³Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan
Email: kustoro_feunimed@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran berbasis High Order Thinking
Skills (HOTS) di Sekolah Dasar kota Medan. Telah diketahui bersama bahwa penerapan Kurikulum 2013
mengisyaratkan bahwa pentingnya penerapan HOTS pada proses pembelajaran di SD. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan studi berupa penelitian untuk melihat efektivitas pelaksanaannya di SD. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan ada 2, yaitu metode deskriptif
dan evaluatif. Populasi penelitian adalah seluruh SD yang ada di Kota Medan. Sampel penelitian ada 40 SD
Negeri yang tersebar di seluruh kecamatan di kota Medan. Data dikumpulkan dengan menggunakan
pedoman wawancara, lembar observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) rata-rata
tingkat keberhasilan guru dalam merumuskan perencanaan pembelajaran berbasis HOTS di SD kota Medan
baru mencapai 79,46 meskipun sudah berada pada kategori Baik. (2) Rata-rata tingkat keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS secara keseluruhan berada pada 74,81% dengan kategori Cukup.
(3) Rata-rata tingkat keberhasilan perumusan penilaian autentik berbasis HOTS di SD kota Medan berada
pada 74,65% dengan kategori Cukup. Dengan demikian, masih diperlukan upaya perbaikan, terutama yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian autentik pembelajaran berbasis HOTS di SD
kota Medan.

Kata kunci: HOTS, kurikulum 2013, SD

PENDAHULUAN skill is an ability in using mind to find meaning and


Pembelajaran pada abad 21 di Sekolah comprehension on something, exploration of ideas,
Dasar (SD) memiliki tujuan dengan karakteristik 4C, making decision, problem solving with best
yaitu; Communication, Collaboration, Critical consideration and revision on the previous thinking
Thinking and Problem Solving, Creativity and process (Suriyana dalam Arifin, 2017).
Innovation. Berdasarkan 4 karakteristik yang Tidak hanya itu, keterampilan berpikir
dikemukakan, cara berpikir merupakan hal yang merupakan kemampuan yang bersifat abstrak, tidak
sangat mendasar perlu diperhatikan dalam bisa dilihat, sebelum dibuktikan dengan aktivitas
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang konkret. Kemampuan berpikir merupakan
yang dilakukan oleh lebih dari 250 peneliti dari 60 disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan dipraktikkan
institusi dunia yang tergabung dalam ATC21S dalam bentuk norma atau pengalaman. Dari beberapa
(Assessment & Teaching of 21st Century Skills) pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan
mengelompokkan kecakapan abad 21 dalam 4 berpikir merupakan suatu kemampuan dalam
kategori, salah satu yang terpenting adalah cara mengolah pikiran untuk menemukan,
berpikir (ATC21S, 2013). mengeksplorasi, dan mengambil keputusan. Hal ini
Kemampuan berpikir merupakan suatu sejalan dengan pendapat Maimunah (dalam Nursaila,
kemampuan dalam memproses operasi mental yang 2015) yang menyatakan bahwa “Thinking skills is a
meliputi pengetahuan persepsi dan penciptaan. Suatu knowledge discipline that can be learned and
kemampuan berpikir merupakan sebuah kemampuan practised until form norm or experience.”
dalam menggunakan pikiran untuk mencari makna Menindaklanjuti paparan di atas, dijelaskan
dan pemahaman tentang sesuatu, mengeksplorasi ide, juga bahwa “The type of thinking process that
mengambil keputusan, memikirkan pemecahan students must develop to prepare them to confront the
dengan pertimbangan terbaik, dan merevisi real world must go beyond simple learning of facts
permasalahan pada proses berpikir sebelumnya. and content. Knowledge obtained through higher‐
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa thinking order thinking processes is more easily transferable,

102
so that students with a deep conceptual dan mengkreasi yang merupakan kemampuan
understanding of an idea will be much more likely to berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
be able to apply that knowledge to solve new Merujuk pada paparan di atas, salah satu
problems”, (Jennifer, et al., 2013:48). Artinya, jenis upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
proses berpikir yang harus dikembangkan siswa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di SD
untuk mempersiapkan mereka menghadapi dunia adalah dengan melakukan reformasi pola
nyata harus melampaui pembelajaran fakta dan pembelajaran di kelas. Hal ini merujuk pada
konten yang sederhana. Pengetahuan yang diperoleh pernyataan bahwa, “Science education worldwide
melalui proses berpikir tingkat tinggi lebih mudah reforms are derived from the constructivist views of
ditransfer, sehingga siswa dengan pemahaman teaching and learning. These reforms are explicitly
konsep yang mendalam tentang sebuah ide akan jauh ask teachers to change their teaching strategies by
lebih mungkin untuk menerapkan pengetahuan itu shifting the emphasis from traditional textbook-based
untuk memecahkan permasalahan baru. and rote learning, to exploration and inquiry-based
Kemampuan berpikir terbagi atas dua learning situated in real-world phenomena”, (B.
bagian, yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah Miri, et al., 2007:354). Artinya, reformasi ilmu
(Low Order Thinking Skill atau LOTS) dan pendidikan di seluruh dunia berasal dari pandangan
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order konstruktivis tentang pengajaran dan belajar.
Thinking Skill atau HOTS). Keterampilan berpikir Reformasi ini secara eksplisit meminta para guru
tingkat tinggi siswa merupakan salah satu barometer untuk mengubah strategi pengajaran mereka dengan
tingkat intelektualitas bangsa. Sebagai agent of menggeser penekanan dari pembelajaran berbasis
change, siswa hendaknya mampu menunjukkan jati teks tradisional dan hafalan, kepada eksplorasi dan
dirinya dengan cara-cara yang intelektual, bermoral, pembelajaran berbasis penyelidikan yang berorientasi
dan elegan. Oleh karena itu, pada abad 21 ini proses pada fenomena dunia nyata.
pembelajaran yang dilaksanakan di setiap jenjang Berdasarkan pernyataan di atas, guru
pendidikan harus benar-benar diperhatikan, agar hendaknya dapat mengubah pola pembelajaran secara
dapat menghasilkan lulusan yang kompeten. komprehensif yang berbasis pada kemampuan
Secara sederhana, untuk membedakan antara berpikir tingkat tinggi dan berbasis aktivitas. Cara
HOTS dan LOTS dapat dilihat pada Gambar 1 yang dapat dilakukan untuk mengadopsi ini adalah
berikut. dengan mengembangkan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian autentik
berbasis HOTS pada setiap pembelajaran. Namun, di
dalam praktiknya pengembangan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian autentik berbasis HOTS
bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh guru.
Selain guru harus benar-benar menguasai materi dan
strategi pembelajaran, guru pun dihadapkan pada
tantangan dengan lingkungan dan intake siswa yang
diajarnya.
Pembelajaran berbasis HOTS pada
Kurikulum 2013 dapat dilakukan dengan menyusun
pencapaian kompetensi yang tidak hanya menjawab
Gambar 1. Perbandingan HOTS dan LOTS pada level C-1 (mengetahui), C-2 (memahami), dan
dalam Pembelajaran C-3 (menerapkan), tetapi juga pada level C-4
(Sumber: Revised Bloom’s Taxonomy (D. Polly & L. (sintesis/ analisis), C-5 (evaluasi), dan C-6
Ausband, 2009:34) (berkreasi). Belajar berpikir kritis sebagai ciri dari
HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, HOTS tidak seperti belajar tentang materi secara
logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif langsung. Berpikir kritis adalah berkaitan dengan
yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. bagaimana memecahkan masalah yang saling
Kurikulum 2013 di SD juga menuntut pembelajaran berkaitan satu dengan lainnya. Berpikir kritis
untuk sampai pada tahap metakognitif yang memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran
mensyaratkan siswa mampu memprediksi, di tengah kejadian dan informasi yang mengelilingi
mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu, mereka setiap hari. Melalui berpikir kritis, siswa akan
ranah dari HOTS, yaitu analisis yang merupakan mengalami proses sistematis yang memungkinkan
kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek- meraka untuk merumuskan dan mengevaluasi
aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu, evaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri.
yang merupakan kemampuan berpikir dalam Layaknya sebagai suatu kebijakan publik,
mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SD
sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 perlu

Jurnal Pembangunan Perkotaan 6 (2) (2018): 102-111

103
ditinjau efektivitas pelaksanaannya di berbagai Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
daerah, tidak terkecuali di kota Medan. Hal ini pihak yang terlibat dalam implementasi pembelajaran
bertujuan untuk memproleh data dan informasi akurat berbasis HOTS di 40 SD Negeri kota Medan,
terkait dengan kelemahan dan kekuatan implementasi meliputi: kepala sekolah, guru kelas I dan IV, serta
pembelajaran berbasis HOTS pada jenjang SD. siswa. Objek
Berdasarkan data itu kemudian muncul kebijakan penelitian adalah situasi sosial dan situasi
baru terkait dengan upaya mengatasi dan mencegah interaksi pembelajaran yang menggambarkan
kelemahan implementasinya serta upaya implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SD.
meningkatkan kekuatan yang dimilikinya. Pengumpulan data-data di lapangan
Berdasarkan kajian inilah kemudian dapat dilakukan menggunakan beberapa teknik, yaitu wawancara,
perumusan dan pengawasan kebijakan sebagai upaya observasi, dan dokumentasi yang biasa disebut
optimalisasi pembelajaran berbasis HOTS di SD, dengan trianggulasi data. Trianggulasi data adalah
khususnya di Kota Medan. teknik pengumpulan data yang bersifat
METODE PENELITIAN menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
Penelitian ini bertujuan untuk data dan sumber yang telah ada (Sugiyono,
mendeskripsikan implementasi pembelajaran berbasis 2007:194).
HOTS di SD kota Medan. Dari hasil penelitian Teknik analisis data dilakukan secara
tersebut diperoleh data mengenai efektivitas deskriptif kualitatif. Proses analisis dilakukan dengan
implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SD menggunakan model kualitatif dari Miles dan
kota Medan terutama yang berhubungan dengan Hubberman (Sugiyono, 2007: 337) sebagaimana
perencanaan, pelaksanaan, penilaian autentik, faktor lazim digunakan adalah:
pendukung, dan faktor penghambatnya. Karenanya, 1. Reduksi Data (Data Reduction)
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan Pada tahap ini, dipilih data yang relevan,
pendekatan kualitatif. Beberapa metode yang penting dan bermakna, dan data yang tidak berguna,
digunakan, yaitu metode deskriptif dan evaluatif. untuk menjelaskan apa yang menjadi sasaran analisis.
Metode penelitian deskriptif, digunakan Lalu menyederhanakan dengan membuat fokus,
dalam penelitian awal untuk menghimpun data klasifikasi, dan abstraksi data.
tentang kondisi yang ada. Kondisi yang ada 2. Sajian Deskripsi Data (Data Display)
mencakup: (1) kondisi sekolah, kompetensi guru, Menyajikan data secara deskriptif tentang
kompetensi kepala sekolah, dan karakteristik siswa; apa yang ditemukan dalam analisis. Sajian deskriptif
(3) kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat dapat diwujudkan dalam narasi. Alur sajiannya
pengembangan pembelajaran berbasis HOTS di SD, sistematik.
misalnya saja sarana dan prasarana pendukung.
Metode evaluatif, digunakan untuk
mengevaluasi proses pembelajaran berbasis HOTS di
SD kota Medan. Evaluasi yang akan dilihat terfokus
3. Penyimpulan/Penarikan Simpulan
(Conclusion/Verification)
kepada 3 hal, antara lain: RPP yang dikembangkan
Penarikan simpulan atas apa yang disajikan
guru, pelaksanaan pembelajaran, dan rumusan
merupakan intisari dari analisis yang memberikan
penilaian autentik berbasis HOTS dalam
pernyataan
pembelajaran. Berdasarkan temuan-temuan, diadakan
Secara sederhana, teknik analisis data dalam
penyempurnaan-penyempurnaan yang mengarah
penelitian yang menggunakan analisis data model
pada rekomendasi kebijakan.
Miles dan Huberman (2014) dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2. Komponen Analisis Data (Interactive
Model)Milles dan Huberman
Data Collection Data Display

Data Reduction
Conclution/Verification

Potret Implementasi Pembelajaran Berbasis High Order Thinking Skills (HOTS)


Di Sekolah Dasar Kota Medan
Kustoro Budiarta, Mukti Hamjah Harahap, Faisal, Elvi Mailani
104
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pembelajaran dengan kualifikasi cukup ada 16 orang
A. Hasil Penelitian atau 20%. Sedangkan banyak guru yang Kurang Baik
Bagian ini menjelaskan temuan hasil dalam merencanakan pembelajaran berbasis HOTS
penelitian tentang implementasi pembelajaran ada 4 orang atau 5%. Melihat data ini, tingkat
berbasis High Order Thinking Skill (HOTS) di 40 SD keberhasilan guru dalam merumuskan perencanaan
Negeri yang ada di Kota Medan. Terdapat 4 aspek pembelajaran berbasis HOTS di SD baru mencapai
fokus kajian yang dilakukan pada penelitian, antara 75%, yang terdiri dari 12,5% kategori Sangat Baik
lain: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan 62,5% dengan kategori Baik. Jika dijumlahkan
pembelajaran, penilaian, dan faktor pendukung dan perolehan nilai oleh guru secara keseluruhan
penghambat implementasi pembelajaran berbasis sebanyak 80 orang, rata-rata tingkat keberhasilan
HOTS di SD Kota Medan. Temuan hasil penelitian guru dalam merumuskan RPP berbasis HOTS di SD
pada setiap aspek kajian dapat dilihat pada jabaran kota Medan baru mencapai 79,46 dengan kategori
berikut. Baik.
1. Perencanaan Pembelajaran Secara sederhana, tingkat keberhasilan guru
Instrumen yang digunakan untuk dalam merumuskan perencanaan pembelajaran
menganalisis rumusan perencanaan pembelajaran berbasis HOTS dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
adalah IPKG-1 (Instrumen Penilaian Kinerja Guru 1/
RPP). Analisis dilakukan pada setiap komponen dan
tingkat kebenaran rumusan pada setiap komponen.
Hasil analisis perencanaan pembelajaran dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Hasil Analisis Perencanaan 100
Pembelajaran 50
Berbasis HOTS di SD Kota Medan 0
No Kualifikasi Banyak Persentase (%)
Guru %
1 Sangat 10 12,5
Baik
2 Baik 50 62,5 Gambar 3. Tingkat Keberhasilan Guru dalam
Merumuskan
3 Cukup 16 20
Perencanaan Pembelajaran
4 Kurang 4 5
Nilai Rata-rata 79,46 Jika ditelaah lebih lanjut, hasil analisis
Kualifikasi Baik tentang rumusan perencanaan pembelajaran berbasis
HOTS di SD kota Medan dapat dijabarkan sebagai
Berpedoman pada Tabel 1, banyak guru berikut:
yang merumuskan perencanaan pembelajaran a. Rumusan Indikator belum Menggambarkan
berbasis HOTS dengan kualifikasi Sangat Baik ada KD Pengetahuan dan Keterampilan secara
10 orang atau jika dipersentasekan baru mencapai Berpasangan
12,5%. Banyak guru yang merumuskan perencanaan Secara sederhana, contoh cuplikan rumusan
dengan kualifikasi Baik ada 50 orang atau mencapai indikator RPP dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
62,5%. Banyak guru yang merumuskan perencanaan

Gambar 4. Cuplikan Kesalahan dalam Merumusan Indikator


Pengetahuan dan Keterampilan

Berdasarkan rumusan indikator pada pengetahuan tidak dirumuskan. Dari kasus ini,
Gambar 4, terlihat bahwa indikator yang dirumuskan terlihat bahwa guru kurang paham dalam
hanya pada domain keterampilan, semantara domain

Jurnal Pembangunan Perkotaan 6 (2) (2018): 102-111

105
merumuskan indikator domain pengetahuan dan Kasus ini menggambarkan tidak sesuainya
keterampilan secara berpasangan. rumusan indikator denga tujuan pembelajaran. Secara
b. Ketidaksesuaian Rumusan Indikator dan sederhana, ketidaksesuaian indikator dengan tujuan
Tujuan Pembelajaran. pembelajaran yang dirumuskan dapat dilihat pada
Gambar 5 berikut.

Gambar 5. Ketidaksesuaian Rumusan Indikator


dan Tujuan Pembelajaran

Berdasarkan cuplikan pada Gambar 5, 2. Pelaksanaan Pembelajaran


diperoleh simpulan bahwa kurang mampunya guru Instrumen yang digunakan untuk
menyesuaikan antara rumusan indikator dan tujuan mengobservasi efektivitas peleksanaan pembelajaran
pembelajaran. Dengan demikian, terjadi miskonsepsi yang berorientasi pada HOTS adalah IPKG-2
antara rumusan dan tujuan pembelajaran yang (Instrumen Penilaian Kinerja Guru 2/ Pelaksanaan
berujung pada tidak sesuainya antara materi yang Pembelajaran). Hasil analisis terhadap pelaksanaan
diajarkan dan penilaian. Sebab, indikator pembelajaran berbasis HOTS dapat dilihat secara
pembelajaran akan berhubungan langsung dengan rinci pada Tabel 2 di bawah.
materi pembelajaran, sedangkan tujuan pembelajaran
berhubungan dengan penilaian. Tabel 2. Hasil Analisis Pelaksanaan Pembelajaran
c. Terjadi Penurunan Tingkatan Kognitif pada Berbasis HOTS di SD Kota Medan
Rumusan Indikator No Kualifikasi Banyak Guru Persentase
Kasus ini terjadi karena kurang pahamnya (%)
guru merumuskan indikator menggunakan Kata Kerja 1 Sangat Baik 4 5
Operasional (KKO). Dampaknya, terjadi penurunan 2 Baik 30 37,5
tingkatan kompetensi yang ingin dicapai berdasarkan 3 Cukup 42 52,5
Kompetensi Dasar (KD) terhadap indikator yang 4 Kurang 4 5
dirumuskan. Misalnya saja, tuntutan KD berada pada Nilai Rata-rata 74,81
C4, namun indikator yang dirumuskan berada pada Kualifikasi Cukup
tingkatan C3.
d. Rumusan Indikator C-4 Sampai C-6 Masih Jika diterjemahkan lebh lanjut, Tabel 2
Minim mendeskripsikan sebagai berikut: (1) guru yang
Idealnya, rumusan indikator untuk mencapai melaksanakan proses pembelajaran berbasis HOTS
tingkatan High Order Thinking Skills (HOTS), dengan kategori Sangat Baik ada 4 orang dan jika
rumusan indikator berada pada tingkatan C-4 sampai dipersentasekan ada 5% dari 80 orang guru yang
dengan C-6 dengan tanpa mengabaikan tuntutan KD. menjadi sampel penelitian, (2) banyak guru yang
Berdasarkan hasil analisis pada rumusan indikator, melaksanakan proses pembelajaran berbasis HOTS
masih minim pada level C-4 sampai dengan C-6. dengan kategori Baik ada 30 orang dan jika
Secara umum masih pada kategori ingatan, dipersentasekan ada 37,5%, (3) banyak guru yang
pemahaman, dan analisis (C-1 s.d C-3). Dengan melaksanakan proses pembelajaran berbasis HOTS
demikian, perencanaan pembelajaran yang pada kategori Cukup Baik ada 42 orang dan jika
dirumuskan masih pada kategori Low Order Thinking dipersentasekan ada 52,5%, (4) banyak guru yang
Skills (LOTS). melaksanakan proses pembelajaran dengan kategori

Potret Implementasi Pembelajaran Berbasis High Order Thinking Skills (HOTS)


Di Sekolah Dasar Kota Medan
Kustoro Budiarta, Mukti Hamjah Harahap, Faisal, Elvi Mailani 106
Kurang Baik ada 5 orang dan jika dipersentasekan Nilai Rata-rata 74,65
ada 5% dari total keseluruhan, dan (5) tingkat Kualifikasi Cukup
keberhasilan implementasi pembelajaran berbasis
HOTS secara keseluruhan berada pada 74,81% Berdasarkan sebaran data pada Tabel 3
dengan kategori Cukup. Artinya, secara umum diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) banyak guru
pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS di SD kota yang mampu merumuskan penilaian autentik berbasis
Medan masih berada pada kategori Cukup dan masih HOTS di SD kota Medan dengan kategori Sangat
perlu ditingkatkan. Baik ada 8 orang atau 10% dari jumlah total
Jika digambarkan lebih lanjut, tingkat keseluruhan, (2) banyak guru yang mampu
keberhasilan implementasi pembelajaran berbasis merumuskan penilaian autentik berbasis HOTS
HOTS di SD kota Medan dapat dilihat pada Gambar dengan kategori Baik ada 32 orang atau berada pada
6 berikut. 40% dari total keseluruhan, (3) banyak guru yang
merumuskan penilaian autentik berbasis HOTS
80 dengan kategori Cukup ada 36 orang atau lebih kurag
60 45% dari total keseluruhan, dan (4) ada 4 orang guru
yang berada pada kategori Kurang dalam
40
merumuskan penilaian autentik berbasis HOTS di
20 SD, serta (5) tingkat keberhasilan perumusan
0 penilaian autentik berbasis HOTS di SD kota Medan
berada pada 74,65% dengan kategori Cukup. Sama
halnya dengan pada pelaksanaan pembelajaran,
rumusan penilaian autentik pun masih berada pada
kategori Cukup. Artinya, guru SD di Kota Medan
baru berada pada kategori Cukup jika dilihat dari
Gambar 6. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan aspek keterampilan dalam merumuskan penilaian
Pembelajaran Berbasis HOTS di SD Kota Medan berbasis HOTS di SD.
Secara sederhana, gambaran efektivitas
Tingkat efektivitas pembelajaran yang rumusan penilaian autentik berbasis HOTS di SD
tertuang pada Gambar 6 diperoleh berdasarkan kota Medan dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.
temuan pada beberapa hal, antara lain:
a. Terdapat ketidaksesuaian tahapan pembelajaran
100
dalam RPP dengan pelaksanaan pembelajaran. 50
b. Sebagian besar, pelaksanaan pembelajaran 0
berbasis HOTS masih minim dilakukan.
Pertanyaan yang digunakan masih banyak pada:
apa, kapan, & di mana. Sementara, kata
“Mengapa” dan “Bagaimana” minim digunakan.
c. Pengondisian pembelajaran: Berpikir kritis,
berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan minim dilakukan. Gambar 7. Efektivitas Rumusan Penilaian
3. Penilaian Autentik Autentik Berbasis HOTS di SD Kota Medan
Penilaian autentik menitikberatkan pada dua Jika ditelaah lebih lanjut, temuan penelitian
aspek penilaian, yaitu: instrumen penilaian yang seperti yang tertuang pada Gambar 7 dapat dilihat
digunakan dan implementasinya dalam proses lebih rinci sebagai berikut.
pembelajaran. Temuan hasil penelitian berdasarkan a. Instrumen penilaian yang dicantumkan pada RPP
analisis instrumen yang digunakan, penilaian autentik sebagian besar lebih terlihat pada aspek
pada pembelajaran berbasis HOTS di SD kota Medan keterampilan.
dapat dilihat secara rinci pada Tabel 3 berikut. b. Soal-soal evaluasi banyak yang mengadopsi
langsung dari Buku Siswa.
Tabel 3. Hasil Analisis Penilaian Autentik c. Terdapat ketidaksesuaian Rumusan Indikator
Berbasis HOTS di SD Kota Medan dengan soal-soal evaluasi.
No Kualifikasi Banyak Persentase d. Redaksi bahasa soal kurang memfasilitasi siswa
Guru (%) berpikir tingkat tinggi.
e. Ada sebagian kecil guru yang tidak mempunyai
1 Sangat 8 10
dokumen soal-soal evaluasi.
Baik
Gambaran contoh rumusan soal dalam
2 Baik 32 40
penilaian autentik berbasis HOTS yang telah
3 Cukup 36 45
dikembangkan oleh guru dapat dilihat pada Gambar 8
4 Kurang 4 5 dan 9 berikut.

Jurnal Pembangunan Perkotaan 6 (2) (2018): 102-111

107
Gambar 8. Cuplikan Soal Belum HOTS

Gambar 9. Cuplikan Soal HOTS

Tabel 4. Hasil Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat


Implementasi Pembelajaran Berbasis HOTS
di SD Kota Medan
No Faktor Pendukung Faktor Penghambat
1 Sarana dan prasarana yang cukup Pemahaman guru tentang cara merumuskan indikator
memadai masih kurang
2 Persepsi guru yang positif terhadap Sekolah masih tahap awal implementasi kurikulum 2013
implementasi pembelajaran berbasis
HOTS di SD
3 Dukungan dan komitmen yang dari Pemahaman guru tentang konsep dan penerapan HOTS
Dinas Pendidikan Kota Medan dan dalam pembelajaran masih kurang
Kepala Sekolah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan terutama

Potret Implementasi Pembelajaran Berbasis High Order Thinking Skills (HOTS)


Di Sekolah Dasar Kota Medan
Kustoro Budiarta, Mukti Hamjah Harahap, Faisal, Elvi Mailani 110
108
penerapan pembelajaran berbasis
HOTS di SD

4 Karakteristik siswa yang berada di Pelatihan dan pendampingan tentang HOTS masih
perkotaan yang cenderung lebih aktif minim diperoleh
dalam pembelajaran
5 Kualifikasi pendidikan guru yang Pendampingan yang berorientasi pada contoh penerapan
sudah memadai secara langsung kurang diperoleh (masih teoritis)

B. Pembahasan a. Terdapat ketidaksesuaian tahapan pembelajaran


Merujuk pada pendapat Firman (dalam dalam RPP dengan pelaksanaan pembelajaran.
Faisal, 2018:547) yang menyatakan bahwa b. Sebagian besar, pelaksanaan pembelajaran
keberhasilan sebuah program ditandai dengan ciri-ciri berbasis HOTS masih minim dilakukan.
sebagai berikut: (a) berhasil mengantarkan peserta Pertanyaan yang digunakan masih banyak pada:
mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah apa, kapan, & di mana. Sementara, kata
ditetapkan, (b) memberikan pengalaman belajar yang “Mengapa” dan “Bagaimana” minim digunakan.
atraktif, melibatkan peserta secara aktif sehingga c. Pengondisian pembelajaran: Berpikir kritis,
menunjang pencapaian tujuan instruksional, dan (c) berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan
memiliki sarana-sarana yang menunjang proses pengambilan keputusan minim dilakukan.
pembelajaran. Selain itu, dijelaskan juga bahwa 3. Penilaian Autentik
keberhasilan program ditandai dengan persentase Rata-rata tingkat keberhasilan perumusan
keberhasilan minimal ≥75% pada kategori baik. penilaian autentik berbasis HOTS di SD kota Medan
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di berada pada 74,65% dengan kategori Cukup. Sama
atas, keberhasilan implementasi pembelajaran berbasis halnya dengan pada pelaksanaan pembelajaran,
HOTS di SD kota Medan dapat dijelaskan sebagai rumusan penilaian autentik pun masih berada pada
berikut. kategori Cukup. Artinya, guru SD di Kota Medan baru
1. Perencanaan Pembelajaran berada pada kategori Cukup jika dilihat dari aspek
Rata-rata tingkat keberhasilan guru dalam keterampilan dalam merumuskan penilaian berbasis
merumuskan RPP berbasis HOTS di SD kota Medan HOTS di SD. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan
baru mencapai 79,46 dengan kategori Baik. Artinya, bahwa implementasi pembelajaran berbasis HOTS
kemampuan guru dalam merumuskan perencanaan pada aspek perumusan penilaian autentik belum
berbasis HOTS sudah tergolong baik di SD kota dikatan berhasil sesuai harapan karena belum
Medan. Jika dihubungkan dengan teori sebelumnya, mencapai ambang batas 75%. Dengan demikian, pada
pada aspek kemampuan guru dalam merumuskan aspek penilaian autentik masih perlu dilakukan
perencanaan pembelajaran berbasis HOTS di SD kota perbaikan agar para guru mampu mengembangkan
Medan sudah dikatakan berhasil karena berada di atas instrumen penilaian secara otentik terutama yang
75%. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa berhubungan dengan pengembangan keterampilan
kendala utama yang harus ditindaklanjuti lebih lanjut, berpikir tingkat tinggi bagi siswa.
di antaranya: Beberapa kendala yang ditemui dapat dilihat
a. Rumusan indikator belum menggambarkan KD pada jabaran berikut.
pengetahuan dan keterampilan secara berpasangan a. Instrumen penilaian yang dicantumkan pada RPP
b. Ketidaksesuaian rumusan indikator dan tujuan sebagian besar lebih terlihat pada aspek
pembelajaran. keterampilan.
c. Terjadi penurunan tingkatan kognitif pada b. Soal-soal evaluasi banyak yang mengadopsi
rumusan indikator. langsung dari Buku Siswa.
d. Rumusan indikator C-4 sampai C-6 masih minim. c. Terdapat ketidaksesuaian Rumusan Indikator
2. Pelaksanaan Pembelajaran dengan soal-soal evaluasi.
Rata-rata tingkat keberhasilan implementasi d. Redaksi bahasa soal kurang memfasilitasi siswa
pembelajaran berbasis HOTS secara keseluruhan berpikir tingkat tinggi.
berada pada 74,81% dengan kategori Cukup. Artinya, e. Ada sebagian kecil guru yang tidak mempunyai
secara umum pelaksanaan pembelajaran berbasis dokumen soal-soal evaluasi.
HOTS di SD kota Medan masih berada pada kategori 4. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Cukup dan masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan data Berdasarkan data Tabel 4 sebelumnya,
ini, pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS di SD dapat dilihat bahwa terdapat beberapa faktor
kota Medan belum dikatakan berhasil dan belum pendukung implementasi pembelajaran berbasis
sesuai dengan harapan karena tidak mencapai 75%. HOTS di SD kota Medan, antara lain:
Beberapa kendala yang ditemui secara rinci dapat a. Sarana dan prasarana yang cukup memadai. Sarana
dijelaskan sebagai berikut. dan prasarana yang dimaksud dalam hal ini adalah

Jurnal Pembangunan Perkotaan 6 (2) (2018): 102-111

109
media-media pembelajaran, lingkungan sekolah, Kurikulum 2013. Dengan demikian, implementasi
sumber-sumber belajar, dan peralatan pendukung pembelajaran berasis HOTS-pun masih pada tahap
lainnya seperti infocus, soundsystem, dan lain awal implementasi dalam pembelajaran di kelas.
sebagainya. Hampir semua SD negeri di Kota Dengan demikian, kondisi ini membuat guru
Medan memiliki sarana dan prasaran yang memdai kurang matang dalam pemahaman dan aplikasi
dalam menunjang pembelajaran berbasis HOTS. pembelajaran berbasis HOTS di SD.
b. Persepsi guru yang positif terhadap implementasi c. Pemahaman guru tentang konsep dan penerapan
pembelajaran berbasis HOTS di SD. Pada HOTS dalam pembelajaran masih kurang. Hal ini
umumnya, guru mempunyai pandangan yang baik tergambar dari jawaban responden yang jika
terhadap kebijakan implementasi pembelajaran ditanya tentang HOTS, cenderung kurang dapat
berbasis HOTS di SD. Kebijakan ini sangat memberikan jawaban sesuai dengan isi pertanyaan.
mendukung dalam mengembangkan keterampilan Ketidakmampuan guru dalam menjawab
berpikir pada siswa sehingga mampu menganalisis pertanyaan dimaksud disebabkan oleh kurang
permasalahan secara otentik dan menyeluruh pahamnya guru terhadap HOTS yang dimaksud.
berdasarkan analisis mendalam. d. Pelatihan dan pendampingan tentang HOTS masih
c. Dukungan dan komitmen yang dari Dinas minim diperoleh. Para guru masih memperoleh
Pendidikan Kota Medan dan Kepala Sekolah untuk pelatihan pembelajaran tematik sesuai dengan
meningkatkan kualitas pendidikan terutama tuntutan kurikulum 2013 di SD. Sedangkan
penerapan pembelajaran berbasis HOTS di SD. pelatihan yang berhubungan dengan pembelajaran
Hal ini terlihat dari banyaknya anggaran dana yang berbasis HOTS masih minim diperoleh.
dialokasikan dan kuantitas pelatihan yang e. Pendampingan yang berorientasi pada contoh
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru. penerapan secara langsung kurang diperoleh
Salah satu program yang dilakukan adalah (masih teoritis). Secara umum, pelatihan yang
pendampingan implementasi pembelajaran diberikan selalu terfokus pada penjelasan materi,
berbasis HOTS di SD yang bersinergi langsung sedangkan aplikasi atau penerapannya kurang
dengan pelatihan Kurikulum 2013 bagi guru mendapat perhatian dari para instruktur. Akhirnya,
sasaran. para guru paham akan konsep dan teori, namun
d. Karakteristik siswa yang berada di perkotaan yang kuarng mahir dalam mengaplikasikannya.
cenderung lebih aktif dalam pembelajaran. Secara
umum, jika dilihat para peserta didik di Kota
Medan tergolong aktif dalam belajar dan berani SIMPULAN
mengemukakan pendapat jika dibandingkan Simpulan hasil penelitian dapat
dengan jenjang sekolah yang sama pada daerah dideskripsikan sebagai berikut: (1) Rata-rata tingkat
lain. Kondisi ini merupakan peluang besar dan keberhasilan guru dalam merumuskan perencanaan
faktor pendukung dalam mengembangakan pembelajaran berbasis HOTS di SD kota Medan baru
pembelajaran berbasis HOTS di SD kota Medan. mencapai 79,46 meskipun sudah berada pada kategori
e. Kualifikasi pendidikan guru yang sudah memadai. Baik. (2) Rata-rata tingkat keberhasilan pelaksanaan
Secara umum, para guru SD yang ada di kota pembelajaran berbasis HOTS secara keseluruhan
Medan sudah sesuai dengan kualifikasi pendidikan berada pada 74,81% dengan kategori Cukup. (3) Rata-
yang dipersyaratkan oleh Undang-undang untuk rata tingkat keberhasilan perumusan penilaian autentik
guru SD. Hampir semua guru sudah mempunyai berbasis HOTS di SD kota Medan berada pada
kualifikasi pendidikan S-1 (Strata 1) yang 74,65% dengan kategori Cukup. (4) Faktor pendukung
konsentrasinya berorientasi pada Pendidikan Guru implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SD kota
Sekolah Dasar. Medan, antara lain: (a) sarana dan prasarana yang
Sementara, faktor penghambat implementasi cukup memadai, (b) persepsi guru yang positif
pembelajaran berbasis HOTS di SD kota Medan dapat terhadap implementasi pembelajaran berbasis HOTS
dijabarkan sebagai berikut: di SD, (c) dukungan dan komitmen yang dari Dinas
a. Pemahaman guru tentang cara merumuskan Pendidikan Kota Medan dan Kepala Sekolah untuk
indikator masih kurang. Hal ini tergambar dari meningkatkan kualitas pendidikan terutama penerapan
tingkat kesalahan yang hampir sama ditemukan pembelajaran berbasis HOTS di SD, (d) karakteristik
pada sebagian besar guru terutama pada aspek siswa yang berada di perkotaan yang cenderung lebih
kemampuan merumuskan indikator. Indikator yang aktif dalam pembelajaran, (e) Kualifikasi pendidikan
dirumuskan belum menggambarkan KD dan guru yang sudah memadai. Faktor penghambat
terkadang terjadi penurunan tingkatan kompetensi implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SD kota
tuntutan Kompetensi Dasar (KD). Medan sebagai berikut: (a) pemahaman guru tentang
b. Sekolah masih tahap awal implementasi kurikulum cara merumuskan indikator masih kurang, (b) sekolah
2013. Secara umum, sekolah yang menjadi tempat masih tahap awal implementasi kurikulum 2013, (c)
penelitian baru tahap awal implementasi pemahaman guru tentang konsep dan penerapan

Potret Implementasi Pembelajaran Berbasis High Order Thinking Skills (HOTS)


Di Sekolah Dasar Kota Medan
Kustoro Budiarta, Mukti Hamjah Harahap, Faisal, Elvi Mailani 110
HOTS dalam pembelajaran masih kurang, (d) Sugiyono, M. P. P. (2007). Pendekatan
pelatihan dan pendampingan tentang HOTS masih Kuantitatif. Kualitatif, dan R&D, Bandung:
minim diperoleh, dan (e) pendampingan yang Alfabeta.
berorientasi pada contoh penerapan secara langsung
kurang diperoleh (masih teoritis). Dengan demikian,
masih diperlukan upaya perbaikan terutama yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian autentik pembelajaran berbasis HOTS di SD
kota Medan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota
Medan yang telah membiayai seluruh biaya penelitian
sehingga proses pengumpulan dan pengolahan data
berjalan sesuai harapan. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada Lembaga Pengabdian Masyarakat
Universitas Negeri Medan (LPM-UNIMED) dan
Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah bersedia
menjadi tim kolaborator dalam pelaksanaan penelitian
ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. (2017). “Mengembangkan Instrumen
Pengukur Critical Thinking Skills Siswa pada
Pembelajaran Matematika Abad 21.” Jurnal
THEOREMS, Volume 1, Nomor 2, Januari
2017.
ATC21S Consortium (2013). A Partnership to Drive
Change and Success in Education.
http://vuir.vu.edu.au/24795/1/CE_201309021
5242146.pdf
B. Miri, et al. (2007). “Purposely Teaching for the
Promotion of Higher-Order Thinking Skills:
A Case of Critical Thinking.” Res Sci Educ,
37 (1), 353-369.
Faisal, F., Gandamana, A., & Andayani, T. (2018).
Penguatan Kompetensi Guru dalam
Pembelajaran Tematik sebagai Upaya
Optimalisasi Kurikulum 2013 di SD
Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli
Serdang. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 24(1), 544-550.
Jennifer L. S. R., et al. (2013). “Higher Order
Thinking Skills and Academic Performance
in Physics of College Students: A Regression
Analysis.” International Journal of
Innovative Interdisciplinary Research, 12 (4),
48-60.

Miles, M.B, Huberman, A.M, dan Saldana, J. (2014).


Qualitative Data Analysis, A Methods
Sourcebook Edition 3. USA: Sage
Publications.
Nursaila, S., dan Faridah. (2015). “Problem Solving
Strategy in Balanced Forces.” International
Journal of Bussiness and Social Science, Vol.
6 (8), 94-98.

Jurnal Pembangunan Perkotaan 6 (2) (2018): 102-111

111

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai