net/publication/332212877
CITATIONS READS
5 4,308
4 authors, including:
Elvi Mailani
State University of Medan
20 PUBLICATIONS 8 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Faisal Pendas on 04 April 2019.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran berbasis High Order Thinking
Skills (HOTS) di Sekolah Dasar kota Medan. Telah diketahui bersama bahwa penerapan Kurikulum 2013
mengisyaratkan bahwa pentingnya penerapan HOTS pada proses pembelajaran di SD. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan studi berupa penelitian untuk melihat efektivitas pelaksanaannya di SD. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan ada 2, yaitu metode deskriptif
dan evaluatif. Populasi penelitian adalah seluruh SD yang ada di Kota Medan. Sampel penelitian ada 40 SD
Negeri yang tersebar di seluruh kecamatan di kota Medan. Data dikumpulkan dengan menggunakan
pedoman wawancara, lembar observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) rata-rata
tingkat keberhasilan guru dalam merumuskan perencanaan pembelajaran berbasis HOTS di SD kota Medan
baru mencapai 79,46 meskipun sudah berada pada kategori Baik. (2) Rata-rata tingkat keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS secara keseluruhan berada pada 74,81% dengan kategori Cukup.
(3) Rata-rata tingkat keberhasilan perumusan penilaian autentik berbasis HOTS di SD kota Medan berada
pada 74,65% dengan kategori Cukup. Dengan demikian, masih diperlukan upaya perbaikan, terutama yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian autentik pembelajaran berbasis HOTS di SD
kota Medan.
102
so that students with a deep conceptual dan mengkreasi yang merupakan kemampuan
understanding of an idea will be much more likely to berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
be able to apply that knowledge to solve new Merujuk pada paparan di atas, salah satu
problems”, (Jennifer, et al., 2013:48). Artinya, jenis upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
proses berpikir yang harus dikembangkan siswa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di SD
untuk mempersiapkan mereka menghadapi dunia adalah dengan melakukan reformasi pola
nyata harus melampaui pembelajaran fakta dan pembelajaran di kelas. Hal ini merujuk pada
konten yang sederhana. Pengetahuan yang diperoleh pernyataan bahwa, “Science education worldwide
melalui proses berpikir tingkat tinggi lebih mudah reforms are derived from the constructivist views of
ditransfer, sehingga siswa dengan pemahaman teaching and learning. These reforms are explicitly
konsep yang mendalam tentang sebuah ide akan jauh ask teachers to change their teaching strategies by
lebih mungkin untuk menerapkan pengetahuan itu shifting the emphasis from traditional textbook-based
untuk memecahkan permasalahan baru. and rote learning, to exploration and inquiry-based
Kemampuan berpikir terbagi atas dua learning situated in real-world phenomena”, (B.
bagian, yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah Miri, et al., 2007:354). Artinya, reformasi ilmu
(Low Order Thinking Skill atau LOTS) dan pendidikan di seluruh dunia berasal dari pandangan
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order konstruktivis tentang pengajaran dan belajar.
Thinking Skill atau HOTS). Keterampilan berpikir Reformasi ini secara eksplisit meminta para guru
tingkat tinggi siswa merupakan salah satu barometer untuk mengubah strategi pengajaran mereka dengan
tingkat intelektualitas bangsa. Sebagai agent of menggeser penekanan dari pembelajaran berbasis
change, siswa hendaknya mampu menunjukkan jati teks tradisional dan hafalan, kepada eksplorasi dan
dirinya dengan cara-cara yang intelektual, bermoral, pembelajaran berbasis penyelidikan yang berorientasi
dan elegan. Oleh karena itu, pada abad 21 ini proses pada fenomena dunia nyata.
pembelajaran yang dilaksanakan di setiap jenjang Berdasarkan pernyataan di atas, guru
pendidikan harus benar-benar diperhatikan, agar hendaknya dapat mengubah pola pembelajaran secara
dapat menghasilkan lulusan yang kompeten. komprehensif yang berbasis pada kemampuan
Secara sederhana, untuk membedakan antara berpikir tingkat tinggi dan berbasis aktivitas. Cara
HOTS dan LOTS dapat dilihat pada Gambar 1 yang dapat dilakukan untuk mengadopsi ini adalah
berikut. dengan mengembangkan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian autentik
berbasis HOTS pada setiap pembelajaran. Namun, di
dalam praktiknya pengembangan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian autentik berbasis HOTS
bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh guru.
Selain guru harus benar-benar menguasai materi dan
strategi pembelajaran, guru pun dihadapkan pada
tantangan dengan lingkungan dan intake siswa yang
diajarnya.
Pembelajaran berbasis HOTS pada
Kurikulum 2013 dapat dilakukan dengan menyusun
pencapaian kompetensi yang tidak hanya menjawab
Gambar 1. Perbandingan HOTS dan LOTS pada level C-1 (mengetahui), C-2 (memahami), dan
dalam Pembelajaran C-3 (menerapkan), tetapi juga pada level C-4
(Sumber: Revised Bloom’s Taxonomy (D. Polly & L. (sintesis/ analisis), C-5 (evaluasi), dan C-6
Ausband, 2009:34) (berkreasi). Belajar berpikir kritis sebagai ciri dari
HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, HOTS tidak seperti belajar tentang materi secara
logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif langsung. Berpikir kritis adalah berkaitan dengan
yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. bagaimana memecahkan masalah yang saling
Kurikulum 2013 di SD juga menuntut pembelajaran berkaitan satu dengan lainnya. Berpikir kritis
untuk sampai pada tahap metakognitif yang memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran
mensyaratkan siswa mampu memprediksi, di tengah kejadian dan informasi yang mengelilingi
mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu, mereka setiap hari. Melalui berpikir kritis, siswa akan
ranah dari HOTS, yaitu analisis yang merupakan mengalami proses sistematis yang memungkinkan
kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek- meraka untuk merumuskan dan mengevaluasi
aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu, evaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri.
yang merupakan kemampuan berpikir dalam Layaknya sebagai suatu kebijakan publik,
mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi; implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SD
sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 perlu
103
ditinjau efektivitas pelaksanaannya di berbagai Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
daerah, tidak terkecuali di kota Medan. Hal ini pihak yang terlibat dalam implementasi pembelajaran
bertujuan untuk memproleh data dan informasi akurat berbasis HOTS di 40 SD Negeri kota Medan,
terkait dengan kelemahan dan kekuatan implementasi meliputi: kepala sekolah, guru kelas I dan IV, serta
pembelajaran berbasis HOTS pada jenjang SD. siswa. Objek
Berdasarkan data itu kemudian muncul kebijakan penelitian adalah situasi sosial dan situasi
baru terkait dengan upaya mengatasi dan mencegah interaksi pembelajaran yang menggambarkan
kelemahan implementasinya serta upaya implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SD.
meningkatkan kekuatan yang dimilikinya. Pengumpulan data-data di lapangan
Berdasarkan kajian inilah kemudian dapat dilakukan menggunakan beberapa teknik, yaitu wawancara,
perumusan dan pengawasan kebijakan sebagai upaya observasi, dan dokumentasi yang biasa disebut
optimalisasi pembelajaran berbasis HOTS di SD, dengan trianggulasi data. Trianggulasi data adalah
khususnya di Kota Medan. teknik pengumpulan data yang bersifat
METODE PENELITIAN menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
Penelitian ini bertujuan untuk data dan sumber yang telah ada (Sugiyono,
mendeskripsikan implementasi pembelajaran berbasis 2007:194).
HOTS di SD kota Medan. Dari hasil penelitian Teknik analisis data dilakukan secara
tersebut diperoleh data mengenai efektivitas deskriptif kualitatif. Proses analisis dilakukan dengan
implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SD menggunakan model kualitatif dari Miles dan
kota Medan terutama yang berhubungan dengan Hubberman (Sugiyono, 2007: 337) sebagaimana
perencanaan, pelaksanaan, penilaian autentik, faktor lazim digunakan adalah:
pendukung, dan faktor penghambatnya. Karenanya, 1. Reduksi Data (Data Reduction)
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan Pada tahap ini, dipilih data yang relevan,
pendekatan kualitatif. Beberapa metode yang penting dan bermakna, dan data yang tidak berguna,
digunakan, yaitu metode deskriptif dan evaluatif. untuk menjelaskan apa yang menjadi sasaran analisis.
Metode penelitian deskriptif, digunakan Lalu menyederhanakan dengan membuat fokus,
dalam penelitian awal untuk menghimpun data klasifikasi, dan abstraksi data.
tentang kondisi yang ada. Kondisi yang ada 2. Sajian Deskripsi Data (Data Display)
mencakup: (1) kondisi sekolah, kompetensi guru, Menyajikan data secara deskriptif tentang
kompetensi kepala sekolah, dan karakteristik siswa; apa yang ditemukan dalam analisis. Sajian deskriptif
(3) kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat dapat diwujudkan dalam narasi. Alur sajiannya
pengembangan pembelajaran berbasis HOTS di SD, sistematik.
misalnya saja sarana dan prasarana pendukung.
Metode evaluatif, digunakan untuk
mengevaluasi proses pembelajaran berbasis HOTS di
SD kota Medan. Evaluasi yang akan dilihat terfokus
3. Penyimpulan/Penarikan Simpulan
(Conclusion/Verification)
kepada 3 hal, antara lain: RPP yang dikembangkan
Penarikan simpulan atas apa yang disajikan
guru, pelaksanaan pembelajaran, dan rumusan
merupakan intisari dari analisis yang memberikan
penilaian autentik berbasis HOTS dalam
pernyataan
pembelajaran. Berdasarkan temuan-temuan, diadakan
Secara sederhana, teknik analisis data dalam
penyempurnaan-penyempurnaan yang mengarah
penelitian yang menggunakan analisis data model
pada rekomendasi kebijakan.
Miles dan Huberman (2014) dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2. Komponen Analisis Data (Interactive
Model)Milles dan Huberman
Data Collection Data Display
Data Reduction
Conclution/Verification
Berdasarkan rumusan indikator pada pengetahuan tidak dirumuskan. Dari kasus ini,
Gambar 4, terlihat bahwa indikator yang dirumuskan terlihat bahwa guru kurang paham dalam
hanya pada domain keterampilan, semantara domain
105
merumuskan indikator domain pengetahuan dan Kasus ini menggambarkan tidak sesuainya
keterampilan secara berpasangan. rumusan indikator denga tujuan pembelajaran. Secara
b. Ketidaksesuaian Rumusan Indikator dan sederhana, ketidaksesuaian indikator dengan tujuan
Tujuan Pembelajaran. pembelajaran yang dirumuskan dapat dilihat pada
Gambar 5 berikut.
107
Gambar 8. Cuplikan Soal Belum HOTS
4 Karakteristik siswa yang berada di Pelatihan dan pendampingan tentang HOTS masih
perkotaan yang cenderung lebih aktif minim diperoleh
dalam pembelajaran
5 Kualifikasi pendidikan guru yang Pendampingan yang berorientasi pada contoh penerapan
sudah memadai secara langsung kurang diperoleh (masih teoritis)
109
media-media pembelajaran, lingkungan sekolah, Kurikulum 2013. Dengan demikian, implementasi
sumber-sumber belajar, dan peralatan pendukung pembelajaran berasis HOTS-pun masih pada tahap
lainnya seperti infocus, soundsystem, dan lain awal implementasi dalam pembelajaran di kelas.
sebagainya. Hampir semua SD negeri di Kota Dengan demikian, kondisi ini membuat guru
Medan memiliki sarana dan prasaran yang memdai kurang matang dalam pemahaman dan aplikasi
dalam menunjang pembelajaran berbasis HOTS. pembelajaran berbasis HOTS di SD.
b. Persepsi guru yang positif terhadap implementasi c. Pemahaman guru tentang konsep dan penerapan
pembelajaran berbasis HOTS di SD. Pada HOTS dalam pembelajaran masih kurang. Hal ini
umumnya, guru mempunyai pandangan yang baik tergambar dari jawaban responden yang jika
terhadap kebijakan implementasi pembelajaran ditanya tentang HOTS, cenderung kurang dapat
berbasis HOTS di SD. Kebijakan ini sangat memberikan jawaban sesuai dengan isi pertanyaan.
mendukung dalam mengembangkan keterampilan Ketidakmampuan guru dalam menjawab
berpikir pada siswa sehingga mampu menganalisis pertanyaan dimaksud disebabkan oleh kurang
permasalahan secara otentik dan menyeluruh pahamnya guru terhadap HOTS yang dimaksud.
berdasarkan analisis mendalam. d. Pelatihan dan pendampingan tentang HOTS masih
c. Dukungan dan komitmen yang dari Dinas minim diperoleh. Para guru masih memperoleh
Pendidikan Kota Medan dan Kepala Sekolah untuk pelatihan pembelajaran tematik sesuai dengan
meningkatkan kualitas pendidikan terutama tuntutan kurikulum 2013 di SD. Sedangkan
penerapan pembelajaran berbasis HOTS di SD. pelatihan yang berhubungan dengan pembelajaran
Hal ini terlihat dari banyaknya anggaran dana yang berbasis HOTS masih minim diperoleh.
dialokasikan dan kuantitas pelatihan yang e. Pendampingan yang berorientasi pada contoh
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru. penerapan secara langsung kurang diperoleh
Salah satu program yang dilakukan adalah (masih teoritis). Secara umum, pelatihan yang
pendampingan implementasi pembelajaran diberikan selalu terfokus pada penjelasan materi,
berbasis HOTS di SD yang bersinergi langsung sedangkan aplikasi atau penerapannya kurang
dengan pelatihan Kurikulum 2013 bagi guru mendapat perhatian dari para instruktur. Akhirnya,
sasaran. para guru paham akan konsep dan teori, namun
d. Karakteristik siswa yang berada di perkotaan yang kuarng mahir dalam mengaplikasikannya.
cenderung lebih aktif dalam pembelajaran. Secara
umum, jika dilihat para peserta didik di Kota
Medan tergolong aktif dalam belajar dan berani SIMPULAN
mengemukakan pendapat jika dibandingkan Simpulan hasil penelitian dapat
dengan jenjang sekolah yang sama pada daerah dideskripsikan sebagai berikut: (1) Rata-rata tingkat
lain. Kondisi ini merupakan peluang besar dan keberhasilan guru dalam merumuskan perencanaan
faktor pendukung dalam mengembangakan pembelajaran berbasis HOTS di SD kota Medan baru
pembelajaran berbasis HOTS di SD kota Medan. mencapai 79,46 meskipun sudah berada pada kategori
e. Kualifikasi pendidikan guru yang sudah memadai. Baik. (2) Rata-rata tingkat keberhasilan pelaksanaan
Secara umum, para guru SD yang ada di kota pembelajaran berbasis HOTS secara keseluruhan
Medan sudah sesuai dengan kualifikasi pendidikan berada pada 74,81% dengan kategori Cukup. (3) Rata-
yang dipersyaratkan oleh Undang-undang untuk rata tingkat keberhasilan perumusan penilaian autentik
guru SD. Hampir semua guru sudah mempunyai berbasis HOTS di SD kota Medan berada pada
kualifikasi pendidikan S-1 (Strata 1) yang 74,65% dengan kategori Cukup. (4) Faktor pendukung
konsentrasinya berorientasi pada Pendidikan Guru implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SD kota
Sekolah Dasar. Medan, antara lain: (a) sarana dan prasarana yang
Sementara, faktor penghambat implementasi cukup memadai, (b) persepsi guru yang positif
pembelajaran berbasis HOTS di SD kota Medan dapat terhadap implementasi pembelajaran berbasis HOTS
dijabarkan sebagai berikut: di SD, (c) dukungan dan komitmen yang dari Dinas
a. Pemahaman guru tentang cara merumuskan Pendidikan Kota Medan dan Kepala Sekolah untuk
indikator masih kurang. Hal ini tergambar dari meningkatkan kualitas pendidikan terutama penerapan
tingkat kesalahan yang hampir sama ditemukan pembelajaran berbasis HOTS di SD, (d) karakteristik
pada sebagian besar guru terutama pada aspek siswa yang berada di perkotaan yang cenderung lebih
kemampuan merumuskan indikator. Indikator yang aktif dalam pembelajaran, (e) Kualifikasi pendidikan
dirumuskan belum menggambarkan KD dan guru yang sudah memadai. Faktor penghambat
terkadang terjadi penurunan tingkatan kompetensi implementasi pembelajaran berbasis HOTS di SD kota
tuntutan Kompetensi Dasar (KD). Medan sebagai berikut: (a) pemahaman guru tentang
b. Sekolah masih tahap awal implementasi kurikulum cara merumuskan indikator masih kurang, (b) sekolah
2013. Secara umum, sekolah yang menjadi tempat masih tahap awal implementasi kurikulum 2013, (c)
penelitian baru tahap awal implementasi pemahaman guru tentang konsep dan penerapan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. (2017). “Mengembangkan Instrumen
Pengukur Critical Thinking Skills Siswa pada
Pembelajaran Matematika Abad 21.” Jurnal
THEOREMS, Volume 1, Nomor 2, Januari
2017.
ATC21S Consortium (2013). A Partnership to Drive
Change and Success in Education.
http://vuir.vu.edu.au/24795/1/CE_201309021
5242146.pdf
B. Miri, et al. (2007). “Purposely Teaching for the
Promotion of Higher-Order Thinking Skills:
A Case of Critical Thinking.” Res Sci Educ,
37 (1), 353-369.
Faisal, F., Gandamana, A., & Andayani, T. (2018).
Penguatan Kompetensi Guru dalam
Pembelajaran Tematik sebagai Upaya
Optimalisasi Kurikulum 2013 di SD
Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli
Serdang. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 24(1), 544-550.
Jennifer L. S. R., et al. (2013). “Higher Order
Thinking Skills and Academic Performance
in Physics of College Students: A Regression
Analysis.” International Journal of
Innovative Interdisciplinary Research, 12 (4),
48-60.
111