Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan.


Namun begitu banyak permasalahan yang ada di dunia pendidikan kita saat ini.
Sudarman menegaskan salah satu permasalahan yang dihadapi pendidikan di Indonesia
adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di
kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar teoritis tetapi
miskin aplikasi. Pendidikan di sekolah terlalu menjejali anak dengan berbagai bahan
ajar yang harus dihafal. Dengan kata lain, proses pendidikan kita tidak diarahkan
membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta
tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan inovatif.
Perkembangan pendidikan di Indonesia pada massa sekarang ini menekankan pada
hasil ketuntasan minimal menurut KTSP, padahal sangatlah perlu bagi seorang pengajar
melihat kemampuan taraf berpikir sebagai proses memperoleh hasil belajar yang baik,
taraf berpikir yang dimaksud adalah menurut para ahli psikologi dalam masalah belajar.
Para ahli telah menyusun suatu sistematika klasifikasinya yang mereka sebut taksonomi,
menurut Blom ada enam tingkat berpikir yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan. Persoalannya, pengajar tidak berani untuk
mengeksplorasi tingkat kemampuan, dan tingkat kemampuan peserta didik
berhenti sampai di tingkat berpikir rendah (low order thinking) yaitu
mengaplikasi, untuk itu penulis memberikan alternatif untuk lebih mengeksplorasi
kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) contohnya kemampuan alisis
siswa untuk meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa.
Terlebih pada pembelajaran eksakta seperti pembelajaran fisika. Fisika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern serta
mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir
manusia. Pembelajaran fisika memenuhi pengetahuan dasar yang dimiliki semua
manusia yaitu membaca, menulis, dan berhitung, siswa diharuskan memiliki
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Tiga hal itu harus dimiliki siswa karena
terkait dengan karakteristik ilmu fisika yang membutuhkan penguasaan konsep,
bersifat konstektual, berkembang mengikuti jaman, serta menuntut kemampuan untuk
menyelesaikan masalah. Hal yang terjadi jika siswa hanya mempunyai kemampuan
membaca dan menulis dalam pembelajaran fisika tanpa di sertai kecakapan berhitung
maka siswa tidak akan bisa mengerjakan soal fisika yang kebanyakan adalah soal
hitungan.
Belajar fisika berarti belajar konsep, struktur suatu konsep dan mencari
hubungan dengan konsep tersebut. Salah satu keuntungan fisika yaitu siswa dilatih
berpikir analisis dan terstruktur, kemampuan ini direfleksikan pada sikap yang hati-hati
dan teliti. Selain itu pembelajaran fisika juga berkaitan erat dengan matematika karena
banyak teori fisika dinyatakan dengan notasi matematika sehingga banyak materi dalam
pelajaran fisika yang bersifat matematis.
Ilmu fisika dibagi dalam dua kategori dilihat dari tingkat kesukaran konsep yaitu
kategori mudah dan kategori sukar, dalam konsep yang tergolong mudah tidak terlalu
diperlukan strategi guru untuk menyampaikan konsep fisika, namun dalam kategori
sukar guru dituntut untuk menyampaikannya dengan strategi khusus agar konsep
yang sukar mudah dipahami siswa, dalam fisika banyak konsep yang tergolong
kriteria sukar misalnya: Dinamika Partikel, Gelombang Elektromagnetik serta Listrik
Dinamis, namun dalam penelitian ini peneliti hanya tertarik untuk membahas mengenai
salah satu materi fisika yang tergolong sukar dan bersifat matematis yaitu Listrik
Dinamis, yang memenuhi standar kompetensi memformulasikan besaran-besaran listrik
rangkain listrik tertutup sederhana 9satu loop).
Konsep listrik dinamis cenderung bersifat matematis, dalam konsep listrik dinamis
kita akan menemukan soal-soal yang membutuhkan kemampuan analisis. Analisis dalam
taksonomi bloom adalah kemampuan untuk merinci suatu situasi atau pengetahuan
menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan memahami hubungan diantara
bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Melihat kenyataan yang ada di lapangan yang terjadi pada saat penulis
mengadakan PPKT disalah satu MAN Lima Puluh, saat ini sekitar 80 % siswa MA
menyatakan bahwa siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal fisika yang bersifat
matematis contohnya pada materi listrik dinamis. Kemampuan analisis siswa dalam
menyelesaikan soal fisika yang bersifat matematis seperti materi listrik dinamis masih
rendah, hanya mendapat angka rata-rata 5,99 padahal angka ketuntasan belajar menurut
KTSP yang diterapkan sekolah harus mencapai 7,5. Data lain menjelaskan bahwa
sekitar 75% siswa menyatakan bahwa konsep listrik dinamis terasa sangat sulit
dikarenakan model ajar yang terlalu rumit sehingga siswa membutuhkan model yang
sederhana dan terstruktur agar mereka mendapat kemudahan dalam menyelesaikan soal
pada materi listrik dinamis yang terlanjur mereka anggap rumit.
Dari fenomena yang tertera di atas peneliti dapat menangkap benang merah
persoalan, kebanyakan siswa tidak menyukai materi listrik dinamis dikarenakan materi
ini terlalu bersifat matematis sehingga dibutuhkan model penyelesaian masalah yang
lebih sederhana dan terstruktur.
Saat ini banyak sekali model pemecahan masalah yang digunakan guru untuk
memecahkan kesulitan siswa tersebut diantaranya adalah pembelajaran pemecahan
masalah yang dikemukakan oleh Arrends, pembelajaran pemecahan masalah yang
dikemukakan oleh John Dewey serta pemecahan masalah yang dikemukakan oleh
Jhonsen n Jhonsen, namun kesemuanya itu memiliki karakteristik dan langkah-
langkah yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan studi pustaka
mengenai kesemua pembelajaran itu, namun peneliti menemukan suatu model yang
memiliki karakteristik yang sederhana dan tidak memerlukan waktu banyak, sistematis
dan terstruktur, yang sangat sesuai untuk membantu siswa dalam menganalisis soal
yang bersifat matematis seperti materi litrik dinamis. Model pemecahan masalah yang
dimaksud peneliti yaitu model pemecahan masalah yang dikemukakan oleh George
Polya seorang matematikawan berkebangsaan Hungaria.

Model pemecahan masalah Polya dapat digunakan sebagai alternatif model


pembelajaran fisika khususnya pada konsep listrik dinamis, sebab dalam tiap fase dapat
memfasilitasi guru dan siswa untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang
mengutamakan perubahan konseptual dan meningkatkan mampuan analisis pada siswa,
agar siswa mampu menyelesaikan soal matematis yang membutuhkan daya analisis yang
tinggi.
Berdasarkan gambaran diatas, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul ”Pengaruh Model Pemecahan Masalah Polya terhadap kemampuan Analisis
Siswa pada Konsep Listrik Dinamis”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas timbul beberapa


permasalahan, yaitu:
1. Banyaknya materi fisika yang bersifat matematis sehingga diperlukan suatu model
pembelajaran yang terstruktur.
2. Sebagian besar siswa kesulitan dalam menganalisis soal yang bersifat matematis
seperti pada materi listrik dinamis.
3. Kemampuan analisis siswa terbilang masih rendah pada konsep yang bersifat
matematis seperti materi listrik dinamis.
4. Kesulitan guru dalam mengajarkan penyelesaian soal fisika yang bertipe pemecahan
masalah matematis.

1.3 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan hasil yang diteliti maka dibuat batasan masalah, itu:
1. Pemecahan masalah Polya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemecahan
masalah yang meliputi langkah-langkah memahami masalah, merencanakan
penyelesainan, menyelesaikan masalah dan melakukan pengecekan.
2. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan analisis adalah kemampuan memecah
suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian
tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan
keseluruhannya banyak, analisis siswa pada penelitian ini diukur berdasarkan
Taksonomi Bloom yang sudah direvisi.
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah maka dapat dirumuskan


masalah sebagai berikut: ”Apakah terdapat pengaruh pemecahan masalah Polya terhadap
kemampuan analisis siswa pada konsep listrik dinamis?”

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pemecahan
masalah Polya terhadap kemampuan analisis siswa pada konsep listrik dinamis serta untuk
mengetahui apakah model pemecahan masalah Polya memberikan kebebasan siswa untuk
berpendapat sehingga termotivasi dan berperan aktif, lebih dapat mengembangkan konsep
sehingga lebih memudahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan analisis dan mudah
menyelesaikan soal listrik dinamis yang bersifat matematis.

1.6 Manfaat Penelitian

Dari hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.
1. Memberi pengalaman dalam melakukan penelitian dan wawasan pengetahuan peneliti
tentang model pemecahan masalah Polya.
2. Model pemecahan masalah Polya diharapkan terdapat pengaruh terhadap kemampuan
analisis siswa, khususnya pada konsep listrik dinamis.
3. Bagi guru diharapkan dapat memberi alternatif model pemecahan masalah Polya
yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar
khususnya pada konsep listrik dinamis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis


2.1.1 Model Pemecahan Masalah
Secara kafah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang
digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonsepsi untuk

sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Menurut Darwyan Syah dalam Siti Jubaidah
model pembelajaran adalah pola-pola kegiatan tertentu dalam giatan pembelajaran
yang merupakan kombinasi yang tersusun dari bagian atau omponen untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang terdiri dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran:
a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembang.
b. Landasan pikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dipakai).
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Model pembelajaran diperlukan untuk menyusun teori atau hipotesis
pembelajaran. Model sebagai alat komunikasi oleh para ahli pengembangan para ahli itu
sendiri dan model pembelajaran berguna sebagai petunjuk dalam menjalankan aktifitas
dan pengelolaan pembelajaran, serta model pembelajaran sebagai alat pengambil
keputusan. Dalam model pembelajaran didukung dengan pendekatan dan metode yang
dilaksanakan sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Pendekatan (appoarch) lebih menekankan pada strategi dalam rencanaan
sedangkan metode (method) lebih menekankan pada teknik laksanaanya. Suatu
pendekatan yang dilaksanakan untuk suatu pembelajaran ungkin dalam proses
pelaksanaan tersebut digunakan beberapa metode. Pendekatan terpadu dapat

diimplementasikan dalam berbagai model pembelajaran. Metode adalah cara yang


digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tersebut tercapai secara optimal.
Metode mengajar menurut Isjoni adalah alat untuk mengoprasionalkan apa yang
direncanakan dalam strategi. Sedangkan strategi dapat diartikan sebagai a lan
operation achieng something, “rencana untuk mencapai sesuatu”.
Metode pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa dalam menghadapi berbagai masalah baik
itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan
sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dalam
penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Metode pemecahan masalah (problem solving) termasuk kedalam active learning
yaitu pembelajaran yang mengedepankan keaktifan siswa dan guru hanya sebagai
fasiltator.
Selain pemecahan masalah banyak metode yang termasuk kedalam active learning
namun kesemuanya itu memiliki cara belajar yang berbeda, di tabel 2.1 akan dijelaskan
perbandingan antara metode problem solving, problem based learning, project besad
learning dan action learning. Semua metode tersebut memiliki beberapa perbedaan
yang dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Comparison of Forms of Active Learning

Tabel perbandingan bentuk active learning diatas menjelaskan bahwa metode


pemecahan masalah, metode berdasarkan masalah, metode pembelajaran berbasis projek
dan metode pembelajaran aksi memiliki beberapa perbedaan dilihat dari organisasi
pengetahuan, bentuk ilmu pengetahuan yang harus dicapai, peran guru, peran siswa dan
jenis aktifitas yang dilakukan dalam pembelajaran. Semua metode tersebut memiliki
keunggulan dan kekurangan masing-masing. Penggunaan metode disesuaikan dengan
keadaan atau kondisi guru, siswa dan bahan ajar, untuk tercapainya tujuan
pembelajaran.
Perbedaan Metode pemecahan masalah dengan pembelajaran aktif lainnya adalah
pemecahan masalah merupakan solusi untuk mencari ilmu pengetahuan elalui langkah-
langkah yang logis yang di suplai dari pengajar, peran siswa lam pembelajaran
pemecahan masalah adalah untuk memperoleh ilmu ngetahuan melalui memecahkan
masalah. Dan peran guru hanya sebagai tunjuk atas ilmu pengetahuan dan solusi yang
benar, serta jenis aktifitas dalam etode pemecahan masalah adalah menemukan solusi dari
pemberian masalah.
Memecahkan masalah menjadi persoalan yang sering bersifat perennial dalam
sejarah kehidupan manusia. Karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu
berhadapan dengan berbagai masalah untuk dicari pemecahannya. Bila gagal dengan
suatu cara untuk memecahkan suatu masalah, manusia selalu mencoba memecahkannya
dengan cara lain. Bila demikian adanya kehadiran dan keberhasilan manusia untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya pada tingkat dan jenjang tertentu dapat
memberikan nilai tertentu pula pada manusia, terutama bagi manusia yang masih duduk
pada bangku sekolah.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat di definisikan lebih luas jika di
tinjau dari proses, strategi, keterampilan dan sebagai model pembelajaran. Sebagai suatu
proses dalam hal ini menurut Subandar dalam Sukasno terkandung makna ketika siswa
belajar ada proses menemukan kembali. Artinya prosedur, aturan yang harus dipelajari
disediakan dan diajarkan oleh guru dan siswa siap menampungnya, tetapi siswa harus
berusaha menemukannya. Ditinjau dari strategi, problem solving diartikan sebagai
penggunaan berbagai jalan untuk memecahkan masalah dimulai dari mengidentifikasi
masalah, penetuan langkah-langkah dan kemudian memecahkannya. Sedangkan jika di
tinjau dari segi keterampilan problem solving diartikan sebagai kemampuan dalam
menggunakan perasi untuk memecahkan masalah. Operasi yang di maksud salah
satunya adalah operasi matematik dan komputasi.
Pemecahan dan penyelesaian masalah adalah bagian dari proses berpikir. Sering
dianggap merupakan proses paling komplek diantara fungsi kecerdasan, pemecahan
masalah di definisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukam
modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses ini
terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak mengetahui bagaimana
untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju kondisi yang dituju.
Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa pemecahan masalah adalah
solusi untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dalam situasi tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Pemecahan masalah tidak hanya menemukan jawaban yang benar
tetapi juga merupakan suatu tindakan yang mengkafer semua kemampuan mental.
Masalah dasar proses pemecahan adalah proses, linear hirarkis. Setiap langkah
adalah hasil dari langkah sebelumnya dan pendahulu ke langkah berikutnya. Sebuah
metode yang populer, mengajar pemecahan masalah, melibatkan penggunaan "model
panggung". Tahap model adalah daftar sederhana tahapan dan langkah-langkah yang
digunakan dalam memecahkan masalah umum. Langkah-langkah pemecahan masalah
yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah ini dipilih sebagai; pemahaman
(fokus pada masalah), perencanaan (rencana solusinya), pemecahan (jalankan rencana
tersebut), dan memeriksa (mengevaluasi jawaban).

Suatu masalah biasanya membuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan
untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak
tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya yang benar, maka soal tersebut
tidak dikatakan sebagai masalah. Sedangkan pemecahan masalah dapat disimpulkan
bahwa sebagai rangkaian tindakan yang tepat yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Dalam belajar pemecahan masalah, Guru harus berusaha menghilangkan ketakutan
dan kecemasan siswa yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara
kreatif. Anak-anak pun harus belajar menunjukan penghargaan terhadap pekerjaan anak
lain dan tidak mengejek, mengkritik (dalam arti mencela), atau menertawakan,
sebagaimana mereka juga harus belajar menghargai pekerjaan diri sendiri.
Tahapan pemecahan masalah sebagai sintaks metode pembelajaran masalah yang
dikemukakan para ahli selain pemecahan masalah Polya penulis merangkum sebagai
berikut:

2.1.2 Model Pemecahan Masalah menurut Polya


George Polya (1973) mengungkapkan pemecahan masalah (problem solving) ialah untuk
menentukan jalan keluar dari suatu yang sukar dan penuh rintangan untuk mencapai tujuan.
Ryan Valeso Mereportase langsung dari buku karya G. Polya sebuah kerangka kerja
untuk memecahkan masalah telah di jelaskan G. Polya dalam sebuah buku “How to Solve It”
(Edisi ke 2, Princeton University Press). Walaupun Polya berfokus pada teknik pemecahan
masalah dalam bidang matematika. Tetapi prinsip-prinsip yang dikemukakannya dapat
digunakan pada masalah-masalah umum. Penalaran Induktif merupakan dasar dari proses yang
paling kreatif yang terjadi didunia nyata. Fisika membutuhkan laboratorium yang ideal
untuk membangun kemampuan dalam penalaran induktif dan menemukan hal baru.
Berikut ini gambaran umum dari Kerangka kerja Polya:
a. Pemahaman pada masalah (to understand the problem)
Langkah pertama adalah membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa anda
memahaminya secara benar. Tanyalah diri anda dengan pertanyaan :
1) Apa yang tidak diketahui?
2) Kuantitas apa yang diberikan pada soal?
3) Kondisinya bagaimana?
4) Apakah ada kekecualian?
5) Untuk beberapa masalah akan sangat berguna untuk membuat diagranmnya dan
mengidentifikasi kuantitas-kuantitas yang diketahui dan dibutuhkan pada diagram tersebut.
Biasanya dibutuhkan.
6) Membuat beberapa notasi ( x, a, b, c, V = volume, m = massa dan sebagainya).

Tahap pemahaman soal ini meliputi: mengenali soal, menganalisis soal, dan
menterjemahkan informasi yang diketahui termasuk membuat gambar atau diagram untuk
membatu siswa membayangkan kondisinya.

b. Membuat Rencana Pemecahan Masalah (to make a plan)


Carilah hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang tidak diketahui yang
memungkinkan anda untuk menghitung variabel yang tidak diketahui. Akan sangat berguna
untuk membuat pertanyaan : “Bagaimana saya akan menghubungkan hal yang diketahui untuk
mencari hal yang tidak diketahui? “Jika anda tak melihat hubungan secara langsung, gagasan
berikut ini mungkin akan menolong dalam membagi masalah ke sub masalah
1)
c.

2.1.3
2.2
Hipotesis Tindakan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian

3.2 Subjek Penelitian

3.3 Prosedur Penelitian

I. Personalia Penelitian

J. Jadwal Penelitian

K. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai