PENDAHULUAN
Nyeri Sendi merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat dari kelompok
lansia. Selain faktor usia, banyak hal yang mempengaruhi percepatannya, nyeri sendi muncul
karena banyaknya lansia yang tidak bisa mengontrol gaya hidupnya (Kurnia, 2015).
Masalah umum yang dialami oleh lansia adalah perilaku dalam mencegah
terjadinya nyeri sendi. Banyak lansia yang menganggap nyeri sendi adalah hal
yang sepele. Mereka tidak memperhatikan gaya hidupnya, seperti pola makan,
latihan fisik yang tepat atau rutin melakukan olah raga dan menjaga berat
badan agar tetap ideal, bahkan kebanyakan lansia khususnya laki-laki masih
banyak yang merokok, sehingga banyak dari mereka mengalami nyeri sendi
(Sapnudin, 2015). Penyakit ini dikatakan dapat terjadi pada siapa saja, namun
kemunculan dan keparahan masih bisa dicegah dengan beberapa langkah
perubahan pada gaya hidup, diantaranya perubahan pada gaya hidup olahraga,
dan pola makan yang tepat (Kurnia, 2015).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor yang menyebabkan masalah hipertensi dan pegal linu pada lansia
2. Mengetahui tujuan keperawatan hipertensi dan pegal linu pada lansia
3. Mengetahui rencana tindakan promotif hipertensi dan pegal linu pada lansia
4. Mengetahui rencana tindakan preventif hipertensi dan pegal linu pada lansia
5. Mengetahui rencana tindakan kuratif hipertensi dan pegal linu pada lansia
6. Mengetahui pemberdayaan masyarakat hipertensi dan pegal linu pada lansia
7. Mengetahui kerjasama lintas program/ sektor hipertensi dan pegal linu pada lansia
1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa agar sebagai perawatn nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut
atau menerapkan dalam memberikan tujuan keperawatan komunitas dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor yang menyebabkan masalah hipertensi dan pegal linu pada lansia
2.1.1. Faktor Penyebab Masalah Hipertensi pada Lansia
A. Hipertensi Primer (Esensial)
Budiyanto (2002) dalam Masriadi (2016) mengatakan bahwa hipertensi
esensial merupakan salah satu faktor risiko penting untuk terjadinya
penyakit cerebrovasculer dan penyakit jantung koroner. Hipertensi
esensial merupakan etiologi kesakitan dan kematian yang cukup banyak
dalam masyarakat. Bila dilihat presentase kasus hipertensi secara
keseluruhan, maka hipertensi esensial meliputi kurang lebih 90-95% dan
lainnya adalah kasus hipertensi sekunder. Menurut Rinawang (2011) yang
dikutip Masriadi (2016), hipertensi esensial adalah penyakit multifaktoral
yang timbul terutama karena interaksi antara faktor risiko tertentu. Faktor
utama yang berperan dalam patofisiologi hipertensi adalah interaksi faktor
gentik dan faktor lingkungan. Hipertensi primer ini tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
B. Hipertensi Non Esensial (Sekunder)
Aris Sugiarto (2007) dalam Masriadi (2016) menyatakan bahwa hipertensi
a. Promosi kesehatan :
1) Senam jantung sehat dan senam lansia
2) Kampanye anti-rokok
3) Penyuluhan gizi lansia
4) Pelatihan pemeriksaan tekanan darah bagi keluarga lansia
b. Pencegahan spesifik :
1) Pemberian multivitamin bagi lansia
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera :
1) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
2) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan
protein urin, pemeriksaan neurologis, dll)
- Terapi farmakologis
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/4419/3%20Fery%20Agusman.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://repository.upnvj.ac.id/2833/3/BAB%20I.pdf
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jum/article/download/26891/17064/
https://media.neliti.com/media/publications/111574-ID-pengendalian-faktor-risiko-
hipertensi-pa.pdf
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/271500/arti-promotif-preventif-kuratif-dan-
rehabilitatif-dalam-dunia-kesehatan
http://ppm.ejournal.id/index.php/pengabdian/article/download/49/38
Tujuan Pengabdian Masyarakat ini untuk membantu mengatasi masalah yang terjadi
yaitu
1). Untuk meningkatkan pengetahuan lansia tentang pentingnya kemandirian lansia
dengan tetap sehat.
2). Untuk meningkatkan keterampilan dan masyarakat lansia tentang kemampuan
melakukan latihan isoquadricept pada bagian kaki dan untuk mencegah terjadinya
pegal linu.
Metode Untuk mewujudkan tujuan kegiatan ini maka dilakukan tahapan- tahapan
metode dalam pelaksanaannya. Tahapan metode yang diterapkan yaitu penyuluhan
(Ceramah dan diskusi), Penyuluhan berupa ceramah dan diskusi dilakukan untuk
memberikan wacana tentang pentingnya kesehatan lansia yang terjaga untuk
kemandirian lansia. Juga untuk memberikan wacana bagaimana melakukan senam
isoquadricep untuk mencegah nyeri pada lutut dan pegal linu.
2. Pelatihan senam cegah nyeri lutut Pelatihan senam untuk mencegah nyeri lutut
diberikan dengan percontohan Hal ini bertujuan untuk memudahkan peserta
melakukan senam sebagaimana mestinya agar berefek pada menguatnya otot –
otot sendi lutut sehingga menjadi lentur dan mampu menopang tubuh tanpa ada
cidera. Peserta berlatih melakukan senam yang sederhana ini namun
membutuhkan pengulangan yang adekuat atau sesuai untuk mampu
menghilangkan nyeri dan kekakuan otot. Senam ini dapat dilakukan di mana saja.
Saat dirumah dapat dilakukan sambil istirahat, kedua kakai di julurkan ke depan,
betis dan paha menyentuh lantai kemudian otot paha ditarik, ditegangkan sehingga
tempurung lutut tertarik ke belakang , kondisi ini ditahan dengan hitungan 8 kali,
selelah itu tarikan dilepaskan , rileks dengan hitungan 6 kali, selanjutnya di ulangi
lagi memarik otot bagian paha dengan kondidi seperti awal, hitungan 8 kali
kemudian rileks lagi hitungan 6 kali. Hal ini diulang – ulang selama 8 kali. Setiap
hari dapat dilakukan 3- 4 kali. Sedangkan dalam seminggu dapat dilakukan 3-4
kal.
DAFTAR PUSTAKA
502-Article Text-1666-1-10-20210401.pdf