Anda di halaman 1dari 13

A.

Konsep Dasar Bunuh Diri


1. Pengertian
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian (Gail W. Stuart, 2016). Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa
sendiri (Isaacs, Ann, 2018). Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering
menyertai gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja (Harold Kaplan, 2016).
Perilaku bunuh diri meliputu isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan
mengakibatkan kematian, luka atau mernyakiti diri sendiri (Yosep, Iyus. 2019).
2. Tanda dan Gejala
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
Riwayat psikososial:
a. Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
Faktor-faktor kepribadian :
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisocial (Rastirainia, 2019)
3. Tingkatan
Menurut Tri Aan (2019), perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :
a) Suicidal ideation.
Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda yang
digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan
mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
b) Suicidal intent.
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk
melakukan bunuh diri,
c) Suicidal threat.
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan dalam bahkan
ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
d) Suicidal gesture.
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang
bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk
melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak
mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan
tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di
selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di
namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak
mampu di selesaikan.
e) Suicidal attempt.
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan
tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan. Walaupun demikian
banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
f) Suicide.
Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah didahului oleh beberapa
percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil melakukan bunuh diri adalah
orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang
mendalam.

4. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori:
a) Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini menunjukkan
ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak mendapat respon maka akan ditafsirkan
sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
b) Upaya bunuh diri: semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri sendiri yang dapat
menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c) Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan, orang yang
melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar ingin mati mungkin akan mati.

B. Rentang Respon ( Menurut Yosep 2019)

Respon Adatif ResponMaladaptif

Peningkatkan Berisiko destruktif Destruktif diri Pencederaan Bunuh Diri


tidak langsung Diri Diri
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi
masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adatif pada diri
seseorang.

a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertolongan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan
ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalakan diri sendri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya
dianggap tidak loyal terhadap pimpimnan padahal sudah melakukan pekerjaan secara
optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat atau
maladaptive terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang
karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri. Seorang melakukan percobaan bunuh diri tau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan tindakan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.

C. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (2017), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :

1. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa
bermusuhan, implisif dan depresi.
2. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan
berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh
diri.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk
prilaku destruktif.
4. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media
proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

D. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2016) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
2. melakukan hubungan yang berarti.
3. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
4. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

E. Mekanisme Koping

1. Mood/affek: Depresi yang persisten, merasa hopelessness,


helplessness, isolation, sedih, merasa jauh dari orang lain, afek datar, sering mendengar atau
melihat bunyi yang sedih dan unhappy, membenci diri sendiri, merasa dihina, sering
menampilkan sesuatu yang tidak adekuat di sekolah, mengharapkan untuk dihukum.
2. Perilaku/behavior: Perubahan pada penampilan fisik, kehilangan
fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan, gangguan tidur, sensitive,
mengeluh sakit perut, kepala sakit, perilaku antisocial : menolak untuk minum, menggunakan
obat-obatan, berkelahi, lari dari rumah.
3. Sekolah dan hubungan interpersonal: Menolak untuk ke sekolah,
bolos dari sekolah, sosial teman-temannya, kegiatan-kegiatan sekolah dan hanya interest
pada hal – hal yang menyenangkan, kekurangan system pendukung sosial yang efektif.
4. Keterampilan koping: Kehilangan batas realita, menarik dan
mengisolasikan diri, tidak menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang
secara total tidak berdaya.

F. Faktor – faktor Risiko Bunuh Diri

a. Perilaku
1. Membeli senjata
2. Mengubah surat wasiat
3. Membuat surat wasiat
4. Perubahan sikap yang nyata
5. Membeli obat dalam jumlah yang banyak
b. Fisik
1. Nyeri kronik
2. penyakit fisik
3. penyakit terminal
c. Psikologis
1. Penganiayaan masa kanak-kanak
2. Riwayat bunuh diri dari keluarga
3. Rasa bersalah
4. Remaja homoseksual
d. Situasional
1. Remaja yang tinggal ditatanan nontradisional
2. Ketidakstabilan ekonomi
3. kehilangan kebebasan
4. pension
e. Sosial
1. Gangguan kehidupan keluarga
2. kesepian
3. Kehilangan hubungan yang penting
4. putus asa
f. Verbal
1. menyatakan keinginan untuk mati
2. mengancam bunuh diri

G. Jenis Bunuh Diri


a. Bunuh diri egoistik (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi kebudayaan
atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian.
Kegagalanintergrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah
lebih rentang untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang
menikah.
b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena
identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat
mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antar individu dan masyarakat,
sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa. Individu
kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan
padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

A. Pengkajian

1. Identitas Klien: Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (Masuk Rumah Sakit), informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat
klien.
2. Keluhan Utama: Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai
3. Faktor predisposisi: Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan :
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari
klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan
individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),
kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4) Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhan fisik yang
dialami oleh klien.
5) Aspek Psikososial
a) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
1. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan
tidak disukai.
2. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
3. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
4. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
5. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain
terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya
sebagai wujud harga diri rendah.
c) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
d) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
6) Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien
(sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses
pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung.
7) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada orang orang
lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
8) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Format / Data focus pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri (Keliat dan Akemat,2019)
Pengkajian :
1. Keluhan Utama : …………………………………………………….
2. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan …………………..
3. Konsep diri ……………………………………………………………
4. Alam perasaan
( ) sedih ( ) Putus Asa
( ) ketakutan ( ) Gembira Berlebihan
(Klien umumnya merasakan kesedihan dan keputusan yang sangat mendalam)
5. Interaksi selama wawancara
( ) Bermusuhan ( )Tidak koperatif
( ) Defensif ( ) Kontak mata kurang
( ) Mudah tersinggung ( ) Curiga
( Klien biasanya menunjukkan afek yang datar atau tumpul )
6. Afek
( ) Datar ( ) Labil
( ) Tumpul ( ) Tidak sesuai
( Klien biasanya menunjukkan afek atau tumpul )
7. Mekanisme koping maladaptif
( ) Minum alcohol ( ) Bekerja berlebihan
( ) Reaksi lambat ( ) Mencederai diri
( ) Menghindar ( ) Lainnya
( Klien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan mencederai diri )
8. Masalah psikososial
( ) Masalah dengan dukungan keluarga
( ) Masalah dengan perumahan

Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan ( pada diri sendiri,


orang lain, lingkungan dan verbal)
Effect

Resiko Bunuh Diri


Core Problem

Harga Diri Rendah Kronik


Causa
B. DIAGNOSA
1. Risiko Bunuh Diri.
2. Harga diri rendah kronik
3. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal.

Tgl No Diagnosa Perencanaan Intervensi


Diagnosa Keperawata
n Tujuan Kriteria Evaluasi

1 Risiko 1.klien dapat 1. Menjawab salam 1.1 Kenalkan diri pada klien
bunuh diri membina
hubungan saling 2.Kontak mata 1.2 Tanggapi perbicaraan
percaya klien dengan sabar dan tidak
3.Menerima menyangkal
perawat
1.3 Bicara tega,sjelas,jujur
4.Berjabat tangan
1.4 Bersifat hargai dan
bersahabat
1.5 Temani klien saat keinginan
menciderai diri meningkat
1.6 Jauhkan klien dari benda
benda yang
membahayakan(seperti
pisau,silet,gunting,tali kaca,dll

2.Klien dapat 1.Menceritakan 2.1 Dengarkan keluhan yang


mengekspresikan penderitaan secara klien rasakan
perasaannya terbuka dan
konstruktif dengan 2.2 Bersikap empati untuk
orang lain. meningkatkan ungkapan
keraguan,ketakutan dan
keprihatinan.
2.3 Beri dorongan pada klien
untuk mengungkapkan
mengapa dan bagaimana
harapan karena harapan adalah
hal yang penting dalam
kehidupan
2.4 Beri klien waktu dan
kesempatan untuk menceritakan
arti penderitaan kematian dan
sekarat
2.5 Beri dorongan pada klien
untuk mengekspresikan tentang
mengapa harapan tidak pasi dan
dalam hal-hal dimana harapan
mempunyai kegagalan.
3. Klien dapat 1. Mengenang dan 3.1 Bantu klien untuk
mengeskspresikan meninjau kembali memahami bahwa ia dapat
perasaannya kehidupan secara mengatasi aspek-aspek
positif keputusasaan dan memisahkan
dari aspek harapan.
2.Mempertimbang
kan nilai-nilai dan 3.2 Kaji dan kerahkan sumber-
arti kehidupan. sumber internal
individu(outonomi,mandiri,rasi
onal pemikiran
3.Mengekspresikan kognitif,fleksibilitas dan
perasaan-perasaan spiritualitas.
yang optimis 3.3 Bantu klien
tentang yang ada. mengidentifikasi sumber-
sumber harapan
(missal:hubungan antar
sesame,keyakinan,hak-hak
untuk diselesaikan).
3.4 Bantu klien
mengembangkan tujuan-tujuan
realitas jangka panjang dan
jangka pendek(beralih dari yang
sederhana ke yang lebih
kompleks,dapat menggunakan
suatu poster tujuan untuk
menandakan jenis dan waktu
untuk mencapai tujuan-tujuan
spesifik
4.Klien 1.Mengekspresikan 4.1 Ajarkan klien untuk
mengunakan perasaan tentang mengantisipasi pengalaman
dukungan sosial hubungan yang yang dia senang melakukan
positif dengan setiap
orang terdekat. hari(missal:berjalan,membaca
buku favorit dan menulis surat.
2.Mengekspresikan
percaya diri 4.2 Bantu klien untuk
dengan hasil yang mengenali hal-hal yang
di inginkan. dicintai,yang ia sayangi dan
pentingnya terhadap kehidupan
3.Mengekspresikan orang lain disamping tentang
percaya diri kegagalan dalam kesehatan
dengan diri dan
orang lain. 4.3 Beri dorongan pada klien
untuk berbagi keprihatian pada
4. Menetapkan orang lain yang mempunyai
tujuan-tujuan yang masalah dan atau penyakit
realistis. yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi tersebut
dengan koping yang efektif.

5.Klien 1. Sumber 5.1 kaji dan kerahkan sumber-


menggunakan tersedia(kel sumber eksternal
dukungan sosial uarga,lingk individu(orang terdekat,tim
ungan dan pelayanan kesehatan,kelompok
masyarakat pendukung,agama yang
). dianutnya)
2. Keyakinan
makin 5.2 kaji system pendukung
meningkat keyakinan (nialai,pengalaman
masa lalu,aktifitas
keagamaan,kepercayaan
agama).lakukan rujukan selesai
indikasi (missal:konseling dan
pemuka agama).

STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1)mengidentifikasi jenisnHalusinASI 1) Mendiskusikan masalah yang di rasakan
Klien. keluarga dalam merawat klien.
2)Mengintifikasi isi Halusinasi Klien. 2) Memberikan pendidikan kesehatan
3) Mengidentifikasi Waktu Halusinasi tentang pengertian halusinasi ,jenis
Klien. halusinasi yang di alami klien ,tanda dan
4)Mengindetifikasi Frekuensi Halusinasi gejala Halusinasi,serta proses terjadinya
Klien. Halusinasi.
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat 3) Menjelaskan cara merawat klien dengan
menimbulkan Halusinasi Klien. Halusinasi.
6) Mengidentifikasi respon klien
terhadap Halusinasi Klien.
7) Mengajarkan klien menghardik
halusinasi.
8)Menganjurkan Klien memasukan cara
menghardik ke dalam kegiatan harian
SP2P SP2K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan 1 Melatih keluarga memperaktikkan cara
harian klien merawat klien dengan Halusinasi.
2) Melatih klien menghadapi 2 Melatih keluarga melakukan cara
halusianasi dengan cara bercakap- merawat langsung kepada klien halusinasi
cakap dengan orang lain
3) Menganjurkna klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian

Sp3p SP3K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan 1) Membantu keluarga membuat jadwal
harian klien. aktivitas di rumah termasuk minum obat
2) Melatih klien mengendalikan (discharge planning).
halusinasi dengan cara melakukan 2) Menjelaskan pollow up klien setelah
kegiatan. pulang.
3) Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian

Sp4p
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
2) Memberikan penkes tentang
pengunaan obat secara teratur.
3) Menganjurkan klien
memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian.
No.Di Diagnosa Rencana Tindakan Evaluasi keperawataan
agnosa keperawa keperawat keperawataan
kepera tan aan
watan
1 Risiko SP1P Melakukan SP1P S:”Waallaikum salam”
bunuh Risiko risiko bunuh diri “nama saya M,10 menit disini aja
diri bunuh diri 1. Mengidentifik ya pak.” priksa aja pak kalau ada
asi benda- barang-barang yang berbahaya.”
benda yang “apa bila nanti kalau mau muncul
dapat keinginan saya bunuh diri saya
membahayaka panggil bapak atau perawatn
n klien lainnya.”
2. Mengamankan “bapak atau suster bantu
benda-benda saya,keinginan saya bunuh diri
yang dapat muncul lagi.”
membahayaka “Ya,nanti saya berteman supaya
n klien tidak sendiri.”
3. Melakukan “Senang pak,jam 11.00, disini aja
kontrak ya pak.”ya disini aja pak.”
tritment O:
4. Mengajarkan  Klien mampu menyebutkan
cara-cara apa yang dia alami.
mengendalian  Klien dapat menyebutkan cara
5. Melatih cara mengendalikan dorongan
mengendalian bunuh diri
bunuh diri  Klien dapat mempraktikkan
mengendalian bunuh diri’
 Klien menerima kehadiran
perawat
 Kontak mata tajam
 Klien komperatif
 Tidak ada barang-barang
berbahaya dikamar klien
A:
Sp1p tercapai

P:
Perwat:
Lanjutkan sp2p pada pertemuan
kedua pada hari senin,7 mei 2020
pukul11.00 diruang perawaatan
klien.
Klien:
Memotifikasi klien melatih cara
mengendalikan bunuh diri.

2 Risiko SP2P Melakukan SP2P S:”Waalaikum salaam”


bunuh Risiko risiko bunuh dirI: “baik pak,udah tidak ada lagi, 5
diri bunuh diri 1. Mengidentifik menit aja pak,disini saja”
asi aspek “syukur punya orang tua,istri dan
positif klien teman-teman dirumah yang
2. Mendorong baik,yang sedih pasti istri saya”.
klien untuk “menolong teman dan orang
berfikir positif lain,bekerja menghasilkan uang.”
tentang dirin “saya puas apabila saya dapat
3. Mendorong uang yang banyak dan
klien untuk membahagyakan istri saya pak.”
menghargai “biasanya saya melakukan
diri sebagai kegiatan menyapu kamar.”
individu yang “perasaan saya senang pak.”
berharga
O:
 Klien menyebutkan hal yang
positif yang dimilikinya
 Klien dapat menyebutkan hal
patut disyukuri dalam hidupnya.
 Klien dapat mempraktikkan
kegiataan yang bisaa dia
lakukan
 Klien mempraktikkan cara
menyapu
 Kontak baik
 Klien komperatif
A:SP2P tercapai

P:
Perawat:
Lanjutkan SP3p pada pertemuan
ke tiga pada hari selasa 8 MEI
2020 pukul 08.00 diruang
perawaatan klien
Klien:
Memotifikasi klien untuk dapat
menghargai dirinya

4 Risiko SP3P Melakukan SP3P S:”Waallaikum salmslam.”


bunuh Risiko risiko bunuh diri: ‘Baik pak,udah tidak ada lagi 5
diri bunuh diri 1. Mengidentifikasi menit aja pak,disini saja.”
pola koping yang “pada saat stress dan pada saat
bias diterapkan sendirian,menyelesaikan masalah
klien dengan orangnya langsung,berdoa
2. Menilai pola atau sholat,bercerita dengan
koping yang biasa teman dekat atau orang tua
dilakukan keuntunganannya bias membantu
3. Mengidentifikasi member solusi bust masalah
pola koping yang saya,buat saya tenang,saya mau
konstruktif milih berdoa dan sholat aja dulu.”
4. Menganjurkan “perasaan saya senang pak,sholat
klien menerapkan dan berdoa.”
pola koping O:
konstruktif dalam  Kontak mata ada
kegiatan harian  Afek labil
5. Mendorong klien  Bicara cepat
memilih pola  Klien kompertatif
koping yang A:SP3P tercapai
konstruktif P:
Perawat:
Lanjutkan SP4P interaksi ke4
pukul 10.00 diruang perawaatan
klien.
Klien:
Memotifasi klien latihan
berkenalan dengan perawat dan
klien lain sesuai jadwal yang
dibuat.

5 Risiko SP4P Melakukan SP4P S:”Waallaikum salam,baik pak,10


bunuh Risiko risiko bunuh diri: menit saja pak.”
diri bunuh diri “rencananya sayamau kerja cari
1. Membuat rencana uang,kegiataan kegiataan.”
masa depan yang “caranya saya harus punya
realistid bersama keahlian,dan harus pandai brrgaul
klien. dengan orang lain.”
2. Mengidentifikasi “saya akan melukis siapa tau
cara mencapai lukisan ini.”
rencana masa :masukkan jadwalnya jam
depan yang 16.00aja pak.”
realistis
3. Member O:
dorongan klien  Kontakmata baik
melakukan  Klien komperatif
kegiataan dalam  Bicara kiheren
rangka meraih A.SP4P tercapai
masa depan yang P.
realistis Perawat:
4. Menganjurkan Lanjutkan intervensi perawataan
klien klien oleh keluarga,persiapan
memasukkan klien pulang
dalm jadwal
harian klien Klien:
Memotifasi klien berlatih melukis
untuk merai masa depan.

Anda mungkin juga menyukai