N
DENGAN KELUHAN HALUSINASI
PENDENGARAN
Disusun Oleh:
Ledy Yatna Dwika (20200305035)
Priska Soukotta (20200305037)
Bella Guntur Wijaya (20200305038)
Rohayati (20200305039)
Cicilia Devi Saraswati (20200305044)
Artatina Lase (20200305045)
4. Klasifikasi Halusinasi
Klasifikasi halusinasi terbagi menjadi 5 menurut Yusuf (2015).
a. Halusinasi Pendengaran
Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa sebab,
mengarahkan telinga kearah tertentu,klien menutup telinga
Data subjektif antara lain: mendengarkan suara-suara atau kegaduhan,
mendengarkan suara yang ngajak bercakap-cakap, mendengarkan suara yang
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
b. Halusinasi Penglihatan
Data objektif antara lain: menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas. Data subjektif anatar lain: melihat bayangan, sinar, bentuk
kartun, melihat hantu atau monster.
c. Halusinasi Penciuman
Data objektif antara lain: mencium seperti membaui bau-bauan tertentu dan
menutup hidung. Data subjektif antara lain: mencium bau- bau seperti bau
darah, feses, dan kadang-kadang bau itu menyenagkan.
d. Halusinasi Pengecapan
Data objektif antara lain: sering meludah, muntah. Data subjektif antara lain:
merasakan seperti darah, feses, muntah.
e. Halusinasi Perabaan
Data objektif antara lain: menggaruk-garuk permukaan kulit. Data subjektif
antara lain: mengatakkan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti
tersengat listrik.
5. Manifestasi Klinis Halusinasi
Tanda-tanda halusinasi menurut Yosep (2010) & Fajariyah (2012) meliputi
sebagai berikut :
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping pada klien dengan masalah gangguan persepsi sensori
:halusinasi pendengaran dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, antara
lain:
a. Regresi
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung
akan menghindari masalah yang di hadapinya.
b. Proyeksi
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung
menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.
c. Menarik diri
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung
sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal yang di
rasakannya.
7. Masalah psikososial dan lingkungan
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran memiliki masalah dengan psikososial dan lingkungannya, seperti
pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat karena
perilaku pasien yang membuat orang disekitarnya merasa ketakutan.
8. Pengetahuan
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
biasanya memiliki pengetahuan yang baik dimana dia bisa menerima keadaan
penyakitnya dan mengalami perawatan.
9. Aspek medis
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran biasanya
mendapatkan pengobatan seperti : Chlorpromazine (CPZ) 2 x 10 mg,
Trihexipendil (THZ) 2 x 2 mg, dan risperidol 2 x 2 mg.
Gangguan SP 1 :
Persepsi 1. Bantu klien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya,
Sensori: frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
Halusinasi 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
4. Peragakan cara menghardik.
5. Minta pasien memperagakan ulang.
6. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian klien.
SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1), Berikan Pujian.
2. Latih cara mengontrol halusinasi bercakap-cakap dengan
orang lain saat terjadi halusinasi.
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
dan bercakap-cakap.
SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, dan SP 2), Berikan Pujian.
2. Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
3. Diskusikan kegiatan/kemampuan positif yang biasa
dilakukan oleh klien.
4. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
harian (mulai 2 kegiatan).
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
bercakap-cakap dan kegiatan harian.
SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, SP 2, dan SP 3), Berikan
Pujian.
2. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
3. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
4. Jelaskan akibat bila putus obat.
5. Jelaskan prinsip 6B (jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat).
6. Latih klien minum obat.
7. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
bercakap-cakap, kegiatan harian dan minum obat.
Rencana keperawatan halusinasi pendengaran menurut (Damaiyanti, 2014)
adalah sebagai berikut :
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap kelima atau terakhir dalam proses keperawatan. Penilaian
terakhir pada proses keperawatan yang ditetapkan, penetapan keberhasilan asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang sudah
ditetapkan, yaitu terjadi adaptasi pada individu (Nursalam, 2016).
Evaluasi respon umum adaptasi pasien dilakukan setiap akhir tindakan penelitian.
Pada pasien halusinasi yang membahayakan diri, orang lain dan lingkungan evaluasi
meliputi respon perilaku dan emosi lebih terkendali yang pasien sudah tidak
mengamuk lagi, bicara dan tertawa sendiri, sikap curiga, perasaan cemas berat, serta
pasien mempercayai perawatnya, pasien dapat mengontrol halusinasi. Sehingga,
presepsi pasien membaik, pasien dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
(Yusuf, 2015).
Menurut Keliat (2014), evaluasi terhadap masalah keperawatan halusinasi
meliputi kemampuan pasien dan keluarganya serta kemampuan keluarga dalam
merawat pasien halusinasi. Beberapa hal yang harus dievaluasi adalah sebagai berikut
(Trimelia, 2011):
(1) Apakah klien dapat mengenal halusinasinya, yaitu isi halusinasi, situasi,
waktu dan frekuensi munculnya halusinasi.
(2) Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi
muncul.
(3) Apakah klien dapat mengontrol halusinasi dengan menggunakan empat cara
baru, yaitu menghardik, menemui orang lain dan bercakap-cakap,
melaksanakan aktivitas terjadwal dan patuh minum obat.
(4) Apakah keluarga dapat mengetahui pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, dan cara- cara merawat
pasien halusinasi.
(5) Apakah keluarga dapat merawat pasien langsung dihadapan pasien.
(6) Apakah keluarga dapat membuat perencanaan follow up dan rujukan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, dkk. 2013. Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar
Pada Pasien Skizofrenia Di RSJD Dr. AminogondohutomoSemarang.
http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari 2017 pukul 13.51
WIB.
Bagyono, Tuntas. 2013. Kunci Praktis Untuk Metodelogi Penelitian Kesehatan Promotif-
Preventif. Yogyakarta: Ombak.
Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Data Progam Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kota
Padang.
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Halawa, Aristina. 2015. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Skizofrenia Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya.
http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 18 Januari 2017 pukul 13.04
WIB.
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Asuhan Keperawatan Pada Tn. N dengan Gangguan Halusinasi Pendengaran
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. N
Alamat : Jl. Dr. Susilo Raya No. 20 RT.1/RW.3, Grogol, Petamburan, Jakarta
Barat
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
2. Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan 2 minggu sebelum masuk RSJ, klien sering tertawa sendiri
dan menurut klien ada suara laki-laki yang mengajaknya berbicara. Selama dirumah klien
suka menyapu halaman terus-menerus dan pernah tidak mengenakan pakaian apapun saat
berjalan ke depan rumah.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
6. Pemeriksaan Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
didapatkan hasil TD : 110/70 mmHg, N : 78 x/menit, S : 36,5 oC, RR : 16 x/menit. Klien
memiliki tinggi badan 170 cm dan berat badan 60 kg.
7. Psikososial
a. Genogram
X X
Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, klien memiliki 1 adik. Ayah klien sudah
meninggal saat klien duduk di bangku SD (Sekolah Dasar), dan Ibu klien saat ini sedang sakit.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
b. Konsep Diri
Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai semua anggota badannya.
Identitas diri : Klien anak pertama dari dua bersaudara. Klien sebagai
kepala keluarga pengganti Ayahnya.
Peran diri : Klien lulusan SMA dan pernah kuliah selama 1 semester,
Pernah bekerja sebagai OB.
Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan berharap dapat segera
bekerja untuk membantu ibunya yang sakit.
Harga diri : Klien merasa tidak dihargai dan merasa tidak dapat
bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien memiliki masalah terhadap
lingkungannya dimana klien merasa keluarganya menganggapnya negatif karna
klien mengalami gangguan jiwa.
d. Status Mental
Penampilan
Pembicaraan
Penjelasan : Klien masih dapat menjawab pertanyaan perawat dengan lambat dan
inkoheren, sering berbicara sambil tertawa sendiri.
Aktivitas Motorik
Suasana perasaan
Penjelasan : Klien sering merasa sedih dan kecewa, suka diam dan menyendiri
Masalah keperawatan : Isolasi social
Interaksi selama wawancara
Penjelasan : Klien tidak kooperatif, kontak mata tidak dapat dipertahankan,
sedikit bicara, tidak fokus saat diajak bicara, dan klien tidak dapat menceritakan
suatu kejadian dengan alasan lupa.
Persepsi
Penjelasan : Klien mengatakan sering mendengar suara – suara bisikan atau suara
tanpa wujud, terkadang suara yang didengar hanya suara dengung.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
Proses Pikir
Penjelasan : klien kurang mampu menjawab apa yang ditanya oleh lawan bicara.
Isi pikir
Penjelasan : Klien kurang dapat mengontrol isi pikirnya karna klien berpikiran
negatif terhadap keluarganya.
Memori
Penjelasan : Klien kurang mampu mengingat kejadian dimasa lalu dan dia tidak
mampu mengingat nama teman-temannya.
Tingkat kesadaran
Penjelasan : Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali
waktu,orang dan tempat.
8. Mekanisme Koping
Klien memiliki mekanisme koping yang maladaptif yaitu klien tidak dapat berbicara
dengan baik dengan orang lain dan kurang kooperatif.
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Masalah keperawatan
1. DS: Gangguan Persepsi
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering Sensori : Halusinasi
tertawa sendiri Pendengaran
- Klien sering mendengarkan suara – suara laki-
laki yang mengajaknya berbicara, suara
bisikan, suara dengung
- Klien mengatakan suara – suara tersebut
muncul kapan saja dan dimana saja
- Klien mengatakan sering mendengar suara itu
- Klien hanya diam dan mendengarkan jika
suara itu muncul
DO:
- Klien sering berbicara dan tertawa sendiri
DO:
- Tampak menyendiri dalam ruangan dan
kurang mampu berinteraksi dengan baik
- Klien tampak melamun dan susah untuk
berkomunikasi
- Klien kurang mampu untuk mengekpresikan
perasaan kesedihan dan kontak mata tidak
tetap
3 DS : Gangguan Konsep Diri :
- Klien mengatakan merasa tidak dihargai dan Harga Diri Rendah
merasa tidak dapat bertanggung jawab
terhadap keluarga.
DO :
- Klien tampak murung
- Lebih banyak diam
C. Masalah Keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Kronis
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Isolasi Sosial : Menarik Diri
D. Pathway
E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Avidha, M., & Fitriani, D. R. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Jiwa pada
Klien Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi dengan Intervensi Inovasi Terapi
Penerimaan dan Komitmen (Acceptance And Comitment Therapy) Terhadap
Tanda dan Gejala Halusinasi di Ruang Punai RSUD Atma Husada Mahakam
Samarinda. https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/201
Fadhillah H. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP, PPNI
http://repo.unikadelasalle.ac.id/index.php?p=show_detail&id=12909
Fadli, S. M., & Mitra, M. (2013). Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta
Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Kesmas: National Public
Health Journal, 7(10), 466-470. doi:
http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v7i10.6
Keliat B, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Nyumirah, S. (2013). Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan
perilaku) melalui penerapan terapi perilaku kognitif di rsj
dr amino gondohutomo