Anda di halaman 1dari 9

KONSEP BERPIKIR KRONOLOGIS, DIAKRONIK, SINKRONIK, RUANG DAN WAKTU

DALAM SEJARAH
Oleh Yermia R. S.

A. Pengertian Sejarah
Menurut para ahli:
a. Aristoteles
Menurut Aristoteles berpendapat bahwa pengertian sejarah yaitu satu
sistem yang mempelajari kejadian yang sejak awal tersusun ke dalam
bentuk kronologi. Sejarah merupakan sebuah peristiwa yang terjadi
pada masa lalu yang memiliki catatan, record-record atau sebuah bukti
yang konkrit.
b. Herodotus
Sejarah merupakan satu kajian guna menceritakan sebuah perputaran
jatuh bangunnya seorang tokoh, masyarakat, serta peradaban.
c. Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun berpendapat bahwa pengertian sejarah
merupakan sebuah catatan mengenai peradaban dunia atau umat
Herodotus (Sumber:
manusia, tentang berbagai perubahan yang terjadi pada watak masyarakat tersebut.
d. Roeslan Abdul Gani classicalwisdom.com)
Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis
keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian
dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk
selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah
proses masa depan.
e. Taufik Abdullah
berpendapat bahwa pengertian sejarah ialah tindakan manusia yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu
pada masa lalu di tempat tertentu.

Kesimpulannya, Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun berdasarkan peninggalan-
peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan peninggalan itu disebut sumber sejarah. Sejarah terus
berkesinambungan sehingga merupakan rentang peristiwa yang panjang.

B. Hakikat Sejarah
Menurut sejarawan Sartono Kartodirdjo, hakikat sejarah di batasi oleh dua pengertian, yaitu sejarah objektif
dan sejarah subjektif.
a. Sejarah objektif, yaitu peristiwa atau kejadian masa lampau apa adanya.
Objektivitas adalah hal-hal yang bisa diukur yang ada di luar pikiran atau persepsi manusia. Sikap
objektifitas tidak akan dipengaruhi oleh pendapat pribadi atau golongan di dalam mengambil
keputusan. Jadi, objektivitas adalah usaha mendekatkan diri pada obyek atau dengan kata lain berarti
bertanggung jawab pada kebenaran objek. Seorang sejarawan dalam merekonstruksi sejarah, harus
mendekati objektivitas, karena akan didapat gambaran rekonstruksi yang mendekati kebenaran.
b. Sejarah subjektif, yaitu hasil penafsiran (rekonstruksi) sejarawan atas peristiwa masa lampau.
Subjektivitas adalah kesaksian atau tafsiran yang merupakan gambaran hasil parasaan atau pikiran
manusia. Jadi, subjektivitas adalah suatu sikap yang memihak dipengaruhi oleh pendapat pribadi atau
golongan, dan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang melingkupinya. Dalam sejarah sukyektifitas banyak
terdapat dalam proses interpretasi. Sejarah, dalam mengungkapkan faktanya membutuhkan interpretasi
dan interpretasi melibatkan subyek. Dalam subjektivisme, dimana objek tidak lagi dipandang
sebagaimana seharusnya, tetapi dipandang sebagai kreasi dan konstruksi akal budi. subjektif
diperbolehkan selama tidak mengandung subjektivistik yang diserahkan kepada kesewenang-
wenangan subjek, dan konsekuensinya tidak lagi real sebagai objektif.
Sejarah yang kita pelajari saat ini adalah hasil penafsiran para sejarawan atau sejarah subjektif,
dan dari merekalah kita mengenal kehidupan manusia pada masa lampau. Sedangkan sejarah objektif
adalah peristiwa nyata yang pernah terjadi di masa lampau. Meskipun demikian, penafsiran para
sejarawan tentang peristiwa masa lampau (subjektif) diharapkan dapat menggambarkan peristiwa
tersebut apa adanya (objektif).
Untuk mencapai objektivitas, sejarawan menggunakan metode ilmiah untuk menguji kesahihan
bukti-bukti yang ada, mengecek kebenarannya, dan membandingkannya dengan temuan yang lain. Ada
tiga hal yang menghambat terwujudnya objektivitas sejarah.
1. Pertama, penelitian sejarah melibatkan kepentingan tertentu, misalnya kepentingan politik,
ekonomi, dan sosial budaya.
2. Kedua, peneliti memasukan perasaan, nilai, selera, atau ideologi pribadinya kedalam proses
penelitiannya.
3. Ketiga, peneliti tidak menguasai bidang yang di telitinya.
C. Sifat-Sifat Sejarah
Sejarawan kuntowijoyo meringkas sifat-sifat sejarah itu dalam lima kata: fakta, diakronis, ideografis, unik,
dan empiris
a. Fakta
Fakta artinya suatu peristiwa sejarah bukanlah rekaan manusia. Kepastian tentang fakta didapatkan
dari hasil verifikasi terhadap data tentang peristiwa tersebut
b. Diakronis
Secara etimologi diakronis berasal dari bahasa yunani, dia yang berarti melintasi atau melewati dan
kronos berarti perjalanan waktu, diakronis artinya suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa
sebelumnya. Pengertian diakronis sama dengan kronologi, melalui konsep ini kita dapat melakukan
perbandingan serta melihat tahapan perkembangan sejarah dari masa ke masa.
c. Ideografis
Ideografis artinya menggambarkan atau menceritakan suatu peristiwa yang terjadi pada ruang dan
waktu tertentu dengan tujuan mendapatkan pemahaman dan makna dari peristiwa tersebut. Tidak ada
hukum umum atau teori yang pasti dalam sejarah, sebab dalam sejarah tidak ada kebenaran yang
mutlak. Dalam ilmu sejarah (dan ilmu sosial lain) tidak ada hukum atau teori yang pasti untuk
menjelaskan peristiwa atau kehidupan manusia. Kehidupan manusia adalah dinamis, sehingga tidak
ada kebenaran yang mutlak, yang ada hanya kebenaran sementara atau tafsiran terbatas yang masih
terbuka untuk dilakukan verifikasi kembali oleh peneliti atau peneliti lain.
d. Unik
Unik artinya, peristiwa itu hanya terjadi satu kali, dan tidak ada lagi peristiwa yang sama persis dengan
peristiwa waktu itu.
e. Empiris
Empiris artinya Sejarah sangat tergantung pada pengalaman manusia entah yang bersifat indrawi
ataupun yang bersifat batiniah.
D. Ruang Lingkup Sejarah (Sejarah Sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu dan Seni)
1. Sejarah Sebagai Peristiwa
Kejadian yang telah terjadi pada dasarnya merupakan kajian dalam ilmu sejarah. Kejadian inilah
yang kemudian disebut sebagai sebuah peristiwa sejarah. Peristiwa yang telah terjadi dimasa lalu baru
dapat dikatakan sebagai peristiwa sejarah jika memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu objektif, unik,dan
penting.
a) Objektif, maksudnya bahwa peristiwa itu didukung oleh fakta sejarah yang dapat dibuktikan
bahwa peristiwa benar-benar terjadi, jadi bukan rekaan belaka, bukan imajinasi. Hal itu dapat
dibuktikan dengan foto, rekaman, kesaksian pelaku sejarah, dokumen, dll.
b) Unik, karena peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali. Sejarah tidak bisa diulang atau terjadi
jadi lagi sama persis.
c) Penting, maksudnya peristiwa yang terjadi itu mempunyai arti penting terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan serta kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Fakta-fakta
sejarah itu bukan sekadar deretan angka-angka, artefak, atau peristiwa tetapi lebih dari itu
mengandung pelajaran-pelajaran tertentu bagi kehidupan manusia masa kini dan masa depan.
2. Sejarah Sebagai Kisah
Cerita atau tulisan yang disusun mengenai apa yang pernah terjadi pada masa lalu sebagai hasil
rekonstruksi dari peninggalan-peninggalan dan bukti-bukti yang ditemukan yang berhubungan dengan
kejadian yang menjadi bahan kajiannya. Mereka menyusun cerita sejarah berdasarkan jejak-jejak
sejarah (jejak-jejak sejarah sebagai peristiwa) namun tetap dipengaruhi oleh sudut pandang atau
perspektif sejarawan itu sendiri. Sudut pandang sejarawan sangat dipengaruhi oleh ikatan waktu,
kelompok, ideologi, dan aspek lain yang ada di dalam kehidupan sejarawan,sehingga membawa
dampak adanya kisah sejarah yang berbeda dan bahkan bertentangan antara penafsiran sejarawan satu
dengan yang lain dalam melihat satu fakta sejarah yang sama.
3. Sejarah Sebagai Ilmu
Artinya sejarah merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dan
memiliki metode pengkajian ilmiah untuk mendapatkan suatu kebenaran. Sebagai suatu studi yang
berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami (diucapkan,
dipikirkan, dan dilaksanakan) oleh manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa
ditelusuri/diketemukan masa sekarang. Sebagai sebuah ilmu harus memiliki syarat-syarat keilmuan
antara lain :
 Bersifat empiris
Empiris berarti pengalaman. Sebuah peristiwa sejarah lahir dari pengalaman manusia yang telah
dialaminya yang direkam dalam berbagai jenis bukti sejarah baik itu bukti benda maupun non
benda, baik tertulis maupun lisan.
 Memiliki objek
Sejarah memiliki objek penelitian dan kajian berupa manusia dan masyarakat dipandang dari
dimensi waktunya. Semua yang berhubungan dengan manusia diikat dalam bingkai waktu dikaji
dalam sejarah. Dalam hal ini, sejarah bersifat diakronis yang berarti memanjang dalam waktu dan
menyempit dalam ruang.
 Memiliki teori
Sejarah memiliki teori pengetahuan atau filsafat sejarah kritis. Teori sejarah
berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu.
 Memiliki metode
Sejarah memiliki metode yang berupa metode sejarah. Artinya suatu system untuk menggarap
sumber atau data sejarah, mulai dari penelitian sampai penulisan.
 Bersifat Verifikatif.
Hasil penelitian dalam sejarah dapat diuji kebenarannya oleh siapa pun, terutama oleh orang yang
memahami dengan baik peristiwa yang menjadi objek penelitian. Karena sifatnya dinamis, ilmu
pengetahuan dapat diuji berulang kali.
4. Sejarah Sebagai Seni
Sejarah sebagai seni dihubungkan dengan cara rekonstruksi dan penulisan sejarah itu sendiri.
Sejarah dikatakan sebagai seni karena seorang sejarawan membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi,
gaya bahasa dalam menulis sejarah.
 Intuisi
Selama proses penelitian, sejarawan memerlukan ilham, ide atau intuisi untuk menentukan setiap
langka, memilih suatu penjelasan dan apa yang harus dikerjakan.
 Imajinasi
Sejarawan memerlukan imajinasi dalam sebuah peristiwa sejarah, ia diharapkan mampu
membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, Apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi.
 Emosi
Sejarawan dituntut bisa mengolah unsur emosionalnya untuk menumbuhkan rasa empati dan
menyatakan perasaan dengan objeknya.
 Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam sejarah lebih menekankan pada bahasa yang lugas dan pemaparan yang detail,
selain itu bahasa yang digunakan dapat dimengerti dan dipahami khalayak ramai.
E. Konsep Ruang dan Waktu Dalam Sejarah
Berikut secara umum penjabaran konsep ruang dalam memelajari sejarah.
a. Ruang merupakan tampat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa dalam perjalanan waktu.
b. Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu
terjadinya peristiwa tersebut.
c. Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitik beratkan
pada aspek tempat, di mana peristiwa itu terjadi.
Contoh dari keterkaitan karakteristik antar ruang misalnya sebagai berikut:
- Peristiwa banjir di Jakarta terjadi karena kerusakan hutan di daerah Bogor. Air hujan yang jatuh di
daerah Bogor sebagian besar masuk ke sungai. Hanya sebagian kecil air yang terserap oleh tanah di
Bogor. Akibatnya, Jakarta terkena banjir yang airnya sebagian besar berasal dari wilayah bogor.
Konsep waktu dalam mempunyai arti masa atau periode berlangsungnya perjalanan kisah kehidupan
manusia. Waktu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu waktu lampau, waktu sekarang, dan waktu yang akan
datang. Semua peristiwa yang terjadi tentunya akanselalu dikaitkan dengan ruang dan waktu, misalnya
sebagai berikut:
a. Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa tengah, 21 April 1879.
b. Perang dunia I berlangsung dari tahun 1914-1918
F. Manfaat dan Guna Sejarah
- Manfaat Sejarah ada 4 yaitu;
1. Edukatif
Selain sebagai sumber pengetahuan, sejarah dapat mengajarkan generasi muda mana yang baik dan
buruk, antagonis dan protagonis, nilai kepahlawanan, dan sebagainya.
2. Inspiratif
Guna inspiratif salah satunya akan menaikkan moral generasi muda untuk terus maju. Pendidikan
moral didapat terutama ketika mempelajari kejayaan bangsa Indonesia.
3. Rekreatif
Mempelajari sejarah juga dapat memberikan kesenangan (rekreasi) dalam diri. Membaca kisah-kisah
sejarah seakan mengajak kita bertualang melewati batas ruang dan waktu. Begitu pula dengan
mengunjungi berbagai lokasi bersejarah, seperti berkunjung ke candi-candi dan museum-museum.
4. Instruktif
Guna instruktif sejarah muncul dalam proses penyampaian suatu ilmu pengetahuan. Contohnya,
pada saat diterapkannya sistem ekonomi liberal atau politik pintu terbuka pada 1870, Pada saat itu,
terjadi masalah sosial dan kependudukan, misalnya perlakuan terhadap buruh yang tidak manusiawi.
Hal ini menyebabkan banyak pekerja kebun banyak melarikan diri, sakit, hingga meninggal.
- Guna Sejarah
1. Guna Intrinsik
a. Sejarah sebagai ilmu. Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan manusia pada
masa lalu. Sebagai sebuah ilmu sejarah memiliki tujuan, metode, pemikiran yang rasional,
penyusunan yang sistematis dan juga kebenaran yang objektif.
b. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau. Dalam hal ini sejarah menceritakan peristiwa
pada masa lampau manusia. Dengan belajar sejarah, manusia bisa mengetahui mengenai
konsep perkembangan, kesinambungan, pengulangan dan perubahan. Perkembangan terjadi
bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu ke bentuk yang lain. Kesinambungan terjadi
bila suatu masyarakat baru hanya mengadobsi lembaga-lembaga tertentu. Pengulangan terjadi
bila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi. Perubahan terjadi apabila
masyarakat mengalami pergeseran sama dengan perkembangan.
c. Sejarah sebagai pernyataan pendapat. Sejarah merupakan pernyataan pendapat dari para ahli
sejarah dalam melakukan penulisan sejarah. Berdasarkan tahap-tahap penelitian sejarah,
seorang sejarawan akan memberikan gambaran mengenai peristiwa yang terjadi pada masa
lalu. Pada satu sisi, sejarah akan bisa bersifat subjektif dikarenakan subjektifitas dari peneliti
sejarah.
d. Sejarah sebagai profesi. Beberapa profesi yang berhubungan dengan sejarah adalah guru
sejarah, pegawai purbakala, museum, monument, balai kajian sejarah, dan arsip.
2. Guna Ekstrinsik
a. Sejarah sebagai pendidikan moral
b. Sejarah sebagai pendidikan penalaran
c. Sejarah sebagai pendidikan politik
d. Sejarah sebagai pendidikan kebijakan
e. Sejarah sebagai pendidikan perubahan
f. Sejarah sebagai pendidikan masa depan
g. Sejarah sebagai pendidikan keindahan
h. Sejarah sebagai ilmu bantu
i. Sejarah sebagai latar belakang
j. Sejarah sebagai rujukan
k. Sejarah sebagai bukti

G. Periodesasi dan Kronologi


Periodisasi adalah pembabakan waktu yang berurutan sesuai dengan waktu kejadian. Periodisasi dalam
sejarah adalah tingkat perkembangan masa dalam sejarah. Untuk mempermudah pemahaman dan
pembahasan sejarah kehidupan manusia, para ahli menyusun suatu periodisasi sejarah atau pembabakan
masa sejarah. Periodisasi dibuat dengan tujuan agar dapat diketahui ciri khas atau karakteristik kehidupan
manusia sehingga mudah dipahami. Dalam periodisasi ini, akan diketahui pula tentang:
 Perkembangan kehidupan manusia,
 Kesinambungan antara periode yang satu dengan periode berikutnya,
 Terjadinya fenomena yang berulang,
 Perubahan dari periode yang awal sampai pada periode berikutnya.
Periodisasi dalam sejarah dilakukan oleh masyarakat, bangsa, atau negara di seluruh dunia. Periodisasi
dalam sejarah ini juga dilakukan, karena pada setiap periode sejarah terdapat rangkaian- rangkaian
peristiwa atau kejadian dengan jumlah yang sangat banyak. Periodisasi sejarah Indonesia terbagi menjadi
empat, yaitu sebagai berikut.
a. Zaman prasejarah, adalah zaman sebelum manusia mengenal tulisan, Zaman sejarah, adalah zaman
dimana manusia sudah mengenal tulisan, yang terdiri dari:
b. Zaman kuno, sejak kerajaan tertua sampai abad ke 14 di masa-masa berkembangnya kebudayaan
Indonesia yang dipengaruhi agama Hindu dan Budha,
c. Zaman Indonesia baru, mulai abad 15 sampai abad 18 yang membicarakan masa berkembangnya budaya
Islam,
d. Zaman Indonesia modern, sejak masa pemerintahan Hindia Belanda (1800), Indonesia merdeka sampai
sekarang.
Kronologi berarti sesuai dengan urutan waktu. Peristiwa
sejarah akan selalu berlangsung sesuai dengan urutan
waktu sehingga peristiwa-peristiwa sejarah tidak terjadi
secara melompat-lompat urutan waktunya, atau bahkan
berbalik urutan waktunya (ankronis). Oleh karena itulah,
dalam mempelajari sejarah agar kita mendapatkan
pemahaman yang baik harus memperhatikan urutan-urutan
kejadiannya atau kronologinya. Pemahaman sejarah yang
bersifat ankronis akan menimbulkan kerancuan bahkan
akan membuat pemahaman yang keliru tentang sejarah.
Peristiwa-peristiwa sejarah yang diceritakan dan disusun
berdasarkan urutan kejadian tanpa memberi penjelasan
tentang hubungan sebab akibat antara peristiwa tersebut
disebut kronik. Kronik biasanya disusun secara kronologis,
artinya peristiwa disusun berdasarkan angka tahun yang
berurutan dan saling berkesinambungan. Contoh kronologi
dalam sejarah misalnya peristiwa turunnya Soeharto
sebgai Presiden.

H. Diakronik dan Sinkronik


Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis. Artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam
ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat
tertentu, dari waktu A sampai waktu B. Pendekatan diakronik adalah salah satu yang menganalisis
perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa
sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekaran ini untuk
menganalisis dampak perubahan variabel terhadap sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk
menjelaskan mengapa keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau mengapa keadaan tertentu
berkembang/berkelanjutan. Cara berpikir diakronis memandang masyarakat sebagai suatu yang terus
bergerak dan memiliki hubungan kausalitas atau sebab akibat, menguraikan proses transformasi yang terus
berlangsung dari waktu ke waktu dalam kehidupan masyarakat secara berkesinambungan, menguraikan
kehidupan masyarakat secara dinamis.
Ciri-ciri konsep berpikir diakronik yaitu:
· Mengkaji dengan berlalunya masa;
· Menitikberatkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya;
· Bersifat historis atau komparatif;
· Bersifat vertikal;
· Terdapat konsep perbandingan;
· Cakupan kajian lebih luas
Contohnya perkembangan Sarekat Islam di Solo pada tahun 1911-1920; terjadinya Perang Dipenogoro
antara tahun 1825-1830; dan Revolusi Fisik di Indonesia pada tahun 1945-1949.
Sinkronis berarti meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Sedangkan melalui pendekatan
sinkronis, sejarah menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak
berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat
ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu. Misalnya: Penggambaran ekonomi di Indonesia
pada tahun 1998, disini penggambaran sejarah hanya menganalisis struktur dan fungsi ekonomi pada
keadaan di tahun 1998 saja.
I. Perubahan dan Keberlanjutan
Waktu menjadi konsep penting dalam ilmu sejarah. Sehubungan dengan konsep waktu, dalam
ilmu sejarah menurut Kuntowijoyo (2001: 14-15) meliputi perkembangan, keberlanjutan/ kesinambungan,
pengulangan dan perubahan.
Disebut mengalami perkembangan apabila dalam kehidupan masyarakat terjadi gerak secara berturut-
turut dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.
Perkembangan terjadi biasanya dari bentuk yang
sederhana ke bentuk yang kompleks. Misalnya
adalah perkembangan demokrasi di Amerika yang
mengikuti perkembangan kota. Pada awalnya
masyarakat di Amerika tinggal di kota-kota kecil.
Di kota-kota kecil itulah tumbuh dewan-dewan
kota, tempat orang berkumpul. Dari kota-kota kecil
mengalami proses menjadi kota-kota besar hingga
menjadi kota metropolitan. Di sini, demokrasi

berkembang mengikuti perkembangan kota Kompleks Masjid Agung Surakarta, sejak tahun 1910
(Kuntowijoyo 2001:14). hingga saat ini tetap dijaga keajegan bentuknya. Pun
Kesinambungan terjadi bila suatu demikian dengan permukiman di sekitar Keraton Surakarta
(Baluwarti), juga tetap bersinambung sebagai pelestari
masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-
budaya nan adiluhung. Sumber: soloblitz.com
lembaga lama. Misalnya pada masa kolonial,
kebijakan pemerintah kolonial mengadopsi
kebiasaan lama, antara lain dalam menarik upeti raja taklukan, Belanda meniru raja-raja pribumi
(Kuntowijoyo 2001: 15).
Sementara itu disebut pengulangan apabila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi
lagi pada masa berikutnya, misalnya menjelang Presiden Soekarno jatuh dari kekuasaannya pada tahun
1960-an banyak terjadi aksi dan demonstrasi, khususnya yang dilakukan
oleh para mahasiswa. Demikian halnya menjelang presiden Soeharto jatuh
pada 1998, juga banyak terjadi aksi dan demonstrasi. Peristiwa sejarah
mustahil berulang seluruhnya. Peristiwa sejarah biasanya terjadi dengan
sebab dan ciri yang serupa dan ruang yang sama. Namun, waktunya tidak
mungkin sama.
Sedangkan dikatakan perubahan apabila dalam masyarakat terjadi
per-kembangan secara besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat.
Perubahan biasanya terjadi karena adanya pengaruh dari luar. Misalnya
Revolusi Industri yang membawa perubahan besar di berbagai bidang, Aceh, pra dan pasca-
khususnya industri. Tsunami. Sumber;
Tribunnews.com

CONTOH KASUS KONSEP PERUBAHAN, PERKEMBANGAN, PENGULANGAN DAN


KEBERLANJUTAN/KESINAMBUNGAN
A. PERUBAHAN
1. Revolusi Industri yang membawa perubahan besar di berbagai bidang, khususnya
industri.
2. Indonesia mulai mengenal tulisan/aksara dengan masuknya kebudayaan Hindu-
Buddha.
3. Dikenalnya sistem kasta dalam masyarakat Hindu-Buddha yang sebelumnya tidak
dikenal dalam masyarakat praaksara Indonesia.
4. Pengeboman Hiroshima-Nagasaki membuat Jepang mengalami kekalahan dan
menyerah pada sekutu dalam Perang Asia Pasifik.
5. Penerapan politik etis yang meliputi edukasi, irigasi, dan imigrasi mendorong
lahirnya golongan terpelajar yang membawa bentuk baru terhadap kolonialisme.
6. Jatuhnya Soeharto dari jabatan presiden pada Mei 1998 dan digantikan oleh wakilnya
yaitu Habibie.
7. Diterapkannya undang-undang yang mengatur tentang pemilihan umum pertama yang
memilih presiden secara langsung.
8. Penggunaan telepon genggam yang menggantikan surat sebagai alat komunikasi.
9. Pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi mengubah pola pergaulan
masyarakat khususnya generasi muda.
B. PERKEMBANGAN
1. Kompleks Masjid Agung Surakarta, sejak tahun 1910 hingga saat ini tetap dijaga
keajegan bentuknya. Pun demikian dengan permukiman di sekitar Keraton Surakarta
(Baluwarti), juga tetap bersinambung sebagai pelestari budaya nan adiluhung.
2. Pada masa Arkaekum kondisi bumi masih labil dan temperatur masih sangat tinggi,
sementara pada masa Palaeozoikum keadaan bumi sudah lebih stabil dan temperatur
mendingin.
3. Masa awal praaksara alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana. Seiring otak
manusia yang semakin maju, alat-alat yang dibuat semakin kompleks.
4. Penyebaran kebudayaan luar seperti Hindu-Buddha dan Islam berawal dari aktivitas
perdagangan karena Indonesia berada di jalur pelayaran internasional, kemudian
mulai menyebar ke pedalaman-pedalaman Nusantara.
5. Bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan masyarakat
sebagai bahasa pergaulan sehari-hari.
6. pada masa pemerintahan Soeharto Melalui penerapan teknologi modern, terjadi
peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga
kali dalam setahun untuk padi pada tempat-tempat tertentu, suatu hal yang
sebelumnya tidak mungkin terjadi Pada awal berdirinya kota Magelang merupakan
sebuah desa bagian dari Kerajaan Mataram Hindu, yang kemudian menjadi kota dan
juga pernah menjadi ibukota kabupaten Magelang.
7. Alun-alun Magelang awalnya dibangun sebagai lambang kebesaran dan wibawa
penguasa. Kini alun-alun juga berfungsi sebagai ruang terbuka umum dan landmark
kota Magelang.
C. PENGULANGAN
1. Menjelang Presiden Soekarno jatuh dari kekuasaannya pada tahun 1960-an banyak
terjadi aksi dan demonstrasi, khususnya yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Demikian halnya menjelang presiden Soeharto jatuh pada 1998, juga banyak terjadi
aksi dan demonstrasi.
D. KEBERLANJUTAN/KESINAMBUNGAN
1. Masa kolonial, kebijakan pemerintah kolonial mengadopsi kebiasaan lama, seperti
dalam menarik upeti raja taklukan, masa pemerintahan kolonial Belanda meniru raja-
raja pribumi
2. Penggunaan cobek batu yang sudah ada sejak jaman praaksara di kalangan
masyarakat dewasa ini.
3. Sejarah Indonesia diawali masa praaksara, Hindu Buddha kemudian Islam dan
seterusnya hingga reformasi pada masa kini.
4. Candi Borobudur masih digunakan sebagai tempat ibadah umat Buddha di Indonesia.
5. Proses pembuatan gerabah yang mewarisi kebudayaan pada masa perundagian.
6. Suku Baduy masih mempertahankan cara hidup tradisionalnya di tengah-tengah
kemajuan peradaban.
7. Kesultanan Yogyakarta merupakan salah satu kerajaan yang masih eksis dari masa
kerajaan-kerajaan Islam hingga sekarang.

Sumber:
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Kemdikbud. 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Ratna Hapsari. 2013. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai