Anda di halaman 1dari 11

UNISIA, Vol. XXXI No.

69 September 2008

Supremasi Hukum Pidana di Indonesia


Bunyana Sholihin
IAIN Raden Intan Lampung
bunyana_sol@yahoo.com

Supremacy of law has been an ideal for the Rechsstaat, such as Indonesia, in the sense
that law is enforced and effective over every thing. Based on sociology of law theory, law
could be enforced and effective in a national community if it conformed the legal spirit of
the relevant nation. Ideally, therefore, for the supremacy of law, the criminal laws of Indone-
sia are those in conformity with the spirit of truth and justice trusted and embraced by
Indonesian nation, because such laws are the only ones reflecting the spirit of Indonesian
nation.
Keywords: supremacy of law, Indonesia, criminal law, spirit

Pendahuluan “Wetboek van Strafrecht 1881”.


Mengingat suatu teori prinsip sosiologi
A turan hukum pidana yang berlaku di In
donesia hingga saat ini masih
merupakan aturan hukum pidana
hukum bahwa suatu aturan hukum akan dapat
berjalan tegak, diterima dan dianut serta
peninggalan kolonial Belanda yang secara dijunjung oleh suatu masyarakat apabila
substansial hukum adalah aturan hukum hukum yang berlaku sesuai dengan jiwa dan
penjajah untuk bangsa yang terjajah. Karena semangat hukum masyarakat yang
aturan hukum pidana yang berlaku di Indo- bersangkutan. Agar suatu aturan pidana yang
nesia hingga saat ini merupakan adopsi dari diberlakukan di Indonesia lebih efektif dapat
aturan pidana peninggalan kolonial Belanda mewujudkan misi dan tujuan hukum itu sendiri
dalam bentuk perundang-undangan pidana maka idealnya hukum pidana yang berlaku di
hasil terjemahan dari aturan hukum pidana Indonesia adalah hukum yang sesuai dengan
yang termuat dalam kitab “Wetboek van jiwa dan semangat hukum bangsa Indonesia.
Strafrecht voor Nederlandsch Indie 1915” Sebagai realita sekarang Bangsa Indonesia
dengan perbaikan dan penyesuaian di sana- adalah bangsa yang merdeka, berjiwa hukum
sini. Berdasarkan firman raja Belanda dan semangat keadilan hukum tertentu.
(Invoerings-verordening) tanggal 4 Mei 1917 Secara fakta, mayoritas bangsa Indonesia
(Stb. 1917 nomor 497) aturan pidana terdiri dari masyarakat muslim beraliran
dimaksud secara khusus telah diberlakukan hukum Syâfi‘iyah.
oleh pemerintahan kolonial Belanda Dari itu semua maka yang menjadi
terhadap bangsa jajahannya di nusantara permasalahan dalam kajian ini adalah:
sejak 1 Januari 1918. Sedangkan aturan Mungkinkah suprimasi hukum pidana dapat
pidana yang diberlakukan oleh pemerintahan berjalan tegak dan dijunjung oleh masyarakat
Belanda untuk bangsanya sendiri adalah bangsa Indonesia yang merdeka dengan
aturan pidana yang disusun untuk bangsa tetap mempertahankan berlakunya aturan
Belanda yang merdeka termuat dalam kitab pidana peninggalan kolonial Belanda di In-

262
Supremasi Hukum Pidana di Indonesia; Bunyana Sholihin

donesia? Untuk menjawab permasalahan ini 1. Pengertian Supremasi Hukum


semua berikut perlu diadakan kajian khusus
Kata”supremasi” itu sendiri secara
mengenai Hukum Pidana yang berlaku di
bahasa adalah kata benda abstrak, berasal
Indonesia dan seluk-beluknya.
dari istilah Inggris supremacy yang diambil
Kajian tentang Hukum Pidana dalam dari kata sifat supreme (tertinggi) yang
kaitannya dengan Supremasi hukum di In- seutuhnya berarti “keunggulan”. Sedangkan
donesia tidak lepas dari uraian mengenai istilah “Hukum” adalah salah-satu perangkat
seluk-beluk Hukum Pidana yang berlaku institusi pemenuhan kebutuhan rasa
atau pernah berlaku dan mungkin berlaku keadilan individu dalam suatu masyarakat.
sebagai acuan bertidak dan berbuat bagi Dengan demikian dapat ditegaskan di sini
bangsa Indonesia, Baik secara substansi bahwa “Supremasi Hukum” secara istilah
material hukum (material law) maupun berarti pengutamaan hukum di atas
budaya hukumnya (cultural law). Oleh segalanya, yaitu meletakkan hukum di atas
karena itu sifat penelitian ini adalah kedudukan, jabatan, kekayaan dan
Penelitian Normatif yang akan mengurai segalanya. Sehingga tertutup kemungkinan
seluk-beluk Hukum Pidana yang berlaku di praktik hukum dikendalikan dan diatur oleh
Indonesia sehingga layak untuk kedudukan, jabatan, harta kekayaan dan
diberlakukan, dianut dan dijunjung serta uang, tetapi hukumlah yang mengendalikan
dapat menjamin tegaknya supremasi hukum dan mengatur kedudukan, jabatan harta
pidana di Indonesia, dengan merujuk kepada kekayaan dan uang untuk tegaknya
sumber-sumber kepustakaan dengan keadilan yang menjadi cita-cita negara.
menggunakan pendekatan sejarah sosial.
Supremasi hukum dalam pengertian
Selanjutnya data mengenai Hukum istilah ini, sangat erat kaitannya dengan
Pidana dan masyarakat sebagai subyek dan upaya praktek penerapan dan penegakan
obyek hukumnya akan dianalisa dengan teknik hukum (law inforcement) dalam kehidupan
analisis komparatif, yaitu analisis perbandingan masyarakat, sehingga fungsi hukum dapat
antar masing-masing prinsip Hukum Pidana berdiri tegak menjalankan perannya
yang pernah dan mungkin berlaku di Indonesia menegakkan keadilan dalam kehidupan
sehingga dapat ditawarkan kesimpulan yang masyarakat khususnya di Indonesia.
menjawab permasalahan.
2. Pengertian hukum pidana
Kajian Pustaka
Menurut bahasa, kata hukum pidana
Untuk menyajikan eksistensi Hukum adalah terjemahan dari istilah Belanda
Pidana Indonesia secara objektif dan strafrecht yang berasal dari gabungan kata
komprehenship, maka dalam uraian berikut straf yang berarti hukuman dan kata recht
ini akan disajikan terlebih dahulu pengertian yang berarti hukum. Dengan demikian
hukum pidana dan selanjutnya diikuti pula strafrecht secara bahasa berarti hukum
dengan uraian tentang sejarah hukum pidana hukuman. Terjemahan ini mengandung
di Indonesia. Sebelum lebih jauh membahas kerancuan arti, sehingga menurut Wirjono
seluk beluk Hukum pidana di Indonesia Prodjodikoro, kata hukuman lebih tepat kalau
perlu disampaikan terlebih dahulu pengertian digantikan dengan kata pidana sehingga arti
Supremasi hukum sebagai idealitas dalam kesatuannya menjadi hukum pidana. Untuk
pengendalian suatu masyarakat bangsa. lebih jelasnya perlu ditegaskan bahwa kata

263
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008

hukum itu adalah ungkapan bahasa Indo- Berdasarkan ketiga batasan pengertian
nesia yang berasal dari bahasa Arab sebagai hukum pidana menurut tiga pakar hukum
sumber bahasa agama yang dianut oleh tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa
mayoritas bangsaa Indonesia, yaitu ÇáÍßã hukum pidana itu memuat dua hal aturan
yang berarti peraturan yang dibuat oleh sebagai berikut:
suatu kekuasaan atau adat yang dianggap Aturan hukum yang melukiskan
berlaku oleh dan untuk orang banyak. perbuatan-perbuatan orang yang
Sedangkan kata pidana berasal dari bahasa diancam pidana, artinya syarat-syarat
Sanskerta sebagai bahasa sastra agama yang harus dipenuhi sehingga
Hindu yang telah berkembang di Nusantara memungkinkan pengadilan
sebelum agama Islam, yang berarti menjatuhkan pidana bagi pelakunya. Di
perbuatan-perbuatan kejahatan dan sini seolah-olah negara menyatakan
pelanggaran. Sedangkan setiap kejahatan kepada umum dan para penegak
dan pelanggaran itu beresiko hukuman. hukum mengenai perbuatan terlarang
Dengan demikian secara bahasa pengertian dan pelakunya yang dapat dipidana.
hukum pidana sudah dapat difahami, yaitu: Aturan-aturan yang mengumumkan
peraturan-peraturan mengenai kejahatan dan reaksi yang akan diterima oleh pelaku
pelanggaran beserta sanksinya. perbuatan terlarang. Dalam hukum
Namun demikian, menurut Wirjono pidana modern reaksi ini berupa pidana
yang lebih penting adalah pengertian hukum dan tindakan yang arif untuk melindungi
pidana dalam pengertian istilah hukum. masyarakat banyak dari perbuatan-
Dalam pengertian istilah hukum ini banyak perbuatan yang merugikan.
didapatkan batasan pengertian mengenai Dari itu semua, maka hukum pidana itu
hukum pidana, antara lain: adalah aturan-aturan hukum mengenai
perbuatan-perbuatan yang diancam
Menurut Wirjono Prodjodokoro bahwa
hukuman karena mengganggu prinsip-
hukum pidana adalah peraturan-peraturan
prinsip kehidupan individu atau masyarakat.
mengenai pidana. Batasannya itu diperjelas
lagi dalam uraian berikutnya, bahwa hukum
3. Sejarah hukum pidana di
pidana adalah hukum yang memuat norma-
norma berupa larangan dan suruhan yang Indonesia
disertai ancaman hukuman atas Sebagaimana telah dikemukakan pada
pelanggarnya. Bab Pendahuluan, bahwa Hukum Pidana
Menurut Soedarto, hukum pidana itu Indonesia yang berlaku sekarang adalah
memuat aturan-aturan hukum yang hukum pidana peninggalan kolonial, berupa
mengikat kepada perbuatan-perbuatan yang terjemahan dari Wetboek van Strafrecht
memenuhi syarat tertentu untuk dijadikan voor Nederlandsch-Indie 1915. Adapun
suatu akibat yang berupa pidana. sejarah hukum pidana bagi bangsa Indone-
Ridwan Halim memberikan batasan sia perlu dikemukakan secara tahapan
bahwa hukum pidana ialah hukum yang kronologis perjalanan sejarah bangsa, yaitu
mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dimulai hukum pidana sebelum zaman
dilarang oleh undang-undang serta ancaman penjajahan, selanjutnya hukum pidana pada
hukuman yang dapat dijatuhkan terhadap masa penjajahan Belanda, lantas hukum
pelanggarnya. pidana pada masa pendudukan Jepang,

264
Supremasi Hukum Pidana di Indonesia; Bunyana Sholihin

kemudian hukum pidana pada masa yang tertulis dalam bahasa Jawa kuno.
Republik seperti dibawah ini. Kitab ini telah diterbitkan dalam bahasa
Indonesia oleh Prof. Dr. Slamet
a. Tahapan sebelum zaman Muljono. Di dalamnya termuat sejumlah
penjajahan pasal mengenai pidana dan sejumlah
pasal lainnya mengenai keperdataan.
Di nusantara pada masa sebelum
3) Di kalangan masyarakat adat
zaman penjajahan, yaitu sebelum Belanda
Lampung dikenal kitab perundang-
masuk menguasai kerajaan-kerajaan di
undangan yang disebut Kitab Kuntara
nusantara, banyak data yang menguatkan
Adat Lampung. Kitab tersebut sampai
bahwa telah berlaku norma-norma kepidanaan
sekarang masih dalam bentuk
berupa norma pidana adat. Norma pidana adat
manuskrip yang tertulis dalam tulisan
itu berlaku secara terpisah menurut wilayah
Aksara Lampung. Kitab tersebut di
kekuasaan setiap kerajaan. Diantaranya ada
samping memuat aturan norma
yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis.
pemerintahan adat, pandangan hidup
Dengan kata lain ada kerajaan yang telah
masyarakat adat, juga memuat norma
membukukan dan memberlakukan norma
aturan keperdataan dan kepidanaan.
pidana yang secara turun-temurun telah
Semua ini merupakan bukti sejarah
berlaku dan diakui pada setiap angkatan
bahwa bangsa Indonesia sejak lama telah
generasi suatu masyarakat, dan ada pula
mengenal aturan hukum, termasuk aturan
kerajaan yang hanya memberlakukan dan
hukum pidana.
menerapkan norma-norma pidana yang
berlaku dan diakui oleh sekelompok
b. Tahapan zaman kolonial
masyarakat secara turun-temurun untuk
Belanda
setiap kasus kejahatan atau pelanggaran.
Beberapa data yang menguatkan telah Sejak masuknya bangsa Belanda dan
berlakunya norma pidana adat sebelum tata-hukumnya di nusantara tahun 1596
masuknya penjajahan Belanda di nusantara, berlakulah dualisme hukum di Indonesia, yaitu
antara lain: di samping berlakunya Hukum Belanda Kuno
yang berazaskan hukum Romawi yang dibawa
1) Belum lama berselang, di beberapa
masuk ke nusantara bersama kapal dagang
daerah negara kesatuan Republik In-
Belanda pertama di bawah pimpinan Cornelis
donesia masih ada apa yang
de Houtman yang disebut juga Hukum Kapal,
dinamakan Peradilan Adat yang
di wilayah-wilayah nusantara secara turun-
dijalankan oleh penguasa-penguasa
temurun telah berlaku aturan Hukum Adat
daerah yang masih memberlakukan
masing-masing komunitasnya. Jadi dengan
Hukum Pidana Adat. Pengadilan-
masuknya Hukum Kapal Belanda dan
pengadilan Adat ini mempunyai nama
diberlakukan di bandar-bandar perdagangan
yang menunjukkan keistimewaan khas
nusantara, bagi bangsa Indonesia berlaku
setiap daerah, misalnya di Palembang
atasnya dua tatanan hukum, yaitu Hukum
disebut Rapat, di Bali disebut Rad-
Kapal Belanda dan Hukum Adat. Hukum Kapal
Kerta, di Lombok disebut Rad-Sasak
ini berlaku terus sampai beberapa tahun
dan di Garontalo disebut Majlis.
setelah berdirinya V.O.C (Verinigde Of Indische
2) Diketemukannya di pulau Bali suatu
Compagne) tahun 1602.
Kitab Perundang-Undangan Mojopahit

265
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008

Lambat laun Hukum Kapal itu dirasakan kemudian pada tahun 1766 sejumlah Pelakat
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah- setelah tahun 1642 selesai dihimpun dan
masalah hukum yang terjadi di sejumlah disusun oleh Oppercoopman Crean dengan
bandar perdagangan di nusantara, sehingga nama Nieuw Statuten van Batavia (Statuta
dirasakan perlu adanya aturan hukum baru Batavia Baru), tapi pengesahannya ditolak
yang mampu mengatasi perkembangan oleh Heeren Zeventein di negeri Belanda.
masalah hukum di daerah-daerah yang Walaupun demikian dalam praktik
dikuasai oleh V.O.C. Maka pada tahun 1609 pengadilan di nusantara Statuta Batavia Baru
Staten General (Badan Federasi Tertinggi) itu tetap berlaku sebagai peraturan resmi.
di negeri Belanda memberikan kekuasaan Himpunan peraturan yang dibuat oleh
untuk menciptakan sendiri peraturan kepada V.O.C itu semuanya mencakup hukum privat
pengurus V.O.C. di Banten. Oleh karena itu dan hukum pidana. Untuk hukum privat terus
di daerah yang dikuasai V.O.C. dibuat dan berlaku sampai diberlakukannya kodifikasi
diberlakukan peraturan hukum untuk hukum privat bagi orang Eropah tahun 1848.
penyelesaian perkara tertentu di masing- Adapun untuk peraturan pidananya berlaku
masing daerah perdagangan yang dikuasai terus sampai diberlakukannya Wetboek van
V.O.C. Di samping itu pimpinan Heeren Strafrecht voor de Eropeanen tahun 1866
Zeventien (tujuh Belas Penguasa) di negeri tanggal 1 Januari 1867 (Stb. 1866 nomor 55)
Belanda juga menetapkan peraturan- bagi orang Eropah. Sedangkan bagi bangsa
peraturan untuk diberlakukannya di daerah Indonesia asli dan Timur Asing berlaku terus
kewenangan V.O.C. Semua peraturan, baik sampai diberlakukannya Wetboek van
yang dibuat oleh pengurus pusat V.O.C di Strafrecht tanggal 1 Januari 1873 (Stb. 1872
Banten maupun yang dibuat oleh pimpinan nomor 85).
Heeren Zeventien di negeri Belanda itu
Kitab khusus hukum pidana tersebut,
dimuat dalam papan pengumuman yang
keduanya merupakan saduran dari Code
ditempelkan pada dinding kantor V.O.C.,
Penal Prancis yang disebut juga dengan
sehingga kemudian disebut Pelakat.
Code Penal Napoleon yang telah berlaku di
Selanjutnya setelah Pelakat disusun negeri Belanda sejak tahun 1810. Jelasnya
dan disempurnakan serta dihimpun dalam Wetboek van Strafrecht voor de Eropeanen
satu buku pada tahun 1642 oleh Mr. Joan 1866 berdasarkan azas konkordansi tetap
Maetsyucker pejabat Hof van Justitie di memberlakukan Code Penal Prancis dengan
Batavia dan mendapat pengesahan dari mengadakan perubahan dan penyesuaian
Heeren Zeventein di negeri Belanda pada seperlunya. Sedangkan Wetboek van
tahun 1650 namanya dirubah menjadi Strafrecht 1872 meniru Wetboek van
Statuta van Batavia (Statuta Betawi) dan Strafrecht voor de Eropeanen 1866 dengan
diberlakukan untuk seluruh wilayah perubahan dan penyesuaian serta
kekuasaan V.O.C. pengecualian seperlunya.
Setelah itu Pelakat-Pelakat yang baru Dengan demikian di negeri Belanda pada
masih terus bermunculan. Karena kelalaian saat itu terjadi praktek Dualisme Hukum,
staf-staf V.O.C menertibkan sejumlah khususnya menyangkut kepidanaan, yaitu di
Pelakat yang muncul kemudian, akhirnya samping tetap diberlakukannya Code Penal
pada tahun 1700 terjadi kekacauan sejumlah Prancis, juga diberlakukan pula Wetboek
Pelakat yang muncul setelah 1642. Baru van Strafrecht voor de Eropeanen 1866.

266
Supremasi Hukum Pidana di Indonesia; Bunyana Sholihin

Sehingga kedua aturan pidana dari kedua tanggal 15 Oktober 1915, sehingga
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana itu terbentuklah Kitab Undang-Undang Hukum
semuanya berlaku bagi bangsa Belanda di Pidana khusus untuk wilayah jajahan (Indo-
negeri asalnya. Atas dasar azas konkordansi nesia) yang disebut Wetboek van Strafrecht
kedua norma aturan pidana tersebut berlaku voor Nederlandsch-Indie 1915 yang
juga bagi bangsa Belanda yang ada di Indo- merupakan perubahan dan penyesuaian dari
nesia. Wetboek van Strafrecht 1881.
Di nusantara berdasarkan azas Kemudian berdasarkan firman raja
konkordansi terjadi pula pengaruh yang Belanda (Invoerings-verordening) tanggal 4
sama, yaitu terjadi praktek Dualisme Mei 1917 (Stb. 1917 nomor 497) Wetboek
Hukum. Bagi bangsa Indonesia asli di van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915
samping berlaku Hukum Adat juga berlaku dinyatakan berlaku di seluruh wilayah
Wetboek van Strafrecht 1872. Sedangkan nusantara mulai 1 Januari 1918 sekaligus
bagi bangsa Timur Asing (Cina, Arab dan menggantikan Wetboek van Strafrecht voor
India), di samping berlaku hukum asal de Eropeanen 1866 dan Wetboek van
masing-masing bangsa berlaku pula hukum Strafrecht 1872.
adat setempat yang dianut di nusantara dan Dengan demikian sejak tanggal 1
Wetboek van Strafrecht 1872. Januari 1918 secara resmi terlaksana
Perkembangan selanjutnya, menjelang unifikasi hukum pidana di Indonesia. Dalam
priode akhir abad ke 19 mulai dirasakan artian sejak tanggal tersebut telah berlaku
perlunya unifikasi hukum pidana. Maka pada satu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
tahun 1881 pemerintah Belanda untuk seluruh penduduk di seluruh wilayah
mengadakan kodifikasi hukum pidana baru, nusantara.
yaitu Wetboek van Strafrecht 1881 (Stb.
1881 nomor 35) dan diberlakukan secara c. Tahapan Zaman pendudukan
nasional mulai 1 September 1886 serta Jepang
sekaligus menggantikan Code Penal
Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang
Prancis - Wetboek van Strafrecht voor de
memasuki dan menduduki wilayah
Eropeanen 1866 dan Wetboek van
nusantara setelah mengalahkan pasukan
Strafrecht 1872. Sejak diberlakukannya
Sekutu. Sejak saat itu pasukan Jepang
Wetboek van Strafrecht 1881 itu tidak lagi
mengambil alih kedudukan negara anggota
terdapat praktek dualisme Hukum Pidana
Sekutu di antaranya Belanda di Indonesia
di negeri Belanda. Karena sejak saat itu
sebagai penjajah.
hukum pidana yang berlaku di negeri
Belanda tidak ada lain lagi kecuali Wetboek Dengan masuknya tentara Jepang
van Strafrecht 1881. Jadi mulai 1 Septem- menguasai wilayah pendudukan kolonial
ber 1886 di negeri Belanda sudah melakukan Belanda di Indonesia berarti sekaligus
unifikasi hukum pidana. menggantikan penjajahan Belanda di Indo-
nesia. Penjajahan bangsa Jepang di Indo-
Untuk upaya unifikasi hukum pidana
nesia ini mempunyai pengaruh yang sangat
yang berlaku di wilayah jajahan Belanda (In-
besar terhadap dinamika aturan hukum
donesia sekarang) baru diadakan kodifikasi
pidana di Indonesia. Demi kepentingan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana baru
kekuasaan dan pemerintahannya dalam
berdasarkan pengumuman raja Belanda
beberapa hal tertentu pemerintahan Jepang

267
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008

mengeluarkan maklumat yang memuat Pemerintahan Jepang masih berlaku terus


ketentuan pidana dan memberlakukannya di Indonesia.
di seluruh wilayah pendudukannya. Selanjutnya pemerintah Republik Indo-
Namun demikian sepanjang sejarah nesia merasa dan menyadari perlu
pendudukan Jepang di Indonesia tidak diupayakannya kembali unifikasi hukum
pernah mencabut berlakunya Wetboek van pidana. Maka dalam keadaan darurat
Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915. selanjutnya pada tanggal 26 Pebruari 1946
Dengan demikian sepanjang sejarah dikeluarkan Undang-Undang nomor 1 tahun
pendudukan Jepang hukum pidana yang 1946 termuat dalam Berita Republik Indo-
berlaku di Indonesia terdapat dua aturan nesia II nomor 9 tentang hukum pidana yang
pidana secara bersamaan, yaitu aturan berlaku di Republik Indonesia yang isinya
pidana yang dikeluarkan oleh pemerintahan hal-hal berikut:
Jepang dan aturan pidana peninggalan 1) Mencabut berlakunya semua peraturan
pemerintahan kolonial Belanda Wetboek hukum pidana yang dikeluarkan oleh
van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915. pemerintah Jepang.
Jadi selama Jepang berkuasa di Indonesia 2) Mencabut semua peraturan hukum
kembali berlaku Dualisme Hukum Pidana. pidana yang dikeluarkan oleh Panglima
Tertinggi Balatentara Hindia Belanda.
d. Tahapan zaman Republik 3) Peraturan-peraturan hukum pidana
Bangsa Indonesia baru dapat keluar yang masih tetap dan terus berlaku di
dari cengkraman penjajah dan mencapai Republik Indonesia adalah peraturan
kemerdekaannya pada hari Jum‘at tanggal hukum pidana yang dikeluarkan oleh
17 Agustus 1945, yaitu sejak dibacakannya pemerintah Hindia Belanda tahun 1915.
Naskah Proklamasi Kemerdekaan Bangsa 4) Merobah kata Nederlandsche-Indie
Indonesia oleh wakil bangsa Indonesia atau Nederlandschen-Indisch dalam
Soekarno-Hatta, yang kemudian menjadi peraturan hukum pidana yang masih
presiden dan wakil presiden Republik berlaku menjadi kata Indonesia atau
Indinesia pertama. Indoneseschen.
5) Merubah nama Wetboek van
Selanjutnya pada tanggal 18 Agustus
Strafrecht voor Nederlandsch-Indie
1945 langsung diberlakukan Undang-Undang
menjadi Wetboek van Strafrecht dan
Dasar 1945 sebagai Sumber Hukum Tertinggi
selanjutnya diterjemahkan menjadi
dalam tertib hukum Negara Kesatuan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Republik Indonesia. Dalam pasal II Aturan
6) Semua kata Nederlandsch Ondordaan
Peralihan UUD 1945 dinyatakan, bahwa
dalam Kitab Undang-Undang Hukum
segala lembaga negara dan peraturan hukum
Pidana diganti dengan Warga Negara
yang ada pada waktu itu (Wetboek van
Indonesia.
Strafrecht voor nederlandsch-Indie 1915 dan
7) Mencabut atau merubah beberapa
ketentua-ketentuan pidana pemerintahan
pasal dari Kitab Undang-Undang
Jepang) masih tetap berlaku selama belum
Hukum pidana.
diganti dengan yang baru menurut UUD 1945
8) Memuat beberapa tindak pidana baru.
itu sendiri. Dengan demikian sampai dengan
9) Menetapkan bahwa Undang-Undang
18 Agustus 1945, dualisme hukum pidana
ini berlaku buat pulau Jawa dan Madura
kembali berlaku karena Aturan Pidana
mulai tanggal 26 Pebruari 1946.

268
Supremasi Hukum Pidana di Indonesia; Bunyana Sholihin

Pembahasan tanggal 29 September 1958 setelah


dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 73
Berdasarkan Undang-Undang Darurat
tahun 1958. Sejak tanggal tersebut hingga
Nomor 1 tahun 1946 dimaksud, berarti
sekarang ini Hukum Pidana yang berlaku
Undang-Undang Hukum Pidana di Indone-
bagi seluruh penduduk di seluruh wilayah
sia mulai tanggal 26 Pebruari 1946 baru
kedaulatan Negara Kesatuan Republik In-
berlaku khusus untuk Jawa dan Madura.
donesia hanyalah satu, yaitu Kitab Undang-
Selanjutnya pada tanggal 8 Agustus 1946
Undang Hukum Pidana terjemahan dari
berdasarkan Peraturan pemerintah Republik
Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-
Indonesia Nomor 8 tahun 1946 dimuat dalam
Indie 1915 yang telah berlaku di Indonesia
Berita II Nomor 20-21., Kitab Undang-Undang
sejak tanggal 1 Januari 1918 dengan
Hukum Pidana tersebut diberlakukan pula
sebanyak mungkin diadakan perubahan dan
untuk seluruh Sumatra. Tetapi ketika itu
penyesuaian dengan keadaan Negara
pemerintah Federal Hindia Belanda telah
Kesatuan Republik Indonesia yang
memasuki dan menguasai beberapa daerah
merdeka.
Republik dan memberlakukan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana tersendiri Tidak lama setelah Kitab Undang-
untuk daerah-daerah yang dikuasai. Undang Hukum Pidana warisan kolonial
Belanda itu resmi berlaku secara unifikasi,
Dari itu semua ternyata upaya unifikasi
diikuti dengan berkembangnya perasaan
hukum pidana bagi Negara Kesatuan
hukum dan keadilan bangsa Indonesia serta
Republik Indonesia selama itu masih belum
munculnya tuntutan pembinaan dan
berwujud menjadi kenyataan. Sejak
pengembangan Negara Kesatuan Republik
Proklamasi Kemerdekaan belum pernah
Indonesia dalam segala bidang, sehingga
terlaksana berlakunya Undang-Undang
segera dirasakan bahwa aturan pidana
Hukum Pidana di seluruh wilayah Negara
peninggalan kolonial Belanda itu tidak sesuai
Kesatuan Republik Indonesia. Kondisi
lagi dan perlu diadakan upaya
Hukum Pidana seperti ini berlanjut terus
pembaharuannya.
sepanjang kedaulatan Republik Indonesia
Serikat (27 Desember 1946 – Juli 1950) dan Hukum pidana warisan kolonial
sepanjang Negara Kesatuan Republik Indo- Belanda ini terbukti hanya sesuai untuk
nesia menganut Undang-Undang Dasar diberlakukan di Indonesia pada masa
Sementara 1950 sampai dikeluarkannya bangsa Indonesia masih di bawah jajahan
Undang-Undang Nomor 73 tahun 1958 Belanda. Karena pemerintahan kolonial
tanggal 29 September 1958 yang Belanda memang dengan penuh
menyatakan berlakunya Undang-Undang kesengajaan menyusun materi hukum
Republik Indonesia No. 1 tahun 1946 tentang pidana dimaksud (Wetboek van Strafrecnt
Peraturan Hukum Pidana untuk seluruh voor Nederlandsch Indie 1915) khusus untuk
wilayah Republik Indonesia dan diberlakukan bagi bangsa jajahan di wilayah
perubahannya. jajahan Belanda. Dengan kata lain substansi
materi hukum dari aturan pidana
Berdasarkan data sejarah tersebut, jadi
peninggalan Belanda itu adalah materi
dapat ditegaskan bahwa tenggelamnya
hukum pidana untuk konsumsi bangsa
unifikasi Hukum Pidana di Indonesia akibat
terjajah.
masuknya pendudukan bangsa Jepang di
Indonesia. Baru bisa muncul kembali mulai Maka tidak mengherankan kalau
praktek pelaksanaan hukum pidana Indone-

269
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008

sia yang diberlakukan sampai sekarang ini melibatkan para pakar hukum, budayawan
masih dirasakan bukan sebagai acuan dan ulama. Di-antaranya telah diadakannya
bertindak dan berbuat serta menegakkan Seminar Hukum Nasional yang
keadilan bagi segenap bangsa Indonesia, dilaksanakan tahun 1963 dengan rumusan
namun hukum sebagai alat legitimasi demi hasil yang menyarankan agar segera
kepentingan penguasa yang korup dan diujudkan kodifikasi Hukum Pidana Nasional
otoriter, hukum sebagai alat untuk mencapai yang dinamis dan progressif serta sesuai
kepentingan penguasa serta segelintir dengan jiwa hukum bangsa Indonesia.
orang-orang dekat dan keroco-keroconya Namun hingga sekarang hasilnya baru
saja sehingga menimbulkan ketidak-adilan berupa tumpukan Laporan Seminar yang
yang menyengsarakan rakyat pada masih perlu diolah menjadi Bahan
umumnya. Hal ini karena nilai keadilan yang Rancangan Undang-Undang untuk kemudian
diterapkan berbeda dengan nilai keadilan dapat diterima dan diberlakukan sebagai
yang menjiwai jiwa hukum yang dianut oleh Undang-undang Hukum Pidana Nasional
anak bangsa Indonesia yang merdeka, setelah melalui proses yang masih
hingga masyarakat bangsa pada umumnya memerlukan waktu yang cukup panjang.
merasa, bahwa aturan hukum itu tidak ada Karena lambanya kinerja Badan
lagi dan hukum itu bukanlah sesuatu hal Pembinaan Hukum Nasional ini, semakin
yang patut diikuti karena hukum itu membuat masyarakat putus asa dan hilang
dirasakan merampas hak kemerdekaan kepercayaan akan kesungguhan pemerintah
bangsa. mewujudkan Undang-undang Hukum Pidana
Sehubungan dengan itu melalui Nasional yang sesuai dengan jiwa hukum
Departemen Kehakiman Pemerintah bangsa. Keberadaan penguasa seakan
Republik Indonesia membentuk Lembaga tampak sekedar memanfaatkan kesem-
Hukum Nasional (LHN) yang kemudian di patan hidup berfoya-foya di atas kekacauan
masa Orde Baru berkembang menjadi dan kesengsaraan rakyatnya, memper-
Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) tahankan menempatkan hukum sekedar
dengan kewenangan dan tugasnya adalah sebagai alat legetimasi untuk memenuhi
menyusun kodifikasi Hukum Pidana kebutuhan dan mencapai kepentingan
Nasional yang sesuai dengan kesadaran penguasa serta segelintir orang-orang
dan kebutuhan hukum bangsa Indonesia dekatnya. Oleh karena itu, kekecewaan
yang merdeka, sekaligus sebagai pengganti masyarakat tidak terbendung lagi akhirnya
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana meluap menimbulkan berbagai tindakan
warisan kolonial Belanda yang dirasa tidak kekerasan, sebagaimana diberitakan dalam
sesuai lagi dengan jiwa hukum bangsa In- sejumlah mess-media. Di antaranya seperti
donesia yang merdeka. peristiwa-peristiwa dibawah ini:
Lembaga hukum yang dibentuk Seorang dari tiga kawanan pencuri
pemerintah tersebut, dalam rangka realisasi yang gagal melakukan pencurian Sepeda
tujuan dan tugasnya telah berulang kali motor RX King milik seorang warga Desa
melaksanakan penelitian, seminar dan Srikuncoro Kecamatan Pembantu Semaka,
simposium hukum pidana bekerjasama Wonosobo Kabupaten Tanggamus Propinsi
dengan berbagai Perguruan Tinggi Negeri Lampung, ahad 13 Agustus 2000, tewas
dan Swasta, organisasi profesi yang dibantai massa.

270
Supremasi Hukum Pidana di Indonesia; Bunyana Sholihin

Sumardi seorang pedagang keliling tinggi hukum yang menjamin keadilan bagi
karena tuduhan mencuri ayam hari Selasa warga negeranya sebagaimana ditegaskan
dinihari, 15 Agustus 2000, di desa Padang dalam pasal 27 UUD 1945 itu sendiri.
Jaya Kecamatan majenang kabupaten Berdasarkan kondisi Indonesia sebagai
Cilacap Jawa Tengah telah menjadi korban Negara Hukum sebagaimana dimaksudkan,
pembakaran massa. sudah menjadi suatu keharusan Supremasi
Kasatlak Trantib Jakarta Barat, Hukum Pidana di Indonesia berdiri tegak dan
bersimbah darah akibat sabetan golok berjalan dalam praktek kehidupan
massa yang mempertahankan rumah bangsanya.
mereka di atas lahan milik Perum Perumnas Untuk menjawab tuntutan pembaharuan
Unit III Cengkareng dari pembongkaran hukum pidana Indonesia yang dinamis,
petugas. progresif dan sesuai dengan jiwa hukum
Memperhatikan berbagai perkem- bangsa itu, maka sudah semestinya para
bangan modus tindak kekerasan tersebut ahli hukum Indonesia mulai menggali baik
telah semakin membuktikan, bahwa materi materi hukum maupun nilai-nilai hukum
hukum pidana peninggalan kolonial yang yang sesuai dan dianut oleh umumnya
sampai sekarang masih berlaku di Indone- bangsa Indonesia yang merdeka,sehingga
sia itu sudah semakin dirasakan tidak secara substantif materi hukum yang
sesuai lagi dengan jiwa hukum dan budaya diberlakukan sesuai dengan jiwa dan
hukum bangsa Indonesia yang merdeka. budaya hukum bangsa sebagai subyek dan
Oleh karena itu Supremasi hukum pidana obyek perundang-undangan hukum pidana
di Indonesia tidak bisa lagi dapat diharapkan yang akan dihasilkan.
seutuhnya terwujud selama masih Berdasarkan fakta sebagai realita,
mempertahankan berlakunya Undang- delapan puluh lima persen bangsa Indone-
undang Hukum Pidana terjemahan dengan sia beraliran dan berfaham hukum Asy-
segala perubahan dan penyesuaiannya dari Syafi‘i. Dengan demikian jiwa hukum dan
Wetboek van Strafrecnt voor Nederlandsch budaya hukum bangsa Indonesia
Indie 1915. Dengan demikian untuk tegak terakomulasi dalam lingkup hukum Syari‘ah
dan berlakunya Supremasi Hukum Pidana beraliran mazhab hukum Asy-Syafi‘i.
di Indonesia Undang-undang Hukum Pidana
Indonesia terjemahan dari Wetboek van Penutup
Strafrecnt voor Nederlandsch Indie 1915
Sebagai hasil analisa terhadap segala
dengan segala perubahan dan penye-
temuan dalam bahasan terdahulu maka
suaiannya itu sudah perlu segera diganti
dapat ditawarkan kesimpulan sebagai
dengan sistem hukum yang sesuai dengan
jawaban terhadap permasalahannya sbb:
nilai dan budaya hukum yang dianut oleh
bangsa Indonesia yang merdeka. 1. Hukum pidana yang berlaku di Indone-
sia hingga saat ini masih merupakan
Indonesia adalah Negara Hukum karena
hukum pidana pemerintahan kolonial
UUD 1945 sebagai landasar dasar
Belanda yang khusus diberlakukan
kemerdekaan bangsa Indonesia menganut
untuk bangsa jajahan Belanda walupun
Azas Negara Hukum. Negara hukum itu
telah diadakan perubahan dan
sendiri adalah negara yang tegak dan berdiri
perbaikan disana-sini.
di atas hukum dan senantiasa menjunjung

271
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008

2. Hukum pidana kolonial Belanda tidak John M. Echols,1986, Kamus Inggris-Indo-


sesuai dengan jiwa dan semangat nesia, Jakarta:Gramedia – Indonesia,
keadilan bangsa Indonesia yang Cet. XIV.
mayoritas berjiwa dan semangat
hukum syari‘ah. Kusnardi, et all.1980, Pengantar Hukum
3. Supremasi hukum pidana tidak bisa Tata Negara Indonesia,
diharapkan seutuhnya terwujud di In- Jakrta:Fakultas Hukum U.I.
donesia selama masih
mempertahankan berlakunya Undang- Majalah Hukum dan Keadilan, Laporan
undang Hukum Pidana terjemahan Simposium Pembaharuan Hukum
dengan segala perubahan dan Nasional, PERADIN, No. Edisi 15.,
penyesuaiaannya dari Wetboek van Jakarta, 1980.
Strafrecnt voor Nederlandsch Indie
1915. Moeljatno,1978. Kitab Undang-Undang
Sebagai saran untuk dapat tegaknya Hukum Pidana, t.t.,Yogyakarta: Lib-
Supemasi Hukum Pidana di Indonesia erty.
idealnya hukum pidana yang hendaknya
diberlakukan di Indonesia adalah aturan Prodjodikoro, Wirjono,1979. Azas-Azas
pidana yang menjiwai rasa kebenaran dan Hukum Pidana di Indonesia,
keadilan bangsa Indonesia, yaitu aturan Bandung: Eresco.
pidana syari‘ah yang dianut dan diyakini oleh
mayoritas bangsa Indonesia.l Poerwadarminta, WJS.1986. Kamus Umum
Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai
Daftar Pustaka Pustaka.

B.P.H.N.,1975, Simposium Pengaruh Satjipto Rahardjo, 1982. Ilmu Hukum,


Kebudayaan/Agama Terhadap Bandung: Alumni.
Hukum Pidana,Bandung: Bina Cipta.
Utrecht,1983. Pengantar Dalam Hukum
Hadikusuma, Hilman, 1989. Masyarakat dan Pidana, Jakarta:Ikhtiar Baru.
Adat Budaya Lampung, Bandung:
Penerbit Mandar Maju.

Halim, A. Ridwan,1983. Hukum Pidana


Dalam Tanya Jawab, Jakarta:Ghalia
Indonesia.

rrr

272

Anda mungkin juga menyukai