2694 3049 1 PB
2694 3049 1 PB
69 September 2008
Supremacy of law has been an ideal for the Rechsstaat, such as Indonesia, in the sense
that law is enforced and effective over every thing. Based on sociology of law theory, law
could be enforced and effective in a national community if it conformed the legal spirit of
the relevant nation. Ideally, therefore, for the supremacy of law, the criminal laws of Indone-
sia are those in conformity with the spirit of truth and justice trusted and embraced by
Indonesian nation, because such laws are the only ones reflecting the spirit of Indonesian
nation.
Keywords: supremacy of law, Indonesia, criminal law, spirit
262
Supremasi Hukum Pidana di Indonesia; Bunyana Sholihin
263
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008
hukum itu adalah ungkapan bahasa Indo- Berdasarkan ketiga batasan pengertian
nesia yang berasal dari bahasa Arab sebagai hukum pidana menurut tiga pakar hukum
sumber bahasa agama yang dianut oleh tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa
mayoritas bangsaa Indonesia, yaitu ÇáÍßã hukum pidana itu memuat dua hal aturan
yang berarti peraturan yang dibuat oleh sebagai berikut:
suatu kekuasaan atau adat yang dianggap Aturan hukum yang melukiskan
berlaku oleh dan untuk orang banyak. perbuatan-perbuatan orang yang
Sedangkan kata pidana berasal dari bahasa diancam pidana, artinya syarat-syarat
Sanskerta sebagai bahasa sastra agama yang harus dipenuhi sehingga
Hindu yang telah berkembang di Nusantara memungkinkan pengadilan
sebelum agama Islam, yang berarti menjatuhkan pidana bagi pelakunya. Di
perbuatan-perbuatan kejahatan dan sini seolah-olah negara menyatakan
pelanggaran. Sedangkan setiap kejahatan kepada umum dan para penegak
dan pelanggaran itu beresiko hukuman. hukum mengenai perbuatan terlarang
Dengan demikian secara bahasa pengertian dan pelakunya yang dapat dipidana.
hukum pidana sudah dapat difahami, yaitu: Aturan-aturan yang mengumumkan
peraturan-peraturan mengenai kejahatan dan reaksi yang akan diterima oleh pelaku
pelanggaran beserta sanksinya. perbuatan terlarang. Dalam hukum
Namun demikian, menurut Wirjono pidana modern reaksi ini berupa pidana
yang lebih penting adalah pengertian hukum dan tindakan yang arif untuk melindungi
pidana dalam pengertian istilah hukum. masyarakat banyak dari perbuatan-
Dalam pengertian istilah hukum ini banyak perbuatan yang merugikan.
didapatkan batasan pengertian mengenai Dari itu semua, maka hukum pidana itu
hukum pidana, antara lain: adalah aturan-aturan hukum mengenai
perbuatan-perbuatan yang diancam
Menurut Wirjono Prodjodokoro bahwa
hukuman karena mengganggu prinsip-
hukum pidana adalah peraturan-peraturan
prinsip kehidupan individu atau masyarakat.
mengenai pidana. Batasannya itu diperjelas
lagi dalam uraian berikutnya, bahwa hukum
3. Sejarah hukum pidana di
pidana adalah hukum yang memuat norma-
norma berupa larangan dan suruhan yang Indonesia
disertai ancaman hukuman atas Sebagaimana telah dikemukakan pada
pelanggarnya. Bab Pendahuluan, bahwa Hukum Pidana
Menurut Soedarto, hukum pidana itu Indonesia yang berlaku sekarang adalah
memuat aturan-aturan hukum yang hukum pidana peninggalan kolonial, berupa
mengikat kepada perbuatan-perbuatan yang terjemahan dari Wetboek van Strafrecht
memenuhi syarat tertentu untuk dijadikan voor Nederlandsch-Indie 1915. Adapun
suatu akibat yang berupa pidana. sejarah hukum pidana bagi bangsa Indone-
Ridwan Halim memberikan batasan sia perlu dikemukakan secara tahapan
bahwa hukum pidana ialah hukum yang kronologis perjalanan sejarah bangsa, yaitu
mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dimulai hukum pidana sebelum zaman
dilarang oleh undang-undang serta ancaman penjajahan, selanjutnya hukum pidana pada
hukuman yang dapat dijatuhkan terhadap masa penjajahan Belanda, lantas hukum
pelanggarnya. pidana pada masa pendudukan Jepang,
264
Supremasi Hukum Pidana di Indonesia; Bunyana Sholihin
kemudian hukum pidana pada masa yang tertulis dalam bahasa Jawa kuno.
Republik seperti dibawah ini. Kitab ini telah diterbitkan dalam bahasa
Indonesia oleh Prof. Dr. Slamet
a. Tahapan sebelum zaman Muljono. Di dalamnya termuat sejumlah
penjajahan pasal mengenai pidana dan sejumlah
pasal lainnya mengenai keperdataan.
Di nusantara pada masa sebelum
3) Di kalangan masyarakat adat
zaman penjajahan, yaitu sebelum Belanda
Lampung dikenal kitab perundang-
masuk menguasai kerajaan-kerajaan di
undangan yang disebut Kitab Kuntara
nusantara, banyak data yang menguatkan
Adat Lampung. Kitab tersebut sampai
bahwa telah berlaku norma-norma kepidanaan
sekarang masih dalam bentuk
berupa norma pidana adat. Norma pidana adat
manuskrip yang tertulis dalam tulisan
itu berlaku secara terpisah menurut wilayah
Aksara Lampung. Kitab tersebut di
kekuasaan setiap kerajaan. Diantaranya ada
samping memuat aturan norma
yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis.
pemerintahan adat, pandangan hidup
Dengan kata lain ada kerajaan yang telah
masyarakat adat, juga memuat norma
membukukan dan memberlakukan norma
aturan keperdataan dan kepidanaan.
pidana yang secara turun-temurun telah
Semua ini merupakan bukti sejarah
berlaku dan diakui pada setiap angkatan
bahwa bangsa Indonesia sejak lama telah
generasi suatu masyarakat, dan ada pula
mengenal aturan hukum, termasuk aturan
kerajaan yang hanya memberlakukan dan
hukum pidana.
menerapkan norma-norma pidana yang
berlaku dan diakui oleh sekelompok
b. Tahapan zaman kolonial
masyarakat secara turun-temurun untuk
Belanda
setiap kasus kejahatan atau pelanggaran.
Beberapa data yang menguatkan telah Sejak masuknya bangsa Belanda dan
berlakunya norma pidana adat sebelum tata-hukumnya di nusantara tahun 1596
masuknya penjajahan Belanda di nusantara, berlakulah dualisme hukum di Indonesia, yaitu
antara lain: di samping berlakunya Hukum Belanda Kuno
yang berazaskan hukum Romawi yang dibawa
1) Belum lama berselang, di beberapa
masuk ke nusantara bersama kapal dagang
daerah negara kesatuan Republik In-
Belanda pertama di bawah pimpinan Cornelis
donesia masih ada apa yang
de Houtman yang disebut juga Hukum Kapal,
dinamakan Peradilan Adat yang
di wilayah-wilayah nusantara secara turun-
dijalankan oleh penguasa-penguasa
temurun telah berlaku aturan Hukum Adat
daerah yang masih memberlakukan
masing-masing komunitasnya. Jadi dengan
Hukum Pidana Adat. Pengadilan-
masuknya Hukum Kapal Belanda dan
pengadilan Adat ini mempunyai nama
diberlakukan di bandar-bandar perdagangan
yang menunjukkan keistimewaan khas
nusantara, bagi bangsa Indonesia berlaku
setiap daerah, misalnya di Palembang
atasnya dua tatanan hukum, yaitu Hukum
disebut Rapat, di Bali disebut Rad-
Kapal Belanda dan Hukum Adat. Hukum Kapal
Kerta, di Lombok disebut Rad-Sasak
ini berlaku terus sampai beberapa tahun
dan di Garontalo disebut Majlis.
setelah berdirinya V.O.C (Verinigde Of Indische
2) Diketemukannya di pulau Bali suatu
Compagne) tahun 1602.
Kitab Perundang-Undangan Mojopahit
265
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008
Lambat laun Hukum Kapal itu dirasakan kemudian pada tahun 1766 sejumlah Pelakat
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah- setelah tahun 1642 selesai dihimpun dan
masalah hukum yang terjadi di sejumlah disusun oleh Oppercoopman Crean dengan
bandar perdagangan di nusantara, sehingga nama Nieuw Statuten van Batavia (Statuta
dirasakan perlu adanya aturan hukum baru Batavia Baru), tapi pengesahannya ditolak
yang mampu mengatasi perkembangan oleh Heeren Zeventein di negeri Belanda.
masalah hukum di daerah-daerah yang Walaupun demikian dalam praktik
dikuasai oleh V.O.C. Maka pada tahun 1609 pengadilan di nusantara Statuta Batavia Baru
Staten General (Badan Federasi Tertinggi) itu tetap berlaku sebagai peraturan resmi.
di negeri Belanda memberikan kekuasaan Himpunan peraturan yang dibuat oleh
untuk menciptakan sendiri peraturan kepada V.O.C itu semuanya mencakup hukum privat
pengurus V.O.C. di Banten. Oleh karena itu dan hukum pidana. Untuk hukum privat terus
di daerah yang dikuasai V.O.C. dibuat dan berlaku sampai diberlakukannya kodifikasi
diberlakukan peraturan hukum untuk hukum privat bagi orang Eropah tahun 1848.
penyelesaian perkara tertentu di masing- Adapun untuk peraturan pidananya berlaku
masing daerah perdagangan yang dikuasai terus sampai diberlakukannya Wetboek van
V.O.C. Di samping itu pimpinan Heeren Strafrecht voor de Eropeanen tahun 1866
Zeventien (tujuh Belas Penguasa) di negeri tanggal 1 Januari 1867 (Stb. 1866 nomor 55)
Belanda juga menetapkan peraturan- bagi orang Eropah. Sedangkan bagi bangsa
peraturan untuk diberlakukannya di daerah Indonesia asli dan Timur Asing berlaku terus
kewenangan V.O.C. Semua peraturan, baik sampai diberlakukannya Wetboek van
yang dibuat oleh pengurus pusat V.O.C di Strafrecht tanggal 1 Januari 1873 (Stb. 1872
Banten maupun yang dibuat oleh pimpinan nomor 85).
Heeren Zeventien di negeri Belanda itu
Kitab khusus hukum pidana tersebut,
dimuat dalam papan pengumuman yang
keduanya merupakan saduran dari Code
ditempelkan pada dinding kantor V.O.C.,
Penal Prancis yang disebut juga dengan
sehingga kemudian disebut Pelakat.
Code Penal Napoleon yang telah berlaku di
Selanjutnya setelah Pelakat disusun negeri Belanda sejak tahun 1810. Jelasnya
dan disempurnakan serta dihimpun dalam Wetboek van Strafrecht voor de Eropeanen
satu buku pada tahun 1642 oleh Mr. Joan 1866 berdasarkan azas konkordansi tetap
Maetsyucker pejabat Hof van Justitie di memberlakukan Code Penal Prancis dengan
Batavia dan mendapat pengesahan dari mengadakan perubahan dan penyesuaian
Heeren Zeventein di negeri Belanda pada seperlunya. Sedangkan Wetboek van
tahun 1650 namanya dirubah menjadi Strafrecht 1872 meniru Wetboek van
Statuta van Batavia (Statuta Betawi) dan Strafrecht voor de Eropeanen 1866 dengan
diberlakukan untuk seluruh wilayah perubahan dan penyesuaian serta
kekuasaan V.O.C. pengecualian seperlunya.
Setelah itu Pelakat-Pelakat yang baru Dengan demikian di negeri Belanda pada
masih terus bermunculan. Karena kelalaian saat itu terjadi praktek Dualisme Hukum,
staf-staf V.O.C menertibkan sejumlah khususnya menyangkut kepidanaan, yaitu di
Pelakat yang muncul kemudian, akhirnya samping tetap diberlakukannya Code Penal
pada tahun 1700 terjadi kekacauan sejumlah Prancis, juga diberlakukan pula Wetboek
Pelakat yang muncul setelah 1642. Baru van Strafrecht voor de Eropeanen 1866.
266
Supremasi Hukum Pidana di Indonesia; Bunyana Sholihin
Sehingga kedua aturan pidana dari kedua tanggal 15 Oktober 1915, sehingga
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana itu terbentuklah Kitab Undang-Undang Hukum
semuanya berlaku bagi bangsa Belanda di Pidana khusus untuk wilayah jajahan (Indo-
negeri asalnya. Atas dasar azas konkordansi nesia) yang disebut Wetboek van Strafrecht
kedua norma aturan pidana tersebut berlaku voor Nederlandsch-Indie 1915 yang
juga bagi bangsa Belanda yang ada di Indo- merupakan perubahan dan penyesuaian dari
nesia. Wetboek van Strafrecht 1881.
Di nusantara berdasarkan azas Kemudian berdasarkan firman raja
konkordansi terjadi pula pengaruh yang Belanda (Invoerings-verordening) tanggal 4
sama, yaitu terjadi praktek Dualisme Mei 1917 (Stb. 1917 nomor 497) Wetboek
Hukum. Bagi bangsa Indonesia asli di van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915
samping berlaku Hukum Adat juga berlaku dinyatakan berlaku di seluruh wilayah
Wetboek van Strafrecht 1872. Sedangkan nusantara mulai 1 Januari 1918 sekaligus
bagi bangsa Timur Asing (Cina, Arab dan menggantikan Wetboek van Strafrecht voor
India), di samping berlaku hukum asal de Eropeanen 1866 dan Wetboek van
masing-masing bangsa berlaku pula hukum Strafrecht 1872.
adat setempat yang dianut di nusantara dan Dengan demikian sejak tanggal 1
Wetboek van Strafrecht 1872. Januari 1918 secara resmi terlaksana
Perkembangan selanjutnya, menjelang unifikasi hukum pidana di Indonesia. Dalam
priode akhir abad ke 19 mulai dirasakan artian sejak tanggal tersebut telah berlaku
perlunya unifikasi hukum pidana. Maka pada satu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
tahun 1881 pemerintah Belanda untuk seluruh penduduk di seluruh wilayah
mengadakan kodifikasi hukum pidana baru, nusantara.
yaitu Wetboek van Strafrecht 1881 (Stb.
1881 nomor 35) dan diberlakukan secara c. Tahapan Zaman pendudukan
nasional mulai 1 September 1886 serta Jepang
sekaligus menggantikan Code Penal
Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang
Prancis - Wetboek van Strafrecht voor de
memasuki dan menduduki wilayah
Eropeanen 1866 dan Wetboek van
nusantara setelah mengalahkan pasukan
Strafrecht 1872. Sejak diberlakukannya
Sekutu. Sejak saat itu pasukan Jepang
Wetboek van Strafrecht 1881 itu tidak lagi
mengambil alih kedudukan negara anggota
terdapat praktek dualisme Hukum Pidana
Sekutu di antaranya Belanda di Indonesia
di negeri Belanda. Karena sejak saat itu
sebagai penjajah.
hukum pidana yang berlaku di negeri
Belanda tidak ada lain lagi kecuali Wetboek Dengan masuknya tentara Jepang
van Strafrecht 1881. Jadi mulai 1 Septem- menguasai wilayah pendudukan kolonial
ber 1886 di negeri Belanda sudah melakukan Belanda di Indonesia berarti sekaligus
unifikasi hukum pidana. menggantikan penjajahan Belanda di Indo-
nesia. Penjajahan bangsa Jepang di Indo-
Untuk upaya unifikasi hukum pidana
nesia ini mempunyai pengaruh yang sangat
yang berlaku di wilayah jajahan Belanda (In-
besar terhadap dinamika aturan hukum
donesia sekarang) baru diadakan kodifikasi
pidana di Indonesia. Demi kepentingan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana baru
kekuasaan dan pemerintahannya dalam
berdasarkan pengumuman raja Belanda
beberapa hal tertentu pemerintahan Jepang
267
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008
268
Supremasi Hukum Pidana di Indonesia; Bunyana Sholihin
269
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008
sia yang diberlakukan sampai sekarang ini melibatkan para pakar hukum, budayawan
masih dirasakan bukan sebagai acuan dan ulama. Di-antaranya telah diadakannya
bertindak dan berbuat serta menegakkan Seminar Hukum Nasional yang
keadilan bagi segenap bangsa Indonesia, dilaksanakan tahun 1963 dengan rumusan
namun hukum sebagai alat legitimasi demi hasil yang menyarankan agar segera
kepentingan penguasa yang korup dan diujudkan kodifikasi Hukum Pidana Nasional
otoriter, hukum sebagai alat untuk mencapai yang dinamis dan progressif serta sesuai
kepentingan penguasa serta segelintir dengan jiwa hukum bangsa Indonesia.
orang-orang dekat dan keroco-keroconya Namun hingga sekarang hasilnya baru
saja sehingga menimbulkan ketidak-adilan berupa tumpukan Laporan Seminar yang
yang menyengsarakan rakyat pada masih perlu diolah menjadi Bahan
umumnya. Hal ini karena nilai keadilan yang Rancangan Undang-Undang untuk kemudian
diterapkan berbeda dengan nilai keadilan dapat diterima dan diberlakukan sebagai
yang menjiwai jiwa hukum yang dianut oleh Undang-undang Hukum Pidana Nasional
anak bangsa Indonesia yang merdeka, setelah melalui proses yang masih
hingga masyarakat bangsa pada umumnya memerlukan waktu yang cukup panjang.
merasa, bahwa aturan hukum itu tidak ada Karena lambanya kinerja Badan
lagi dan hukum itu bukanlah sesuatu hal Pembinaan Hukum Nasional ini, semakin
yang patut diikuti karena hukum itu membuat masyarakat putus asa dan hilang
dirasakan merampas hak kemerdekaan kepercayaan akan kesungguhan pemerintah
bangsa. mewujudkan Undang-undang Hukum Pidana
Sehubungan dengan itu melalui Nasional yang sesuai dengan jiwa hukum
Departemen Kehakiman Pemerintah bangsa. Keberadaan penguasa seakan
Republik Indonesia membentuk Lembaga tampak sekedar memanfaatkan kesem-
Hukum Nasional (LHN) yang kemudian di patan hidup berfoya-foya di atas kekacauan
masa Orde Baru berkembang menjadi dan kesengsaraan rakyatnya, memper-
Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) tahankan menempatkan hukum sekedar
dengan kewenangan dan tugasnya adalah sebagai alat legetimasi untuk memenuhi
menyusun kodifikasi Hukum Pidana kebutuhan dan mencapai kepentingan
Nasional yang sesuai dengan kesadaran penguasa serta segelintir orang-orang
dan kebutuhan hukum bangsa Indonesia dekatnya. Oleh karena itu, kekecewaan
yang merdeka, sekaligus sebagai pengganti masyarakat tidak terbendung lagi akhirnya
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana meluap menimbulkan berbagai tindakan
warisan kolonial Belanda yang dirasa tidak kekerasan, sebagaimana diberitakan dalam
sesuai lagi dengan jiwa hukum bangsa In- sejumlah mess-media. Di antaranya seperti
donesia yang merdeka. peristiwa-peristiwa dibawah ini:
Lembaga hukum yang dibentuk Seorang dari tiga kawanan pencuri
pemerintah tersebut, dalam rangka realisasi yang gagal melakukan pencurian Sepeda
tujuan dan tugasnya telah berulang kali motor RX King milik seorang warga Desa
melaksanakan penelitian, seminar dan Srikuncoro Kecamatan Pembantu Semaka,
simposium hukum pidana bekerjasama Wonosobo Kabupaten Tanggamus Propinsi
dengan berbagai Perguruan Tinggi Negeri Lampung, ahad 13 Agustus 2000, tewas
dan Swasta, organisasi profesi yang dibantai massa.
270
Supremasi Hukum Pidana di Indonesia; Bunyana Sholihin
Sumardi seorang pedagang keliling tinggi hukum yang menjamin keadilan bagi
karena tuduhan mencuri ayam hari Selasa warga negeranya sebagaimana ditegaskan
dinihari, 15 Agustus 2000, di desa Padang dalam pasal 27 UUD 1945 itu sendiri.
Jaya Kecamatan majenang kabupaten Berdasarkan kondisi Indonesia sebagai
Cilacap Jawa Tengah telah menjadi korban Negara Hukum sebagaimana dimaksudkan,
pembakaran massa. sudah menjadi suatu keharusan Supremasi
Kasatlak Trantib Jakarta Barat, Hukum Pidana di Indonesia berdiri tegak dan
bersimbah darah akibat sabetan golok berjalan dalam praktek kehidupan
massa yang mempertahankan rumah bangsanya.
mereka di atas lahan milik Perum Perumnas Untuk menjawab tuntutan pembaharuan
Unit III Cengkareng dari pembongkaran hukum pidana Indonesia yang dinamis,
petugas. progresif dan sesuai dengan jiwa hukum
Memperhatikan berbagai perkem- bangsa itu, maka sudah semestinya para
bangan modus tindak kekerasan tersebut ahli hukum Indonesia mulai menggali baik
telah semakin membuktikan, bahwa materi materi hukum maupun nilai-nilai hukum
hukum pidana peninggalan kolonial yang yang sesuai dan dianut oleh umumnya
sampai sekarang masih berlaku di Indone- bangsa Indonesia yang merdeka,sehingga
sia itu sudah semakin dirasakan tidak secara substantif materi hukum yang
sesuai lagi dengan jiwa hukum dan budaya diberlakukan sesuai dengan jiwa dan
hukum bangsa Indonesia yang merdeka. budaya hukum bangsa sebagai subyek dan
Oleh karena itu Supremasi hukum pidana obyek perundang-undangan hukum pidana
di Indonesia tidak bisa lagi dapat diharapkan yang akan dihasilkan.
seutuhnya terwujud selama masih Berdasarkan fakta sebagai realita,
mempertahankan berlakunya Undang- delapan puluh lima persen bangsa Indone-
undang Hukum Pidana terjemahan dengan sia beraliran dan berfaham hukum Asy-
segala perubahan dan penyesuaiannya dari Syafi‘i. Dengan demikian jiwa hukum dan
Wetboek van Strafrecnt voor Nederlandsch budaya hukum bangsa Indonesia
Indie 1915. Dengan demikian untuk tegak terakomulasi dalam lingkup hukum Syari‘ah
dan berlakunya Supremasi Hukum Pidana beraliran mazhab hukum Asy-Syafi‘i.
di Indonesia Undang-undang Hukum Pidana
Indonesia terjemahan dari Wetboek van Penutup
Strafrecnt voor Nederlandsch Indie 1915
Sebagai hasil analisa terhadap segala
dengan segala perubahan dan penye-
temuan dalam bahasan terdahulu maka
suaiannya itu sudah perlu segera diganti
dapat ditawarkan kesimpulan sebagai
dengan sistem hukum yang sesuai dengan
jawaban terhadap permasalahannya sbb:
nilai dan budaya hukum yang dianut oleh
bangsa Indonesia yang merdeka. 1. Hukum pidana yang berlaku di Indone-
sia hingga saat ini masih merupakan
Indonesia adalah Negara Hukum karena
hukum pidana pemerintahan kolonial
UUD 1945 sebagai landasar dasar
Belanda yang khusus diberlakukan
kemerdekaan bangsa Indonesia menganut
untuk bangsa jajahan Belanda walupun
Azas Negara Hukum. Negara hukum itu
telah diadakan perubahan dan
sendiri adalah negara yang tegak dan berdiri
perbaikan disana-sini.
di atas hukum dan senantiasa menjunjung
271
UNISIA, Vol. XXXI No. 69 September 2008
rrr
272