Anda di halaman 1dari 19

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

(STIKes PERTAMEDIKA)
Intan Permatasari/21117033/2017
Program Profesi S1 Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN


DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA
Defisit perawatan diri
B. PROSES TERJADINYA
1. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi kesehatannya,
klien dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat melakukan
keperawatan diri (Depkes, 2000).

Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya
mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting
(BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).

2. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal


hygiene adalah:

1) Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi


kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada
pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain
– lain.
7) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya

Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine

1) Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang


karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan
baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku
2) Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial (Damaiyanti, 2012)

3. Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi Hambatan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian Hambatan kemampuan untuk melakukan
ata menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan Hambatan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas sendiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi Hambatn kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.
4. Rentang respon
Adatif maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan perawatan


seimbang kadang tidak diri pada saat stress

1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan


mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresso (Ade, 2011)

5. Proses terjadinya masalah


Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal


hygiene adalah:

1) Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi


kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada
pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain
– lain.
7) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine
1) Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan
baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga
dan gangguan fisik pada kuku
2) Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan
personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman ,
kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012)

6. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala defisit diri menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai
berikut:
a. Mandi/hygine Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan
badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengerikan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil
potongan pakian, menangalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar
pakaian.
c. Makan Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukan ke mulut, melengkapi makanan,mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman
d. Eliminasi Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB
dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:

1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Social
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.

7. Akibat
a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak tidak terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan
fisik yang seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik
pada kuku
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial (Damaiyanti, 2012)

8. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
1) Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar
dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
2) Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Damaiyanti, 2012)

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

10. Pohon masalah


Effect Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Defiist perawatan diri

Cause Harga diri rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efektif


11. Diagnosa keperawatan
a. Hygine diri
b. berhias
c. makan dan
d. bab/bak

12. Rencana asuhan keperawatan

Tujuan Intervensi
Tujuan umum : Pasien tidak 1. Bina hubungan saling percaya dgn
mengalami defisit perawatan diri. menggunakan prinsip komunikasi
TUK 1 terapeutik :
Pasien bisa membina hubungan a. Sapa pasiendengan ramah, baik
saling percaya dengan perawat verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang di sukai
pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya
g. Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien

TUK 2 :
Pasien mampu melakukan 1. Melatih pasien cara-cara perawatan
kebersihan diri secara mandiri kebersihan diri :
a. Menjelasan pentingnya menjaga
kebersihan diri.
b. Menjelaskan alat-alat untuk
menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktekkan
cara menjaga kebersihan diri

TUK 3 : 1. Melatih pasien berdandan/berhias :


Pasien mampu melakukan berhias/ a. Untuk pasien laki-laki latihan
berdandan secara baik meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Bercukur
b. Untuk pasien wanita, latihannya
meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Berhias

TUK 4 : 1. Melatih pasien makan secara mandiri


Pasien mampu melakukan makan :
dengan baik a. Menjelaskan cara
mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang
tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan
peralatan makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik
TUK 5 : 1. Mengajarkan pasien melakukan
Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri :
BAB/BAK secara mandiri a. Menjelaskan tempat BAB/BAK
yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan
diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan
tempat BAB dan BAK

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.


Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa. Jakarta:
Depkes RI.

Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha

Strategi Pelaksana Tindakan Keperawatan

SP 1P: Kebersihan diri

I. Proses Keperawatan
A. Kondisi Klien

Klien mengatakan dirinya malas untuk membersihkan diri karena airnya dingin
saat mau mandi karena airnya dingin atau di RS tidak tersedia alat mandi.
Ketidakmampuan mandi atau membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor dan kulit berdaki dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.

Data subjektif, yaitu klien mengatakan dirinya malas untuk membersihkan diri
karena airnya dingin saat mau mandi atau di RS tidak tersedia alat mandi

Data objektif, yaitu ketidakmampuan mandi atau membersihkan diri ditandai


dengan rambut kotor, gigi kotor dan kulit berdaki serta berbau, kuku panjang dan
kotor.

B. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri

C. Tujuan
1. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat memahami pentingnya kebersihan diri
c. Klien dapat mengetahui cara menjaga kebersihan diri
d. Klien dapat mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

D. Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
3. Jelaskan cara menjaga kebersihan diri
4. Bantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
5. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

II. Proses komunikasi dalam pelaksanaan tindakan


A. Fase orientasi
1. Salam terapeutik

Selamat pagi Bapak atau Ibu, perkenalkan nama saya Putri Amelia. Saya
senang dipanggil Amel. Nama Bapak atau Ibu siapa? Senangnya dipanggil
siapa? Saya mahasiswi STIKes Pertamedika yang akan merawat Bapak atau Ibu,
saya praktek disini selama 5 hari.

2. Evaluasi atau validasi

Bagaimana perasaan Bapak atau Ibu hari ini?

3. Kontrak
Topik : Bapak atau Ibu saya ingin berbincang-bincang tentang
kondisi Bapak atauIbu selama perawatan

Waktu : Bapak atau Ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa?


Dan berapa lama? Bagaimana jika jam 08.00 sampai jam
08.10?

Tempat : Dimana kita akan berbincang-bincang, bagaimana jika kita


berbincang-bincang di Taman?

Tujuan : Kita berbincang-bincang agar kita saling mengenal.

B. Fase kerja
Bapak atau Ibu sudah berapa lama disini? Apa yang Bapak atau Ibu rasakan hari
ini? Waktu dibawa kesini ada kejadian apa dirumah? Ada apa Bapak atau Ibu tidak
mau mandi? Kalau tidak mandi bagaimana rasanya badan Bapak atau Ibu? Ibu
mandi berapa kali sehari? Ibu keramasnya berapa kali seminggu? Oleh karena itu
kebersihan diri harus dipelihara supaya badan tidak gatal. Kebersihan diri dapat
dijaga dengan mandi dua kali sehari, Saya sebutkan alat-alatnya ya bu. Untuk mandi
alat-alatnya yaitu sabun, gayung, handuk, caranya ibu bilas tubuh ibu dengan air
kemudian ibu usapakan sabun ke seluruh tubuh ibu lalu bilas dengan air hingga
bersih dan keringkan dengan handuk. Kemudian sikat gigi alat-alatnya yaitu sikat
gigi, pasta gigi, dan gayung, caranya kumur-kumur terlebih dahulu kemudian
keluarkan isi pasta gigi dan taruh di sikat gigi dan ibu gosokkan gigi bagian bawah,
atas, dalam, luar, dan depan dengan cara memutar menggosokannya. Setelah itu
cuci rambut atau keramas alat-alatnya yaitu sampo dan handuk. Kuku Bapak atau
Ibu juga kotor dan panjang. Merawat kuku dapat dilakukan dengan menggunting
kuku yang panjang dengan alat pemotong kuku, agar kuku Bapak atau Ibu rapi,
tidak kotor dan tidak panjang. Lalu masukkan kegiatan-kegiatan ini dalam jadwal
kegiatan harian Bapak atau Ibu. Kalau Bapak atau Ibu mengerjakannya sendiri beri
tanda M, kalau dibantu suster beri tanda B, kalau tidak dikerjakan beri tanda T.

C. Fase terminasi
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan Bapak atau Ibu setelah berbincang-bincang dengan saya
dan tahu cara merawat kebersihan diri?
b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Coba Bapak atau Ibu sebutkan kembali cara menjaga kebersihan diri

2. Rencana tindak lanjut


Saya harap Bapak atau Ibu melakukan cara menjaga kebersihan diri dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
Untuk jadwal kebersihan diri
a. Mandi dilakukan 2 kali sehari, pagi dan sore, jika pagi dilakukan pada jam 07.00
dan pada sore hari dilakukan pada jam jam 16.00
b. Sikat gigi dilakukan 2 kali sehari, pagi dan sore, jika pagi dilakukan pada jam
07.00 dan pada sore hari dilakukan pada jam 16.00
c. Cuci rambut atau keramas dilakukan 3 kali dalam seminggu atau 2 hari sekali
d. Potong kuku dilakukan jika kuku ibu mulai memanjang dan kotor

3. Kontrak yang akan datang


Topik : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang cara makan yang baik
Waktu : Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang kembali ,ibu mau jam
berapa? Dan berapa lama?
Tempat: Besok kita akan berbincang-bincang dimana bu,bagaimana kalau di Ruang
makan?
Baiklah sampai bertemu lagi. Selamat pagi Bapak atau Ibu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA


Nama : Ruangan : No.RM:

Diagnosis Implementasi tindakkan Evaluasi


keperawatan
Defisit perawatan Sp 1: S: saat ditanya klien
diri: 1. Menjelaskan pentingnya mengatakan tidak pernah
Tanggal: kebersihan diri mau untuk membersihkan
Waktu: 2. Membantu pasien diri
mempraktekkan cara O:- penampilan klien
menjaga kebersihan tidak rapi
3. Menjelaskan cara - Rambut acak
menjaga kebersihan acakkan
4. Menganjurkan klien - Wajah kusam
memasukkan dalm - Badan dan rambut
jadwal kegiatan harian gatal gatal
- Tercium bau badan
- Kuku terlihat
panjang dan kotor
A:- klien belum mampu
merawat diri
- Klien belum terlalu
mengerti tentang
pentingnya
merawat diri
Pk : menganjurkan klien
untuk menjaga kebersihan
dirinya
Pp: membantu klien cara
membersihkan dirinya
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati, S.Kp., dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa, Cet 1. Jakarta

Dermawan, Deden, S.Kep.,Ns & Rusdi, S.Kep.,Ns. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja

Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta, Gayen Publishing.


Keliat B.A, Panjaitan, R,U.,& Helena, N.. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Ed. 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai