Anda di halaman 1dari 8

PENELITIAN

PENGALAMAN KELUARGA MERAWAT LANSIA DENGAN


TINGKAT KETERGANTUNGAN TINGGI
DI RUMAH, KOTA MALANG, JAWA TIMUR:
STUDI FENOMENOLOGI
Joko Wiyono*, Junaiti Sahar**, Wiwin Wiarsih**

Abstrak
Penelitian fenomenologi deskriptif ini bertujuan mendapatkan gambaran arti dan makna pengalaman keluarga dalam merawat
lansia dengan ketergantungan tinggi di rumah, di Kota Malang. Data dikumpulkan dari 8 anggota keluarga pemberi asuhan
utama pada lansia di keluarga dan dianalisis dengan metode Colaizzi. Hasil penelitian menggambarkan alasan keluarga merawat
lansia di rumah, alasan utama merawat, alasan penunjang merawat, kegiatan merawat, persepsi selama merawat, koping selama
merawat, dukungan selama merawat, masalah selama merawat dan upaya selama merawat; perubahan dalam keluarga berupa
perubahan peran, fungsi keluarga dan tugas keluarga; dan dampak pada pemberi asuhan informal; makna dari pengalaman
merawat lansia yaitu perubahan sikap menjadi lebih sabar; dan sumber kebutuhan pelayanan kesehatan. Perawat keluarga perlu
mempertimbangkan sumber daya keluarga dan dinamika budaya setempat. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan atau
mengetahui hubungan berbagai macam variabel yang muncul sebagai tema dalam penelitian ini.
Kata kunci: lansia ketergantungan tinggi, merawat, pengalaman keluarga.
Abstract
This descriptive phenomenology research was aimed to describe the meaning and essence of family experience in caring for
high dependence elderly at home, in Malang City. The data was collected from 8 primary informal caregivers for elderly in
family and analyzed by Collaizi’s method. The result described family reason for nursing care for elderly at home, main reason
in providing care, supporting reason for providing care; nursing activities, perception during providing care, coping, support,
problem encountered and efforts during nursing care for elderly; change of family role, function, and task; attitude change to be
more patience as the meaning of experience; and source of health service needs. Family nurses need to consider available family
source and the local culture. Further research is also recommended to compare or identify relationship of various variables that
occurred as themes in this present research.
Key words: family experience, high dependence elderly, nursing

LATAR BELAKANG semangat gotong royong, ikatan keluarga yang


Proses menua adalah proses alami yang disertai erat, keluarga besar (extended family), dan sangat
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, dan menghormati orang tua menyebabkan keluarga
sosial yang saling berinteraksi satu sama lain tinggal bersama dan mengasuh lansia sampai akhir
(Lueckenotte, 2000; Watson, 2003). Penurunan- hayatnya (Effendy, 1998; Perkumpulan Keluarga
penurunan tersebut memberikan dampak pada Berencana Indonesia/PKBI, 2000).
kemampuan lansia dalam melakukan aktifitas
Keluarga sebagai pemberi asuhan informal,
sehari-hari/ activity daily livings (ADL) yang
dalam melaksanakan fungsi memberikan perawatan
memerlukan perhatian dan bantuan dari keluarga.
pada lansia melibatkan seluruh aspek yaitu fisik,
Kenaikan umur harapan hidup membawa psikologis, emosional, sosial, dan finansial.
dampak pertambahan jumlah lansia di Indonesia. Berbagai dampak dapat timbul sebagai respon dari
Lansia di Indonesia cenderung tinggal bersama interaksi keluarga dengan lansia ketika pemberian
keluarga. Karakteristik keluarga Indonesia yang asuhan (Friedman, 2003; Potter & Perry, 2005).
merupakan suatu kesatuan yang utuh, mempunyai
Keluarga yang memandang pemberian asuhan
kepada lansia merupakan suatu beban atau Informan berjumlah 8 orang yang diseleksi
masalah, maka akan memiliki konsep negatif menggunakan teknik sampling purposive dengan
sebagai pemberi asuhan. Sebaliknya, jika keluarga jenis convenience sampling. Pengambilan data
memandang pemberian asuhan kepada lansia dilakukan di Desa Sawojajar, wilayah Puskesmas
merupakan suatu kewajiban, kebanggaan, atau Gribig, Kota Malang, Jawa Timur pada bulan Mei
meningkatkan kepuasan, maka akan memiliki 2007. Pertimbangan etik yang digunakan dalam
konsep positif sebagai pemberi asuhan (Hunt, penelitian ini meliputi self determination, privacy,
2003; Lueckenotte, 2000). anonimity, confidentiality, dan protection from
discomfort.
Pemahaman tentang keluarga sebagai pemberi
asuhan sangat penting diketahui perawat karena Metode pengumpulan data yang digunakan
partisipasi keluarga dalam perawatan lansia dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam
dibutuhkan untuk mencapai hasil yang optimal dengan bentuk pertanyaan yang diajukan selama
dari intervensi keperawatan. Keluarga sebagai proses wawancara adalah semi terstruktur dan
pemberi asuhan dalam merawat lansia dengan pertanyaan terbuka. Alat pengumpulan data dalam
ketergantungan tinggi di rumah, dalam menjalankan penelitian ini adalah peneliti sendiri, pedoman
perannya harus memiliki pengetahuan yang baik wawancara, catatan lapangan, dan tape recorder.
tentang perawatan lansia (Gaugler et al., 2002
Proses analisis dalam penelitian ini
dalam Sebern, 2005; Tyson, 1999).
menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi
Fenomena pemberian asuhan pada lansia (1978, dalam Streubert & Carpenter, 1999).
di rumah sangat penting untuk dipahami guna Langkah ini diawali dengan membaca transkrip
merencanakan dan memberikan pelayanan lansia berupa deskripsi informasi dari informan secara
khususnya kebutuhan pemberi asuhan. Kebutuhan berulang-ulang sampai memperoleh pemahaman
pemberi asuhan menjadi perhatian utama karena yang sama dengan pandangan informan. Peneliti
dalam merawat lansia biasanya memerlukan selanjutnya mengidentifikasi kata kunci dengan
waktu yang panjang dan melibatkan seluruh aspek memahami setiap kalimat yang terdapat dalam
kehidupan pemberi asuhan. Penelitian ini bertujuan transkrip dan memberi tanda berupa garis bawah
mendapatkan gambaran tentang arti dan makna pada kata-kata yang merupakan kata kunci
pengalaman keluarga dalam merawat lansia dengan dari masing-masing pemahaman arti. Langkah
tingkat ketergantungan tinggi di rumah, di kota berikutnya yaitu mengambil arti dari kata kunci
Malang. yang merujuk pada pernyataan informan yang
signifikan untuk merumuskan kategori. Kategori
yang serumpun dikelompokkan ke dalam sub-sub
METODE PENELITIAN tema. Kemudian, dengan perlakuan yang sama sub-
sub tema serumpun dikelompokkan ke dalam sub
Penelitian ini menggunakan metode
tema dan sub tema yang serumpun diorganisasikan
fenomenologi deskriptif dalam memahami
ke dalam tema. Selanjutnya, peneliti menunjukkan
arti dan makna pengalaman keluarga merawat
kisi-kisi tema pada masing-masing informan untuk
lansia dengan ketergantungan tinggi di rumah.
memperoleh validasi. Peneliti pada akhirnya
Fokus penelitian ini adalah penemuan fakta
mengintegrasikan semua hasil penelitian ke dalam
suatu fenomena pengalaman keluarga merawat
suatu narasi yang menarik dan mendalam sesuai
lansia berdasarkan perspektif informan. Tujuan
dengan topik penelitian.
menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif
adalah mengeksplorasi fenomena pengalaman
keluarga dalam merawat lansia di rumah.
HASIL PENELITIAN
Peneliti mengidentifikasi 13 tema sebagai
78 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juli 2008; hal 76-83

hasil penelitian ini, selanjutnya tema-tema tersebut obat gitu tok…” (P4)
diuraikan berdasarkan tujuan khusus penelitian. “…kalau bisa di rawat di rumah kenapa harus
1. Alasan keluarga merawat lansia dengan dirawat di rumah sakit…” (P1)
tingkat ketergantungan tinggi di rumah Alasan lainnya yaitu keterbatasan sistem
Tema 1: Alasan keluarga merawat lansia di pendukung yang ditunjukkan:
rumah “…keluarganya cuman tinggal saya dan adik
tok…” (P3)
Alasan utama menentukan keputusan merawat
lansia di rumah. Alasan ini meliputi: “…ya saya sendiri …anak-anak sudah rumah
tangga sendiri …” (P2)
a) kepuasan personal yang ditunjukkan dalam
pernyataan berikut ini. “…hanya saya yang mau merawat, pak …” (P7)

“ ...merawat di rumah itu lebih leluasa...” (P1) Tema 2: Alasan utama merawat lansia
“...biar dekat yang merawat tidak repot...” (P6) Alasan utama merawat lansia karena kewajiban
keluarga terhadap lansia yang terdiri dari tanggung
b ) e k o n o m i keluarga yang ditu njukkan jawab antar generasi yang ditunjukkan dalam
pernyataan: pernyataan:
“...gak ada biaya…. Kalau di rumah kan biaya “…kewajiban kita anaknya untuk merawat…”
tidak terlalu besar, apa adanya…” (P3) (P8)
c) perkembangan kondisi kesehatan lansia yang “…anak kan harus merawat orang tua…” (P3)
ditunjukkan dengan pernyataan:
“…kalau nggak anaknya siapa lagi yang
“…kalau kita bawa kemana-mana itu…nol merawat…” (P7)
sudah….” (P2) “…itu kan orang tua sendiri …” (P5)
“…model-modelnya kan tidak bisa sembuh.”
“…tanggung jawab sebagai cucu …” (P6)
(P5)
dan tanggung jawab moral yang ditunjukkan:
e) kondisi kesehatan lansia yang ditunjukkan:
“Saya punya perasaan takut berdosa kalau saya
“…sudah tua …ndak bisa jalan…” (P7) tidak merawat …” (P1)
Alasan penunjang merawat lansia di rumah “…bakti anak kepada orang tua …” (P6)
untuk menjaga kestabilan keluarga yang ditunjukkan “Waktu kecil kan saya juga dirawat mama…”
dalam pernyataan: (P1)
“…tidak merepotkan, masih bisa ngerjakan
“Jadi sejarah pertama itu saya ingat terus…
pekerjaan rumah.” (P1)
pertama ketemu dulu…walaupun saya merawat
“…bisa disambi-sambi, kan saya menjaga toko sendiri tetap saya rawat, pak.” (P2)
dan anak.” (P3)
Tema 3: Alasan penunjang merawat lansia
“Kalau di rumah ya bisa mengerjakan pekerjaan
yang di rumah sambil merawat…” (P4) Alasan penunjang merawat lansia karena
“…biar selalu dekat…” (P8) keterbatasan fisik lansia yang tidak mampu
mandiri, risiko masalah kesehatan lansia jika tidak
“…memasak bisa nengok…santai bisa nengok… dirawat, kedekatan emosi keluarga dengan lansia,
perhatian lebih…pikiran tenang…” (P6) tugas berbasis jender sebagai anak perempuan di
“…biaya juga …kalau di rumah paling-paling beli rumah.
2. Respon keluarga selama merawat lansia informasi dari lingkungan.
dengan tingkat ketergantungan tinggi di
Tema 8: Masalah selama merawat
rumah
Masalah selama merawat terjadi karena
Tema 4: Kegiatan merawat lansia
keterbatasan keluarga dan dilema bersikap
Kegiatan merawat lansia dilakukan untuk dalam merawat. Keterbatasan keluarga berupa
memenuhi kebutuhan dasar yaitu kebutuhan keterbatasan sumber pendukung. Dilema bersikap
fisiologi, sosialisasi, rekreasi, dan spiritual lansia. dalam merawat dapat terjadi karena variasi
perasaan antara menerima dan menolak.
Tema 5: Persepsi selama merawat
Tema 9: Upaya selama merawat
Persepsi selama merawat terdiri dari perasaan
selama merawat dan nilai dalam merawat. Nilai Upaya yang dilakukan selama merawat lansia
dalam merawat lansia terjadi karena merawat lansia adalah mengoptimalkan kemampuan yang ada,
merupakan suatu kebanggaan. Variasi perasaan berdoa, musyawarah atau diskusi, dan penanganan
yang muncul selama merawat lansia berupa senang, melalui terapi alternatif.
tidak senang, dan menerima yang ditunjukkan
dalam pernyataan berikut:
3. Dampak terhadap keluarga selama merawat
“…kalau bisa merawat orang tua…melayani orang lansia dengan tingkat ketergantungan tinggi
tua itu kan juga senang…” (P1)
Tema 10: Perubahan dalam keluarga
“…seneng bisa selalu dekat …ikhlas…seperti
merawat anak saya sendiri.” (P6) Perubahan dalam keluarga yang dikemukakan
“…saya rawat bertahun-tahun masih diberi umur informan terdiri dari perubahan peran, fungsi, dan
panjang…” (P5) tugas keluarga. Dampak perubahan ini ditunjukkan
pada pernyataan berikut:
“…sakitnya sudah lama…sudah tua lagi…” (P1)
“…mengerjakan kegiatan rumah tangga,
“…sepertinya tidak diperhatikan padahal yang membuka toko di rumah sejak mama sakit…karena
diminta sudah disiapkan, selalu dituruti gitu.” sebelumnya kerja di luar.” (P1)
(P5)
“…terutama ini sudah ndak bisa apa-apa…
“…sudah hadiah dari yang Maha Kuasa.” (P2) umpama saya tinggal kerja sudah berantakan, satu
hari itu saja saya tinggal kerja sudah…” (P7)
Tema 6: Koping selama merawat
“…karena merawat itu anak sering tidak terurus…”
Mekanisme koping adaptif dilakukan dengan (P5)
mencari pengganti, memberikan perhatian,
“Dulu rutin periksa, pak, tapi sudah satu tahun
bergantian dalam merawat dengan anggota keluarga
ini pengobatan dihentikan.” (P1)
lain, dan aktifitas pengalihan. Mekanisme koping
maladaptif dilakukan dengan pengabaian. Tema 11: Dampak pada pemberi asuhan
Tema 7: Dukungan selama merawat Dampak pada pemberi asuhan meliputi hassles,
strain, dan burden yang dikelompokkan dalam
Dukungan selama merawat dari internal
dampak fisik, psikologis, sosial, dan finansial. Ini
meliputi sumber dukungan, bentuk dukungan,
ditunjukkan dalam pernyatan berikut:
dan harapan dukungan. Harapan dukungan dari
“Lucunya…kayak anak kecil…mintanya aneh-
internal dapat berupa membantu aktifitas merawat, aneh…” (P5)
kunjungan, bantuan pemikiran, dan bantuan dana.
Harapan dukungan dari eksternal dapat berupa “Gimana ya…nggak sabaran gitu…darah
tinggi…” (P7)
pengertian lingkungan masyarakat, kebebasan
berpartisipasi, membantu aktifitas merawat, dan “Orang kerja kan ya capek, saya itu ya bagaimana
ya…” (P2)
80 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juli 2008; hal 76-83

“…masalahnya kalau mintanya sekarang ya baik…” (P4)


sekarang…” (P4)
“…tapi ya kalau berobat yang mahal kan tidak
“…masalahnya kalau mintanya sekarang ya mampu, jadi kalau bisa yang untuk orang-orang
sekarang…” (P5) seperti kita diperhatikan.” (P7)
“Mau dibawa kemana, wong dirawat di rumah
semampunya…seadanya…” (P3)
PEMBAHASAN
1. Alasan keluarga merawat lansia dengan
4. Makna dari pengalaman merawat lansia ketergantungan tinggi di rumah
dengan tingkat ketergantungan tinggi di
rumah Alasan utama merawat lansia di rumah
meliputi kepuasan personal,ekonomi keluarga,
Tema 12: Perubahan sikap perkembangan kondisi kesehatan lansia, dan
Perubahan sikap dalam keluarga yang kondisi kesehatan lansia. Alasan penunjang
dikemukakan informan adalah perubahan sikap termasuk menjaga kestabilan keluarga. Alasan
positif yang muncul yaitu menjadi lebih sabar yang lainnya yaitu keterbatasan sistem pendukung.
ditunjukkan dengan pernyataan: Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa
“Saya justru menjadi lebih sabar…” (P1) perawatan lansia bersifat jangka panjang dan
“…sudah saya serahkan yang Maha Kuasa…saya melibatkan seluruh aspek fisik, psikologis,
terima aja.” (P2) emosional, dan finansial bagi keluarga (Friedman,
2003; Potter & Perry, 2005). Selain itu sesuai
dengan karakteristik keluarga di Indonesia yang
5. Kebutuhan pelayanan kesehatan yang mempunyai ikatan erat, keluarga besar, dan sangat
diperlukan keluarga dalam merawat lansia menghormati orang tua menyebabkan keluarga
Tema 13: Kebutuhan sumber pelayanan tinggal bersama dan mengasuh lansia sampai akhir
kesehatan hayatnya (Effendy, 1998).
Kebutuhan sumber pelayanan kesehatan Alasan keluarga merawat lansia dalam hal
dalam merawat lansia di rumah meliputi petugas untuk menjaga kestabilan keluarga berbeda dengan
kesehatan dan biaya perawatan. Kebutuhan sumber penelitian yang dilakukan Conell (2003). Conell
pelayanan kesehatan dari petugas kesehatan terdiri menggambarkan bahwa merawat lansia di rumah
dari jenis layanan, jenis kegiatan, dan jenis aktifitas. menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan peran
Jenis layanan dari petugas kesehatan dapat berupa pemberi asuhan. Hal ini dimungkinkan terjadi
informasi kesehatan dari aspek penyampaian karena budaya yang berbeda dimana pemberi
informasi: metode, jenis kebutuhan informasi, dan asuhan di Indonesia utamanya di daerah pedesaan
pemeriksaan kesehatan. yang cenderung tinggal di rumah dan tidak
Ketersediaan pelayanan sesuai kebutuhan mempunyai kesibukan lain di luar rumah sehingga
ditunjukkan dengan pernyataan berikut: peran pemberi asuhan dapat dilakukan dengan baik
dengan merawat lansia di rumah.
“Memberikan penjelasan-penjelasan…apa yang
terbaik dilakukan.” (P1) Alasan merawat lansia dianggap sebagai
“Pemeriksaan kan minimal tahu perkembangan…” kewajiban. Hasil penelitian Center for Population
(P5) and Policy Studies Universitas Gadjah Mada/UGM
“Petugasnya datang, pak…kan bisa melihat
(1999) juga menggambarkan bahwa merawat orang
kondisi…” (P3) tua merupakan suatu kewajiban dan perwujudan
bakti anak. Hal ini dapat terjadi karena penelitian
“…diberitahu bagaimana caranya merawat yang dilakukan di daerah yang mempunyai karakteristik
dan budaya hampir sama. K e t e rg a n t u n g a n l a n s i a y a n g t i n g g i
meningkatkan risiko kekerasan dan penelantaran,
Variasi pemberi asuhan didasari oleh berbagai
terutama jika anggota keluarga yang merawat lansia
macam alasan utama merawat lansia, yaitu
tidak mempunyai mekanisme koping yang baik.
tanggung jawab antar generasi dan tanggung jawab
Mekanisme koping adaptif yang dapat dilakukan
moral. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Day
keluarga dari sumber internal adalah fleksibilitas
(2000) bahwa pemberi asuhan informal dalam
peran dan meningkatkan kohesivitas (Friedman,
melakukan perawatan didasarkan pada hubungan
2003; Sally, 2001; Stanhope & Lancaster, 2002).
kekeluargaan, teman, tetangga, atau anggota
Dukungan terhadap keluarga yang merawat lansia
kelompok ibadah yang tidak dibayar karena
dapat berasal dari internal dan eksternal keluarga.
kecintaan, hormat, kewajiban, atau kesetiakawanan
Penelitian lain yang dilakukan Stewart et al. (1998)
kepada orang yang tidak mampu merawat diri.
mengambarkan bahwa dalam dukungan sosial
Kewajiban merawat orang tua juga terjadi dari keluarga yang juga merawat lansia berupa
karena merupakan tanggung jawab moral informasi dan strategi koping yang didasarkan pada
anak terhadap orang tua. Hal ini sesuai dengan pengetahuan pengalaman mereka serta dukungan
karakteristik keluarga di Indonesia. Demikian emosional.
juga penelitian lain yang dilakukan oleh Martire
3. Dampak terhadap keluarga selama merawat
di Pittsburgh (2006) menunjukkan bahwa anak
lansia dengan tingkat ketergantungan tinggi di
dewasa yang merawat orang tuanya melaporkan
rumah
bahwa mereka dapat membayar kembali asuhan
yang orang tua berikan pada saat mereka masih Perubahan peran, fungsi, dan tugas keluarga
kecil. merupakan dinamika keluarga yang merawat
lansia. Perubahan peran ini dapat berpengaruh
Pemberi asuhan kepada lansia dapat dilakukan
baik langsung maupun tidak langsung pada fungsi
oleh seluruh anggota keluarga tetapi wanita secara
ekonomi keluarga.
tradisional diasumsikan dan diterima mempunyai
peran sebagai pemberi asuhan secara alamiah. Dampak pada pemberi asuhan akibat merawat
Penelitian yang dilakukan Center for Population lansia dapat berupa hassles, strain, dan burden.
and Policy Studies UGM (1999) mengambarkan Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dampak
bahwa lansia menggantungkan hidupnya terutama pada pemberi asuhan akibat merawat lansia berupa
pada anak perempuan terdekat. Kedua penelitian hassles, strain, dan burden. Hal ini sesuai dengan
diatas mempunyai kesamaan dalam memandang penelitian lain yang dilakukan oleh Stommel et
anak perempuan sebagai pemberi asuhan utama al. (1990) yang menggambarkan bahwa dampak
pada orang tuanya. pemberi asuhan kepada lansia terhadap finansial,
perasaan yang terbuang, dampak pada jadwal
2. Respon keluarga selama merawat lansia
kerja, dampak terhadap kesehatan, dan perasaan
dengan tingkat ketergantungan tinggi di
terisolasi.
rumah
4. Makna dari pengalaman merawat lansia
Kegiatan merawat lansia ditujukan untuk
dengan tingkat ketergantungan tinggi di
memenuhi kebutuhan dasar manusia. Variasi
rumah
perasaan muncul selama merawat lansia berupa
senang, tidak senang, dan menerima. Penelitian lain Makna dari pengalaman merawat lansia
yang dilakukan Martire (2006) juga menggambarkan dengan tingkat ketergantungan tinggi di rumah
terjadinya variasi perasaan selama merawat lansia adalah perubahan sikap dalam hubungan dengan
di rumah, yaitu perasaan sedih, tidak punya harapan lansia, yaitu menjadi lebih sabar. Penelitian Vellone
ke depan, dan kesulitan konsentrasi. et al. (2002) sebaliknya mengungkapkan bahwa
perubahan sikap dalam hubungan dengan klien
dan anggota keluarga lain adalah perubahan sikap
82 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juli 2008; hal 76-83

negatif. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh burden yang terjadi pada fisik, psikologis, sosial,
budaya setempat. dan finansial.
5. Kebutuhan pelayanan kesehatan yang Makna dari pengalaman keluarga merawat
diperlukan keluarga dalam merawat lansia lansia dengan tingkat ketergantungan tinggi di
dengan tingkat ketergantungan tinggi di rumah adalah perubahan sikap positif, yaitu
rumah menjadi lebih sabar. Keluarga dalam memaknai
pengalaman merawat lansia di rumah berbeda
Kebutuhan pelayanan keperawatan terhadap
antara daerah satu dengan lain yang dipengaruhi
keluarga yang merawat lansia di rumah adalah
oleh budaya daerah setempat.
ketersediaan pelayanan sesuai kebutuhan. Ini sesuai
dengan pendapat Rice (2001) bahwa ketersediaan Perawat dalam bekerja dengan keluarga yang
pelayanan keperawatan terhadap keluarga harus merawat lansia di rumah perlu mempertimbangkan
diimbangi dengan kemampuan keluarga dalam kemampuan keuangan keluarga; keyakinan dan
memanfaatkan pelayanan tersebut, baik dalam hal persepsi keluarga tentang perawatan terhadap
jarak, waktu, dan finansial. Hal sebaliknya terjadi lansia; tingkat keparahan masalah kesehatan
di Indonesia. Wakil Ketua Komisi IX DPR 2004- lansia untuk menentukan tempat perawatan; dan
2009, Aisyah Salekan mengatakan masyarakat pemberi asuhan diprioritaskan dari keluarga inti
pemilik Askeskin masih mengalami kesulitan atau yang mempunyai kedekatan emosional yang
memperoleh fasilitas perawatan kesehatan gratis tinggi dengan lansia. Perawat dapat menggunakan
karena hambatan pada administrasi yang lambat dukungan sosial dan emosional, yaitu keluarga-
akibat jumlah petugas sangat minim serta jarak keluarga yang mempunyai pengalaman merawat
terlalu jauh. Fasilitas pelayanan kesehatan lansia lansia di rumah untuk memberikan dukungan
bagi keluarga yang merawat lansia di rumah, berupa terhadap keluarga yang merawat lansia di rumah
tempat fasilitas pelayanan penunjang maupun untuk memperoleh informasi tentang pengalaman
kunjungan rumah belum tersedia, khususnya di merawat lansia.
daerah-daerah seperti Malang.
Peneliti menyarankan adanya jaminan
pelayanan kesehatan masyarakat khusus lansia
untuk memperpendek alur administrasi serta
KESIMPULAN penyediaan transportasi ke pelayanan kesehatan.
Alasan keluarga merawat lansia di rumah Program lansia di Puskemas perlu dikembangkan
disebabkan oleh ekonomi keluarga, kepuasan dengan pengadaan program pendampingan
personal, kondisi kesehatan lansia, menjaga keluarga khususnya yang merawat lansia dengan
kestabilan keluarga, dan keterbatasan sumber tingkat ketergantungan tinggi di rumah.
pendukung. Keluarga dalam merawat lansia
Penelitian kuantitatif selanjutnya dapat
merupakan bentuk kewajiban sebagai tanggung
dilakukan dengan membandingkan atau mengetahui
jawab antar generasi dan tanggung jawab moral
lebih dalam hubungan variabel-variabel yang
yang dilakukan oleh keluarga inti serta anggota
tergambar dalam tema-tema dalam penelitian ini.
keluarga yang mempunyai kedekatan emosional.
Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan dengan
Kegiatan merawat lansia dengan tingkat topik yang sama di daerah lain sehingga diperoleh
ketergantungan tinggi oleh keluarga untuk pemahaman yang lebih kaya yang diperoleh dari
memenuhi kebutuhan dasar manusia. Mekanisme berbagai pengalaman keluarga dari berbagai daerah
koping maladaptif pengabaian berpotensi timbulnya di Indonesia (ENT, MD).
abuse dan neglect pada lansia. Perubahan peran,
* Staf Akademik Keperawatan Komunitas
fungsi keluarga dan tugas keluarga dapat terjadi
Poltekkes Depkes Malang
selama merawat lansia. Dampak merawat lansia
pada pemberi asuhan berupa hassles, strain, dan ** Staf Akademik Keperawatan Komunitas FIK
UI Philadelphia: Lippincott.
Rice, R. (2001). Home care nursing practice. St.
KEPUSTAKAAN Louis: Mosby Company.
Center for Population and Policy Studies Gadjah
Sally, S.S. (2001). Introduction gerontological
Mada University di Yogyakarta (1999).
nursing. Philadelphia: Lippincott.
Alternatif kebijakan terhadap lansia. http://
www.cpps.or.id, diperoleh 10 Januari 2007. Sebern, M. (2005). Shared care, elder family
member skills used to manage burden. Journal
Connell, P.J. (2003). A phenomenological study
of Advanced Nursing, 52 (2), 170-171.
of the lived of experiences of adult caregiving
daugthers and the elderly mothers. http:// Stanhope, M. & Lancaster, J. (2000). Community
proquest.umi.com/pqdweb diperoleh 10 health nursing: Promoting health of aggregates,
Januari 2007. families, and individuals. (5th ed). St. Louis:
Mosby Year Book Inc.
Day, T. (2000). About Caregiving. http://www.
ericdigest s.org/pre-9219/family.htm diperoleh Stewart, et al. (1998). Peer visitor support for
29 Maret 2007. family caregivers of seniors with stroke.
Canadian Journal of Nursing Research, 30
Effendy, N. (1998). Dasar-dasar keperawatan
(2), 87-117.
kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC.
Stommel, et al. (1990). Caregiver. http://www.
Martire, L. (2006). Depression in family caregivers.
gwu.edu /~cicd /toolkit/caregive.htm,
http://www.wpic.pitt.edu/research /depr/care
diperoleh 4 Maret 2007.
giver.htm, diperoleh 29 Maret 2007.
Streuebert, H.J., & Carpenter, D.R. (1999).
Friedman, M.M. (2003). Family nursing: Research,
Qualitative research in nursing advancing
theory & practice. (5 th ed). Connecticut:
humanistic imperative. (2nd ed). Philadelphia:
Appleton & Lange.
Lippincott.
Hunt, C.K. (2003). Conceps in caregiver research.
Tyson, S. R. (1999). Gerontological nursing care.
Journal of Nursing Scholarship, 35, (1), 28-
Philadelphia: WB Saunders Company.
30.
Vellone, et al. (2002). The experience of Italians
Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic nursing.
caring for family member with Alzheimer’s
Philadelphia: Mosby-Year Book, Inc.
disease. Journal of Nursing Scholarship, 34
PKBI Pusat. (2000). Perkumpulan Keluarga (4), 323-329.
Berencana Indonesia.
Watson, R. (2003). Perawatan pada lansia. Jakarta:
Potter, P.A. & Perry, A.G. (1997). Fundamental
of nursing: Concepts, process, and practice.
Ketika kita menjadi tua, waktu akan membuat kita dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai
kita, sebagai ganti dari orang-orang yang kita cintai.
(J. Petit Senn)
Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan
dengan pengetahuan orang lain.
(Michel De Montaigne)

Anda mungkin juga menyukai