Anda di halaman 1dari 30

BAHAN BACAAN

1. Pembentukan Karakter (Character


Building) Pengawasan
PEMBENTUKAN KARAKTER (CHARACTER BUILDING)
PENGAWASAN (9 JP)
I. PENUGASAN DINAMIKA KELOMPOK ( 4 JP x 45’ = 180’)
A. Latar Belakang

Dinamika kelompok menurut Yacobs, Harvill, dan Manson (1994) merupakan


kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik melalui interaksi yang
terjadi antar anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi pengaruh kuat pada
perkembangan kelompok.
Awal mula muncul kegiatan dinamika kelompok adalah dalam rangka proses
mencari pengalaman melalui ruangan yang dipadukan dengan alam terbuka. Hal
tersebut sudah dimulai sejak zaman Yunani. Sedangkan dalam bentuk pendidikan
formal, sudah mulai dilakukan pada tahun 1821 ditandai dengan didirikannya
Round Hill School, di Inggris, tetapi secara sistematik kegiatan alam terbuka
(outbond) baru dimulai di Inggris pada tahun 1941.
Pada awalnya tujuan dari kegiatan mencari pengalaman melalui ruangan tersebut
mendidik generasi muda untuk mencari ilmu pengetahuan sebagai bekal
mempertahankan kehidupan kelak dewasa, Kegiatan mencari pengalaman
melalui ruangan terbuka pada akhirnya banyak digunakan oleh lembaga
pendidikan untuk mempersiapkan generasi muda yang tangguh dalam
menghadapi kehidupannya. Sedangkan kegiatan pada alam terbuka (outbond)
bertujuan mendidik generasi muda untuk siap perang. Sehingga kegiatan
pelatihan di alam terbuka ini pada akhirnya memang banyak digunakan oleh
lembaga militer untuk mempersiapkan prajurit tangguh. Selain untuk
mempersiapkan prajurit yang tangguh, dewasa ini (outbond) digunakan juga
sebagai terapi kejiwaan dan untuk membangun modal sosial.
Hal terpenting dalam mencari pengalaman melalui ruangan dipadukan dengan
alam terbuka untuk membentuk pengalaman. Namun dalam kesempatan ini untuk
mencari pengalaman dipadukan antara kegiatan dalam ruangan dan diluar
ruangan ini adanya upaya peningkatan kemampuan profesional calon pengawas
sekolah dalam rangka pembentukan karakter peserta Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat) Calon Pengawas Sekolah sehingga dapat menumbuhkan kompetensi
kepribadian dan sosiali sebagai pengawas sekolah.
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah khususnya pada dimensi kompetensi kepribadian dan sosial
mensyaratkan bahwa seorang pengawas sekolah diharapkan menguasai
kompetensi
Kegiatan dinamika kelompok pada Diklat Calon Pengawas Sekolah yang
dikembangkan saat ini (tahun 2020) dapat dilakukan secara dalam jaringan
(daring) melalui tatap muka virtual dan luar jaringan (luring) melalui tatap muka
langsung. Dinamika kelompok melalui tatap muka virtual dilakukan selama kondisi
negara Republik Indonesia mengalami pandemi Covid-19 yang tidak
memungkinkan untuk mengumpulkan peserta diklat dalam jumlah banyak pada
sebuah komunitas. Sedangkan dinamika kelompok secara tatap muka langsung
dapat dilakukan apabila kondisi sebuah daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) telah
dinyatakan sebagai zona hijau dan mendapatkan izin dari gugus covid daerah
setempat.

B. Target Kompetensi
Setelah mengikuti kegiatan dinamika kelompok dalam Diklat Calon Pengawas Sekolah,
peserta mampu menerapkan nilai-nilai kepemimpinan dalam melaksanakan tugas
kepengawasan pada dimensi:
1. Kompetensi Kepribadian
a. Memiliki tanggungjawab sebagai pengawas satuan Pendidikan
b. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan dengan
kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya
c. Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang tugas pokok dan
tanggungjawabnya
d. Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder pendidikan
2. Kompetensi Sosial
a. Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri
untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
b. Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan pendidikan

C. Langkah-langkah Pembelajaran ( 4 JP x 45’ = 180’)

Persiapan Pelaksanaan Refleksi


(45’) (70’) (65’)

 Opening dinamika  Koordinasi  Refleksi pelaksanaan


kelompok suku/kelompok (breakout dinamika kelompok
 Target kompetensi zoom bagi pelaksanaan  Testimoni dari peserta
 Kontrak program diklat secara daring) 30’ terhadap pelaksanaa
 Pembentukan  Pelaksanaan penugasan dinamika kelompok
suku/kelompok dinamika kelompok 40’  Closing dinamika
 Penjelasan penugasan (@ 20’/suku) kelompok
dinamika kelompok

D. Pelaksanaan Dinamika Kelompok


1. Kontrak Program
Moda Tatap Muka Virtual:
a) Peserta mengenakan pakaian atasan putih (berdasi bagi laki-laki) dengan
bawahan hitam
b) Peserta harus mengaktifkan/menyalakan video dalam aplikasi video
conferences selama kegiatan berlangsung
c) Peserta tidak diperbolehkan mengerjakan kegiatan atau pekerjaan lain yang
menimbulkan suara berisik, noise, yakni dual video conference, makan,
tiduran, rebahan, memasak, baby sitting atau hal lain yang dapat mengganggu
selama tatap muka virtual
d) Peserta mengenakan tanda pengenal sebagai peserta diklat calon pengawas
sekolah
e) Peserta menonaktifkan telepon seluler (HP) atau merubah mode getar/senyap
f) Tidak diperbolehkan meninggalkan kelas tatap muka virtual, kecuali dalam hal
yang mendesak/sangat penting, setelah mendapat ijin/persetujuan dari
panitia/narasumber
g) Peluit berbunyi tiga kali pendek 5 menit lagi kegiatan akan dimulai
h) Peluit berbunyi tiga kali panjang kegiatan dimulai peserta yang terlambat di
denda
i) Peserta harus melaksanakan seluruh rangkaian penugasan dari awal hingga
selesai

Moda Tatap Muka Langsung:


a) Peserta mengenakan pakaian olah raga lengkap
b) Peserta mengenakan tanda pengenal sebagai peserta diklat calon pengawas
sekolah
c) Peserta menonaktifkan telepon seluler (HP) atau merubah mode getar/senyap
d) Tidak diperbolehkan meninggalkan kegiatan, kecuali dalam hal yang
mendesak/sangat penting, setelah mendapat ijin/persetujuan dari
panitia/narasumber
e) Peserta tidak diperkenankan menerima tamu selama pelaksanaan kegiatan
dinamika kelompok kecuali atas izin Pengajar/panitia
f) Peluit berbunyi tiga kali pendek 5 menit lagi kegiatan akan dimulai
g) Peluit berbunyi tiga kali panjang kegiatan dimulai peserta yang terlambat di
denda
h) Peserta harus melaksanakan seluruh rangkaian penugasan dari awal hingga
selesai

2. Yel-Yel Nasional

I do My Best
You do Your Best
We do Our best
The best yes

3. Pembentukan Suku/Kelompok
a. Pengajar membagi peserta menjadi 2 suku/kelompok ( @7-8
orang/kelompok)
b. Pengajar memberikan nama suku/kelompok sesuai dengan kesepakatan
dengan peserta
c. Pengajar menjelaskan teknis pelaksanaan penugasan kepada seluruh
peserta dalam suku/kelompok
d. Pengajar meminta setiap suku/kelompok memiliki yel dan lagu kebangsaan
suku/kelompok masing-masing sebagai pemacu semangat
e. Pengajar meminta peserta untuk menunjuk ketua sebagai koordinator setiap
suku/kelompok
f. Panitia/admin membuat breakout room (apabila dilaksanakan secara tatap
muka virtual) untuk memberi kesempatan peserta dalam suku/kelompok
untuk koodinasi sesuai waktu yang telah ditentukan

4. Pelaksanaan Penugasan Dinamika Kelompok (Membangun Kreativitas dan


Kerjasama melalui penugasan mencipta gerakan koreografi)
a. Pengajar memberi penjelasan tugas koreografi
b. Pengajar mendemonstrasikan tarian sebuah kebudayaan
c. Pengajar menentukan sebuah lagu yang akan menjadi pengiring dalam
koreografi (lagu daerah atau lagu lain yang menimbulkan semangat)
d. Pengajar memberi kesempatan kepada setiap suku/kelompok untuk melakukan
koordinasi dan latihan mencipta gerakan koreografi melalui breakout room
(untuk pelaksanaan dengan tatap muka virtual melalui aplikasi video
conferences)
e. Setiap kelompok melaksanakan tugas koreografi sampai lagu selesai diputar
f. Pengajar memberikan komentar mengenai penilaian penugasan koreografi
dengan kriteria kekompakan, keserasian gerakan dengan musik, dan jumlah
variasi gerakan

E. Refleksi Penugasan Dinamika Kelompok


a. Pengajar menanyakan perasaan ketua suku/kelompok tentang perasaan saat
mendelegasikan tugas-tugas pada anggotanya, apakah sudah tepat
pendelegasian tugas pada masing-masing anggotanya
b. Pengajar menanyakan perasaan anggota suku/kelompok pada saat diberi tugas,
apakah melaksanakan tugas dengan ikhlas, dan bagaimana perasaannya saat
merasa gagal melaksanakan tugas, dan bagaimana perasaan anggota saat
melihat yang lain sukses sedangkan anda gagal.
c. Pengajar menanyakan perasaan anggota tentang strategi yang digunakan apakah
sudah sesuai dan dipandang efektif dalam pelaksanaan penugasan
d. Pengajar menanyakan kepada semua anggota tentang nilai-nilai kepemimpinan
apa yang diperoleh selama melaksanakan penugasan dan itu dapat bermanfaat
dalam pelaksanaan tugas-tugas kepengawasan

F. Rambu-rambu nilai kepemimpinan dalam pelaksanaan kepengawasan


Kekompakan, kreativitas, kerjasama, keaktifan, tanggung jawab, rasa ingin tahu akan
hal baru, dan menumbuhkan motivasi diri dalam semangat kerja.

II. MEMBANGUN KEBIASAAN REFLEKSI SECARA MANDIRI (SELF


REGULATED LEARNING/BELAJAR MANDIRI)  40’
a. Hubungan penugasan dinamika kelompok dengan konten materi
1. Pengajar mengajak peserta untuk mengingat kembali pelaksanaan dinamika
kelompok pada penugasan koreografi.
2. Pengajar meminta peserta untuk menghubungkan nilai-nilai yang ditemukan
selama mengikuti penugasan koreografi terhadap pembentukan kebiasaan untuk
melakukan refleksi secara mandiri dalam melakukan kegiatan apapun yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas-tugas pokok.
3. Pengajar meminta peserta menarik simpulan tentang makna penugasan
koreografi terhadap pembentukan karakter kepemimpinan dalam diri peserta
calon pengawas sekolah.
b. Konsep Belajar Mandiri (Self Regulated Learning)
a. Konsep Belajar Mandiri (Self Regulated Learning/SRL)
Self regulated learning merupakan kemampuan seseorang dalam mengarahkan
dirinya sendiri menghadapi situasi akademis (Zimmerman, 1998).
Self regulated learning bukan merupakan suatu kemampuan mental seperti
inteligensi atau kemampuan akademis melainkan suatu proses ketika seorang
peserta didik berpartisipasi aktif dalam belajar baik secara metakognisi, motivasi,
maupun perilaku. Seorang peserta didik yang memiliki self regulated learning baik
akan mampu mengendalikan pikiran, perilaku, dan emosinya untuk mencapai
kesuksesan di dalam proses belajar.
Dalam dunia Pendidikan, self regulated learning (belajar mandiri) menjadi hal
yang harus ditekankan kepada peserta didik. Seorang Pengawas Sekolah harus
memiliki kebiasaan untuk melakukan refleksi secara mandiri dan juga
menumbuhkan kemauan dan kemampuan guru dan kepala sekolah dalam
melakukan self regulated learning.

b. Strategi Belajar Mandiri (Self Regulated Learning)


Strategi self regulated learning adalah kompilasi dari perencanaan yang
digunakan oleh seorang peserta didik dalam mencapai tujuan belajar (Cobb,
2003). Zimmerman (dalam Cheng, 2011) mengemukakan bahwa strategi belajar
dapat menggambarkan bagaimana self regulated learning yang dimiliki oleh
peserta didik. Srategi belajar dapat menggambarkan bagaimana kemauan,
motivasi dan metakognisi seorang pelajar yang ditunjukkan dalam bentuk
perilaku-perilaku yang nyata. Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Purdie,
Hattie dan Douglas, 1996) mengemukakan mengenai 10 strategi self regulated
learning yaitu:
1) Evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluation)
2) Mengatur materi pelajaran (organizing and transforming)
3) Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting and planning)
4) Mencari informasi (seeking information)
5) Mencatat hal penting
6) Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)
7) Konsekuensi setelag mengerjakan tugas (self consequences)
8) Mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing)
9) Mencari bantuan sosial (seek social assistance)
10) Meninjau kembali catatan, tugas atau tes sebelumnya dan buku pelajaran
(review record)

c. Implementasi Self Regulated Learning dalam Praktik pembinaan,


pembimbingan, dan pemantauan
1. Pengawasan Akademik
a) Praktik Pembinaan dalam Pengawasan Akademik

No Pembinaan guru dalam Pendekatan dan Sasaran


Pengawasan Akademik Metode Pembinaan Pembinaan
1. Pembinaan guru dalam 1. Pendekatan c. Seluruh guru
perencanaan pembelajaran dan a. Direktik binaan yang
pembimbingan (langsung) menjadi
Contohnya: Pemetaan KI/KD,
b. Non-direktif (tidak tanggungjawab
pengembangan silabus,
penyusunan RPP yang langsung) pengawas
mengintegrasikan program c. Kolaboratif satuan
penguatan pendidikan karakter, 2. Metode Pendidikan;
Gerakan Literasi Sekolah (GLS), a. Metode d. guru mata
dan pengintegrasian program lain pembinaan pelajaran/rumpu
yang dibutuhkan seiring dengan individual n mata
dinamika pekembangan
b. Metode yang ditetapkan
kurikulum atau program terkini.
2. Pembinaan guru dalam pembinaan oleh Dinas
pelaksanaan pembelajaran dan kelompok Pendidikan (baik
pembimbingan, misalnya materi yang berada di
tentang model-model sekolah binaan
pembelajaran, pengelolaan kelas maupun yang di
yang efektif, pembelajaran luar sekolah
berbasis keterampilan abad 21,
binaan) bagi
pembelajaran berbasis STEM.
Contohnya: Pembinaan guru pengawas mata
dalam penilaian hasil pelajaran/rumpu
pembelajaran, misalnya materi n mata pelajaran;
rancangan penilaian Higher atau
Ordered Thingking Skills (HOTS), e. guru bimbingan
implementasi penilaian HOTS, dan konseling
dan lain-lain yang menunjang
(BK) pada
kompetensi guru
3. Pembinaan guru dalam sekolah
pengelolaan peserta didik, binaannya dan
misalnya materi perancangan guru bimbingan
kegiatan kurikuler dan ekstra dan konseling
kurikuler, pendidikan (BK) lintas
kepramukaan, pendidikan sekolah binaan
kewirausahaan, dan sebagainya .
yang berada di
wilayah
kota/kabupaten
yang
bersangkutan
bagi pengawas
bimbingan dan
konseling (BK)

b) Praktik Pemantauan dalam Pengawasan Akademik


Pemantauan dalam pengawasan akademik merupakan kegiatan pemantauan
yang bertujuan untuk 1) mengetahui keterlaksanaan atau kesesuaian
pelaksanaan pencapaian empat (4) standar nasional pendidikan (SNP) yang
terkait dengan guru, yakni Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
Proses, dan Standar Penilaian; dan 2) menemukan hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan program pencapaian dan pemenuhan standar tersebut

No Pemantauan dalam Pendekatan, Metode, Sasaran


Pengawasan Akademik dan Prosedur Pemantauan
Pemantauan
1. Standar Kompetensi Lulusan Pendekatan: Guru-guru dari
(SKL): 1. Direktif (langsung) seluruh sekolah
a. Guru memfasilitasi 2. Non direktif (tidak binaan yang menjadi
pengalaman belajar peserta tanggung jawab
langsung)
didik dalam pengawas sekolah,
mengembangkan sikap 3. Kolaboratif yakni sekurang-
beriman; kurangnya 10
Metode: sekolah bagi
b. Guru memfasilitasi Wawancara, studi pengawas TK dan
pengalaman belajar peserta dokumen, dan angket/ pengawas SD; 7
didik dalam kuesioner. sekolah bagi
mengembangkan sikap pengawas sekolah
akhlak mulia mata
Prosedur: pelajaran/rumpun
1. mengidentifikasi mata pelajaran
c. Guru memfasilitasi pencapaian SNP
pengalaman belajar peserta SMP, SMA, SMK,
sekolah binaan yang dan 5 satuan
didik dalam mencakup SKL, SI,
mengembangkan pendidikan khusus
Standar Proses dan bagi pengawas
keompetensi pengetahuan Standar Penilaian
d. Guru memfasilitasi Satuan Pendidikan
pengalaman belajar peserta Khusus
2. menyusun rencana
didik dalam
pengawasan
mengembangkan
akademik (RPA)
kompetensi keterampilan
pemantauan
2. Standar Isi:
a. Guru memiliki perangkat
3. menyusun perangkat
pembelajaran untuk
mengembangkan dan instrumen
pemantauan
kompetensi sikap spiritual,
sikap sosial, pengetahuan,
dan keterampilan siswa 4. melaksanakan
b. Guru memiliki perangkat pemantauan
pembelajaran yang sesuai
dengan ruang lingkup materi 5. menganalisis data
yang telah ditetapkan dalam hasil pemantauan
Standar Isi
3. Standar Proses: 6. menyusun laporan
a.Guru mengembangkan silabus hasil pemantauan
yang memuat:(1) identitas (menyatu dengan
mata pelajaran, (2) identitas hasil pemantauan
sekolah, (3) kompetensi inti, pelaksanaan SNP
(4) kompetensi dasar, (5) dalam pengawasan
materi pokok, (6) kegiatan manajerial)
pembelajaran, (7) penilaian,
(8) alokasi waktu, (9) sumber
belajar 7. melaksanakan
b.Guru mengembangkan RPP evaluasi hasil
dari silabus, secara lengkap pemantaun SNP
dan sistematis
c. Guru melakukan pengelolaan 8. menyusun laporan
kelas yang baik dengan evaluasi hasil
memperhatikan: (1) pemantauan SNP
pengaturan tempat, (2)
pengaturan suara, (3)
kemampuan belajar siswa, (4)
ketertiban kelas, (5) keaktifan
siswa, dan (6) ketepatan
penggunaan waktu
d.Guru menggunakan model
pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa
dan mata pelajaran
4. Standar Penilaian:
a.Guru menyusun rancangan
penilaian yang sesuai dengan
indikator kompetensi yang
akan diukur
b.Guru melakukan penilaian
sesuai dengan prinsip
penilaian
c. Guru melaksanakan penilaian
kompetensi sikap
d.Guru melaksanakan penilaian
kompetensi pengetahuan
dengan jenis dan teknik
penilaian yang tepat
e.Guru melaksanakan penilaian
kompetensi keterampilan
dengan jenis dan teknik
penilaian yang tepat
f. Guru memanfaatkan hasil
penilaian untuk perbaikan
pembelajaran berikutnya

c) Praktik Pembimbingan dan Pelatihan Profesional Guru

No Pembimbingan dan Pelatihan Pendekatan dan Sasaran


Profesional Guru Metode Pemantauan Pemantauan
1. Ruang lingkup kegiatan Pendekatan yang Sasaran
pembimbingan dan pelatihan digunakan dalam pembimbingan dan
profesional guru: pembimbingan dan pelatihan
a. pembimbingan dan pelatihan pelatihan profesional professional guru
profesional guru di guru di KKG/MGMP
KKG/MGMP/MGBK/MGTIK antara lain adalah guru binaan
b. pembimbingan dan pelatihan keterampilan proses yang tergabung
profesional kepala sekolah di dan andragogi. dalam KKG/MGMP/
KKKS/MKKS MGBK/MGTIK,
c. pembimbingan dan pelatihan Metode pembimbingan sekurang-
profesional kepala sekolah dalam kurangnya 6
pengelolaan sekolah dan pelatihan (enam) kali dalam
profesional guru setahun.
Ruang lingkup materi antara lain diskusi,
pembimbingan dan pelatihan pemodelan,
profesional guru: demonstrasi,
a. Materi yang berkaitan dengan workshop, seminar,
tugas pokok guru yaitu (a) lokakarya, dan lain lain
perencanaan pembelajaran; (b)
pelaksanaan pembelajaran; (c)
penilaian hasil pembelajaran; dan
(d) pelatihan peserta didik
b. Materi tentang Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
guru

2. Pengawasan Manajerial
a) Praktik Pembinaan Kepala Sekolah

Materi pembinaan kepala sekolah meliputi materi yang berkaitan dengan


peningkatan kompetensi kepala sekolah seperti yang tercantum dalam tabel di
bawah ini:

No Pembinaan Kepala Sekolah Pendekatan dan Sasaran


Metode Pembinaan
1. Pelaksanaan Tugas Manajerial, Pendekatan: Sasaran
contoh materi tugas adalah: a. Direktif (langsung) pengawasan
a. Perencanaan program b. Non direktif (tidak manajerial adalah
sekolah (RKJM, RKT, RKAS) kepala sekolah dan
langsung)
tenaga kependidikan
c. Kolaboratif di sekolah yang
b. Pengelolaan SNP
menjadi tanggung
c. Kepemimpinan sekolah Metode: jawab pengawas
a. Refleksi dan Focuss sekolah
d. Pengawasan dan evaluasi Group Discussion
(FGD)
e. Pengelolaan sistem informasi b. Delphi
dan manajemen c. Workshop

f. Manajemen berbasis sekolah

g. Sistem penjaminan mutu


internal

h. Pengelolaan PPK, GLS, dan


dinamika Pendidikan terkini

i. PK Guru dan Tendik

j. Pengembangan
Kurikulum

2. Pengembangan kewirausahaan:

a. Pengelolaan program
pengembangan
kewirausahaan di sekolah
yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan,
evaluasi, dan tindak lanjut

b. Pengelolaan program
pengembangan proyek
kewirausahaan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, evaluasi, dan
tindak lanjut

3. Supervisi guru dan tendik


a. Program supervisi guru dan
tenaga kependidikan

b. Pelaksanaan supervisi guru

c. Pelaksnaaan supervisi
tenaga kependidikan

d. Pelaporan supervisi guru dan


tenaga kependidikan

e. Evaluasi dan tindak lanjut


hasil supervisi guru dan
tenaga kependidikan

f. Evaluasi program
pelaksanaan supervisi guru
dan tenaga kependidikan

b) Praktik Pemantauan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Pemantauan dalam pengawasan manajerial bertujuan untuk mengetahui:


keterlaksanaan dan kesesuaian SNP dalam penyelenggaraan pendidikan pada
satuan pendidikan, menemukan hambatan dalam pelaksanaan program
pelaksanaan dan pencapaian SNP, dan mendapatkan data kinerja sekolah dalam
pelaksanaan dan pencapaian SNP. Adapun rincian kegiatan pemantauan 8 SNP
terinci dalam tabel berikut.

No Pemantauan 8 SNP Pendekatan dan Sasaran


Metode Pemantauan
1. Aspek pemantauan Pendekatan: Sasaran
keterlaksanaan dan kesesuaian a. Direktif (langsung) pemantauan dalam
dari 8 SNP, yaitu: b. Non direktif (tidak pengawasan
1. Standar kompetensi lulusan langsung) manajerial adalah
2. standar isi c. klinik seluruh sekolah
binaan yang menjadi
3. standar proses d. Kolaboratif
tanggungjawab
4. standar penilaian Pendidikan pengawas sekolah.
5. standar pendidik dan tenaga Sekurang-kurangnya
kependidikan 5 satuan pendidikan
6. standar sarana prasarana Metode: bagi pengawas
7. standar pembiayaan Wawancara, studi satuan pendidikan
8. standar pengelolaan dokumen, khusus, pengawas
mata
pendidikan kuesioner/angket
pelajaran/rumpun
mata pelajaran pada
Teknik: SMP, SMA dan
individu dan kelompok SMK, dan sekurang-
melalui evaluasi diri dan kurangnya 10
visitasi satuan pendidikan
bagi pengawas
sekolah TK dan SD

c) Praktik Pembimbingan dan Pelatihan Profesional Kepala Sekolah dan


Tendik

No Pembimbingan dan Pelatihan Pendekatan dan Sasaran


Profesional Metode
1. Pembimbingan dan pelatihan Pendekatan: Sasaran
profesional guru dan kepala sekolah ketrampilan proses, pembimbingan dan
di Kelompok Kerja Kepala Sekolah andragogi pelatihan
(KKKS) dan Musyawarah Kerja profesional kepala
Kepala Sekolah (MKKS) sekolah adalah
Metode: kepala sekolah dan
2. Pembimbingan dan pelatihan kepala
sekolah dalam menyusun program Workshop, seminar, tenaga
kerja sekolah, pelaksanaan program IHT. kependidikan yang
kerja sekolah, pengawasan dan bertugas di satuan
evaluasi, kepemimpinan sekolah Teknik: pendidikan
dan sistim informasi manajemen Diskusi, pemodelan,
demonstrasi
3. Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan

c. Strategi Inovasi dalam pengembangan kompetensi diri sebagai pengawas sekolah


(dibuat sebagai tugas pada kegiatan IST)

III.MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SEKOLAH BINAAN MELALUI COACHING


AND MENTORING  90’
a. Konsep Coaching and Mentoring bagi Pengawas Sekolah
1. Definisi Coaching
Whitemore (2018:14) menyatakan bahwa coaching merupakan kegiatan pembinaan
yang membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerja mereka sendiri,
yang membantu mereka untuk belajar daripada mengajar mereka. Cakupan dari
coaching meliputi:
1) Mengakses potensial

2) Memfasilitasi individu untuk membuat perubahan yang diperlukan


3) Memaksimalkan kinerja
4) Membantu orang memperoleh ketrampilan dan mengembangkan
5) Menggunakan Teknik komunikasi khusus

Menurut Stone (2007:11) Coaching adalah proses dimana individu mendapatkan


keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk
mengembangkan diri secara profesional dan menjadi lebih efektif dalam pekerjaan
mereka. Ketika individu mendapatkan coaching dari atasan, mereka dapat
meningkatkan kinerja mereka baik dalam saat ini, dan juga meningkatkan potensi
mereka untuk berbuat lebih banyak di masa depan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik simpulan bahwa Coaching adalah
pembimbingan peningkatan kinerja untuk mencapai tujuan melalui pembekalan
kemampuan memecahkan permasalahan dengan mengoptimalkan potensi diri.
Sebagai seorang Coach, atasan langsung bertanggungjawab untuk melakukan
aktivitas coaching kepada bawahannya dengan menjadi mitra kerja bagi
bawahannya (Coachee).

Coach mengajarkan, membimbing, memberikan arahan kepada pegawai agar bisa


memperoleh keterampilan atau metode baru dalam melakukan pekerjaan untuk
mencapai sasaran yang diharapkan. Kata kunci dalam aktivitas Coaching adalah
memecahkan masalah, merumuskan strategi dan langkah-langkah yang bisa
dilakukan untuk mencapai tujuan.

Jenis-jenis Coaching:

Menurut Homan dan Miler dalam Nadya (2012:45), membagi coaching ke dalam 4
kategori berdasarkan tujuan dari implementasi coaching pada organisasi atau
perusahaan:

1) Coaching untuk mendukung pembelajaran

Jenis coaching ini diterapkan untuk mendukung proses pembelajaran karyawan


yang mengarah kepada proses pengembangan secara individu. Proses ini fokus
pada pekerjaan atau tugas yang nyata dalam waktu yang sesungguhnya. Coach
membantu coachee berpikir mengenai berbagai aspek kegiatan dalam tugasnya.
Sebagai contoh coach membantu coachee dalam mengidentifikasi perilaku-
perilaku khusus yang harus diubah, menetapkan tujuan SMART (Spesific,
Measurable, Attainaible, Realistic, and Timely).

2) Coaching untuk kinerja

Coaching jenis ini ditujukan untuk menjadi intervensi perbaikan kinerja bagi
organisasi, karena dapat dilakukan berdasarkan keinginan untuk mendapatkan
kinerja yang lebih baik. Dalam hal ini, coach membantu individu dalam belajar
bagaimana menetapkan sasaran untuk dirinya, meningkatkan kesadaran pribadi,
memperbaiki kinerja dan mengembangkan strategi-strateginya untuk
meningkatkan kualitas hidup.

3) Coaching untuk pengembangan kepemimpinan

Jenis coaching ini lebih dikenal dengan istilah excecuitve coaching, coaching ini
dapat diimplementasikan untuk mendukung proses umpan balik 360 derajat
dimana para pemimpin eksekutif, kolega, senior, dan alur laporan langsung
memberikan feedback tentang efektivitas individu dengan menjawab pertanyaan
spesifik tentang perilakunya.

4) Coaching tim dan kelompok

Jenis coaching ini melibatkan team leader dan team coach. Coaching tim dapat
sangat bermanfaat ketika diimplementasikan pada tim yang mendapat proyek
baru, atau tim yang sedang menghadapi tenggat waktu. Baik coach internal dan
eksternal yang bekerja sama dengan tim dapat membantu untuk meningkatkan
komunikasi memperkuat komitmen dan meningkatkan kemungkinan untuk
menyelesaikan proyek atau tujuan.

2. Definisi Mentoring

Menurut Crawford (2010) Mentoring merupakan “Hubungan interpersonal dalam


bentuk kepedulian dan dukungan antara seseorang yang berpengalaman dan
berpengetahuan luas dengan seseorang yang kurang berpengalaman maupun yang
pengetahuannya lebih sedikit”.

Menurut Zachary (2005) Mentoring merupakan “Hubungan pembelajaran timbal


balik dan kolaaboratif antara dua orang atau lebih yang memiliki tanggungjawab dan
tanggunggugat/akuntabilitas yang sama untuk membantu mentee bekerja mencapai
sasaran pembelajaran yang jelas dan didefinisikan bersama”.

Menurut Europe Region (2006) Mentoring merupakan “Mendukung individu


sehingga mereka berkembang lebih efektif. Ini merupakan kemitraan antara mentor
(yang memberi bimbingan) dan mentee (yang menerima bimbingan) yang dirancang
untuk membangun kepercayaan diri mentee”.

Menurut Ingrid (2005) Mentoring merupakan “Suatu proses yang hanya diberikan
untuk proses penjenjangan karir. Namun seiring berjalannya waktu, mentoring
hingga saat ini juga diterapkan dalam dunia pendidikan”.

Menurut Santrock (2007) Mentoring merupakan “Bimbingan yang diberikan


melalui demonstrasi,instruksi, tantangan dan dorongan secara teratur selama
periode waktu tertentu. Mentoring biasanya dilakukan oleh individu yang lebih tua
untuk meningkatkan kompetensi serta karakter individu yang lebih muda. Selama
proses ini berlangsung, pementor dan mentee mengembangkan suatu ikatan
komitmen bersama yang melibatkan karakter emosional dan diwarnai oleh sikap
hormat serta kesetiaan”.

Mentoring adalah proses pembelajaran yang dilakukan dari orang yang jauh lebih
berpengalaman (mentor) ke orang yang kurang berpengalaman (mentee) dalam
bidang tertentu. Mentoring  artinya orang yang berbagi pengalamannya,
pembelajarannya dan nasihatnya kepada mereka yang kurang berpengalaman
dalam bidang tertentu. Demikian juga kutipan yang diambil Whitmore (2018) dari
buku David Clutterbuck Everyone Needs a Mentor menyatakan mentoring berasal
dari konsep magang, ketika orang yang lebih tua, lebih berpengalaman, mewariskan
pengetahuannya tentang bagaimana pekerjaannya dilakukan dan bagaimana
beroperasi dalam dunia komersial.

Salah satu peran penting seorang pemimpin adalah melakukan mentoring dengan
menjadi mentor yang baik bagi keberhasilan orang lain. Seperti yang dikatakan oleh
Douglas M. Lawson, ”Dengan apa yang kita terima, keberadaan kita hanya
sementara. Namun kita hidup selamanya melalui apa yang kita berikan”. Itulah
sebabnya mengembangkan orang lain merupakan hal yang sangat penting bagi
seorang pemimpin. Tanggung jawab seorang pemimpin bukan lagi hanya tentang
mengembangkan kemampuan diri pribadi, tetapi juga kemampuan team member
nya. Memang tidak semua orang mau melakukannya, karena memang dibutuhkan
kerja keras untuk hal itu. Selain itu, ego manusia yang sangat tinggi cenderung tidak
mau repot, tidak peduli akan keberhasilan orang lain, bahkan tidak mau tersaingi.
Itulah sebabnya dapat dikatakan seorang pemimpin yang bersedia menjadi mentor
adalah seorang pemimpin yang berjiwa besar.

b. Strategi Implementasi Coaching and Mentoring

Menurut John C. Maxwel, pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang banyak
melahirkan pemimpin-pemimpin baru di dalam kepemimpinannya. Dalam buku
Mentoring 101, ada 9 langkah yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang mentor:

1. Jadikan mengembangkan orang lain sebagai prioritas Anda


Selalu lebih mudah membuang orang daripada mengembangkan mereka.
Namun kebanyakan orang tidak menyadari bahwa membuang orang memang
mudah tapi harganya mahal, seperti hilangnya produktivitas, besarnya beban
biaya pengembangan untuk staff baru, serta moralitas yang rendah. Jika Anda
ingin mengembangkan orang lain, Anda harus menjadikannya sebagai prioritas
utama Anda.
2. Tetapkan prioritas : siapa yang hendak Anda kembangkan
Tentu kita tidak dapat mengerjakan segala sesuatu secara maksimal dalam
waktu yang sangat terbatas. Untuk itu perlu ditetapkan prioritas, siapa orang
yang terbaik yang hendak Anda kembangkan.
3. Kembangkan hubungan terlebih dahulu sebelum memulainya
Para pemimpin terbaik memahami nilai penting sebuah hubungan dengan
kesuksesan, sisihkan waktu untuk saling mengenal. Mintalah mereka
membagikan kisah hidup mereka, temukan apa yang memotivasi mereka,
kekuatan dan kelemahan mereka, juga karakter mereka. Selain itu perlu
menyediakan waktu untuk bersama dengan mereka, agar Anda dapat mengenal
mereka lebih dalam dan memastikan bahwa pilihan Anda tepat.
4. Bantulah tanpa syarat
Ketika Anda mulai mengembangkan orang, Anda tidak pernah boleh berpikir
untuk mengambil keuntungan dari orang itu. Sikap itu hampir bisa dipastikan
akan menyerang Anda dari belakang. Jika Anda berharap untuk memperoleh
sesuatu sebagai hasilnya dan Anda tidak memperolehnya, Anda akan kecewa.
Anda harus masuk dalam prosesnya dengan tidak mengharapkan apapun selain
kepuasan pribadi. Sikap Anda adalah karena ingin memberi, hanya untuk merasa
senang karena melihat orang lain ’belajar terbang’.
5. Biarkan mereka terbang bersama Anda untuk sementara waktu
Untuk mengembangkan orang lain, tidak semata-mata dilakukan dengan
pendekatan kognitif seperti proses belajar mengajar didalam kelas. Namun
dibangun atas dasar hubungan dan pengalaman bersama. 
6. Isikan bahan bakar pada tangki mereka
Orang tidak akan dapat pergi jauh tanpa bahan bakar. Itu artinya sumber-sumber
daya untuk pertumbuhan pribadi mereka harus terus menerus ada. Seorang
mentor bisa memberikannya kepada seseorang yang sedang ia kembangkan.
Caranya, bisa dengan memberikan buku bacaan, CD, DVD, mengirimkan mereka
ke seminar-seminar, intinya adalah berusaha untuk memberikan sesuatu yang
bermanfaat bagi mereka.
7. Bertahanlah hingga mereka bisa bekerja sendiri dengan baik
Ketika Anda mengembangkan seseorang, ingatlah bahwa Anda melakukan
perjalanan menuju kesuksesan bersama-sama dengan mereka, bukan
mengirimkan mereka untuk menempuh perjalanan itu sendirian. Tinggallah
bersama dengan mereka hingga mereka siap untuk terbang, buatlah mereka ada
di jalan mereka. Sebagai contoh, seorang instruktur penerbangan yang baik,
akan terbang bersama-sama dengan Anda dan membimbing Anda melalui
keseluruhan prosesnya hingga Anda siap untuk terbang sendirian.
8. Bersihkan landasannya
Berikan arahan yang jelas pada mereka, dukungan yang positif dan kebebasan
untuk terbang. Apa yang Anda lakukan bisa membuat perbedaan antara
kegagalan dan kesuksesan mereka. Ketika mereka sukses, Andapun ikut sukses.
Beberapa hambatan yang sering sekali diciptakan oleh para mentor bagi para
calon pemimpin :
a) Tujuan yang tidak jelas
Seringkali seorang calon pemimpin menerima bimbingan dan mempelajari
cara untuk melakukan sebuah pekerjaan, lalu sang pemimpin membiarkannya
begitu saja tanpa tujuan apapun.
b) Birokrasi
Kemungkinan lain, seorang calon pemimpin mempelajari bagaimana
pemimpinnya bekerja dan kemudian ia ditempatkan ke dalam sistem birokrasi
yang mematikan semangat inovasinya yang baru saja dihasilkan dari mentor
itu.
c) Isolasi
Semua orang membutuhkan komunitas dengan siapa mereka bisa berbagi
dan dari siapa mereka bisa memperoleh dukungan. Seringkali jika mentornya
tidak menyediakan komunitas itu, pemimpin yang baru tidak akan
memilikinya.
d) Kesibukan
Bekerja tanpa tahu apa hasil yang akan diperoleh akan membuat orang
kehilangan semangat.
9. Bantulah mereka mengulangi proses itu
Setelah Anda melakukan segala hal yang bisa Anda lakukan untuk membantu
orang-orang Anda, dan mereka telah tinggal landas dan mengudara, Anda
mungkin berpikir bahwa Anda telah selesai. Namun sesungguhnya masih ada
satu langkah lagi yang harus Anda tempuh : Anda harus membantu mereka
belajar untuk mengulangi proses pengembangan ini dan membimbing yang lain.
Kita bisa lihat bahwa kesuksesan disini bukanlah kesuksesan tanpa penerus.

Ada 4 tahapan mentoring yang perlu kita ketahui dan terapkan.


1. I Do You Watch
Tahapan pertama dalam 4 tahapan mentoring adalah I Do You Watch. Dalam
tahapan ini, kita sebagai seorang mentor memberikan contoh untuk orang yang
dimentori. Tahapan ini memungkinkan orang yang kita mentori mempelajari
dengan melihat langsung bagaimana Anda melakukan sesuatu mulai dari tahap
persiapan sampai tahap akhirnya yaitu dimana Anda melakukan sesuatu dan
melakukan evaluasi.
2. I Do You Help
Setelah melewati tahapan yang pertama. Tahapan selanjutnya adalah mengajak
orang yang Anda mentor untuk mulai membantu Anda. Disini orang tersebut akan
mulai belajar dan merasakan prosesnya lebih mendalam. Proses ini adalah
tahapan yang penting, dimana setelah tahap ini, orang yang kita mentori akan
mulai mencoba untuk praktek secara langsung.
3. You Do I Help
Tahapan yang ketiga dalam 4 tahapan mentoring adalah dengan mengijinkan
orang yang kita mentor untuk mulai tampil dan melakukan tindakan. Disini
peranan kita sebagai seorang mentor adalah membantu untuk terus
mengarahkan supaya orang yang kita mentori ini tetap berada di jalur yang benar.
4. You Do I Watch
Tahapan terakhir ini adalah tahapan dimana Anda sudah merasa yakin dengan
kompetensi dan kapabilitas terhadap orang yang Anda mentori. Sehingga di
tahapan ini, Anda sudah bisa melepas dan mengamati saja serta mementori calon
pemimpin Anda lainnya. 

Mungkin kita tidak menyadari bahwa mengembangkan orang lain memiliki dampak
positif yang sangat besar. Namun Anda tidak harus menjadi orang yang hebat atau
memiliki bakat yang luar biasa, untuk menjadi mentor bagi orang lain. Membawa orang
lain ke tempat yang lebih tinggi adalah kegembiraan tersendiri. Akan menghasilkan
buah yang manis, membuat hidup ini menjadi lebih berarti dan bermakna bagi orang
lain. Ajaklah orang lain bersama Anda dan bantulah mereka mengubah kehidupan
mereka menjadi lebih baik. Anda tidak akan pernah menyesali waktu yang Anda
investasikan di dalam diri orang lain.

IV. MENGGERAKKAN KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH BINAAN


(COMMUNITY OF PRACTICE)  40’

a. Konsep Community of Practice


1. Definis Community of Practice

Definisi  Community of Practice ini adalah sebuah komunitas yang berisikan


sekelompok orang yang memiliki profesi sama berbagi pengetahuan tentang topik
tertentu yang spesifik dengan tujuan meningkatnya ilmu pengetahuan, membangun
relasi serta membuat keputusan kebijakan dari waktu ke waktu. Sebuah
pembelajaran kolaboratif sosial untuk pemecahan masalah, berbagi informasi,
membentuk praktek, memacu inovasi, dan memfasilitasi pembelajaran melalui proses
partisipasi (Situated Learning, Lave and Wenger, 2016).
Bentuk dari Communities of Practice sangatlah beragam tergantung pada tujuan dan
kebutuhan kelompok pembentuk komunitas tersebut. Communities of Practice
merupakan kombinasi unik yang terdiri dari tiga elemen fundamental yaitu domain
atau bidang pengetahuan, community atau sekumpulan orang pemerhati bidang
pengetahuan tersebut, dan shared practice yaitu kegiatan berbagi pengetahuan
melalui praktik untuk meningkatkan kemampuan pada domain tersebut (Wenger,
McDemort, dan Snyder: 2002).

2. Tujuan dari Community of Practice 


Tujuan dari Community of Practice  ini adalah menyediakan cara bagi para praktisi
untuk berbagi ilmu, tips, saran dan pengalaman-pengalaman terbaik. Bertanya ke
rekan sejawat atau seprofesi serta mendukung satu sama lainnya.
Seiring dengan kemajuan teknologi, semakin memudahkan masyarakat untuk
mengakses berbagai macam hal melalui internet. Selain itu alat komunikasi telepon
genggam yang kita gunakan pun semakin canggih. Software yang digunakan sebagai
alat komunikasi sudah semakin banyak, ada yang berbayar dan ada yang gratis.
Dengan demikian, untuk memudahkan terlaksananya kegiatan Community of
practice, maka terdapat 4 teknis pelaksanaan adalah sebagai berikut :

1. Tatap Muka langsung


Tentatif untuk waktu dan tempat. Kegiatan tatap muka ini dalam bentuk
pelatihan atau diskusi yang topiknya sesuai dengan yang telah ditentukan
2. Webinar
Menggunakan konsultan dua kali sebulan membahas satu topik yang saat ini
sedang menjadi trend dikalangan praktisi.
3. Diskusi Group Via WhatsApp'
Diskusi dengan menggunakan aplikasi handphone WhatsApp yang dibuat
dalam sebuah group, dimana dalam group tersebut bisa dilakukan diskusi
setiap saat.

V. MENGEMBANGKAN KEMATANGAN DIRI (SELF MATURITY) SECARA


HOLISTIK (SPIRITUAL, MORAL, EMOSI, DAN INTELEKTUAL)  40’
a. Hubungan penugasan dinamika kelompok dengan konten materi
1. Pengajar mengajak peserta untuk mengingat kembali pelaksanaan dinamika
kelompok pada penugasan koreografi.
2. Pengajar meminta peserta untuk menghubungkan nilai-nilai yang ditemukan
selama mengikuti penugasan koreografi terhadap pembentukan kebiasaan untuk
melakukan refleksi secara mandiri dalam melakukan kegiatan apapun yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas-tugas pokok.
3. Pengajar meminta peserta menarik simpulan tentang makna penugasan
koreografi terhadap pembentukan karakter kepemimpinan dalam diri peserta
calon pengawas sekolah.
b. Konsep Kematangan Diri (Self Maturity) bagi Pengawas Sekolah
1. Pengertian Kematangan Diri (Self Maturity)
pandangan bahwa kematangan diri biasanya ditandai dengan adanya keberanian
untuk hidup, sifat yang mandiri dari individu, serius, tekun, rasa tanggung jawab,
serta dapat menerima kenyataan hidup.
Menurut Maslow, kematangan diri seseorang ditandai dengan kemampuannya dalam
mengaktualisasikan diri, yaitu menggunakan dan memanfaaatkan secara utuh
seluruh bakat, kapasitas, potensi-potensinya dan sebagainya. Kematangan diri dapat
disimpulkan merupakan kemampuan individu dalam mengaktualisasikan dirinya yang
ditandai dengan pribadi yang selalu berjuaang demi menggapai masa depan dan
cita-cita.Dengan keinginan itulah individu yang matang menjadi berani, tekun,
mandiri dan berkomitmen terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya
Kematangan diri (self maturity) merupakan kemampuan individu dalam
mengaktualisasikan dirinya yang ditandai dengan pribadi yang selalu berjuang demi
mencapai masa depaan dan cita-cita. Dengan keinginan itula, individu yang matang
menjadi lebih berani, tekun, mandiri dan berkomitmen terhadap apa yang menjadi
tanggung jawabnya.
Menurut Wasty Soemanto perkembangan kematangan manusia (self maturity)
meliputi 3 aspek berikut.
a. Perkembangan Fisiologi
Kematangan diri manusia secara fisiologis berkisar usia 17 sampai dengan 20
tahun. Dalam tahap ini pertumbuhan fisik anak menuju kea rah kematangan
fisiologisnya. Semua fungsi jasmaniahnya berkembang menjadi seimbang.
Keseimbangan fungsi fisiologis memungkinkan pribadi manusia berkembang
secara positif sehingga manusia bertingkah sesuai dengan dengan tuntutan
sosial, moral, serta intelektualnya.
b. Perkembangan psikologis
Masa kematangan terlihat ketika individu berumur 20 tahun. Tahap ini
perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang mulai dapat membedakan
adanya tiga macam tujuan hidup pribadi, yaitu pemuasan keinginan pribadi,
pemuasan keinginan kelompok, dan pemuasan keinginan masyarakat. Semua ini
direalisasikan oleh individu dengan belajar mengandalkan kehendaknya. Pada
masa ini manusia mulai mampu melakukan “self direction” dan “self controle”.
Dengan kemaampuan keduanya ini, maka manusia tumbuh dan berkembang
menuju kematangan untuk hidup berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
c. Perkembangan secara paedagogis
Kematangan pribadi merupakan tahapan dimana intelek memimpin
perkembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi, sehingga
individu tersebut mempunyai kemampuan mengasihi Allah dan sesaman
manusia.

2. Karakteristik Kematangan Diri (Self Maturity)


Individu dikatakan matang apabila dalam perkembangannya individu tersebut
mencapai suatu pertumbuhan dan perkembangan yang menunjukkan pribadi
yang matang. Menurut Allport ada enam karakteristik kematangan diri individu,
yaitu.
a. Perluasn perasaan diri
Perluasan diri adalah kemampuan untuk berpaartisipasi dan menyenangi
rentang aktiitas yang luas, kemampuan mengidentifikasi diri dan interesnya
terhadap orang lain dan begitu juga sebaliknya, kemampuan masuk ke masa
depan, berharap dan merencanakan.
b. Hubungan diri yang hangat dengaan orang lain
Merupakan kemampuan bersahabat dan kasih saying, keintiman yang
melibatkan hubungan cinta dengan keluarga dan teman, kasih saying yang
diekspresikan dalam menghormati dan menghargai hubungannya dengan
orang lain.
c. Keamanan emosional dan penerimaam diri
Kemampuan menghindari aksi yang berlebihan terhadap masalah yang
menyinggung dorongan spesifik dan mentoleransi frustasi sehingga perasaan
menjadi seimbang. Diri yang matang adalah diri yang menerima segala segi
yang ada pada dirinya , tidak terkecuali kelemahan-kelemahan, mempunyai
kecerdasan emosional yang membuat individu mengontrol emosi dan tidak
menyembunyikan, terbebas dari perasaan tidak aman dan ketakutan. Diri
yang matang juga tidak mudah menyerah dan akan terus mencari cara-cara
untuk mencapai tujuannya. Sehingga ia dapat menanggulangi kecemasan
yang muncul tanpa terduga.
d. Persepsi, ketrampilan, dan tugas yang realistis
Kemampuan memandang orang, objek, dan situasi seperti apa adanya.
Individu yang matang juga akan memiliki kemampuan dan minat dalam
memecahkan masalah, ketrampilan yang cukup dalam menyelesaikan tugas,
dan dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa ada panic, tajut,
rendah diri atau tingkah laku destruktif lainnya. Diri yang matang dan sehat
dapat memandang dunia secara objektif, menunujukkan keberhasilan
pekerjaan, perkembangan ketrampilan dan bakat tertentu sesuai
kemampuannya, mampu menggabungkan ketrampilan dan komitmen,
menghubungkan tanggung jawab dengan kelaangsungan hidup yang positif.
Orang yang mempunyai diri matang dan sehat akan melakukan pekerjaan dan
tanggung jawab dengan penuh dedikasi, komitmen, dan ketrampilan-
ketrampilan yang dimilikinya
e. Objektifikasi diri
.Objektifikasi diri adalah kemampuan untuk memandang objektif diri sendiri
dan orang lain. Orang yang mempunyai pribadi yang matang dan sehat akan
memiliki pemahaman diri yang tinggi hal ini berarti akan bersikap bijaksana
terhadap orang lain. Hal ini akan membuat dirinya diterima baik oleh orang
lain. Indiidu ini mencerminkan diri yang cerdas dan humoris.
f. Filsafat hidup yang mempersatukan
Pribadi yang matang dan sehat akan selalu melihat ke depan. Hal ini
didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana yang telah disusun dalam
jangka panjang. Orang seperti ini yang mempunyai perasaan akan tujuan,
mengerjakan suatu tugas sampai selesai, dan sebagai batu sendi kehidupan
mereka sendiri sehingga kehidupan terarah.

Keenam karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa diri yang sehat dan
matang akan selalu memandang positif baik terhadap kehidupan masa depan,
tanggung jawab terhadap pekerjaan, ddantentu saja mempunyai emosi yang
matang yang dapat memahami orang lain yang berbeda dengan dirinya.

Abraham Maslow mengemukakan beberapa teori tentang kematangan diri (self


maturity) yaitu:
a. Self actualization, memiliki kemampuan efisiensi dalam menerima realistis,
mempunyai relasi yang baik dengan lingkungannya dan tidak takut pada hal-
hal yang belum pernah dialami.
b. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain tanpa ada kebenciaan dan rasa
malu.
c. Mempunyai spontanitas dalam mengapresiasi dunia dan kebudayaan.
d. Sanggup bebas dan mandiri terhadap lingkungan dan kebudayaan.
e. Mempunyai kesegaran apresiasi yang continue terhadap sesame manusia
dan tidak bersikap stereotipis, serta mempunyau spontanitas yang sehat
terhadap pengalaman-pengalaman baru.
f. Mempunyai rasa social yang dalam dan kesanggupan identifikasi.
g. Memiliki afeksi, simpati, menaruh belas kasih terhadap sesame makhluk di
dunia.
h. Mempunyai relasi social yang selektif.
i. Memiliki struktur karakter, nilai-nilai sikap yang demokratis dan menghargai
orang lain.
j. Mempunyai kepastian etis, dapat membedakan tujuan dengan sarana,
berpegang teguh pada tujuan akhir yang hendak dicapai.
k. Mempunyai kesadaran humor yang filsafi, tidak mempunyai sikap permusuhan
dan mempunyai kesanggupan untuk bersendau gurau dalam batas-batas
tertentu.
l. Kreatif, mempunyai kesanggupan-kesanggupan yang tidak terbatas untuk
menciptakan pikiran-pikiran dan aktifitas baru yang berguna dan bermanfaat.
3. Fungsi Self Maturity atau kematangan diri bagi kehidupan
a. Kematangan diri dapat membantu seseorang untuk mengevaluasi seberapa
efektif effort yang telah dilakukan dan menetapkan effort berikutnya yang lebih
tepat.
b. Kematangan diri dapat membantu mmengenali perubahan reality yang telah
terjadi dan mengevaluasi achievement yang telah tercapai dengan tepat.
c. Kematangan diri dapat membantu mengevaluasi apakah mimpi yang kita
tetapkan sebagai tujuan sudah tepat atau perlu mengalami penyesuaian.
d. Kematangan diri dapat menjadi penasehat paling setia dan sumber referansi
terdekat saat kita dihadapkan untuk mengambil keputusan, menyelesaikan
masalah, menghadapi kesulitan, menghadapi hambatan.
e. Kematangan diri dapat menjadi “kompas internal “ dlam diri kita, dapat
menunjukkan apakah kita berada pada arah yang benar menuju apa yang
sesungguhnya kita impikan

VI. REFLEKSI AKHIR PENGEMBANGAN KARAKTER  15’

REFLEKSI DIRI TENTANG PENGAWAS SEKOLAH BERKARAKTER DAN


PROFESIONAL

Pengawas berkarakter sangat terkait dengan pendidikan karakter yang saat ini
menjadi hangat dalam kajian akademik mengenai pendidikan di Indonesia.
Pengawas berkarakter merupakan syarat mutlak untuk dimilikinya perilaku
berkarakter pada peserta didik. Perilaku   berkarakter peserta didik merupakan
perilaku yang dihasilkan dari proses belajar terhadap lingkungannya. Interaksi
antara peserta didik  dengan guru dan kepala sekolah tidak terbatas pada
interaksi antar orang (siswa dengan guru atau siswa dengan kepala sekolah),
tetapi juga terjadi dari hasil  interaksi antara  peserta didik dengan segala
bentuk hal dan karya yang dihasilkan dan dikesankan oleh perilaku guru dan
kepala sekolah hasil binaan pengawas yang berkarakter.
Karakter dapat digambarkan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana
manusia mempunyai sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri,
seperti pemarah, penyabar, penyayang, dan lain sebagainya. Karakter
pengawas sekolah memiliki kekhasan tersendiri terkait dengan guru dan kepala
sekolah yang dibina dan dilayani secara pedagogis.
Karakter yang menjadi penting dan menjadi syarat mutlak dalam pengawasan
satuan pendidikan adalah relijius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
A.  Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam menjalankan ajaran
agama yang dianutnya dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan,
penyadaran dan pengamalan beragama yang benar. Pengawas sekolah
yang profesional memiliki pengetahuan, pemahaman, penghayatan,
penyadaran dan pengamalan beragama yang benar terhadap agama yang
dianutnya sehingga akan menjadi contoh bagi guru, kepala sekolah dan
tenaga kependidikan lainya serta warga sekolah yang menjadi binaanya.
Pengawas yang berkarakter religius, maka ia akan mencoba sekuat tenaga
untuk memberikan layanan bimbingan dan pembinaan pada guru, kepala
sekolah dan tenaga kependidikan lainnya yang bermutu sesuai dengan
tupoksinya masing-masing dan berperilaku konsisten. pengawas sekolah
yang ikhlas akan menghasilkan sumber model/contoh yang luar biasa bagi
guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya, sehingga mereka
akan menjadi pendidik dan tenaga kependidikan yang benar-benar punya
keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbuat
maslahat (kebaikan) untuk sekolah dan lingkungannya.
B. Jujur
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai seorang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan. Pengawas sekolah yang dapat dipercaya maka dia juga akan
percaya pada orang lain sehingga menimbulkan saling percaya antara
pengawas sekolah dengan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainya serta warga sekolah yang menjadi binaanya.
Pengawas dapat dipercaya jika seseorang itu jujur ucapannya, benar
tindakannya,tuntas dan berkualitas pekerjaannya. Pengawas yang dapat
dipercaya akan berprilaku : (1) Berkata sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, (2)  Sejalan pikiran, ucapan  dan perbuatannya, (3) Menepati
janji yang diucapkannya, (4) Menjaga rahasia sebaik-baiknya, (5) Tidak
berprasangka buruk terhadap siapapun, (6) Bertindak benar menurut kaidah
agama, hukum, norma masyarakat dan peraturan.
Sebagai pengawas yang dapat dipercaya, maka ia akan selalu berkata yang
sebenarnya kepada semua orang dalam melaksanakan tugasnya. Pengawas
akan selalu melaksanakan tugas sesuai beban yang ditugaskan oleh
atasannhya. Kepercayaan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya kepada pengawas maka perilaku pengawas yang bersangkutan akan
menjadi teladan/contoh bagi guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainya yang menjadi binaannya.
C. Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan
dirinya. Pengawas yang profesional juga harus memiliki sikap toleransi ini
sehingga benar-benar dihormati dan dteladani oleh  guru, kepala sekolah dan
tenaga kependidikan lainya serta warga sekolah yang menjadi binaanya.
Seorang tenaga kependidikan/pengawas di katakan menghormati orang lain
jika ucapannya sopan, perilakunya santun serta tindakannya bermamfaat
untuk orang lain.  Pengawas yang menghormati orang lain maka dia akan
berperilaku untuk  menerima keberadaan orang lain tanpa bersyarat. Ia juga
tidak akan menyalahkan orang lain atas kegagalan dan kelasalahannya
sehingga tidak merugikan orang lain. Pengawas harus berusaha untuk
berlapang dada dan tidak mudah tersinggung oleh ucapan dan tindakan
orang lain baik guru, kepala sekolah maupun tenaga kependidikan lainnya
serta selalu menjaga perasaan orang lain, tidak memaksakan kehendak
serta memberi selamat kepada orang yang berhasil dan memberi dukungan
kepada yang kurang beruntung.
Pengawas yang berkarakter dan profesional, maka ia akan menyapa lebih
dahulu bila bertemu dengan guru, kepala sekolah atau tenaga kependidikan
lainnya. Perilaku guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnyapasti
bermacam-macam dan kadang-kadang mereka juga melakukan kesalahan-
kesalahan yang mengakibatkan kegagalan pengawas, pengawas yang
profesional dan berkarakter akan menahan diri, instrofeksi diri serta tidak
akan menyalahkan guru yang bersangkutan. Selain perilaku tersebut,
pengawas yang berkarakter dan profesional akan selalu menrima kritik dan
saran dari teman sejawat, guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya dengan lapang dada, serta akan menjalankan hasil rapat walupun
keputusan rapat itu yang sebenarnya tidak sesuai dengan pemikiran
dan  pendapatnya.
D. Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin merupakan kunci sukses dalam
segala bidang usaha termasuk dalam pengelolaan sekolah. Pengawas
sekolah perlu meningkatkan kedisiplinan dirinya sehingga menjadi teladan
bagi guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainya serta warga
sekolah yang menjadi binaanya.
Kebiasaan berdisiplin akan menimbulkan suasana yang tertib yang secara
otomatis juga akan menimbulkan berbagai tindakan yang positif karena
kemampuan mengendalikan diri secara sadar bagi kepentingan bersama
dalam mencapai tujuan sekolah.
E.  Kerja keras
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya. Pengawas sekolah dengan kerja keras akan
menjadikan pengawas sukses. Diimbangi dengan karakter lainya seperti
disiplin, tanggung jawab dan religus dia akan dapat melaksanakan tugas
dengan baik, menyelesaikan permasalahan di lapangan secepatnya
sehingga tidak berkepanjangan.
F.  Kreatif
Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hal baru dari sesuatu yang dimiliki. Pengawas sekolah harus memiliki
daya kreatifitas yang tinggi dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan adalah
dinamis, maka pengawas sekolah juga harus selalu belajar untuk mencari
dan menemukan sesuatu yang baru dan memikirkan perspektif pendidikan
dimasa yang akan datang.
G. Mandiri
Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Banyaknya tugas dan
permasalahan sekolah yang harus diselesaikan, maka dengan kreatif,
tanggungjawab, kerja keras  dan disiplin untuk menyelesaikanya sendiri
tanpa ketergantungan pada teman/orang lain. Pengawas yang profesional
akan selalu menyelesaikan tugasnya sendiri tanpa membebankan pada
orang lain.
H. Demokratis
Demokratis adalah cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Pengawas sekolah yang
demokratis akan berada ditengah-tengah guru, kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainya serta warga sekolah yang menjadi binaanya. Pengawas
yang demokratis akan selalu berupaya menstimulasi warga sekolah untuk
bekerja dan belajar secara koperatif dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Tindakan dan perilaku pengawas sekolah akan selalu
mendasarkan kepentingan dan kebutuhan warga sekolah, serta
mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan warga sekolah. Dalam
melaksanakan kepengawasan ia selalu menerima dan mengharapkan
pendapat dan saran dari guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainya serta warga sekolah yang menjadi binaanya.
Pengawas yang demokratis akan selalu memupuk kekeluargaan dan
persatuan serta mempunyai kepercayaan pada dirinya yang tinggi dan akan
menaruh kepercayaan pada guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainya serta warga sekolah yang menjadi binaanya untuk saling bekerja
dengan baik dan betanggung jawab.
I.   Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih dalam dan lebih luas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat
dan didengar. Dengan sikap keingintahuannya ini pengawas dapat
meningkatkan komitmen kerjanya dalam mencapai visi misi sekolah.
Pengawas yang profesional dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, maka ia
akan selalu meningkatkan komptensinya untuk belajar dan belajar, selalu
menggali informasi dari berbagai sumber untuk mendapatkan informasi
dalam rangka memenuhi rasa keingintahuannya.
J.  Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.  Seorang
pengawas harus memelihara semangat kebangsaan untuk mencapai
keadilan mengutamakan kepentingan negara, bangsa, orang banyak di atas
kepentingan pribadi dan atau kepentingan kelompok. Seorang pengawas
harus memperlakukan setiap orang sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, tidak pilih kasih, tertib dan tidak menyalahgunakan aturan.
Pengawas sebagai pembina akan selalu membagi keberuntungannya kepada
orang lain baik kepada teman sejawat, guru, kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya, selalu bersikap terbuka dan bersedia mendengarkan
orang lain, tidak memperdaya orang lain serta memperlakukan orang lain
sesuai dengan perlakuan yang di harapkannya dari orang lain.
Kemampuan memelihara keadilan mengutamakan kepentingan negara,
bangsa, orang banyak di atas kepentingan pribadi dan atau kepentingan
kelompok, maka sebagai pengawas harus mampu memberikan pembagian
tugas kerja sesuai dengan keahliannya. Pengawas akan selalu bekerja
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

K. Cinta tanah air


Cinta tanah air adalah cara berpkir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik bangsa. Sebagai
pengawas yang profesional dan berkarakter, maka dalam menjalankan
tugasnya harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
komunikatif dipahami oleh kepala sekolah, guru dan warga sekolah lainnya.
Pengawas juga harus memperhatikan lingkungan fisik, sosial budaya,
ekonomi dan politik bangsa sehingga mampu membimbing dan membina
pengelolaan sekolah dengan menjaga stabilitas ketahanan dan keamanan
masyarakat sekitar juga stabilitas nasional.

L.  Menghargai prestasi
Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan
menghormati, keberhasilan orang lain. Pengawas yang profesional akan
selalu berusaha untuk berprestasi berbuat yang lebih baik, sehingga ada
hasil yang didapatkan serta mendapatkan kepuasan tersendiri dalam
melaksanakan tugas. Pengawas akan selalu memotivasi kepala sekolah dan
guru-guru yang menjadi binaannnya sehingga selalu berusaha untuk berbuat
yang terbaik dan meraih prestasi secara maksimal. Sebagai pembina akan
bangga dan selalu memberi reword/penghargaan pada kepala sekolah dan
guru yang berhasil dan berprestasi. Bagi guru-guru yang belum berhasil
secara maksimal, maka pengawas harus memotivasi dan memotivasi
sehingga guru-guru tersebut termotivasi dan menyadari akan pentingnya
berprestasi serta menghargai prestasi yang dicapai oleh orang lain.

M. Bersahabat/komunikatif
Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Untuk dapat
bekerjasama diperlukan saling percaya satu sama lainnya.  Saling percaya
merupakan syarat untuk terjadinya proses interaksi yang saling komunikatif,
bersahabat dan saling mempengaruhi. Jika pengawas dengan guru, kepala
sekolah dan tenaga kependidikan lainnya tidak saling komunikatif dan
mempengaruhi, secara teknis proses pembinaan tidak akan terjadi, dengan
sendirinya guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya akan
menolak apa yang dimunculkan atau dilakukan oleh pengawas dalam
pembinaan. Saling percaya merupakan sikap pengawas yang memandang
bahwa guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya memiliki
potensi tertentu dalam keadaan apapun guru, kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya tersebut. Esensi dari nilai saling percaya ini adalah
keyakinan bahwa Allah SWT pasti memberikan yang terbaik kepada setiap
hamba-Nya. Karena keyakinan inilah maka pengawas mempercayai guru,
kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dalam berbagai potensinya,
baik yang sudah teridentifikasi maupun yang belum teridentifikasi.
Nilai saling percaya akan melahirkan dorongan bagi pengawas untuk
memberikan layanan bimbingan dan pembinaan yang lebih partisipatif,
karena menganggap guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya
adalah orang-raoang yang potensial (memiliki daya kemampuan). Dengan
munculnya rasa saling percaya maka akan melahirkan proses pembinaan
yang efektif dan efisien. Guru, kepala sekolah dan tenaga
kependidikan  lainnya yang tidak mempercayai pengawas dengan sendirinya
akan menolak/tidak menuruti apapun yang diperintahkan oleh pengawasnya.
Jika harus mengikuti apa yang diperintahkan pengawasnya, maka yang
dilakukan hanyalah sekedar menghindar rasa takut; takut dimarahi, takut
mendapat penilaian jelek, takut dipindahkan, dan dan rasa taku-takut
lainnya. Rasa takut-takut ini akan sangat mempengaruhi kinerja guru, kepala
sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dan efek sampingnya adalah
belajar siswa terganggu.

N. Cinta damai
Cinta damai adalah sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadirannya. Dengan cinta damai
oarang lain merasa senang atas kehadirannya ini bagi pengawas sekolah
juga akan dapat menimbulkan kewibawaan.  Menurut kamus Bahasa
Indonesia (2008:114) kewibawaan memiliki arti (1) hal yang menyangkut
wibawa; dan (2) kekuasaan yang diakui dan ditaati. Sedangkan wibawa
memiliki makna: (1) pembawaan yang mengandung kepemimpinan sehingga
dapat mempengaruhi dan menguasai orang lain; (2) kekuasaan. Pemaknaan
ini memiliki kejelasan bahwa kewibawaan itu terkait dengan kepemimpinan
seseorang untuk mempengaruhi  orang lain.
Kewibawaan dalam konteks pengawas berkarakter merupakan suatu nilai
yang dilandasi oleh rasa hormat terhadap orang lain, sehingga apa yang
dilakukan dan diucapkan oleh orang tersebut memiliki dampak bagi perilaku
orang yang melihat dan/atau mendengarnya. Kewibawaan muncul bukan
karena diucapkan oleh pengawas supaya mereka dihormati, tetapi
merupakan suatu kondisi yang muncul karena dampak dari perilaku
pengawas sekolah tersebut ketika berinteraksi dengan guru, kepala sekolah
dan tenaga kependidikan  lainnya. Kewibawaan bukan suatu hal yang secara
otomatis ada/melekat pada jabatan pengawas sekolah, tetapi harus dicapai
oleh pengawas sekolah dengan perilaku yang berwibawa.
Prilaku berwibawa adalah prilaku yang memiliki kesesuaian dengan nilai dan
norma yang dianut, memiliki kesamaan antara apa yang diucapkan dengan
apa yang dilakukan. Lebih jauh, kewibawaan muncul karena ada faktor
keteladanan dari pengawas sekolah. Keteladanan prilaku menjadi syarat
penting untuk munculnya kewibawaan. Nilai kewibawaan dalam pengawas
berkarakter merupakan suatu kekuatan untuk menggerakkan guru, kepala
sekolah dan tenaga kependidikan lainnya (orang lain) untuk mengikuti apa
yang dilakukan dan diucapkan oleh pengawas sekolah. Karena itu sangatlah
penting adanya konsistensi prilaku pengawas sekolah, baik konsisten antara
yang dilakukan dengan yang diucapkan atau konsisten antara yang
dikatakan terdahulu dengan apa yang dikatakan saat ini (lebih tepatnya tidak
plin-plan).

O. Gemar membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu luang untuk
membaca yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Seorang pengawas yang
profesional keteladanan gemar membaca harus dapat ditunjukkan kepada
kepala sekolah, guru dan seluruh siswa dalam sekolah binaannya. Hal ini
dapat ditunjukkan pada saat pembinaan ke sekolah. Pendidikan selalu
dinamis berubah dan berubah mengikuti perkembangan global, selalu ada
pembaharuan-pembaharuan. Wawasan untuk mengikuti perkembangan
global tersebut maka pengawas harus banyak membaca hal-hal yang baru.
Dengan membaca ini maka pengawas dapat tambahan pengetahuan sebagai
bekal untuk melaksanakan pembinaan ke sekolah-sekolah binaan.

P.  Peduli lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mmencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi. Selain pembinaan secara akademik, pengawas juga harus
mampu mengadakan konsolidasi dengan seluruh warga sekolah dalam
mewujudkan suatu lingkungan sekolah yang berwawasan lingkungan hidup.
Lingkungan sekolah akan menjadi hijau dan alami serta mendapatkan udara
yang segar, sejuk bermanfaat bagi kehidupan di lingkungan tersebut.
Dengan lingkungan yang kondusif, maka aktifitas pendidikan dapat berjalan
dengan baik, aman dan lancar serta dapat mencapai keberhasilan yang
maksimal sesuai dengan yang kita harapkan semua.

Q. Peduli sosial
Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain. Bagi pengawas yang memiliki peduli sosial tinggi maka
apabila menemukan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan yang tidak
sesuai dengan harapannya, seperti guru yang tidak melengkapi
administrasinya, maka pengawas akan merasa “sedih” bukan “marah.” Sedih
karena gurunya memiliki prilaku yang tidak produktif bahkan di masa yang
akan datang sangat memungkinkan merugikan dirinya, terlebih manakala dia
mengejar kariernya sebagai guru, maka sebagai pengawas berdo’a dan
memberikan tindakan korektif serta membantu mereka agar dapat melengkapi
administrasinya serta bekerja secara profesional.   Do’a supaya guru diberikan
petunjuk oleh Yang Maha Kuasa dan tindakan korektif ditujukan untuk
terwujudnya perbaikan prilaku pada guru yang bersangkutan. Rasa peduli
sosial pengawas kepada guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya akan menjadi stimulus/penguat untuk kepemilikan rasa peduli sosial
dan nilai-nilai positif lainnya yang dikuatkan dan ditumbuhkembangkan dalam
proses pelayanan pendidikan.
Seorang pengawas yang peduli sosial akan selalu memperhatikan
keberadaan orang lain secara utuh dan sepenuh hatinya. Ia akan berbuat
kebaikan hati kepada orang lain, berempati dan merasa terharu terhadap
penderitaan orang lain. Peduli juga mudah memaafkan kesalahan orang lain,
tidak mudah marah dan tidak pendendam. Prilaku yang lebih menonjol lagi
adalah perilaku murah hati dan bersedia  untuk memberikan pertolongan
dengan kesabaran ddan memperhatikan keterbatasan orang lain. Prilaku
pengawas yang profesional dan berkarakter akan peduli terhadap
keberlanjutan kehidupan umat manusia.

R. Tanggung jawab
Pengawas sekolah yang profesional memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap maju mundurnya pengelolaan sekolah yang dibinanya. Ia harus
mampu mengendalikan diri dari sesuatu yang merugikan. Prilaku pengawas
yang bertanggung jawab akan selalu: 1) Mempertimbangkan manfaat dan
resiko ucapan dan perbuatannya, 2) Merencanakan segala sesuatu sebelum
melaksanakannya, 3) Tidak mudah menyerah dan terus mengupayakan
keberhasilan, 4) Melakukan yang terbaik setiap saat, 5) Menjaga ucapan dan
tindakan, 6) Loyal dalam mentaati perintah sesuai dengan tugas dan
kewajiban.
Implikasi dari prilaku tersebut maka pengawas akan selalu:
1.  Tidak merasa tenang jika pekerjaan yang seharusnya bidang kerjanya
namun diselesaikan oleh orang lain.
2.  Memikirkan dengan cerdas dan cermat resiko ucapan dan perbuatannya
yang berdampak kepada kedinasan.
3.  Menyelesaikan kerja yang menjadi bebannya, dengan sikap sungguh-
sungguh dan teratur dalam menyelesaikannya.
4.  Menjaga dan bertindak sesuai dengaan konsep yang telah disepakati
bersama pada lingkungan kerjanya.

DAFTAR PUSTAKA

Cheng, E.C.K. 2011. The Role of Self Regulated Learning in Enhancing Learning
Performance. The International Journal of Research and Review Vol. 6 (1) p. 1 – 16

Cobb, Robert. 2003. The Relationship between Self Regulated Learning Behaviors and
Academic Performance in Web Based Course. Disertasi Fakultas Institut Politeknik
Virginia dan State University (tersedia di :
Http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd
03212003130332/unrestricted/srlonline_dissertation. pdf, diakses tanggal 25 Oktober
2013).

Purdie, N., Hattie, J., dan Douglas, G. (1996), Student Conception of Learning and Their
Use of Self Regulated Learning Strategies : A cross Cultural Comparison. Journal of
Educational Psychologu, Vol. 88, 87-100

Mendiknas. 2010. Pendidikan Karakter Kumpulan Pengalaman Inspiratif.   Jakarta:


Dirjen Manajemen Dikdasmen.
------------. 2010b. Aktualisasi Pendidikan Karakter Mengawal Masa
Depan  Moralitas Anak.Jakarta: Dirjen Manajemen Dikdasmen.

Purwanto, Ng. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.  Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Reagen, T.G. 1999. Guru Profesional Penyiapan dan Pembimbingan Praktisi


Pemikir.  Terjemahan oleh  Suci Romadhona, 2009. Jakarta : PT. Indeks.

Riza., J. K. 2015. Coaching, counseling dan mentoring di pondok pesantren ‘urwatul


wutsqo bulurejo jombang.  Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman. 4(1).

Suriansyah, A. 2011. Landasan Pendidikan.  Banajrmasin: Comdes. 

Stone, F. M. (1999) Coaching, counseling and mentoring. New york:


AmericanManagement association.

____________.2002) Coaching and mentoring. Oxford: capstone publishing

Usman, M.U. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zumbrunn, Taddlock, dan Roberts. 2011. Encouraging Self Regulated Learning in the
Classroom : A Review of the Literature. Disampaikan dalam Konsorsium Metropolitan
Educational Research Virginia Commonwealth University.

Anda mungkin juga menyukai