Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

GASTRITIS

Oleh :

RIZKI AGUSTIAN

E010518033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

A. KONSEP KELUARGA

1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010)
Keluarga adalah dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan
lainnya dalam peran dan menciptaan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian
darah, adopsi atau perkawinan (WHO dalam Harmoko, 2012).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan sekelompok orang
yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1. Keluarga Inti ( Nuclear Family ), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak
2. Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
4. Single Parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian
5. Single Adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau
kuliah)
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1. The Unmarriedteenege mather Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2. The Stepparent Family Keluarga dengan orang tua tiri
3. Commune Family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melelui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama
4. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family, adalah keluarga yang hidup
bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5. Gay And Lesbian Family adalah Seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana suami – istri (marital partners)
6. Cohibiting Couple, adalah orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alas an tertentu
7. Group-Marriage Family, adalah beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat
rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya
8. Group Network Family, adalah keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai –
nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan
barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya
9. Foster Family, adalah keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
10. Homeless Family, adalah keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
11. Gang, adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

3. Struktur Keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu keluarga
itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam Struktur
Keluarga diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawin  
Adalah : hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau istri.

4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk berkehidupan
social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar
rumah.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga
d. Fungsi ekonomi.
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi.

5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Menurut Friedman (2010)  sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan Kesehatan, keluarga
mempunyai Tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan,
yaitu :
a. Keluarga Mampu Mengenal Masalah Keluarga
b. Keluarga Mampu Mengambil Keputusan
c. Keluarga Mampu Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
d. Keluarga Mampu Memelihara/Memodifikasi Lingkungan
e. Keluarga Mampu Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatanan

6. Tahap-Tahap Keluarga
Di indonesia keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap berdasarkan kemampuan
untuk pemenuhan kebutuhan dasar psikososial, ekonomi keluarga di masyarakat yaitu :
a. Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara minimal yaitu kebutuhan pengakaran agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau indikator
keluarga sejahtera tahap satu.
b. Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara minimal serta telah memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya yaitu kebutuhan
pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan, tempat
tinggal atau transportasi.
c. Keluarga Sejahtera tahap II (Keluarga sejahtera II) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
d. Keluarga sejahtera tahap III (Keluarga sejahtera III) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, psikologis dan kebutuhan
pengembangan tetapi belum dapat memberikan sumbangan baik internal ataupun
keluarga serta berperan aktif dengan menjadi pengurus lembaga masyarakat, yayasan
sosial, keagamaan, kesenian, olahraga dan lain-lain.
e. Keluarga tahap IV (Plus) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya baik yang bersifat dasar, sosial, perkembangan serta telah mampu
memberikan sumbangan yang nyata bagi masyarakat.

7. Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Keluarga yang


Menderita Hipertensi
Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit hipertensi maka peran
perawat diperlukan sebagai berikut :
a. Pengenalan tentang gejala hipertensi
Perawat membantu keluarga untuk mengenal tentang gejala penyakit hipertensi.
b. Pemberi perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi
Dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi, perawat memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengembangkan
kemampuan mereka dalam melaksanakan perawatan dan memberikan demonstrasi
kepada keluarga bagaimana merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.
c. Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang menderita penyakit hipertensi
Perawat melakukan hubungan yang terus menerus dengan keluarga yang menderita
penyakit hipertensi, sehingga dapat menilai, mengetahui masalah dan kebutuhan
keluarga serta mencari cara penyelesaian masalah penyakit yang sedang dihadapi.
d. Fasilitator
Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenai masalah pada
keluarga yang menderita penyakit hipertensi dan mencari alternatif pemecahannya.
e. Pendidik kesehatan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari
perilaku tidak sehat menjadi sehat dalam mencegah penyakit hipertensi.
f. Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan dasar terhadap
keluarga yang anggotanya menderita penyakit hipertensi.
B. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang daerah
tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit dalam pada umumnya. Secara garis
besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa
macam :
a. Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosi.
b. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh
ulkus benigna atau malignadari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory.
(Soeparman, 2001, hal. 127)
2. Klasifikasi Gastritis
Sampai saat ini tidak didapati sebuah klasifikasi gastritis yang diterima secara
luas. Salah satu klasifikasi gastritis yang digunakan oleh banyak ahli adalah The
Sydney System yang diperbaharui. Seperti pada table di bawah ini:
Klasifikasi lain dari gastritis menurut (Wim de Jong et al. 2005 dikutip Amin &
Hardhi, 2015). Adalah:
a. Gastritis Akut
1) Gastritis akut tanpa pendarahan
Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosive)
Gastritis akut berasal dari makanan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-
makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme
penyebab penyakit, iritasi bahan semacan alcohol, aspirin, NSAID, lisol,
serta bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pankreas.
2) Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. pylory).
3) Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh
refluks dari duodenum.
3. Etiologi
Gastritis dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar kasus,
gastritis erosive menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat.keadaan klinis yang
sering menimbulkan gastritis erosive misalnya trauma yang luas, operasi besar, gagal
ginjal, gagal napas, penyakit hati yang berat, renjatan, luka bakar yang luas, trauma
kepala, dan septicemia. Kira-kira, 80-90% pasien yang dirawat diruang intensif
menerita gastritis akut erosive ini. Gastritis akut jenis ini sering disebut gastritis akut
stress. (Soeparman, 2001, hal 127)
4. Patofisiologi
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosife karena keadaan-keadaan
klinis yang berat belum diketahui benar. Factor-faktor yang amat penting adalah
ischemia pada mukosa gaster di samping factor popsin, refluks empedu dan cairan
pakreas. Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melalui
beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas siklooksigenese
mukosa. Siklooksigenese merupakan enzimyang penting untuk pembentukan
prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu
factor defensive mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat
prostaglandin mukosa, aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid tertentu dapat
merusak mukosa secara topical. (Soeparman, 2001, hal 128)
5. Manifestasi Klinis
Menurut Baughman, D, C & Hackley, J, C. (2000). Manifestasi klinis pada
pasien dengan gastritis adalah sebagai berikut :
a. Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi.
b. Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan
anorexsia. Mungkin terjadi muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makan yang mengiritasi tidak dimuntahkan,
tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu makan mungkin
akan hilang selama 1 sampai 3 hari.
Menurut Smelzer (Smelzer dikutip Ardiansyah, 2014) manifestasi Gastritis
cukup bervariasi, mulai dari keluhan ringan hingga muncul pendarahan pada saluran
cerna bagian atas. Pada beberapa pasien, gangguan ini tidak menimbulkan gejala
yang khas. Manifestasi klinis Gastritis akut dan kronis hampir sama, yaitu
diantaranya:
a. Manifestasi Klinis Gastritis Akut
Manifestasi klinis gastritis akut dan gejala-gejalanya adalah:
1) Anoreksia
2) Nyeri pada epigastrium
3) Mual dan muntah
4) Perdarahan saluran cerna (hematemesis melena)
5) Anemia (tanda lebih lanjut)
b. Manifestasi Klinis Gastritis Kronis
Manifestasi klinis gastritis kronis dan gejala-gejalanya adalah:
1) Mengeluh nyeri ulu hati
2) Anoreksia
3) Nausea

Adapun tanda dan gejala gastritis menurut Wim de Jong (Wim de Jong
Dikutip Amin & Hardhi, 2015):

a. Gastritis Akut: nyeri epigastrium, mual, muntah, dan perdarahan terselubung


maupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan
udem, mungkin juga ditemukan erosi dan perdarahan aktif.
b. Gastritis Kronik: kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih berkaitan
dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi,
anemia pernisiosa, dan karsinoma lambung.
6. Komplikasi Gastritis
Menurut Smelzer (Smelzer dikutip Ardiansyah, 2014) komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita gastritis dibedakan berdasarkan klasifikasi dari gastritis yaitu;
a. Komplikasi Pada Gastritis Akut
Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah pendarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA), berupa hematemesis dan melena, yang berakhir dengan
shock hemoragik. Apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus, namun
jarang terjadi perforasi.
b. Komplikasi Pada Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul pada kasus gastritis kronis adalah gangguan
penyerapan vitamin B12. Akibat kurangnya penyerapan vitamin B12 ini,
menyebabkan timbulnya anemia pernesiosa, gangguan penyerapan Zat besi, dan
penyempitan daerah pylorus (pelepasan dari lambung ke Usus dua belas jari).
7. Penatalaksanaan gastritis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien gastritis (Huda, A.,dan Kusuma H.
(2015))
a. Mengurangi Ansietas
1) Laksanakan tindakan darurat untuk kasus ingesti asam atau alkali.
2) Berikan terapi suportif kepada pasien dan keluarga selama terapi dan setelah
asam atau basa yang tertelan telah dinetralisasi atau diencerkan.
3) Persiapkan pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostik tambahan (endoskopi)
atau pembedahan.
4) Dengarkan secara tenang dan jawab pertanyaan selengkap-lengkapnya jelaskan
semua prosedur dan terapi.
5) Meningkatkan Nutrisi yang Optimal
6) Bantu pasien menangani gejala (misalnya; mual, muntah, nyeri ulu hati, dan
keletihan).
7) Hindari makanan dan minuman per oral selama beberapa jam atau beberapa hari
sampai gejala akut reda.
8) Berikan kepingan es dan cairan jernih ketika gejala reda.
9) Anjurkan pasien untuk melaporkan setiap gejala yang menunjukkan episode
gastritis berulang ketika makanan dimasukkan.
10) Cegah konsumsi minuman berkafein.
11) Rujuk pasien untuk menjalani konseling alkohol dan berhenti merokok jika tepat.
a. Meningkatkan Keseimbangan cairan
1) Pantau asupan dan haluaran harian untuk mengetahui adanya Dehidrasi
(minimal asupan 1,5L/hari dan haluaran urine 30mL/jam).
2) Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk mendeteksi Ketidakseimbangan
cairan.
3) Waspadai indikator gastritis hemoragik (hematemesis, takikardi,
Hipotensi).
b. Meredakan Nyeri
1) Instruksikan pasien untuk menghindari makanan dan minuman Ringan
yang dapat mengiritasi mukosa lambung.
2) Ajarkan pasien cara penggunaan obat secara benar untuk Meredakan
gastritis kronis.
3) Kaji nyeri dan kenyamanan yang dirasakan melalui penggunaan
Medikasi dan menghindari zat-zat yang mengiritasi.
b. Penatalaksanaan medis yang bertujuan untuk pengobatan.
1. Gastritis Akut
Faktor utama adalah menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi
kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung.
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan
resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan
obat yang dapat menjadi penyebab, serta dengan pengobatan supportif.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida. Pencegahan ini
terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat.
Untuk pengguna anti inflamasi nonsteroid pencegan terbaik adalah dengan
Misaprostol. Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut dilakukan dengan
menghindari alkohol dan makanan asam ataupun pedas sampai gejala
berkurang. Bila gejala menetap, diperlukan cairan intravena. Bila terdapat
perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran
gastrointestinal atas. Bila gastritis terjadi karena alkali kuat, gunakan jus karena
adanya bahaya perforasi.

2. Gastritis Kronik
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai.
Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotic untuk membatasi
Helicobacter Pylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis
kronik. Alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari.
Bila terjadi defisiensi besi (disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit
ini harus diobati. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan
meningkatkan istirahat serta memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat
diatasi dengan antibiotik. Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeeriksa adanya antibodi
H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu
tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan
lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernafasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi
oleh bakteri H. pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi.
d. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat
terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-x.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda
gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
c. Penatalaksanaan
Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alcohol dan makanan sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejal menetap, caira perlu
diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan
adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran
gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang
sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian
agen penyebab. (Suzane & Smelzhert, 2001, hal 1062).
C. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
Pemenuhan kebutuhan dasar yang terkait gastritis adalah :
1. Kebutuhan Nutrisi
Gastritis biasanya diawali oleh frekuensi konsumsi makan dan minum yang
tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat dan
menyebabkan kekurangan nutrisi. Depdiknas mendefinisikan pola makan sebagai
suatu usaha atau cara seseorang untuk makan demi memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Sedangkan menurut WHO pola makan yaitu suatu cara atau usaha yang
dilakukan olehseseorang untuk makan guna memenuhi kebutuhan biologis dan
fisiologis tubuh terutama kebutuhan nutrisi tubuh. Pola makan yang baik dan teratur
merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan
preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis
membutuhkan pengaturan makanan/ nutrisi sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi
pencernaan (Muttaqin, 2012).
a. Pengertian Nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
(Hidayat, A.Aziz Alimul, 2012).
b. Faktor yang mempengaruhi nutrisi
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan.
2) Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi gizi seseorang.
3) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
dapat mempengaruhi status gizi.
4) Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidakmemperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup.
5) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, oleh karena itu,
masyarakat dengan kondisi perekonomianyang tinggi biasanya mampu
mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan
kondisi perekonomian rendah.
6) Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah dengan cepat hal
ini sehubungan dengan factor pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada
usia tersebut. Setelah usia 20 tahun energi basal relative konstan.
7) Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
wanita pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg BB/jam dan pada wanita 0,9
kkal/kgBB/jam.
8) Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh, semakin
luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran panas sehingga
kebutuhan metabolisme basal tubuh juga menjadi lebih besar.
9) Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang nafsu
makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.
10) Faktor psikologis serta stress dan ketegangan
Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi individu
tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan mempunyai nilai
simbolik yang kuat bagi banyak orang (mis. Susu menyimbolkan kelemahan
dan daging menyimbulkan kekuatan).
11) Alkohol dan obat
Penggunaan alcohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi pada
defisiensi nutrisi karena uang mungkindibelajakan untuk alcohol daripada
makanan.Alcohol yang berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal.
Obat-obatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi
esensial. Obat-obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan
mengurangi absorpsi zat gizi di dalam intestine.
c. Macam-macam zat gizi
1) Karbohidrat
Adalah zat gizi yang berbentuk amilum.Penyekapan kabohidrat yang
dikonsumsi di temukan dalam 3 bentuk yaitu polisakarida, disakarida, dan
monosakarida. Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat muda larut
didalam air, sehingga dapat diserap melewati dinding usus atu mukosa usus
mengikuti hukum difusi osmosis yang tidak memerlukan tenaga dan langsung
memasuki pembulu darah, contohnya pada nasi.
2) Lemak
Penyerapan lemak dalam bentuk gliserol dan asam lemak. Gliserol diserap
secara pasif, sedangkan asam lemak, yang teremulasi ini mampu di serap
melewati dinding usus halus, tidak semua lemak dapat di serap, oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa penyerapan lemak dilakukan dengan cara aktif selektif,
contohnya pada daging.
3) Mineral
Mineral tidak membutuhkan pencernaan, mineral hadir dalam bentuk tertentu
sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya, contohnya pada bayam, kacang-
kacangan (mengandung kalsium (Ca)), ikan laut, kerang (mengandung zeng
(Zn)).
4) Vitamin
Proses penyerapan vitamin dapat dilakukan dengan difusi sederhana, vitamin
yang larut dalam lemak keseluruh tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam
air mempunyai beberapa variasi mekanisme transport aktif.contohnya pada:
minyak ikan, hati, ayam, wortel, bayam (mengandung vitamin A), keju, hati,
telur, kentang (mengandung vitamin B2), jeruk, mangga, tomat (mengandung
vitamin C).
d. Diet/anjuran gizi untuk penderita gastritis
Penatalaksanaan nutrisi yang tepat dan adekuat bagi penderita gastritis akut
merupakan hal yang harus diperhatikan. Keluarga penderita gastristis harus
memperhatikan adanya gejala mual, muntah serta kelemahan pada penderita
sehingga dapat memberikan dukungan secara emosional kepada penderita. Pada
kondisi gastritis akut, penderita tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan dan
minuman selama beberapa jam sampai beberapa hari sampai gejala akut yang
dirasakan hilang. Pada keadaan tersebut terapi intravena diperlukan dan monitor
secara reguler.Secara bertahap penderita diberikan makanan cair, lembek, dan padat
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi oral sehingga secara bertahapakan menurunkan
kebutuhan terhadap terapi intravena dan meminimalkan iritasi mukosa lambung
(Smeltzer & Bare 1996 dikutip Hidayat, A.Aziz Alimul, 2012). Penderita tidak
diperbolehkan mengkonsumsi makanan atau minuman yang bersifat iritatif karena
akan menyebabkan iritasi mukosa lambung dan menghindari kafein karena dapat
menstimulasi sistem saraf pusat sehingga meningkatkan aktivitas lambung dan
sekresi pepsin (Smeltzer & Bare 1996. dikutip Hidayat, A.Aziz Alimul, 2012).
Adapun syarat-syarat diet bagi penderita gastritis adalah sebagai berikut:
1) Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan. Energi dan protein cukup, sesuai
kemampuan pasien untuk menerimanya.
2) Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan
secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
3) Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
4) Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
5) Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis,
mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan).
6) Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan
minum susu terlalu banyak.
7) Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang.
8) Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk
memberi istirahat pada lambung (Almatsier 2012).
e. Masalah yang Timbul dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Penderita Gastritis
1) Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolism, tanda klinis:
a. Berat badan 10-20% dibawah normal.
b. Tinggi badan dibawah ideal.
c. Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
d. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
e. Adanya penurunan albumin serum.
f. Adanya penurunan transferrin

kemungkinan penyebab (Hidayat, A.Aziz Alimul, 2012):

 Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna Kalori


akibat penyakit infeksi atau kanker.
 Disfagia karena adanya kelainan persarafan.
 Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi Laktosa.
 Nafsu makan menurun
2. Kebutuhan aman dan nyaman: Nyeri
Nyeri adalah persaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebu (Long,
1996). Secara umum, nyeri dapat di definisikan sebagai persaan tidak nyaman, baik
mringan maupun berat (Priharjo, 1992)
a. Fisiologi nyeri
1) Nosisepsi
Sistem saraf perifer terdiri atas saraf sensorik primer yang khusus bertugas
mendeteksi kerusakan jaringan dan membangkitkan sensasi sentuhan, panas,
dingin, nyeri, dan tekanan. Reseptor yang bertugas merambatkan sensasi nyeri
disebut nosiseptor. Proses tersebut terdiri atas empat fase.
2) Transduksi
Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (mis:
bahan kimia, suhu, listrik atau mekanis) memicu pelepasan mediator biokimia
(mis: prostaglandin, bradikinin, histamin, substansi P) yang mensensitisasi
nosiseptor.
3) Transmisi.
Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian. Pada bagian pertama, nyeri
merambat dari serabut saraf prifer ke medulla spinalis.
4) Persepsi
Pada fase ini, inidividu mulai menyadari adanya nyeri. Tampaknya
persepsi nyeri tersebu terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan
munculnya berbagai setrategi perilaku-kognitif untuk mengurangi komponen
sensorik dan afektif nyeri (McCaffery & Pasero, 1999).
5) Modulasi
Fase ini disebut juga “sistem desenden.” Pada fase ini, neuron dibatang
otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut desenden
tersebut melepaskan substansi seperi opioid, serotonin, dan norepinefrin yang
akan menghambat impuls asenden yang membahayakan di bagian dorsal
medula spinalis.
b. Teori Gate Control
Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri, namun yang paling Sederhana
adalah teori Gate Control yang dikemukakan oleh Melzack dan Well (1965). Dalam
teorinya, kedua orang ahli ini menjelaskan bahwa substansi gelatinosa (SG) pada
medula spinalis bekerja layaknya pintu gerbang yang memungkinkan atau
menghalangi masuknya impuls nyeri menuju otak.
c. Jenis nyeri
Ada tiga klasifikasi nyeri:
1. Nyeri perifer
Nyeri ini ada tiga macam: (1) nyeri superfisial, yakni rasa nyeri muncul akibat
rangsangan pada kulit dan mukosa; (2) nyeri viseral, yakni rasa nyeri yang
muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium, dan
toraks; (3) nyeri ahli, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari
jaringan penyebab nyeri.
2. Nyeri sentral
Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula spinalis, batang otak, dan
talamus.
3. Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain, nyeri ini timbul
akibat pikiran si penderita sendiri. Seringkali, nyeri ini muncul karena faktor
psikologis, bukan fisiologis.
d. Bentuk nyeri
Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
1. Nyeri Akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. awitan
gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui.
Nyeri akut ditandai dengan peningkatantegangan otot dan kecemasan yang
keduanya meningkatkan persepsi nyeri.
2. Nyeri Kronis
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa diketahui
atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat
disembuhkan. Selain itu, penginderaan nyeri menjadi lebih dalam sehingga
penderita sukar untuk menunjukan lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain
penderita menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia.
Akibatnya, mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa putus asa, dan
terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam
periode waktu tertentu. Ada kalanya penderita terbebas dari rasa nyeri (mis,
sakit kepala migran).

e. Faktor yang mempengaruhi nyeri


1. Etnik dan nilai budaya
Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang memengaruhi
reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya
tertentu cenderung ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu
dari budaya lain justru lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak
ingin merepotkan orang lain.
2. Tahap perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variabel penting
yang akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal ini,
anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka
rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat
penanganan nyeri untuk mereka. Di sisi lain, prevalensi nyeri pada individu
lansia lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis yang mereka derita.
Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan, tetapi efek
analgesik yang diberikan menurun karena perubahan fisiologis yang terjadi.
3. Lingkungan dan individu pendukung
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan,
dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberatkan nyeri.
Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu
faktor penting yang memengaruhi persepsi nyeri individu. Sebagai contoh,
individu yang sendirian, tanpa keluarga atau teman-teman yang
mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih berat dibandingkan
mereka yang mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat.
4. Pengalaman nyeri sebelumnya
Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu
dan kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau
menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri cenderung
merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan
individu lain yang belum pernah mengalaminya. Selain itu, keberhasilan atau
kegagalan metode penanganan nyeri sebelumnya juga berpengaruh terhadap
harapan individu terhadap penanganan nyeri saat ini.
5. Ansietas dan steress
Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman
yang tidak jelas asalnya dan tidak ketidakmampuan mengontrol nyeri atau
peristiwa di sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya,
individu yang percaya bahwa meraka mampu mengontrol nyeri yang meraka
rakan mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan
persepsi nyeri mereka.

f. Cara mengukur intensitas nyeri


Hayward (1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (painomenter)
dengan skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk
keadaan tanpa nyeri) dan ujung lainnya naialai 10 (untuk kondisi nyeri paling
hebat). Untuk mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang
menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali dirasakan,
dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah sebuah grafik yang dibuat menurut waktu.
Intensitas nyeri ini sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti
tingkat kesadaran, konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan
keluarga. Insensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan
beberapa kategori. Skala nyeri menurut Hayward
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa
dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bisa

D. KONSEP PROSES KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengkajian keluarga
Pengkajian adalah suatu tahapan di mana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Agar di
peroleh data pengkajian yang akurat dan sesuaidengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa yang mudah dimegerti yaitu bahasa yang
digunakan dalam aktivitas keluarga sehari-hari.Hal yang perlu dikaji sesuai dengan
teori pengkajian keluarga Friedman:
Pengkajian Tahap I
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan, mengingat
pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada
keluarga. (Setiawati Santun, 2008). Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut
teori/model Family Centre Nursing Friedman, meliputi 8 komponen pengkajian Yaitu:

Data Umum

a. Identitas kepala keluarga


1) Nama Kepala Keluarga (KK) :
2) Umur (KK) :
3) Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) :
4) Pendidikan Kepala Keluarga (KK) :
5) Alamat dan nomor telepon :
b. Komposisi anggota keluarga
Hub
No Jenis Pendidik Pekerjaan /
Nama dgn Umur
. Kelamin an ket.
KK
1.
2.
3.
4
5

1) Genogram : Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera


nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan
gambar dengan simbol berbeda (Menurut Friedman, 1998 dikutip Setiawati
Santun, 2008) seperti:
2) Asal suku bangsa keluarga
3) Bahasa yang dipakai keluarga
4) Kebiasaaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat Mempengaruhi
kesehatan
c. Tipe keluarga
d. Agama
1) Agama yang dianut keluarga
2) Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
e. Status sosial ekonomi keluarga
1) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
2) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
3) Tabungan khusus kesehatan
4) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi)
f. Aktifitas rekreasi keluarga
g. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
2) Tahap perkambangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
 Riwayat terbentuknya keluarga inti.
 Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau
penyakit menular di keluarga)
 Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri)
 Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular dikeluarga.
 Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
h. Lingkungan
1) Karakteristik rumah:
 Ukuran rumah (luas rumah)
 Kondisi dalam dan luar rumah
 Kebersihan rumah
 Ventilasi rumah
 Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
 Air bersih
 Pengelolaan sampah
 Kepemilikan rumah
 Kamar mandi/wc
 Denah rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal:
 Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
 Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
 Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan
3) Mobilitas geografis keluarga
 Apakah keluarga sering pindah rumah
 Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan
stress)

Fungsi perawatan kesehatan

a. Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya kalau sakit
diapakan tetapi bagaimana prevensi/promosi).
b. Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan
c. penjajakan tahap II (berdasar tugas keluarga seperti Bagaimana keluarga mengenal
masalah, Mengambil keputusan, Merawat anggota keluarga, Memodifikasi
lingkungan dan Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan).
d. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangkan panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga
2) Respon keluarga terhadap stress
3) Strategi koping keluarga
4) Strategi adaptasi yang disfungsional: Adakah cara keluarga mengatasi masalah
secara maladaptive
e. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata mulut, THT,
Leher, Thorax, abdomen, ekstermitas atas dan bawah, sistem genitalia.
4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.
f. Harapan keluarga
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga

Pengkajian tahap II

1. Pengkajian terkait kemampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan keluarga,


meliputi:
a. Persepsi terhadap keparahan penyakit
b. Pengertian penyakit
c. Tanda dan gejala penyakit
d. Faktor penyebab
e. Persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Pengkajian terkait kemampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:
a. Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
b. Masalah dirasakan keluarga
c. Bagaimana keluarga mengambil keputusan terhadap keluarga yang sakit
3. Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, meliputi:
a. Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
d. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Pengkajian terkait kemampuan keluarga keluarga memelihara lingkungan, meliputi:
a. Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan
b. Pentingnya hygiene sanitasi
c. Upaya pencegahan penyakit.
5. Pengkajian terkait kemampuan keluarga menggunaan fasilitas keluarga, meliputi:
a. Keberadaan fasilitas kesehatan
b. Keuntungan yang didapat
c. Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
d. Pengalaman keluarga yang kurang baik
e. Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada asuhan keperawatan keluarga yaitu dilakukan pada semua anggota
keluarga. Adapun pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu :

Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)

1. B1(breath) : takhipnea
2. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas.
6. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan

Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan


dihitung dengan menggunakan skala prioritas (skala Baylon dan Maglaya).

Tabel 2.1 Skala Bailon dan Maglaya

Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah
a. Actual (tidak/kurang sehat) 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah yang dapat di ubah
a. Mudah 2 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah berat harus segera ditangani 2 1
b. Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0

Sumber : Setiadi (2008)Skoring :


a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skor

X bobot

Angka Tertinggi

b. Jumlah skor untuk semua kriteria


c. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

Rencana Tindakan Keperawatan

DATA DIAGNOSA INTERVENSI

1. Kurang menunjukkan Ketidakefektifan pemeliharaan Edukasi Kesehatan Mengenai


perilaku adaftif kesehatan perilaku hidup sehat
terhadap lingkungan 1. Idenifikasi kesiapan dan
2. Kurang menunjukkan kemampuan menerima
pemahaman tentang informasi
prilaku sehat 2. Identifikasi factor-faktor
3. Tidak mampu yang dapat meningkat dan
menjalankan perilaku menurunkan motivasi
sehat perilaku hidup bersih dan
4. Memiliki riwayat sehat
perilaku mencari 3. Sediakan maeri dan media
bantuan kesehatan pendidikan kesehatan
yang kurang 4. Jadwalkan pendidikan
5. Kurang menunjukkan kesehatan sesuai
minat untuk kesepakatan
meningkatkan 5. Berikan kesempatan klien
perilaku sehat untuk bertanya
6. Tidak memiliki 6. Jelaskan factor resiko yang
system pendukung dapat mempengaruhi
(support system) kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Edukasi program Pengobatan
1. Identifikasi penggunaan
pengobatab tradisional dan
kemungkinan efek
terhadap kesehatan
2. Fasilitasi informasi tertulis
atau gambar untuk
meningkatkan pemahaman
3. Berikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik
dan benar
4. Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan
pada pasien selama
pengobatan
5. Informasikan fasilitas
kesehatan yang dapat
digunakan selama
pengobatan
Ajarkan kemampuan
melakukan pengobatan mandiri
(self medication )
1. Menanyakan Perilaku kesehatan cenderung Edukasi Kesehatan mengenai
mengenai gastritis beresiko gastritis
2. Menunjukkan 1. Idenifikasi kesiapan dan
perilaku tidak sesuai kemampuan menerima
anjuran informasi
3. Menunjukkan 2. Identifikasi factor-faktor
persepsi yang keliru yang dapat meningkat dan
terhadap masalah menurunkan motivasi
4. Menjelani perilaku hidup bersih dan
pemeriksaan yang sehat
tidak tepat 3. Sediakan maeri dan media
pendidikan kesehatan
4. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
5. Berikan kesempatan klien
untuk bertanya
6. Jelaskan factor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/704/1/KTI%20OBED%20NE GO.pdf diakses pada
tanggal 13 April 2021
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?=fstream-pdf&fid=4143&bid=3559 diakses pada
tanggal 13 April 2021
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat nasional indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai