Anda di halaman 1dari 14

82

MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 82-95

PENGATURAN UPAH BERDASARKAN ATAS PRINSIP KEADILAN


Yetniwati*

Bagian Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Jambi


Mendalo Darat, Jambi Luar Kota, Kota Jambi, Jambi 36122

Abstract
The wage issue has always been a dilemma for workers and employers, if it did not solve that can lead
disharmonis in industrial relations in Indonesia. The wage law based on principles of justice has always
desired by parties. The Fairness in wages regulation will be guided by the principles of good law. The
balance of interests between workers and entrepreneurs are the basis of fairness in wages regulation . It
is not easy to embody the principles of justice without regard to morality. Fused law with the moral is a
good law.
Keywords: law, wages, justice.

Intisari
Masalah upah yang selalu menjadi dilema bagi pekerja dan pengusaha, jika tidak ditanggulangi dengan
regulasi yang dapat meminimalisir dua kepentingan yang selalu berbeda akan dapat menimbulkan
disharmonis dalam hubungan industrial di Indonesia. Pengaturan upah yang berlandaskan prinsip keadilan
selalu diinginkan oleh semua pihak. Keadilan dalam pengaturan upah akan berpedoman pada asas-asas
pengupahan yang baik. Keseimbangan kepentingan antara pekerja dengan pengusaha merupakan dasar
keadilan dalam peraturan upah.. Bukan mudah mewujudkan prinsip keadilan tanpa memperhatikan
moralitas. Hukum yang menyatu dengan moral adalah hukum yang baik.
Kata Kunci: hukum, upah, keadilan.

Pokok Muatan
A. Latar Belakang ................................................................................................................................... 83
B. Pembahasan ....................................................................................................................................... 84
1. Konsep Pengaturan Upah Dalam Hukum Positif Indonesia Ditinjau dari Prinsip Keadilan ........ 84
2. Asas-asas Hukum Pengupahan yang Berkeadilan ........................................................................ 86
3. Peran Moralitas Terhadap Pengaturan Upah Berdasarkan Keadilan ............................................ 90
C. Penutup .............................................................................................................................................. 93

*
Alamat korespondensi: yetniwatisamad@yahoo.co.id.
Yetniwati, Pengaturan Upah Berdasarkan Atas Prinsip Keadilan 83

A. Latar Belakang dengan May Day, dimana para pekerja melalui


Upah merupakan salah satu sumber peng­ serikat pekerja setiap tahun selalu menuntut upah
hasilan bagi pekerja untuk memenuhi kebutuhan layak, hapuskan politik upah murah, hapuskan sistem
hidupnya secara layak. Hak atas upah timbul dari kerja kontrak, sistem kerja alih daya (outsourcing),
perjanjian kerja, dan merupakan salah satu hak invest in remarkable, dan ada juga tuntutan Serikat
dalam hubungan kerja. Hak ini secara konstitusional Pekerja untuk menginginkan menambah jumlah
telah diatur dan dilindungi dalam pasal 27 ayat (2) komponen hidup layak (KHL) dari 60 poin menjadi
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 84 poin kehidupan hidup layak.1 Setelah berlakunya
Tahun 1945 yang menetapkan: “Tiap-tiap warga Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 yang
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang berlaku tanggal 23 Oktober 2015 harus sudah
layak bagi kemanusiaan.” efektif untuk penentuan upah minimum tahun
Pada Pasal 28 D Undang-undang Dasar 2016 paling lambat ditetapkan 1 November 2015
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan: di setiap provinsi. Peraturan Pemerintah tersebut
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, mendapat kontroversi dari Serikat Pekerja dengan
jaminan, perlindungan, dan kepastian cara melakukan unjuk rasa besar-besaran tanggal 27
hukum yang adil serta perlakuan yang Oktober 2015 di Bundaran H.I. dan Istana Merdeka.
sama di hadapan hukum; Presiden KPSI, Said Iqbal mengatakan “Penetapan
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja upah berdasarkan laju inflasi ditambah dengan
serta mendapat imbalan dan perlakuan pertumbuhan ekonomi justru menuju kepada
yang adil dan layak dalam hubungan pemberian upah murah”.2
kerja. Ditinjau dari hasil penelitian terdahulu ada
Hak konstitusional ini selanjutnya diatur oleh beberapa permasalahan hukum tentang pengupahan
peraturan perundang-undangan. Pengaturan Upah yaitu: (1) Perumusan pasal-pasal tentang upah
dalam hukum positif diatur pada Undang-undang dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, belum berdasarkan prinsip keadilan.3 (2) Penerapan
dan peraturan pelaksananya yaitu Peraturan struktur skala upah sangat minim pelaksanaannya.4
Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang (3) Masalah pokok pengupahan yang sering muncul
Pengupahan. Meskipun Undang-Udang Nomor 13 meliputi: a. rendahnya upah bagi pekerja bawah;
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah lama b. kesenjangan upah terendah dan tertinggi; c.
berlaku, namun peraturan ini belum sepenuhnya bervariasinya komponen upah; d. tidak jelasnya
menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis hubungan antara upah dan produktivitas.5
dan kondusif di Indonesia. Hal ini tercermin dari Dilema pengupahan yang ada, baik dari aspek
aspek sosiologis dan aspek yuridis yang ada. Dari sosiologis maupun yuridis tidak boleh dibiarkan
aspek sosiologis, terlihat adanya demonstrasi para berlangsung terus menerus, oleh karena itu perlu
serikat pekerja setiap memperingati hari buruh dicarikan solusinya agar antara kepentingan
sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Mei atau dikenal pekerja dengan pengusaha dibidang pengupahan

1
H.A. Azwar, “Harapan Buruh, Upah Minimum Rp3,7 Juta”, http://infopublik.org/read/57408/harapan-buruh-upah-minimum-rp37-juta,
diakses pada tanggal 22 November 2013.
2
Anonim, “PP Soal Upah Terbit Gelombang Demo Buruh Hingga Desember”, http://www.jurnalasia.com/ragam/pp-soal-upah-terbit-
gelombang-demo-buruh-hingga-desember, diakses pada tanggal 6 Desember 2013
3
Maulinda Silalahi, 2006, Tinjauan Yuridis Pengaturan Upah Pekerja/Buruh Dihubungkan Dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan Serta Implikasinya Terhadap Upaya Mewujudkan Keaadilan Antara Pekeja/Buruh, Tesis, Program Magister
Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 155.
4
International Labour Organization (ILO), “Mekanisme Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota dalam Kebijakan Upah Minimim
Indonesia”, http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/--actrav/documents/meetingdocument/wcms_210427.pdf, diakses pada
tanggal 6 Desember 2013.
5
Aloysius Uwiyono, et al., 2014, Asas-asas Hukum Perburuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta hlm. 99.
84 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 82-95

yang bertentangan dapat diminimalisir. Apabila konsep upah minimum, konsep hidup layak, konsep
dilema upah tersebut dibiarkan terus menerus perlindungan upah, dan jaring pengaman upah.
akan berakibat tidak kondusifnya Hubungan Dalam undang-undang itu, ketentuan upah minimum
Industrial di Indonesia, dan tidak tercapainya wajib dipatuhi oleh semua perusahaan, padahal
tujuan pembangunan ketenagakerjaan serta tujuan kemampuan dan kondisi perusahaan berbeda-beda
pembangunan nasional. Berdasarkan latar belakang mulai dari golongan perusahaan mikro, perusahaan
masalah yang ada maka dirumuskan beberapa kecil, perusahaan menengah dan perusahaan besar.
permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini Hal ini akan berpengaruh terhadap kepatuhan
sebagai berikut: (1) Bagaimana konsep pengaturan perusahaan pada ketentuan upah minimum.
upah dalam hukum positif Indonesia ditinjau dari Berangkat dari teori keadilan John Rawls
prinsip keadilan? (2) Bagaimana asas-asas hukum yang mengatakan:” Ketimpangan sosial dan
pengupahan yang berkeadilan? (3) Bagaimana ekonomi mesti diatur sedemikian rupa sehingga
peran moralitas terhadap pengaturan upah yang dapat diharapkan memberikan keuntungan semua
berdasarkan keadilan? orang”,7 pengaturan yang sedemikian rupa itu
artinya harus ada keseimbangan kepentingan pekerja
B. Pembahasan dengan pengusaha yang dimuat dalam perundang-
1. Konsep Pengaturan Upah Dalam Hukum undangan. Kepentingan pekerja adalah terpenuhi
Positif Indonesia Ditinjau dari Prinsip kebutuhan hidup dirinya beserta keluarganya secara
Keadilan layak. Sedangkan kepentingan pengusaha adalah
Kata “pengaturan” menurut kamus bahasa kelangsungan usaha dari perusahaan agar dapat
Indonesia yaitu” suatu proses, cara, dan atau berjalan terus. Dengan demikian, dikatakan bahwa
perbuatan mengatur”. Menurut Maria Farida keadilan sosial itu sebaiknya diatur dalam peraturan
sebagaimana dikutip Sukamto Satoto, “pengaturan” perundang-undangan yang berlaku, atau dengan
dapat diartikan yaitu: “proses pembentukan atau kata lain hukum positif itu harus memperhatikan
proses membentuk perundang-undangan, peraturan keadilan.
perundang-undangan, peraturan negara, atau hukum Kebijakan pengupahan untuk melindungi
tertulis baik ditingkat pusat, maupun ditingkat pekerja sebagaimana telah diatur pada Pasal 88 ayat
daerah.6 Sedangkan pengertian pengaturan upah (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak
adalah proses pembentukan Peraturan Perundang- mengatur perlindungan upah pekerja kontrak, pekerja
undangan dan substansi peraturan perundang- outsourcing, pekerja harian, serta pekerja sektor
undangan bidang pengupahan baik ditingkat pusat informal yang rentan akan adanya pengangguran.
maupun ditingkat daerah, dengan memperhatikan Padahal, sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (1)
keseimbangan kepentingan pekerja dan pengusaha. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
Sejak pembentukannya, Undang-Undang Nomor 13 dinyatakan bahwa: “Setiap orang berhak atas
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah banyak pekerjaan, berhak dengan bebas memilih pekerjaan,
diajukan hak uji materi ke Mahkamah Konstitusi berhak atas syarat-syarat perburuhan yang adil dan
oleh serikat pekerja atau serikat buruh. menguntungkan serta berhak atas perlindungan dari
Apabila dikaji dari sisi pengaturan mengenai pengangguran.” Di samping itu ketentuan Pasal 96
pengupahan, Undang-Undang Nomor 13 Tahun Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
2003 tentang Ketenagakerjaan tidak memberikan Ketenagakerjaan mengatur kadaluarsa penuntutan

6
Maria Farida sebagaimana dikutip oleh Sukamto Satoto, 2014, Pengaturan Eksistensi dan Fungsi Badan Kepegawaian Negara, cetakan
kedua, Hanggar Keraton, Yogyakarta, hlm. 2.
7
John Rawls, Penerjemah Uzair dan Heru Prasetyo, 2006, A Theory Of Justice ,Teori Keadilan , Dasar-dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial Dalam Negara, Cetakan 1, Pustaka Pelajar, Yoyakarta, hlm. 72.
Yetniwati, Pengaturan Upah Berdasarkan Atas Prinsip Keadilan 85

upah adalah 2 tahun. Pasal ini sudah di judicial dalam masyarakat. Tanggapan pro berasal dari pihak
review dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi pengusaha, sedangkan tanggapan kontra disampaikan
No. 100/PUU-X/2013 sehingga pasal tersebut oleh pihak Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
tidak mengikat lagi. Dari keputusan tersebut dapat (KSPI) yang dilakukan dengan demonstrasi untuk
diketahui bahwa keadilan lebih diutamakan dari menuntut agar Peraturan Pemerintah Nomor 78
kepastian hukum. Tahun 2015 dicabut karena Pertama, Pembentukan
Kemudian, terdapat pula uji materil ke PP No. 78 Tahun 2005 tidak melibatkan Tripartit
Mahkamah Agung terhadap Peraturan Pemerintah sehingga bertentangan dengan Konvensi ILO No.
Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan yaitu 144 tahun 1976 dan ketentuan Undang-undang
Perkara Nomor 67 P/HUM/2015 dan Perkara Nomor 11 Tahun 2012.9 Pembentukan norma hukum
Nomor 69 P/HUM/2015. Dalam putusannya, Hakim dalam perundang-undangan ketenagakerjaan
MA memutuskan bahwa permohon pemohon “tidak seharusnya memperhatikan Konvensi ILO Nomor
dapat diterima” dengan alasan bahwa: Undang- 144 tahun 1976 tentang Konsultasi Tripartit
Undang Nomor 13 Tahun 2003 sebagai dasar Untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar-
pengujian dari Peraturan Pemerintah Nomor 78 standar Ketenagakerjaan Internasional yang telah
Tahun 2015 sedang proses uji materil di Mahkamah diratifikasi oleh Keputusan Presiden Nomor 26
Konstitusi dalam Perkara No.99/PUU-XIV/2016.8 Tahun 1990 tanggal 18 Juni 1990. Namun demikian,
Berdasarkan Pasal 55 Undang-Undang Nomor di sisi lain secara umum pemerintah Indonesia
24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi berkesimpulan bahwa banyak manfaatnya menge­
dinyatakan bahwa: “Pengujian Peraturan Perundang- sahkan Konvensi ILO.10 Pengesahan suatu
undangan yang sedang dilakukan di Mahkamah konvensi (ILO) harus secara maksimal melindungi
Agung wajib dihentikan apabila Undang-undang kepentingan Indonesia dan menjadi refleksi
yang menjadi dasar pengujian peraturan tersebut bersama pemerintah dan rakyat Indonesia11. Dengan
dalam proses pengujian di Mahkamah Konstitusi demikian, seharusnya pemerintah memperhatikan
sampai ada putusan Mahkamah Konstitusi.” Konvensi ILO No. 144 yang juga sudah diratifikasi
Akhirnya pada tanggal 30 November 2016 dengan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1990,
Perkara No.99/PUU-XIV/2016 diputus oleh Hakim serta ketentuan Pembentukan Perundang-undang
Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa yang baik sebagaimana diatur oleh Pasal 5 UU No.
“permohonan pemohon tidak dapat diterima” 11 Tahun 2012. Apabila ditinjau dari protes serikat
karena pemohon (Konsultan Hukum) tidaklah pekerja yang menyatakan tidak melibatkan Tripartit
dikategorikan sebagai orang yang yang dirugikan dalam pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor
oleh norma yang diuji. Akibat dari keputusan 78 tahun 2015, artinya pembentukan peraturan
Mahkamah Konstitusi tersebut telah selesai, maka tersebut mengesampingkan “asas keterbukaan”,
uji materil Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun sebagaimana telah diatur Undang-undang Nomor
2015 ke Mahkamah Agung dapat saja diuji kembali 11 Tahun 2012. Antara prinsip keadilan dengan
oleh permohon yang telah dirugikan oleh ketentuan kepastian hukum itu idealnya harus saling
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015. mendukung atau menopang secara kokoh, agar
Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 78 hukum itu dapat diterima masyarakat.
Tahun 2015 mendapat tanggapan pro dan kontra Kedua, secara substansial ketentuan

8
Lihat Direktori Putusan Mahkamah Agung RI dalam Perkara No.67 P/HUM/2015 dan Perkara No. 69 P/HUM/2015.
9
Timboel Siregar, “Tak Libatkan Pekerja, PP Pengupahan Langgar Konvensi ILO”, http://poskotanews.com/2015/10/28 , diakses pada tanggal
28 Oktober 2015.
10
Firman Hasan, 2011, “Konvensi ILO185: Perlindungan Untuk TKI dan Pelaut Indonesia di Luar Negeri”, Jurnal Ilmu Hukum Amanna Gappa,
Vol. 19, No. 3, September, 2011, hlm. 232.
11
Ibid, hlm. 234.
86 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 82-95

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 hanya 2. Asas-asas Hukum Pengupahan yang
mempertimbangkan laju inflansi dan pertumbuhan Berkeadilan
ekonomi namun tidak memperhatikan kebutuhan Pembuat undang-undang memerlukan asas
hidup layak (KHL) pekerja pertahun dalam hukum sebagai pedoman membuat substansi
menetapkan Upah Minimum Propinsi setiap undang-undang, yang disesuaikan dengan
tahunnya.12 Hal ini dapat dilihat pada ketentuan kebutuhan masyarakat hubungan industrial yaitu
Pasal 44 ayat (2) yang menyatakan formulasi upah pekerja dan pengusaha. Paul Scholten sebagaimana
minimum yaitu: UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + % dikutip Yuliandri memberikan definisi asas hukum
∆ PDBt)}. Laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi adalah:
nasional akan mempengaruhi besar upah UMP, Grondgedachten, die in en achter ieder in
padahal ada provinsi tertentu yang tingkat inflasi wetvoorschriften en rechterlijke uitspraken
dan pertumbuhan ekonomi daerahnya lebih tinggi belichaamd rechtssystem liggen, waarvan
de bijzondere bepalingen en beslissingen
dari tingkat nasional sehingga hal ini tidak adil bagi
als uitwerkingen kunnen worden gedacht.
daerah tertentu . Terjemahannya: pikiran-pikiran dasar yang
Pemenuhan kebutuhan hidup layak telah terdapat di dalam dan dibelakang system
dilindungi oleh Pasal 27 ayat (2) UUD 1945. Wajar hukum masing-masing dirumuskan dalam
kiranya masyarakat pekerja menginginkan upah aturan perundang-undangan dan putusan-
putusan hakim, yang berkenaan dengannya
yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak
ketentuan-ketentuan dan keputusan-
dan bukan upah minimum. Pemerintah dalam keputusan individual dapat dipandang
menentukan upah minimum lebih memperhatikan sebagai penjabarannya.13
kepentingan pengusaha. Sebaiknya Peraturan
Menurut Muhammad Syaifuddin, asas-asas
Pemerintah Nomor 78 tahun 2015 ditinjau ulang
hukum berfungsi sebagai pedoman filosofis atau
kembali.
arahan orientasi bagi pembentukan norma-norma
Peraturan Menteri Tenaga kerja dan
hukum positif dan pedoman dalam penyelesaian
Transmigrasi Nomor Nomor 7 Tahun 2013 tentang
kasus-kasus (hukum) yang rumit dengan pendekatan
Upah Minimum yang telah mencabut: Peraturan
interpretasi terhadap aturan-atuan hukum positif
Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor
yang ada.14 Dilihat dari fungsinya, asas hukum
PER-01/MEN/1999 Tentang Upah Minimum,
itu abstrak dan kemudian akan diaplikasi secara
pada Pasal 1 ayat 1 mengatakan: ”Upah Minimum
dogmatis dalam peraturan perundang-undangan. Di
adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah
samping asas-asas hukum secara umum, diperlukan
pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan
juga asas-asas hukum secara khusus bidang
oleh gubernur sebagai jaring pengaman”. Peraturan
pengupahan.
ini memberikan konsep upah minimum sebagai
Adapun asas-asas hukum pengupahan yang
jaring pengaman upah terdiri dari upah pokok
berkeadilan adalah: Pertama, korelasi hukum dan
setelah ditambah dengan tunjangan tetap. Dengan
moral sangat penting dalam pembentukan hukum,
demikian, maka tunjangan disini tidak berfungsi
substansi hukum dan penegakan hukum pengupahan.
sebagai komponen upah yang harus dilindungi.
Moral tertinggi di Indonesia diukur dari penerapan
Padahal seharusnya antara upah pokok dengan
nilai-nilai Pancasila dalam hubungan industrial.
komponen upah dipisahkan pengamanannya.
Pancasila adalah ideologi negara, pandangan hidup

12
Anonim, “PP Soal Upah Terbit Gelombang Demo Buruh Hingga Desember”, http://www.jurnalasia.com/ragam/pp-soal-upah-terbit-
gelombang-demo-buruh-hingga-desember, diakses pada tanggal 6 Desember 2013.
13
Yuliandri, 2007, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik Dalam Rangka Pembuatan Undang-undang
Berkelanjutan, Disertasi Program Pascasarjana, Universitas Airlangga, Surabaya, hlm. 18.
14
Ibid., hlm. 74 .
Yetniwati, Pengaturan Upah Berdasarkan Atas Prinsip Keadilan 87

bangsa Indonesia, sumber hukum yang tertinggi. para pengusaha dan tidak disenangi oleh para
Kedua, hak atas upah lahir setelah adanya pekerja karena tidak adanya perlindungan khusus
hubungan kerja dan berakhir bila hubungan kerja tersebut .
berakhir. Maksudnya hak dan kewajiban itu ada Keempat, tidak boleh ada diskriminasi
setelah adanya perjanjian kerja, dan perjanjian kerja upah. Perbedaan upah untuk pekerjaan yang sejenis
akan menimbulkan hubungan kerja. Perjanjian lahir atau tingkatan pekerjaan yang sama atas dasar
setelah adanya kata sepakat antara pekerja dengan perbedaan kelamin, perbedaan warna kulit, agama,
pengusaha. Setelah adanya kata sepakat maka para etnis, golongan politik adalah dilarang. Sesuai
pihak harus terikat dengan perjanjian sebagaimana dengan pendapat John Rawls: “ Setiap orang harus
prinsip perjanjian yang dikenal dengan pacta sunt mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan
servanda, yang mana istilah lengkapnya pacta kebebasan yang sebesar-besarnya berdasarkan
convent quae neque contra leges neque dalo malo sistem kebebasan yang memberikan kesempatan
inita sunt omnimodo observanda sunt. Hal ini yang sama bagi semua orang”.16 Hak atas pekerjaan
mengandung makna bahwa suatu kontrak yang tidak dan upah yang layak adalah hak asasi manusia yang
dibuat secara ilegal dan tidak berasal dari penipuan berlaku secara universal. Selain itu, kebebasan
harus sepenuhnya diikuti.15 Hubungan kerja akan untuk memilih pekerjaan juga berlaku untuk seluruh
berakhir setelah habis jangka waktu berlakunya atau manusia. Diskriminasi upah dilarang karena sikap
ditetapkan oleh hukum, maka hak dan kewajiban diskriminasi akan menimbulkan rasa cemburu, iri,
akan berakhir setelah hubungan kerja berakhir. dan tidak harmonisnya hubungan sesama orang
Ketiga, upah terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai kesempatan yang sama. Norma
yang harus dirinci secara jelas. Komponen upah perlindungan upah harus mencakup perlindungan
terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan kepada pekerja sektor formal dan informal, pekerja
tunjangan tidak tetap. Upah pokok harus mengacu tetap dan pekerja tidak tetap. Namun demikian, cara
pada kebutuhan hidup yang manusiawi. Komponen melindunginya diperbolehkan berbeda-beda karena
upah akan menentukan perhitungan hak atau upah sifat hubungan kerjanya berbeda pula.
lainnya seperti upah lembur, uang pesangon, premi Kelima, pemberian upah harus manusiawi,
asuransi. Upah pokok merupakan imbalan atas jasa Pemberian upah dalam hal ini maknanya adalah
pekerja, dan bagian terbesar dari komponen upah besarnya upah dan cara pembayaran upah haruslah
yang pasti akan dinikmati oleh seluruh pekerja menghargai pekerja sebagai manusia yang punya
secara rutin sepanjang hubungan kerja masih ada. hak asasi, yaitu hak hidup secara layak. Besarnya
Dengan demikian, upah pokok itu harus layak upah setara dengan upah yang berfungsi untuk
untuk memenuhi kebutuhan hidup layak pekerja. memenuhi kebutuhan hidup pekerja minimal layak
Tunjangan berfungsi untuk: a. melengkapi upah untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pemenuhan
pokok; b. sebagai perangsang kerja agar lebih kebutuhan hidup yang layak bagi kemanusiaan
produktif ; c. sebagai fungsi sosial yaitu menghargai adalah hak kodrat yang perlu dilindungi oleh
jasa pekerja sebagai manusia apabila ia dihadapkan hukum. Pekerja adalah manusia yang memerlukan
pada kondisi yang tidak menguntungkan. Tunjangan- penghargaan sebagai manusia yang punya harkat
tunjangan yang diperlukan seharusnya meliputi: dan martabat. Untuk pemenuhan hak asasi manusia
tunjangan kesehatan dan tunjangan fleksibel kerja atas upah itu harus dapat memenuhi kebutuhan
bagi pekerja kontrak atau alih daya (outsourcing). hidup pekerja dan keluarganya secara layak.
Sistem yang ada selama ini lebih menguntungkan Selain itu, proses pembayaran upah harus tepat

15
Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana, Jakarta, hlm. 210.
16
John Rawl, Loc. cit.
88 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 82-95

waktu sebagaimana yang diperjanjikan karena orang.18 Seharusnya diperhatikan pula kemampuan
upah ditunggu pekerja untuk memenuhi kebutuhan pengusaha yang bermacam-macam tingkatannya
hidupnya. Jika terlambat pembayar upah maka seperti pada pengusaha mikro, kecil, menengah,
pengusaha seharusnya dikenakan denda. Tempat dan besar sehingga seyogyanya ada kebijakan
pembayaran upah diupayakan tidak jauh dari pembayaran upah bertingkat. Kemampuan pekerja
keberadaan pekerja atau tempat kerja dan nyaman juga tidak sama dalam melakukan kewajibannya;
bagi pekerja. Apabila tempat pembayaran upahnya ada yang produktif dan ada yang kurang, ada yang
jauh maka berdampak terhadap tenaga, waktu, biaya skill dan ada yang kurang skill, ada pekerjaan yang
transportasi ke tempat pembayaran upah. Pekerja beresiko dan ada juga yang kurang beresiko, ada
yang tidak bekerja karena alasan di luar kesalahan yang sudah lama bekerja dan ada juga masa kerja
pekerja, atau alasan tertentu yang disahkan seperti: masih pendek. Pekerja kontrak dan pekerja alih
sakit, melakukan kegiatan keagamaan, pembelaan daya (outsourcing) yang memakai perjanjian kerja
negara selayaknya harus mendapatkan upah. waktu tertentu, adil kiranya diberikan tunjangan
Keenam, Pemerintah harus melindungi khusus yang diberi nama tunjangan fleksibel,
upah pekerja. Sebagai negara hukum, pemerintah sebagai penjaga keseimbangan dari sistem yang
sebagai penyelenggara negara harus melindungi lebih menguntungkan pengusaha. Hal ini karena
warganya terutama warga yang lemah yaitu: karena pekerja jenis itu mempunyai resiko atas
lemah kelangsungan hubungan kerja, lemah kelangsungan sumber penghasilan setelah habis
sosial ekonomi, serta lemah fisiknya. Untuk masa kontrak. Sehat Damanik mengatakan :
menghindari perbuatan semena-mena pihak yang Sistem kerja outsourcing menguntungkan
kuat ekonominya, pemerintah sebagai pengayom pengusaha dengan alasan-alasan yang
masyarakat harus dapat melakukan campur-tangan diantaranya: meningkatkan fokus perusahaan,
memanfaatkan kemampuan kelas dunia,
melalui regulasi ataupun kebijakan yang sifatnya
mempercepat keuntungan yang diperoleh
menghindari upah di bawah standar kebutuhan dari reengineering, membagi risiko, sumber
manusia. Menurut Ihering, “Negara memberikan daya sendiri dapat dipergunakan untuk
diskresi untuk memilih mana kepentingan yang kebutuhan lain, memungkinkan tersedianya
diakui sebagai hak dan mana yang tidak. Negara dana kapital, menciptakan dana segar dengan
mengurangi dan mengendalikan biaya
mempunyai peran yang aktif dalam rangka the
operasi, memperoleh sumber daya yang tidak
greatest happiness for the greatest numbers“,17 dimiliki sendiri, serta memecahkan yang sulit
yang diterjemahkan dengan kebahagiaan terbesar dikendalikan atau dikelola.19
untuk banyak orang.
Berdasarkan banyaknya manfaat perusahaan
Ketujuh, Keseimbangan. Upah itu harus
yang mempekerjakan pekerja outsourcing, maka
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan
seharusnya pekerja outsourcing mendapatkan upah
pekerja dengan kepentingan pengusaha. Dikaitkan
lebih besar dari pekerja tetap. Begitu pula terhadap
dengan teori keadilan John Rawls yang menyatakan
pekerja kontrak yang rentan akan pengangguran
bahwa setiap orang berhak mendapatkan penghasilan
jika jangka waktu kontraknya sudah habis dan
yang layak, maka upah itu harus layak bagi pekerja
tidak mendapatkan uang pesangon. Rumainur
dan layak juga bagi pengusaha. Ketimpangan sosial
Usman mengatakan: “Gaji (upah) pekerja
dan ekonomi mesti diatur sedemikian rupa sehingga
kontrak seperlunya (selayaknya) lebih tinggi jika
dapat diharapkan memberikan keuntungan semua
dibandingkan pekerja tetap yang menjalankan
17
Peter Machmud Marzuki mengutip Ihering, Op. cit., hlm. 177.
18
Ibid.
19
Sehat Damanik, 2006, Outsourcing & Perjanjian Kerja Menurut UU No.13 Tentang Ketenagakerjaan, DSSPublishing, Jakarta.
20
Rumainur Usman, 2012, Outsourcing Dan Implikasinya ke Atas Pekerja: Kajian Perundangan di Indonesia” Disertasi, Universitas
Kebangsaan, Malaysia, hlm.311.
Yetniwati, Pengaturan Upah Berdasarkan Atas Prinsip Keadilan 89

pekerjan atau tugas yang sama di sebuah syarikat dapat diukur melalui hasil pekerjaan, baik melalui
(serikat). Jangka waktu maksimum yang ditetapkan kualitas atau mutu kerja yang berkualitas, jumlah
iaitu (yaitu) hanya 5 hingga 8 tahun saja.”20 satuan pekerjaan yang melampaui standar, atau
Layak kiranya upah bagi pekerja kontrak jumlah jam kerja yang melampaui standar,
dan alih daya diberikan tunjangan khusus sebagai kedisiplinan dalam bekerja dan sebagainya.
penyeimbang keuntungan sistem tersebut bagi Penghargaan atas kelebihan hasil kerja tersebut
pengusaha. Upah yang dicita-citakan dalam hukum harus ada pengaturannya dalam bentuk skala
adalah upah yang layak untuk memenuhi kehidupan produktivitas kerja. Penghargaan tersebut boleh
pekerja bersama keluarganya dan layak atas saja dalam bentuk fasilitas khusus dari pengusaha
kelangsungan usaha pengusaha. Untuk menjaga seperti kendaraan, rumah dinas, tambahan
keseimbangan hak dan kewajiban para pihak dalam penghasilan, upah lembur dan sebagainya. Apabila
perjanjian diperlukan norma hukum untuk mengatur kondisi perusahaan memerlukan produksi yang
perlindungan upah sebagai jaringan pengaman rutin, jumlah produksi yang banyak dan vital bagi
seperti: upah layak minimum, upah lebih layak , masyarakat, dapat saja mengadakan tambahan jam
upah sangat layak. Upah layak minimum adalah kerja. Tambahan jam kerja tersebut dinamakan jam
jaring pengaman upah pada perusahaan mikro kerja lembur. Adanya keterbatasan tenaga manusia,
dan perusahaan kecil. Upah lebih layak adalah maka jam kerja lembur perlu dibatasi baik jam lembur
jaring pengaman upah pada perusahaan menengah, per hari maupun jam lembur per minggu. Jam kerja
perusahaan padat karya. Upah sangat layak lembur pun harus berdasarkan kesepakatan antara
merupakan jaring pengaman upah pada perusahaan pengusaha dan pekerja, jam kerja lembur dilarang
besar, BUMN atau BUMD. Jaring pengaman upah untuk pekerja yang mengandung resiko akibat
yang disesuaikan dengan kelayakan perusahaan kerja. Untuk menghindari tekanan dari pengusaha
ini belum diatur dalam hukum positif bidang , maka besarnya upah lembur standar minimalnya
pengupahan Indonesia. Layak bagi pengusaha diukur diatur oleh pemerintah. Besar upah lembur dapat
dari kelangsungan usaha perusahaan. artinya ada ditetapkan berdasarkan upah jangka waktu tertentu
keuntungan yang dapat memenuhi cost perusahaan, ataupun berdasarkan upah potongan.
dan tambahan modal cadangan meskipun tidak Kesembilan, tansparansi dalam manajemen
terlalu banyak. Skala upah atau gaji pokok disusun pengupahan. Manajemen upah yaitu: kebijakan
konkordan dengan struktur jabatan dan struktur ekonomi perusahaan dalam sistem pengupahan.
kepangkatan, perlu dijaga keseimbangan antara gaji Prinsip transparansi dari perusahaan merupakan
pokok, tunjangan, dan jaminan lainnya.21 Pengusaha sikap keterbukaan informasi dari pengusaha
tidak dapat melakukan kewajiban melampaui maupun pekerja tentang hak dan kewajiban para
kemampuannya, maka oleh sebab itu tuntutan pihak, pemberian informasi yang jelas dan jujur,
pekerja mensejahterakan pekerja harus disesuaikan dapat berakibat pihak pekerja maklum dan ikhlas
dengan kemampuan perusahaan. Untuk mengetahui menerima hak apa yang diberikan pengusaha.
kemampuan keuangan perusahaan, pengusaha Upah dengan perinciannya haruslah sesederhana
harus menyampaikan kondisi perusahaan secara mungkin, dengan demikian mudah dimengerti oleh
transparansi dan akurat. para buruh/pekerja.22
Kedelapan, Adanya penghargaan untuk Kesepuluh, para pihak yang karena kesengajaan
pekerja yang lebih produktif. Produktifitas kerja atau kelalaiannya mengakibatkan kerugian pihak

21
Nur Hidayati, “Dilema Penetapan Upah Lembur Dalam Kaitannya dengan Upaya Perlindungan Bagi Pekerja/Buruh dan Perkembangan
Perusahaan”, Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 12, No. 3, 2012, hlm. 197.
22
Gupron Van Hauten, et al., “Perencanaan Upah Intensif Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Dan Meningkatkan Hasil Produksi Yang
Optimal Di PD. Panduan Ilahi”, Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Vol. 11, 2013, hlm.4.
90 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 82-95

lawan dikenakan sanksi. Keterlambatan pembayaran perlindungan minimal atau terendah. Artinya
upah yang dilakukan pengusaha baik secara sengaja pengusaha diberi kewenangan untuk memberikan
maupun karena lalai harus dikenakan denda sebagai perlindungan upah lebih baik bagi pekerja
sanksi. Untuk menghindari kesewenang-wenangan dibandingkan dengan peraturan yang berlaku.
pihak pengusaha, besar denda tidak perlu ditetapkan Perlindungan yang lebih baik tersebut harus
dalam perjanjian kerja, melainkan harus ditetapkan sukarela dari pengusahaan, tanpa ada paksaan dari
dalam Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau pihak manapun.
Peraturan Perundang-undangan. Perjanjian yang Ketigabelas, memberikan kesempatan
bersifat kolektif akan menghasilan kesepakatan untuk mengemukakan pendapat bagi stakeholder
lebih sesuai dengan hati nurani pekerja yang lebih dalam pembuatan regulasi hukum ketenagakerjaan.
demokrasi. Begitu juga Peraturan Perundang- Stakeholder dalam pembentukan norma upah yaitu
undangan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang : pihak pekerja yang diwakili oleh serikat pekerja,
akan membuat norma hukum dapat mewujudkan pihak pengusaha yang diwakili oleh organisasi
keadilan dan kepastian hukum. Sanksi hukum pengusaha, dan pemerintah. Prinsip ini telah diatur
bagi pelanggar Undang-undang Nomor 13 Tahun lebih lanjut dalam Konvensi International Labour
2003 yaitu berupa sanksi pidana dan sanksi Organization (ILO) Nomor 144 tentang Konsultasi
administrasi, sedangkan pelanggaran Peraturan Tripartite Untuk Meningkatkan Pelaksanaan
Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 hanya mengatur Standar-standar Ketenagakerjaan Internasional,
sanksi administrasi saja. Sebaiknya selain sanksi dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
administrasi dapat juga ditetapkan pemenuhan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
kewajiban yang diatur dalam Peraturan Perundang- 3. Peran Moralitas Terhadap Pengaturan
undangan, tujuannya adalah agar adanya efek jera Upah Berdasarkan Keadilan
bagi pelanggar. Moral sesungguhnya dibentuk oleh etika.
Kesebelas, hak prioritas atas upah. Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang
Pembayaran upah harus lebih didahulukan dari pada baik dan mana yang buruk, dengan melihat amal
kreditur lainya. Apabila pengusaha mempunyai perbuatan manusia sejauh mana yang dapat
kreditur lebih dari satu, maka pekerja sebagai diketahui akal pikiran.24 Menurut Salman Luthan
pemegang hak atas upah merupakan kreditur mengatakan:
preferen atau kreditur yang istimewa . Tujuan dari moral yaitu norma yang menentukan
prinsip ini adalah karena kehadiran upah sangat apakah perilaku kita baik atau buruk dari
ditunggu oleh pekerja untuk memenuhi rutinitas sudut etis. Karena itu norma moral adalah
norma tertinggi, yang tidak bisa ditaklukkan
kebutuhan hidupnya. Begitu juga menurut agama
pada norma lain. Norma moral tersebut
Islam dalam Hadist Riwayat Ibnu Majah yang adalah kewajiban atas dasar kesusilaan dan
artinya : “bayarkanlah upah itu sebelum keringatnya kesopanan.25
kering”.23 Prinsip ini juga telah diatur pada pasal
Moral itu suatu nilai yang berdasarkan budi
1139 dan Pasal 1149 KUHPerdata.
atau hati nurani manusia. Berbicara mengenai
Keduabelas, perlindungan upah yang
hukum dan moralitas dalam filsafat hukum berarti
diberikan oleh perundang-undangan adalah
menggabungkan prinsip-prinsip aliran hukum

23
Nur Chanifah, “Sistem Upah (Ujrah) Yang Berkeadilan Menurut Islam”, Prosiding Konfrensi Nasional Ketenagakerjaan dan Hubungan
Industrial, Tanggal 30-31 Oktober 2013, Pusat Pengembangan Hukum Ketenagakerjaan, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang,
hlm. 219.
24
Astim Riyanto, 2010, Filsafat Hukum, Yapemdo, Bandung, hlm. 709.
25
Lihat , Salman Luthan, “Dialektika Hukum dan Moral dalam Perspektif Filsafat Hukum”, Jurnal Hukum Ius Quita Iustum, Vol. 19, No.4,
Oktober 2012, hlm. 517.
Yetniwati, Pengaturan Upah Berdasarkan Atas Prinsip Keadilan 91

kodrat/alam (natural law school) dan aliran adalah pekerja yang diwakilkan kepada
hukum positivisme (legal positivsm)26. Ini berarti serikat pekerja, pengusaha yang diwakilkan
pemberlakuan hukum itu harus memperhatikan oleh organisasi pengusaha, dan pemerintah
moral. Moralitas dalam pengaturan upah dibutuhkan harus dilibatkan di samping legislator sebagai
oleh hukum, hal ini dapat dilihat pada: pembentukan lembaga pembentuk Peraturan Perundang-
hukumnya, dan substansi hukum. undangan di Indonesia. Berbagai gagasan
a. Peran moralitas dalam pembentukan dari berapa pihak akan menambah wawasan
aturan pengupahan dan analisis kebutuhan masyarakat yang
Maria Farida mengatakan “Norma perlu diberikan solusi melalui norma hukum.
hukum dapat dibentuk secara tertulis maupun b. Peran moralitas dalam substansi
tidak tertulis oleh lembaga-lembaga yang hukum
berwenang membentuknya, sedangkan Keterkaitan moral dengan hukum
norma moral, adat , dan lainnya terjadi secara dapat dilihat dari fungsi moral terhadap
tidak tertulis, tumbuh dan berkembang hukum diantaranya: Moral menjadi rujukan
dari kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam justifikasi untuk menyelesaikan kasus-kasus
masyarakat”.27 Baik hukum tertulis maupun hukum yang tidak ada dasar hukumnya atau
tidak tertulis yang menyangkut kemanusiaan tidak jelas dasar hukumnya.28 Hakim wajib
harus membutuhkan moralitas hukum, memberikan keputusan terhadap perkara
sebab moral itu tolak ukur yang menilai yang dihadapkan kepadanya meskipun
suatu perbuatan mana yang baik dan mana dasar hukumnya tidak ditemukan dalam
yang tidak baik menurut naluri manusia. hukum tertulis ataupun hukum tidak tertulis.
Perbuatan baik tentu akan menguntungkan Landasan berpikir hakim yang dipergunakan
diri orang yang diatur atau pelaku dan tidak untuk suatu keputusan tersebut adalah
mengganggu kepentingan orang lain atau moral yang memenuhi rasa keadilan. Apa
makhluk lain. Perbuatan yang tidak baik akan yang dimaksud perbuatan baik itu, yaitu
merugikan diri pelaku atau orang lain. perbuatan seseorang itu tentu dalam arti baik
Pembentuk peraturan pengupahan bagi si pelaku dan tidak merugikan orang
harus menyadari bahwa upah adalah sumber lain. Perbuatan tidak baik adalah perbuatan
penghasilan bagi pekerja dan keluarganya yang merusak diri si pelaku ataupun orang
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Upah lain. Mana perbuatan baik yang termasuk
layak harus diwujudkan dan dilindungi, perbuatan yang dibenarkan tentu menjadi
sedangkan politik upah murah sangat landasan bagi hakim untuk membenarkan
tidak adil karena akan merugikan pekerja. suatu persoalan yang akan diselesaikan,
Pembuat peraturan perundang-undangan perbuatan tidak baik tentu perbuatan yang
harus memperhatikan moralitas dalam tidak dibenarkan atau tidak diperbolehkan,
proses pembentukan Peraturan Perundang- hal ini tidak lepas dari pembuktian dan
undangan. Asas “keterbukaan” sangat keyakinan hakim. Pemenuhan unsur moral
penting dalam proses pembuatan peraturan dalam materi hukum merupakan kriteria bagi
perundang-undangan agar prinsip keadilan suatu kaidah hukum yang bagus,29 sehingga
bisa terwujud. Stakeholder yang terkait hukum dapat terjamin keberlakuannya untuk

26
Suadamara, “Hukum dan Moral”, Jurnal Hukum Pro Justitia, Vol. 24, No. 3, 2006, hlm. 306.
27
Maria Farida, 2007, Ilmu Perundang-undangan, Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Kanisius, Yogyakarta, hlm.19.
28
Salman Luthan, Op. cit., hlm. 517.
29
Munir Fuady, Op, cit., hlm. 84.
92 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 82-95

jangka waktu yang panjang. Sila pertama dari Pancasila yaitu”


Moral sebagai landasan tujuan hukum, Ketuhanan Yang Maha Esa”, artinya semua
sebagaimana yang disampaikan Thomas warga negara diakui, dan dilindungi haknya
Aquinas bahwa kebenaran secara moral yang untuk memeluk agama yang dipilihnya.
mendasar adalah perintah kepada diri sendiri Keadilan menurut hukum agama yang ada
tentang “ berbuatlah yang baik, dan hindari di Indonesia mempunyai kesamaan konsep,
apa yang jahat”, yang merujuk pada hukum yaitu: tidak boleh menzalimi dan tidak
alam30. Unsur moral disini yaitu sistem upah dizalimi, jangan menyakiti sesama manusia,
bagi pekerja yang sudah berkeluarga harus kasih mengasihi sesama manusia. Legislator,
menjamin upah dapat memenuhi kebutuhan pekerja, pengusaha, dan pemerintah bekerja
hidup layak minimum, artinya harus ada akan bertanggung jawab kepada Tuhan
pengaman upah agar upah dibayar tidak Yang Maha Esa. Sebagai orang yang taat
terlalu rendah. Upah berperikemanusiaan beragama mereka akan takut dengan sanksi
artinya upah harus dapat menghargai akhirat nanti. Menetapkan upah, ataupun
pekerja sebagai manusia yang memerlukan memberikan upah yang tidak adil tentu akan
kelangsungan hidup. Upah dapat diterima menerima sanksinya di akhirat kelak. Sikap
oleh buruh penuh dengan kesadaran, artinya moral ini perlu disadari dan diterapkan oleh
buruh ikhlas menerima upah karena sesuai legislator, pengusaha dan pemerintah sebagai
dengan sumbangsihnya kepada perusahaan pelindung masyarakat.
dan juga mengetahui kondisi perusahaan Hukum, moral, dan agama merupakan
yang sebenarnya. Keadilan untuk penetapan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
struktur dan skala upah dipakai teori keadilan dalam tatanan kehidupan masyarakat
distributif. Upah untuk jenis pekerjaan yang Indonesia. Antara hukum, moral, dan agama
sama dan masa kerja yang samadipakai mempunyai hubungan yang erat, sehingga
keadilan komutatif atau keadilan korektif diantara ketiganya dapat memperkuat
yang dikemukakan oleh Aristoteles. Jaring satu sama lain untuk menjalankan kaidah-
pengaman upah harus disesuaikan dengan kaidahnya. Esensi Keadilan berpangkal
kondisi perusahaan yaitu: perusahaan mikro, pada moral.31 Adil atau tidak adilnya suatu
perusahaan kecil, padat karya, perusahaan Peraturan Perundang-undangan kita tidak
besar, kerja sistem kontrak, dan outsourcing. dapat melepaskan diri dari moral agama,
c. Korelasi Hubungan Industrial karena semua pelaku usaha di Indonesia
Pancasila dalam penetapan upah harus memeluk agama yang disukainya.
Subjek hukum yang terlibat dalam Hukum, moral, dan agama merupakan satu
Hubungan Industrial yaitu pekerja, kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam
pengusaha, dan pemerintah seharusnya tatanan kehidupan masyarakat Indonesia.
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang Antara hukum, moral, dan agama mempunyai
terkandung dalam Pancasila. Masing- hubungan yang erat sehingga diantara
masing sila dapat berfungsi sebagai pedoman ketiganya dapat memperkuat satu sama lain
bagi legislator, pekerja, pengusaha, dan untuk menjalankan kaidah-kaidahnya.
pemerintah dalam penetapan dan penentuan Penerapan Sila “Kemanusiaan
upah, sebagaimana uraian selanjutnya. yang adil dan beradab”, dimana pihak

30
Peter Machmud Marzuki, Op. cit., hlm. 141.
31
Eri Hendro Kusuma, “Hubungan Antara Moral dan Agama dengan Hukum”, Jurnal Pendidikan Pancasila, Vol. 28, No. 2, Agustus 2016.
Yetniwati, Pengaturan Upah Berdasarkan Atas Prinsip Keadilan 93

regulator, pemerintah, dan pengusaha dalam Pancasila berfungsi sebagai pedoman bagi
menetapkan upah haruslah memperhatikan stakeholder dalam hubungan industrial,
rasa kemanusiaan. Upah itu adil dan dapat karena Pancasila adalah pandangan hidup
memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan bangsa Indonesia dan juga sebagai sumber
keluarganya secara layak dan manusiawi. hukum yang tertinggi.
Penerapan Sila “Persatuan Indonesia”,
dimana stakeholder dibidang pengupahan C. Penutup
harus menyadari bahwa ketentuan upah Berdasarkan pembahasan yang telah diurai­
itu harus menghindari terjadinya gejolak kan terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:
demontrasi, maka hukum itu haruslah Pertama, Pembentukan Peraturan Pemerintah
responsif bagi semua pihak. Rasa saling Nomor 78 Tahun 2015 yang tidak melibatkan
memliki (rumungso handarbeni), ikut lembaga Tripatit Nasional, sehinga dirasakan tidak
memelihara dan mempertahankan (melu adil bagi pihak pekerja. Konsep pengaturan upah
handarkebi) dan terus-menerus mawas dalam hukum positif Indonesia masih ditemukan
diri (mulat sariro hang roso wani) yang adanya ketentuan yang tidak memperhatikan
mengandung asas pantnership dan tanggung keadilan yaitu: ketentuan Pasal 88 ayat (2)
jawab bersama32 perlu diamalkan dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 yang
kehidupan semua pihak. tidak memberikan perlindungan upah bagi pekerja
Penerapan Sila” Kerakyatan yang kontrak, pekerja outsoursing, pekerja sektor
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam informal, dan ketentuan Pasal 44 ayat (2) Peraturan
permusyawaratan/perwakilan”, dimana se­ Pemerintah Nomor 25 Tahun 2015 yang tidak
mua persoalan atau perselisihan yang ter­ memperhatikan KHL tiap tahun untuk menentukan
jadi sewaktu penentuan upah, haruslah UMP. Tidak adanya pengaturan sanksi hukum
diselesaikan secara musyawarah untuk untuk pemenuhan kewajiban yang telah dilalaikan
mufakat. Perbuatan musyawarah sebagai oleh pihak pelanggar ketentuan upah.
awal penyelesaian perselisihan hasilnya lebih Kedua, Asas-asas hukum pengupahan yang
baik dari pada melalui jalur pengadilan atau berkeadilan yaitu: a. Hak atas upah lahir setelah
litigasi. adanya hubungan kerja dan berakhir bila hubungan
Penerapan Sila “Keadilan sosial bagi kerja berakhir; b. Upah terdiri dari beberapa
seluruh rakyat Indonesia”, dimana keadilan komponen yang harus dirinci secara jelas; c. Tidak
dalam ketentuan upah harus memberikan boleh ada diskriminasi upah; d. Pemberian upah
perlindungan kepada pihak yang lemah harus manusiawi; e. Pemerintah harus melindungi
sosial ekonominya. Adanya perlindungan upah pekerja; f. Keseimbangan; g. Adanya
upah sewaktu pekerja tidak dapat bekerja penghargaan untuk pekerja yang lebih produktif;
karena: sakit, alasan-alasan lain yang h. Transparansi dalam manajemen pengupahan; i.
diperbolehkan, sewaktu melaksanakan tugas Para pihak yang karena kesengajaan atau kelalaiannya
negara, melaksanakan ibadah agama, cuti, mengakibatkan kerugian pihak lawan dikenakan
merayakan hari besar nasional, beserta denda sanksi; j. Hak prioritas atas upah bila pengusaha
atas keterlambatan upah, meningkatkan pailit; k. Perlindungan upah yang diberikan
kesejahteraan pekerja sesuai dengan perundang-undangan adalah perlindungan minimal;
kemampuan perusahaan. Semua sila dari l. Memberikan kesempatan untuk mengemukakan

32
Mohamad Yusup, et al., “Kajian Terhadap Pengaturan Outsourcing Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-IX/2011”, Jurnal
Penelitian Hukum Gajah Mada, Vol. 1, No. 1, Tahun 2012, hlm. 17.
94 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 82-95

pendapat bagi stakeholder dalam pembuatan pembuat Regulasi bidang pengupahan hendaknya
regulasi hukum ketenagakerjaan. memperhatikan asas-asas keadilan dalam
Ketiga, Adanya korelasi hukum dan moral pembentukan Peraturan perundang-undangan
sangat penting dalam pembentukan hukum, bidang pengupahan, sehingga produk hukum yang
substansi hukum. Sikap moral dari legislator, dihasilkan dapat diterima masyarakat pekerja dan
pekerja, pengusaha, dan pemerintah haruslah pengusaha Pasal-pasal yang tidak sesuai dengan
berpedoman kepada Sila-sila dari Pancasila sangat prinsip keadilan yang terdapat pada UU No. 13
penting untuk mewujudkan Hubungan Industrial Tahun 2003 dan PP No.78 Tahun 2015 seharusnya
Pancasila. Kemudian juga disarankan kepada di revisi.

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Yang Optimal Di PD. Panduan Ilahi”, Jurnal
Farida, Maria, 2007, Ilmu Perundang-undangan, Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut,
Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Kanisius, Vol. 11, 2013.
Yogyakarta. Hidayati, Nur, “Dilema Penetapan Upah Lembur
Fuady, Munir, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand Dalam Kaitannya dengan Upaya Perlindungan
Theory) Dalam Hukum, Kencana, Jakarta. Bagi Pekerja/Buruh dan Perkembangan
Damanik, Sehat, 2006, Outsourcing & Perjanjian Perusahaan”, Ragam Jurnal Pengembangan
Kerja Menurut UU No.13 Tentang Humaniora, Vol. 12, No. 3, 2012.
Ketenagakerjaan, DSSPublishing, Jakarta. Kusuma, Eri Hendro, “Hubungan Antara Moral dan
Rawls, John, Penerjemah Uzair dan Heru Agama dengan Hukum”, Jurnal Pendidikan
Prasetyo, 2006, A Theory Of Justice ,Teori Pancasila, Vol. 28, No. 2, Agustus 2016.
Keadilan, Dasar-dasar Filsafat Politik Luthan, Salman, “Dialektika Hukum dan Moral
Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Perspektif Filsafat Hukum”, Jurnal
Dalam Negara, Cetakan 1, Pustaka Pelajar, Hukum Ius Quita Iustum, Vol. 19, No.4,
Yoyakarta. Oktober 2012
Riyanto, Astim, 2010, Filsafat Hukum, Yapemdo, Suadamara, “Hukum dan Moral”, Jurnal Hukum
Bandung. Pro Justitia, Vol. 24, No. 3, 2006
Satoto, Sukamto, 2014, Pengaturan Eksistensi dan Yusup, Mohamad, et al., “Kajian Terhadap
Fungsi Badan Kepegawaian Negara, cetakan Pengaturan Outsourcing Pasca Putusan
kedua, Hanggar Keraton, Yogyakarta. Mahkamah Konstitusi No. 27/PUU-IX/
Uwiyono, Aloysius, et al., 2014, Asas-asas Hukum 2011”, Jurnal Penelitian Hukum Gajah
Perburuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mada, Vol. 1, No. 1, 2012.

B. Artikel Jurnal C. Makalah/ Prosiding


Hasan, Firman, 2011, “Konvensi ILO185: Chanifah, Nur, “Sistem Upah (Ujrah) Yang
Perlindungan Untuk TKI dan Pelaut Indonesia Berkeadilan Menurut Islam”, Prosiding
di Luar Negeri”, Jurnal Ilmu Hukum Amanna Konfrensi Nasional Ketenagakerjaan dan
Gappa, Vol. 19, No. 3, September 2011, Hubungan Industrial, Tanggal 30-31 Okto­
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, ber 2013, Pusat Pengembangan Hukum
Makasar. Ketenagakerjaan, Fakultas Hukum Univer­
Hauten, Gupron Van, et al., “Perencanaan Upah sitas Brawijaya Malang.
Intensif Untuk Meningkatkan Kinerja
Karyawan Dan Meningkatkan Hasil Produksi
Yetniwati, Pengaturan Upah Berdasarkan Atas Prinsip Keadilan 95

D. Hasil Penelitian juta, diakses pada tanggal 22 November


Silalahi, Maulinda, 2006, Tinjauan Yuridis 2013.
Pengaturan Upah Pekerja/Buruh Dihu­ Anonim, “PP Soal Upah Terbit Gelombang Demo
bungkan Dengan Undang-undang Nomor 13 Buruh Hingga Desember”, http://www.
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Serta jurnalasia.com/ragam/pp-soal-upah-terbit-
Implikasinya Terhadap Upaya Mewujudkan gelombang-demo-buruh-hingga-desember,
Keaadilan Antara Pekeja/Buruh, Tesis, diakses pada tanggal 6 Desember 2013.
Program Magister Hukum Fakultas Hukum International Labour Organization (ILO), “Meka­
Universitas Indonesia, Jakarta. nisme Penetapan Upah Minimum Kabupaten/
Usman, Rumainur, 2012, Outsourcing Dan Impli­ Kota dalam Kebijakan Upah Minimim
kasinya ke Atas Pekerja: Kajian Per­ Indonesia”, http://www.ilo.org/wcmsp5/
undangan di Indonesia” Disertasi, Uni­ groups/public/---ed_dialogue/--actrav/
versitas Kebangsaan, Malaysia. documents/meetingdocument/wcms_210427.
Yuliandri, 2007, Asas-asas Pembentukan Per­ pdf, diakses pada tanggal 6 Desember 2013.
aturan Perundang-undangan yang Baik Siregar, Timboel, “Tak Libatkan Pekerja, PP
Dalam Rangka Pembuatan Undang-un­dang Pengupahan Langgar Konvensi ILO”, http://
Berkelanjutan, Disertasi Program Pasca­ poskotanews.com/2015/10/28, diakses pada
sarjana, Universitas Airlangga, Sura­baya. tanggal 28 Oktober 2015.

E. Internet F. Peraturan Perundang-Undangan


Azwar, H.A., “Harapan Buruh, Upah Minimum Direktori Putusan Mahkamah Agung RI dalam
Rp3,7 Juta”, http://infopublik.org/read/ Perkara No.67 P/HUM/2015 dan Perkara No.
57408/harapan-buruh-upah-minimum-rp37- 69 P/HUM/2015.

Anda mungkin juga menyukai