Anda di halaman 1dari 21

Analisis Efektivitas Biaya

Penggunaan Antibiotik Sefiksim


dan Sefotaksim Pasien Diare di
Rumah Sakit X Tahun 2017
Kelompok 2 Ekonomi Kesehatan
Afra Azizah KELOMPOK 2
1906292250

Anna Yulianti
1906292282
Dini Putri K.
1906292332

Nabilah Huwaida
1906292484
Nurfadilah M. Rajab
1906292534

Shabrina Alfath R.
1906350263
Jurnal yang Digunakan

Sumber: Citraningtyas, G., Ruru, R. and Nalang, A., 2018. Analisis Efektifitas Biaya Penggunaan Antibiotik Sefiksim dan
Sefotaksim Pasien Diare di Rumah Sakit X Tahun 2017. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 8(4), pp.145 - 152..
TABLE OF 01 Latar Belakang
CONTENTS

02
Populasi, Sampel, Kriteria Inklusi,
Kriteria Eksklusi, Lokasi Studi

03
Alternatif dan Ukuran Hasil
Intervensi

04
Biaya masing-masing intervensi per
jenis biaya
05
Hasil intervensi dari masing-masing
TABLE OF alternatif
CONTENTS

06 CER/ICER

07 Kesimpulan/Rekomendasi
Diare merupakan penyakit yang umum
terjadi. Salah satu kalangan usia yang sering
terserang diare adalah balita. Diare yang
Latar Belakang terjadi karena infeksi bakteri memerlukan
terapi antibiotik untuk penanganan diare
pada anak. Dibandingkan tahun 2015, terjadi
peningkatan jumlah penyakit diare diikuti
cakupan layanannya pada tahun 2016 di
Rumah Sakit X. Laporan tahunan Rumah
Sakit X tahun 2016 menyatakan bahwa diare
masuk dalam sepuluh penyakit terbesar yang
terjadi di Rumah Sakit X. Hal ini menjadi
pendorong untuk melakukan penelitian
tentang hubungan biaya dan efektivitas pada
penyakit ini, yaitu melalui
Cost-Effectiveness Analysis (CEA).
CEA merupakan salah satu cara untuk
mengetahui program atau metode pengobatan
mana yang paling baik dari beberapa alternatif
Latar Belakang
dengan tujuan yang sama. Cara untuk
mendeteksi mana yang paling baik adalah
dengan melihat mana yang lebih cost-effective
antar pengobatan. CEA dilakukan dengan
menghitung Average Cost-Effectiveness Ratio
(ACER) dan Incremental Cost-Effectiveness
Ratio (ICER).
Penelitian ini melibatkan dua antibiotik golongan
Sefalosporin generasi ketiga. Keduanya bernama
Sefiksim dan Sefotaksim. Adanya perbedaan
penggunaan antibiotik pada pasien
mengakibatkan perbedaan biaya yang
dikeluarkan oleh pasien. Belum tentu biaya yang
relatif tinggi bisa menjamin efektivitas perawatan
pasien.
Populasi, Sampel, Kriteria Inklusi, Kriteria Eksklusi,
Lokasi Studi

Populasi Pasien Rumah Sakit X tahun 2017

Seluruh pasien diagnosis diare yang dirawat inap di RS X periode


Sampel Januari-Desember 2017 yang memenuhi kriteria inklusi

Pasien balita yang dirawat inap dengan diagnosis utama penyakit diare
Inklusi tanpa penyakit penyerta yang menggunakan terapi antibiotik Sefiksim atau
Sefoktaksim serta pasien dinyatakan boleh pulang oleh dokter

Pasien balita didiagnosis diare yang diberi antibiotik kombinasi atau selain
Eksklusi Sefiksim dan Sefotaksim, pasien meninggal, data rekam medik pasien tidak
lengkap/hilang/tidak jelas terbaca.

Lokasi Rumah Sakit X di Sulawesi Utara


METODE

Penelitian dilakukan dengan


rancangan penelitian deskriptif
non eksperimental. Data didapat
dari rekam medik pasien
sehingga bersifat retrospektif.
ALTERNATIF INTERVENSI
Survei yang telah dilakukan di rumah
sakit X, terapi antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan diare pada balita yaitu
antibiotik golongan Sefalosporin generasi ke-
III yaitu Sefiksim dan Sefotaksim. Penggunaan
antibiotik yang berbeda pada masing-masing
pasien mengakibatkan besarnya biaya obat
yang dikeluarkan pasien bervariasi.

Alternatif Intervensi:
1. Terapi Antibiotik Sefiksim
2. Terapi Antibiotik Sefotaksim
UKURAN HASIL INTERVENSI
Ukuran yang dipakai dalam membandingkan hasil intervensi dari
kedua alternatif intervensi untuk mengetahui pengobatan mana
yang lebih cost-effective adalah;

ICER ACER
Nilai ICER yang diperoleh merupakan Nilai ACER menunjukan bahwa setiap
besarnya biaya tambahan yang diperlukan peningkatan 1 unit efektivitas / outcome
untuk memperoleh perubahan satu unit maka dibutuhkan biaya sebesar ACER.
efektivitas pada pasien diare. Jika perhitungan Semakin rendah biaya dan semakin tinggi
ICER menunjukkan hasil negatif atau semakin efektivitas maka semakin cost-effective
kecil, maka suatu alternatif obat tersebut lebih terapi antibiotik tersebut, sehingga pilihan
efektif dan lebih murah, sehingga pilihan terapi tersebut merupakan pilihan yang
terapi tersebut merupakan pilihan yang terbaik terbaik.
BIAYA INTERVENSI
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata - Rata Total Biaya
Biaya Biaya Biaya Uji
Biaya Medis 21
Perawatan Pengobatan Laboratorium
(Rp) Medis (Rp) Pasien (Rp)
(Rp) (Rp)

Sefiksim 1.456.310 75.566 408.175 1.390.741 29.205.559

Sefotaksim 1.213.452 180828,3 408.175 1.861.003 39.081.069


HASIL 1. Data Karakteristik Usia
Ditemukan bahwa pasien pada kelompok usia 2–5 tahun lebih
rentan terjadi atau beresiko mengalami diare..
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di Instalasi Rekam Medik
dan bagian Mobilisasi Dana rumah
sakit X, ditemukan data sebanyak 276
pasien diare pada periode Januari –
Desember 2017. Dari data rekam medis,
jumlah pasien balita dengan diagnosa
diare tanpa penyakit penyerta dan
menerima terapi antibiotik Sefiksim
atau Sefotaksim oleh dokter dengan
status pasien mandiri ada 42 pasien.
2. Data Karakteristik Jenis Kelamin

HASIL Ditemukan bahwa pasien diare terbesar yaitu laki-laki, dikarenakan


anak laki-laki lebih aktif dibandingkan dengan perempuan
sehingga mudah terpapar dengan agen penyebab diare.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di Instalasi Rekam Medik
dan bagian Mobilisasi Dana rumah
sakit X, ditemukan data sebanyak 276
pasien diare pada periode Januari –
Desember 2017. Dari data rekam medis,
jumlah pasien balita dengan diagnosa
diare tanpa penyakit penyerta dan
menerima terapi antibiotik Sefiksim 3. Data Penggunaan Obat
atau Sefotaksim oleh dokter dengan ● Jumlah pasien diare yang menggunakan terapi antibiotik
status pasien mandiri ada 42 pasien. Sefiksim adalah sebanyak 21 pasien dengan rata-rata lama
rawat inap sampai pasien dikatakan boleh pulang yaitu 3,9
hari.
● Jumlah pasien diare yang menggunakan antibiotik
Sefotaksim adalah sebanyak 21 pasien dengan rata-rata lama
rawat inap sampai pasien dikatakan boleh pulang yaitu 4,3
hari.
Terapi Sefiksim
HASIL Total direct medical cost untuk ke-21 pasien yaitu sebesar Rp.29.205.559,
4. Analisis Efektivitas Biaya dengan direct medical cost per pasien Rp.1.390.741.
Perhitungan Biaya Medik Langsung
Sefiksim dan Sefotaksim
Perhitungan biaya medik langsung pada
pasien diare yang menjalani rawat inap di
rumah sakit X terdapat 3 komponen biaya
yaitu biaya perawatan, biaya pengobatan
dan biaya uji laboratorium.
● Biaya perawatan meliputi biaya
pelayanan kamar, biaya tindakan
medis, biaya visit dokter dan biaya
administrasi.
● Biaya pengobatan meliputi biaya
antibiotik dan obat penunjang lain
serta alat medis yang digunakan
pasien.
● Biaya uji laboratorium merupakan
biaya yang dikeluarkan oleh pasien
meliputi biaya laboratorium klinik dan
biaya mikrobiologi.
Terapi Sefotaksim
HASIL Total direct medical cost untuk ke-21 pasien yaitu sebesar Rp.39.081.069,
4. Analisis Efektivitas Biaya dengan direct medical cost per pasien yaitu Rp.1.861.003.
Perhitungan Biaya Medik Langsung
Sefiksim dan Sefotaksim
Perhitungan biaya medik langsung pada
pasien diare yang menjalani rawat inap di
rumah sakit X terdapat 3 komponen biaya
yaitu biaya perawatan, biaya pengobatan
dan biaya uji laboratorium.
● Biaya perawatan meliputi biaya
pelayanan kamar, biaya tindakan
medis, biaya visit dokter dan biaya
administrasi.
● Biaya pengobatan meliputi biaya
antibiotik dan obat penunjang lain
serta alat medis yang digunakan
pasien.
● Biaya uji laboratorium merupakan
biaya yang dikeluarkan oleh pasien
meliputi biaya laboratorium klinik dan
biaya mikrobiologi.
Hasil Analisis ICER

Metode ICER digunakan untuk mengetahui


kenaikan pembiayaan terapi dengan dilakukannya
penambahan atau penggantian pengobatan yang
mungkin akan menaikkan biaya terapi, tetapi
dengan kenaikan pembiayaan pada pasien ini akan
memberikan dampak efek obat yang lebih baik.
ICER merupakan rasio perbedaan biaya Nilai ICER yang diperoleh merupakan
antara 2 alternatif dengan besarnya biaya tambahan yang diperlukan
perbedaan efektivitas antara alternatif untuk memperoleh perubahan satu unit
untuk mengetahui besarnya biaya efektivitas pada pasien diare.
tambahan dari setiap perubahan satu unit
efektivitas biaya dan untuk Pengobatan diare menggunakan
mempermudah pengambilan kesimpulan antibiotik sefiksim menunjukan hasil
alternatif pengobatan mana yang lebih negatif sehingga dapat disimpulkan
cost-effective. bahwa Sefiksim adalah obat yang
paling cost-effective untuk terapi
Berdasarkan (Tabel VI) diperoleh nilai
pengobatan pasien diare rawat inap di
ICER terkecil pada antibiotik diatas
rumah sakit X.
sebesar Rp.–50565,8
KESIMPULAN
● Terapi yang lebih cost-effective antara penggunaan antibiotik
Sefiksim dan Sefotaksim pada pengobatan Diare di rumah
sakit X adalah pemberian antibiotik Sefiksim
○ ACER Sefiksim: Rp. 323.428,14/hari
○ ACER Sefotaksim: Rp. 477.180,26/hari
Referensi
● Citraningtyas, G., Ruru, R. and Nalang, A., 2018. Analisis Efektifitas
Biaya Penggunaan Antibiotik Sefiksim dan Sefotaksim Pasien Diare
di Rumah Sakit X Tahun 2017. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi, 8(4), pp.145 - 152.
TERIMA KASIH
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai