Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nuzula Fitriani

NIM : 180413620724
Prodi/Offering : S1 Manajemen/PP
-Analisis Laporan Keuangan-

Jelaskan mekanisme pengelolaan (likuiditas/modal kerja) aktiva lancar dan hutang


lancar atas sebuah proses bisnis dalam upaya keberhasilan jangka pendek perusahaan.
begitupula tentang mekanisme penciptaan laba!

Jawab:
A. MODAL KERJA
Modal kerja merupakan dana yang digunakan perusahaan untuk memnjalankan kegiatan
operasi sehari-hari serta uang yang masuk berasal dari penjualan produk dan dikeluarkan lagi
untuk membiayai kegiatan operasi selanjutnya, sehingga akan terus berputar setiap periode.
Menurut W.B.Taylor terdapat dua jenis modal kerja yaitu:
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk
tetap menjalankan kegiatan bisnisnya, modal kerja permanen dibedakan menjadi dua:
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), yaitu jumlah modal kerja minimum
yang harus ada pada perusahaan.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital), yaitu jumlah modal kerja yang
diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai
keadaan, modal kerja variabel dibedakan menjadi tiga:
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah karena perubahan musim.
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah karena fluktuasi konjungtur.
c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal kerja yang besarnya
berubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
Dalam perputaran modal, dapat diukur dengan cara membandingkan penjualan bersih pada
suatu periode dengan modal kerja dalam arti seluruh total aktiva lancar atau dapat pula
menggunakan modal kerja rata-rata.untuk memudahkan manajer untuk menilai, lebih baik
menggunakan dua periode atau lebih sebagai pembanding. Rusmus yang dapat digunakan:

Penjualan Bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja Rata-rata
Atau
Penjualan Bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal Kerja
B. LIKUIDITAS (AKTIVA LANCAR DAN HUTANG LANCAR)
Pengelolaan likuiditas perusahaan dapat dilihat dari aspek aktiva lancar dan hutang lancar
sangat penting bagi keberhasilan keputusan manajemen jangka pendek. Pengelolaan
likuiditas perusahaan digunakan utuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang
jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancarnya. Dalam mengukur kemampuan
tersebut, ukuran likuiditas perusahaan terdapat tiga rasio yaitu
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar digunakan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek dengan
membandingkan antara aktiva lancar dengan utang lancar
Aset Lancar (Current Assets )
Rasio Lancar
=
(Current Ratio) Hutang Lancar (Current Liability)

Dalam rasio diatas, dapat diuraikan apabila hasil dari perbandingan/CR = >1 menandakan
modal kerja perusahaan lancar/likuid, dan apabila perbandingan rasio lancar terhadap
tahun sebelumnya dengan tahun yang sekarang mengalami peningkatan, hal tersebut
menandakan bahwa pengelolaan modal kerja perusahaan berjalan dengan baik. Pada rasio
lancar perusahaan menandakan Rp1 hutang lancar dijamin dengan nilai hasil perbandingan
tersebut.
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang
jangka pendek dengan membandingkan antara aktiva lancar (tidak termasuk persediaan)
atau aktiva yang lebih lancar dengan hutang lancar. Dari ketiga komponen aktiva lancar
(kas, piutang, persediaan), persediaan dianggap asset lancar yang paling tidak likuid.
Karena ketidakpastian nilai persediaan (apabila persediaan laku kas yang diperoleh sama
dengan nilai yang dijual, apabila tidak laku diperlukan waktu yang belum pasti untuk
menjadi kas) oleh sebab itu persediaan tidak dicantumkan dalam aktiva lancar pada
perhitungan rasio cepat.

Rasio Cepat Aset Lancar – Persediaan (Current Assets - Inventory )


=
(Quick Ratio) Hutang Lancar (Current Liability)
Dalam rasio cepat tidak ada standar yang pasti untuk menetapkan kelancaran modal kerja
perusahaan, akan tetapi apabila hasil dari rasio cepat mengalami kenaikan dibandingkan
tahun sebelumnya, dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan baik dengan setiap Rp1
hutang lancar dijamin dengan hasil rasio cepat atau aktiva sangat lancar.
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan total kas tunai dan
yang setara kas (investasi yang sangat likuid seperti bank dan marketable securities)
dengan hutang lancar untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang
jangka pendeknya. Disbanding dengan rasio lainnya, rasio kas merupakan yang paling
ketat dan konservatif terhadap kemampuan perusahaan dalam menutup hutang jangka
pendek.

Rasio Cepat Cas + Bank + Marketable Securities


=
(Quick Ratio)
Hutang Lancar (Current Liability)
Pada rasio kas setiap Rp1 hutang lancar akan dijamin dengan nilai dari rasio kas (dalam
bentuk persen), peningkatan rasio kas pada tahun-tahun terkait menandakan kinerja
perusahaan dalam mengelola likuiditas modal kerja baik. Rasio kas hanya
memperhitungkan aktiva lancar jangka pendek yang paling likuid yaitu kas dan setara kas
yang merupakan cara paling mudah dan cepat untuk digunakan untuk melunasi hutang
lancar perusahaan.
Dalam rasio diatas, yang biasa digunakan perusahaan untuk mengukur kinerja likuiditas
perusahaan dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai atau semakin mengingkatnya nilai
tersebut menandakan kinerja perusahaan menjadi baik, terutama dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek perusahaan untuk tetap menjaga likuiditas modal kerja perusahaan.

C. MENCIPTAKAN LABA
Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer keuangan dari
standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas atau nilai
pasar mereka. Menurut Watts and Zimmerman (1986) ada tiga hipotesis Positive Accounting
Theory (PAT) yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemenlaba yaitu:
a. The Bonus Plan Hypothesis
Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih
memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini
sehingga dapat menaikkan laba masa kini. Hal ini disebabkan oleh manajer lebih
menyukai pemberian upah yang lebih tinggi di masa kini
b. The Debt to Equity Hypothesis
Manjer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan
pendapatan atau laba karena perusahaan mempunyai rasio dbt to equity yang tinggi.
c. The Political Cost Hypothesis
Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih
metode akuntansi yang menanggguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke
periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan pada
tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu, perusahaan dapat menggunakan rasio
profitabilitas sebagai berikut
1. Return On Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih berdasarkan dengan tingkat asset tertentu untuk menghasilkan laba setelah pajak.
Laba Bersih
ROA =
Total Aset
Nilai rasio (dalam bentuk persen) yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset,
dimana hasil tersebut merupakan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin tinggi nilai ROA
dibandingkan periode sebelumnya dengan periode saat ini menunjukkan kinerja
manajemen asset yang baik dalam menghasilkan laba.
2. Return On Equity (ROE)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
setelah pajak berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas
atau terciptanya laba dari sudut pandang pemegang saham.
Laba Bersih
ROE =
Modal Saham
Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak
memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham, karena itu rasio
ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA
dan tingkat leverage keuangan perusahaan. peningkatan nilai ROE (dalam persen)
mengartikan kemampuan perusahaan menggunakan modal yang dimiliki untuk
menghasilkan laba setelah pajak meningkat.
3. Net Profit Margin
Net profit margin digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih pada tingkat penjualan. Rasio ini dapat diartikan sebagai kemampuan
peusahaan menekan biaya-biaya di perusahaan pada periode tertentu.

Profit Labamenandakan
margin yang tinggi Bersih kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
Net Profit =
tinggi
Margin pada tingkat Penjualan
penjualan tertentu, profit margin yang rendah menandakan
menandakan penjualan yang terlalu rendah atau biaya yang tinggi pada penjualan tertentu.
Pada umumnya, nilai profit margin (dalam persen) yang semakin naik disbanding dengan
periode sebelumnya menandakan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih dari penjualan membaik.
4. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok
atau biaya produksinya. Rasio ini digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan yang dilakukan.

Gross Profit Laba Bersih


=
Margin Penjualan

Dalam rasio ini, semakin naik nilai gross profit margin (dalam bentuk persen) daripada
periode sebelumnya, maka semakin baik pula perusahaan dalam menghasilkan laba kotor.
5. Earning Power of Total Investment
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam
mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan asset untuk
menghasilkan keuntungan bagi investor.
Earning Power of Laba Sebelum Pajak
=
Total Investment Total Aktiva

Anda mungkin juga menyukai